You are on page 1of 18

Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan……….

(Sudjana)

KEBIJAKAN KREDIT YANG DIHAPUSBUKUKAN ATAU DIHAPUS TAGIH OLEH


BANK BUMN DALAM PERSPEKTIF KEPASTIAN HUKUM
(The Policies of Loan Write-off or Waiver by State-Owned Banks within the
Perspective of Legal Certainty)
Sudjana
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jl Dipati Ukur No 35 Bandung
Telp. 08157178522
sdjana@yahoo.com

Tulisan Diterima: 20 Oktober 2018; Direvisi: 28 Oktober 2018;


Disetujui Diterbitkan: 1 November 2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2018.V12.331-348
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang ketentuan yang mengatur penyelesaian
kredit bermasalah yang dihapusbukukan atau dihapus tagih oleh Bank Badan Usaha Milik Negara.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan undang-undang (statuta approach),
metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan teknik analisa data normatif kualitatif.
Hasil kajian menunjukan bahwa Ketentuan Penyelesaian kredit bermasalah yang dihapusbukukan
atau dihapus tagih oleh Bank Badan Usaha Milik Negara dari sisi substansi hukum kontradiksi atau
inkonsisten sehingga pemangku kepentingan ragu-ragu dalam melaksanakan hapus buku atau
hapus tagih tersebut.
Kata Kunci:Kebijakan, Kredit yang dihapusbukukan atau hapus tagih, Bank BUMN, Kepastian
Hukum
Abstract
This study is aimed to collect information concerning the provisions governing the settlement of
non-performing loans by means of loan write-off or loan waiver by a State-Owned Bank. The
employed research method is the law approach method (statute approach), in which data are
collected by means of literature studies and qualitative normative data analysis techniques. The
results of the study show that the provisions for the settlement of non-performing loans by means
of write-off or waiver by the State-Owned Bank from the legal substance point of view are
contradictive or inconsistent hence the stakeholders have been hesitant in writing off or waiving the
loan.
Keywords: Policies, Loans write-off or Loan Waiver, State-Owned Bank, Legal Certainty

PENDAHULUAN penyelesaian kredit bermasalah melalui hapus


buku dan hapus tagih pada Bank Badan
Usaha Milik Negara (Bank BUMN) terkendala
Latar Belakang
dengan lembaga yang berwenang
Kredit tidak lancar, diragukan atau macet
menyelesaikannya karena pendapat yang
termasuk kategori kredit bermasalah yang
berbeda tentang tentang makna “kekayaan
memerlukan penyelesaian secara cepat agar
Negara dan aspek legalitas ketentuan yang
likuiditas bank tidak terganggu. Penyelesaian
mengubah lembaga penyelesaiannya.”
tersebut dilakukan melalui strategi
UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
penyelamatan kredit bermasalah dan akan
Negara mengkategorikan bahwa dana yang
ditindaklanjuti dengan hapus buku atau hapus
berada dalam penguasaan Bank BUMN
tagih apabila upaya penyelamatan tersebut
merupakan kekayaan Negara karena itu
tidak berhasil. Namun ketentuan tentang
331
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348
apabila terjadi kredit bermasalah Rumusan Masalah
diselesaikan oleh PUPN (Panitia Urusan “Bagaimana Penyelesaian Kredit
Piutang Negara) sebagaimana UU No 49 bermasalah yang dihapusbukukan atau
Prp/ 1960 dan salah satu aturan dihapus tagih oleh Bank BUMN menurut
pelaksanaannya adalah PP No. 14 ketentuan yang berlaku?
Tahun 2005 Tentang Tata Cara Tujuan
Penghapusan Piutang Negara/ Daerah.
Kajian ini bertujuan untuk menentukan
Namun, pengertian “kekayaan Negara”
kebijakan tentang ketentuan penyelesaian
termasuk dana dalam penguasaan Bank
Kredit bermasalah yang dihapusbukukan atau
BUMN dianggap tidak tepat karena
dihapus tagih oleh Bank Badan Usaha Milik
berkaitan dengan lembaga yang
Negara menurut ketentuan yang berlaku.
berwenang menyelesaikan kredit
bermasalah pada Bank Metode Penelitian
BUMN, yaitu PUPN. Namun, PUPN 1. Pendekatan
berikut aturan pelaksanaannya Metode pendekatan yang digunakan
dianggap menghambat upaya adalah pendekatan undang-undang
Bank BUMN untuk (statute approach), yaitu menelaah
menyelesaikan kredit bermasalah perundang-undangan yang berkaitan
melalui hapus buku atau hapus tagih dengan pembahasan.1
karena itu ketentuan tersebut disarankan 2. Metode Pengumpulan Data
untuk direvisi. Pengumpulan dilakukan melalui studi
Ide revisi yang diumumkan pada Juli kepustakaan dengan mengkaji bahan
2006 sebagai bagian dari paket kebijakan hukum primer (perundang-undangan),
ekonomi itu sempat mengundang pro-kontra bahan hukum sekunder (pendapat para
(DPR, BPK, kejaksaan) karena dianggap ahli), dan bahan hukum tersier (kamus,
menghambat upaya pemberantasan korupsi ensiklopedia, internet dsb).
di lingkungan Bank BUMN. Namun, setelah 3. Teknik Analisa Data
mendapat petuah atau fatwa dari Mahkamah Analisis data dilakukan adalah normatif
Agung, pemerintah akhirnya merevisi PP kualitatif dalam arti menganalisis data
No. 14 Tahun 2005 dengan menerbitkan PP yang telah dikumpulkan berdasarkan
prinsip hukum, penafsiran, atau
No. 33 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri
konstruksi hukum, sehingga tidak
Keuangan Nomor 87/PMK07/2006 untuk
menggunakan teknik statistik.2
mencabut seluruh aturan penghapusan
piutang macet Bank BUMN yang merujuk ke
UU No. 49 Prp/1960. Dengan aturan yang PEMBAHASAN
baru itu, penghapusan kredit macet
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas
(bermasalah) Bank BUMN dipisahkan dari
yang menjadi pedoman dan dasar rencana
pengurusan piutang atau “kekayaan Negara” dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
sehingga tidak diselesaikan melalui PUPN kepemimpinan, dan cara bertindak.3 Ide
tetapi dilakukan sendiri secara internal oleh kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki
masing-masing Bank BUMN. Disisi lain, maksud dan tujuan, merupakan bagian yang
masih ada pendapat di kalangan hukum yang penting dari definisi kebijakan, karena
bagaimanapun kebijakan harus menunjukan
mengatakan bahwa penerbitan PP No. 33
1 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Keuangan Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2010,
No. 87/PMK07/2006 yang membawa hlm 93.
2 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,
konsekuensi perubahan kewenangan Penerbit Reineka Cipta, Jakarta, 2016, hlm 124.
lembaga penyelesaian kredit bermasalah 3 Kamus Besar bahasa Indonesia
pada Bank BUMN (tidak lagi oleh PUPN)
merupakan cacat yuridis.
332
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada dari bank pemberi kredit sebelumnya adalah
apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan sangat penting. Untuk mengetahui dan
pada suatu masalah.4 memperoleh gambaran yang jelas tentang watak
Istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani calon debitur ini, dapat dilakukan usaha-usaha
“credere” yang berarti kepercayaan sehingga seperti: melakukan interview langsung terhadap
sesorang yang menerima kredit hakekatnya calon debitur; meneliti daftar riwayat hidupnya,
mendapatkan kepercayaan. Definisi kredit mengetahui reputasi calon debitur berdasarkan
perbankan adalah “penyediaan uang atau informasi dari ‘lingkungan’ usahanya, serta
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, meneliti kegiatan dan pengalaman-pengalaman
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan usahanya.
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak Kedua, capacity, mengandung arti
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk kemampuan calon debitur dalam mengelola
melunasi utangnya setelah jangka waktu usahanya. Dengan demikian, capacity
tertentu dengan pemberian bunga.”5 Bank berkaitan erat dengan kemampuan calon
adalah badan usaha yang menghimpun dana debitur dalam melunasi kreditnya.
dari masyarakat dalam bentuk simpanan Kemampuan keuangan calon nasabah sangat
dan menyalurkannya kepada masyarakat penting karena merupakan sumber utama
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk pembayaran. Semakin baik kemampuan
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf keuangan calon nasabah, maka akan semakin
hidup rakyat banyak.6 Sedangkan Perbankan baik kemungkinan kualitas pembayaran
adalah segala sesuatu yang menyangkut pembiayaan, artinya dapat dipastikan bahwa
tentang bank, mencakup kelembagaan, pembiayaan yang diberikan bank syariah
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu
melaksanakan kegiatan usahanya.7 yang diperjanjikan.9 Pengukuran capacity ini
Perbankan Indonesia dalam melakukan dapat dilakukan dengan : a) Pendekatan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi historis, yaitu menilai past performance,
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.8 apakah menunjukkan perkembangan dari
Dalam kaitan dengan kredit, Prinsip kehati- waktu ke waktu. b) Pendekatan finansial,
hatian dikenal dengan prinsip 5C + 1C. yaitu menilai latar belakang pendidikan para
Pertama, character atau watak debitur sangat pengurus. Hal ini untuk menjamin
menentukan kemauan untuk membayar profesionalitas kerja perusahaan. c)
kembali kredit yang telah diterimanya. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis
Namun demikian, untuk mengetahui apakah calon mudhorib mempunyai
character seseorang itu tidak mudah. Oleh kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk
karena itu, penilaian atas character debitur mengadakan perjanjian pembiayaan dengan
perlu dilakukan secara hati-hati dan secermat bank atau tidak. d) Pendekatan manajerial,
mungkin. Informasi dari keluarga dan teman- yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
teman dekat dari debitur, serta informasi keterampilan customer melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
4 Taufiqurakhman, Kebijakan Publik Pendelegasian perusahaan. e) Pendekatan Teknis, yaitu
Tanggungjawab Negara Kepada Presiden Selaku
Penyelenggara Pemerintahan, Fakultas Ilmu
untuk menilai sejauh mana kemampuan
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Moestopo calon mudhorib mengelola faktor-faktor
Beragama (Pers), Jakarta, 2014, hlm 2. produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan
5 Pasal 1 Angka 11 UU Perbankan.
6 Ibid, Pasal 1 Angka 2 .
7 Ibid, Pasal 1 Angka 1. 9 Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana,
8 Ibid, Pasal 2. 2011, hlm 121.

333
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

baku peralatan-peralatan/mesin-mesin, melebihi jumlah kredit yang diberikan.


administrasi keuangan, industri relation, Jaminan juga harus diteliti keabsahannya
sampai dengan kemampuan merebut pasar.10 sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
Ketiga, capital yaitu unsur-unsur yang jaminan yang dititipkan akan dapat
dinilai untuk mengetahui kemampuan calon dipergunakan secepat mungkin. Penilaian
debitur antara lain meliputi penilaian terhadap terhadap collateral meliputi jenis, lokasi, bukti
Informasi mengenai besar kecilnya modal kepemilikan dan status hukumnya. Bentuk
(capital) perusahaan calon debitur adalah collateral tidak hanya berbentuk kebendaan,
sangat penting bagi bank. Modal yang melainkan bisa juga berbentuk jaminan
dimaksudkan di sini adalah modal sendiri pribadi, letter of guarantea, letter of comfort,
(networth) atau nilai kekayaan bersih yang rekomendasi dan avalis.11
dimiliki perusahaan, yang merupakan selisih Kelima, kondisi ekonomi (condition of
antara total aktiva dengan total kewajiban economy) yaitu keadaan perekonomian
(utang). Semakin besar modal yang dimiliki secara umum perusahaan tersebut
perusahaan merupakan cerminan beroperasi yang menentukan keberhasilan
keberhasilan perusahaan di masa lalu, dan maupun kegagalan suatu perusahaan. Oleh
ini tentunya semakin baik dihadapan bank. karena itu, bank atau dalam hal ini analis
Mengingat kredit bank hanya merupakan kredit, harus mempertimbangkan keadaan
pelengkap atau tambahan bagi pembiayaan perekonomian, dan proyeksi perekonomian
kegiatan operasional perusahaan. Posisi selama jangka waktu kredit yang diberikan.
modal suatu perusahaan dapat dianalisis dari Keenam, constraint yaitu bank dalam
laporan keuangannya. Untuk mendapatkan memberikan kredit perlu juga mengetahui dan
gambaran yang lengkap tentang modal mempertimbangkan hambatan (constraint)
perusahaan, maka bank harus melakukan yang mungkin muncul di lapangan. Bank
analisis terhadap laporan keuangan perlu mengetahui tanggapan masyarakat
perusahaan selama paling tidak tiga tahun setempat terhadap rencana investasi yang
periode akuntansi sebelumnya. akan dilakukan oleh calon debiturnya, karena
Keempat, collateral (jaminan kredit) dapat saja masyarakat setempat menolak
merupakan setiap aktiva atau barang-barang rencana investasi tersebut.
yang diserahkan debitur sebagai jaminan Setelah bank memutuskan untuk
atas kredit yang diperoleh dari bank. Manfaat memberikan kredit kepada debiturnya,
jaminan ini bagi bank adalah sangat penting, bukan berarti bahwa tugas bank sebagai
sebagai ‘back up’ atas kredit yang diberikan perantara keuangan selesai sampai di situ,
kepada debitur. Tujuannya adalah agar bank melainkan itulah awal mula tugas bank yang
dapat memperoleh pelunasan kembali atas sesungguhnya dalam penyaluran kredit.
kredit yang diberikan kepada debitur, apabila Bank senantiasa harus memantau kredit
kelak debitur tidak mampu melunasi yang telah disalurkannya. Apakah debitur
kreditnya atau pun ingkar janji (wanprestasi). benar-benar menggunakan kreditnya sesuai
Atas jaminan yang diberikan oleh debitur, dengan permohonan semula, atau
maka perlu diperhatikan cara pengikatannya digunakan untuk keperluan lain?; Bagaimana
sesuai dengan hukum yang berlaku, untuk perkembangan dan prospek usaha debitur;
menghindari sengketa yang kemungkinan Bagaimana keadaan perekonomian nasional
muncul di kemudian hari. Jaminan hendaknya
11 Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank
10 http://repo.iain-tulungagung.ac. id/4042/3/ Syari’ah, hlm 83 sebagai dikutiphttp://repo.iain-
BAB% 20II.pdf [ diakses 4 /8/2018]. tulungagung.ac.id/4042/3/BAB%20II.pdf, loc.cit.

334
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

secara keseluruhan, kondusif atau tidak bagi nasabah tidak memiliki kemauan
dalam memenuhi kewajibannya;
perkembangan usaha debitur?; serta
2) Debitur melakukan ekspansi
pertanyaan-pertanyaan lain berkaitan
terlalu besar, sehingga dana yang
dengan prospek kredit yang telah disalurkan
dibutuhkan terlalu besar; 3)
oleh bank. Pertanyaan-pertanyaan ini penting Penyelewengan yang dilakukan
dijawab, dalam rangka mengantisipasi nasabah dengan menggunakan
kemungkinan tersendat atau macetnya kredit dana kredit tersebut tidak sesuai
yang telah disalurkan bank.12 dengan tujuan penggunaan.
Ismail menyatakan, banyak faktor yang b) Unsur ketidaksengajaan: 1)
menyebabkan kredit tersebut menjadi Debitur mau melaksanakan
bermasalah, yaitu : 13 kewajiban sesuai perjanjian, akan
1. Faktor Intern Bank tetapi kemampuan perusahaan
sangat terbatas, sehingga tidak
a) analisis kurang tepat,sehingga tidak
dapat membayar angsuran; 2)
dapat memprediksi apa yang akan
Perusahaannya tidak dapat
terjadi dalam kurun waktu selama
bersaing dengan pasar, sehingga
jangka waktu kredit. Misalnya, kredit
volume penjualan menurun dan
diberikan tidak sesuai kebutuhan,
perusahaan rugi; 3) Perubahan
sehingga nasabah tidak mampu
kebijakan dan peraturan pemerintah
membayar angsuran yang melebihi
yang berdampak pada usaha
kemampuan.
debitur; 4)Bencana alam yang dapat
b) Adanya kolusi antara pejabat bank menyebabkan kerugian debitur.
yang menangani kredit dan nasabah Pencegahan kredit macet haruslah
sehingga bank memutuskan kredit cepat dilakukan untuk meminimalisir
yang tidak seharusnya diberikan. resiko, sehingga diharapkan kredit
c) Keterbatasan pengetahuan pejabat yang telah berjalan dengan lancar.
bank terhadap jenis usaha debitur Mahmoeddin menyatakan, ada tindakan
sehingga tidak dapat melakukan
untuk mencegah terjadinya kredit macet
analisis yang tepat dan akurat.
yaitu:14
d) Campur tangan terlalu besar dari
a) Penyempurnaan presedur kredit
pihak terkait.
b) Memiliki prinsip kehati-hatian dalam
e) Kelemahan dalam melakukan
pemberian kredit
pembinaan dan monitoring kredit
debitur. c) Membawa nama baik bank
f) Adanya kebijakan Direksi Bank yang d) Melengkapi dokumen sebelum realisasi
hanya mengutamakan kejar target kredit
kredit tanpa mengindahkan aspek e) Mengawasi pencairan kredit
hukum dan Prinsip-Prinsip f) Melakukan pengawasan kredit
Perkreditan g) Melakukan pengawasan terhadap
2. Faktor Extern Bank petugas kredit
a) Unsur kesengajaan yang dilakukan h) Membuat kebijakan yang tepat
oleh nasabah: 1) Nasabah sengaja i) Memegang prinsip kredit dengan
untuk tidak melakukan pembayaran konsekuen
angsuran kepada bank, karena
j) Mengantisipasi terjadinya kepentingan
12 Ibid.
pribadi

13 http://repository. unair.ac.id/30124/3/3.%
2520BAB% 25202.pdf[diakses 7/8/2018] 14 Ibid.

335
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

Dalam hal debitur wanprestasi dalam konversi atas seluruh atau sebagian dari
melunasi kredit, maka bank melakukan kredit menjadi equity perusahaan.
penagihan secara intensif atau melakukan Restructuring (penataan kembali), yaitu
upaya lain agar kredit yang telah diberikan upaya berupa melakukan perubahan syarat-
dapat dilunasi sesuai dengan perjanjian yang syarat perjanjian kredit berupa pemberian
telah disepakati. Untuk menyelesaikan kredit tambahan kredit, atau melakukan konversi
bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) atas seluruh atau sebagian kredit menjadi
itu dapat ditempuh dua cara atau strategi perusahaan, yang dilakukan dengan atau
yaitu: 1)Penyelamatan kredit; 2)Penghapusan tanpa rescheduling atau reconditioning.
kredit. Upaya penyelamatan kredit dilakukan Bank hanya dapat melakukan
bank berpedoman pada Surat Edaran Bank Restrukturisasi Kredit terhadap debitur yang
Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei memenuhi kriteria sebagai berikut:15 a)debitur
1993. mengalami kesulitan pembayaran pokok
Bank melakukan upaya penyelamatan dan/atau bunga Kredit; dan b)debitur masih
kredit bermasalah dengan pertimbangan memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai
sebagai berikut: a)Dengan penyelamatan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit
kredit, kondisi Bank/Lembaga Keuangan direstrukturisasi. Bank dilarang melakukan
menjadi lebih baik; b)Adanya itikad baik dari Restrukturisasi Kredit dengan tujuan hanya
debitur yang kooperatif; c)Penilaian usaha untuk:16
debitur yang menunjukkan prospek usaha a. memperbaiki kualitas Kredit; atau
yang baik; d)Penilaian harga barang jaminan
b. menghindari peningkatan
dapat digunakan untuk menutup kredit, jika
pembentukan PPA, tanpa memperhatikan
masih kurang nilai jaminannya maka debitur
kriteria debitur.
harus memberikan jaminan lagi.
Menurut Sudikno Mertokusumo,
Penyelamatan kredit menurut Surat
kepastian hukum merupakan sebuah jaminan
Edaran Bank Indonesia tersebut
bahwa hukum tersebut harus dijalankan
menggunakan tiga cara yaitu:
dengan cara yang baik.17
a. Penjadwalan kembali (rescheduling),
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari
b. Persyaratan kembali (reconditioning), ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan
c. Penataan kembali (restructuring). pada aliran pemikiran positivistis di dunia
Rescheduling (penjadwalan kembali), hukum, yang cenderung melihat hukum
yaitu suatu upaya untuk melakukan sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri,
perubahan terhadap beberapa syarat karena bagi penganut pemikiran ini, hukum
perjanjian kredit yang berkenaan dengan tidak lain hanya kumpulan aturan.18 Untuk
jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu
kredit termasuk tenggang (grace priod), dan 15 Pasal 52 Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/
perubahan jumlah angsuran, apabila perlu BPPP tanggal 29 Mei 1993.
16 Ibid, Pasal 53.
dengan penambahan kredit. Reconditioning 17 http://tesishukum.com/pengertian-asas-
(persyaratan kembali), yaitu melakukan kepastian-hukum-menurut-para-ahli/ [diakses
perubahan atas sebagian atau seluruh 18 /7/2018].
18 Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain
persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas
dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian
hanya kepada perubahan jadwal angsuran, hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh
atau jangka waktu kredit saja. Namun hukum dengan sifatnya yang hanya membuat
suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat
perubahan kredit tersebut tanpa memberikan umum dari aturan-aturan hukum membuktikan
tambahan kredit atau tanpa melakukan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan

336
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

menjamin kepastian hukum, peraturan disebabkan oleh kelemahan dari sisi intern
perundang-undangan selain harus memenuhi debitur; kelemahan dari sisi intern bank; dan
syarat-syarat formal, harus memenuhi syarat- kelemahan dari sisi ekstern bank. 22
syarat lain, yaitu:19 jelas dalam perumusannya; Apabila upaya penyelamatan kredit
konsisten dalam perumusannya –baik secara dengan cara restrukturisasi tetap tidak
intern maupun ekstern–; menggunaan berhasil dan portofolio kredit tetap
bahasa yang tepat dan mudah dimengerti. macet, maka dapat menempuh cara
Kepastian hukum adalah “sicherkeit des penghapusan kredit macet (bad credit).
Rechts selbst” (kepastian tentang hukum itu Penghapusbukuan merupakan salah satu
sendiri). Hal yang berhubungan dengan cara untuk menyehatkan sistem perkreditan
makna kepastian hukum:20 dalan suatu bank dengan memindahkan
1. Bahwa hukum itu positif, artinya bahwa kredit-kredit bermasalah (macet) yang sulit
ia adalah perundang-undangan untuk ditangani dari neraca bank menjadi
(gesetzliches Recht). ekstrakomtable sehingga tidak membebani
2. Bahwa hukum itu didasarkan pada fakta kinerja bank lagi, namun tidak menghapus
(tatsachen), bukan suatu rumusan hak bank untuk menagih pelunasan kepada
tentang penilaian yang nanti akan debitur.23 Namun mekanisme hapus buku
dilakukan oleh hakim, seperti “kemauan pada umumnya kurang populer bagi para
baik”, ”kesopanan”. pemegang saham karena dapat mengurangi
3. Bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan laba bank dan deviden bagi pemegang
cara yang jelas sehingga menghindari saham serta mencerminkan kekurang-hati-
kekeliruan dalam pemaknaan, di hatian manajemen bank dalam mengelola
samping juga mudah dijalankan. portofolio kreditnya.24
4. Hukum positif itu tidak boleh sering Di antara empat bank BUMN, Bank
diubah-ubah.
Mandiri tercatat melakukan hapus buku
Ketentuan Pasal 12 Ayat (3) Peraturan terbesar yaitu Rp 11,41 triliun. Jumlahnya
Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 naik hampir dua kali lipat dari tahun 2015
Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum yang sebesar Rp 5,99 triliun. Selain Bank
mengatakan ”berdasarkan penilaian, kualitas Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga
Kredit ditetapkan menjadi: a)Lancar; b) tercatat melakukan hapus buku dengan
Dalam Perhatian Khusus; c)Kurang Lancar; nominal besar yaitu Rp 8,47 triliun atau naik
d)Diragukan; atau e)Macet.”21 Kredit 8,42 persen dari tahun sebelumnya.25
bermasalah Non-Performing Loan (NPL)
adalah kredit yang dikategorikan kurang
lancar, diragukan, dan macet yang dapat

keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata- 22 Penjelasan selengkapnya lihat http://


mata untuk kepastian Achmad Ali, Menguak Tabir andybangun. blogspot.co.id/2012/05/
Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), penanganan- kredit-bermasalah. Html
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, [diakses 22/7 /2018].
hlm.82-83. 23 Permasalahan hapus kredit bank Pemerintah
19 Penjelasan selengkapnya lihat http://artonang. tersedia dalam https://legalbanking. wordpress.
blogspot.co.id/2016/06/fungsi-kepastian- com /2013/10/01/ permasalahan-hapus-buku-
hukum.html [diakses 20/7/2018]. kredit-bank-pemerintah/ [diakses 23/7/2018] D.
20 Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, 24 Ibid.
Jakarta: UKI Press, 2006, hlm. 135-136. 25 https://katadata. co.id/berita/2017/03/22/
21 Selengkapnya perincian penetapan kualitas kredit melejit-41-persen-bank-bumn-hapus-buku-
lihat Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 09/ kredit-macet-rp-248-triliun [diakses 24 /7/
PJ.42/1999. 2018].

337
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

Tabel Bank yang Hapus Buku tagih (penghapusan mutlak). Hapus tagih
Bank BUMN 2015 2016 Perubahan pada umumnya baru dilakukan oleh pihak
bank jika portofolio kredit macet (bad credit)
Bank Mandiri 5,99 11,41 90,34 % tersebut sudah sulit untuk ditagih atau karena
BRI 7,81 8,47 8,42
biaya penagihannya sangat besar. Namun,
BNI 2,47 3,18 71,7%
BTN 1,25 1,71 36,82%
meskipun sudah dihapus buku, portofolio
total 17,53 24,78 41,37% kredit macet (bad credit) masih mungkin
Sumber : Laporan keuangan bank-bank BUMN untuk ditagih29 sehingga masih mungkin
tahun 2016 (Diolah)26 memberikan pemaskan uang kepada bank.
Hapus Buku adalah write off yaitu Pemasukan semacam ini tetap harus
pinjaman atau kredit macet yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pembukuan bank yaitu
ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca dalam pos penghasilan lain-lain, sehingga
(on-balance sheet) dan dicatat pada tidak boleh dijadikan sebagai penghasilan
rekening administratif (off-balance sheet). pribadi para pejabat bank. Berkaitan dengan
Penghapusbukuan pinjaman atau kredit hal itu, bank wajib memiliki kebijakan dan
macet tersebut dibebankan pada akun prosedur tertulis mengenai hapus buku dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif; hapus tagih yang wajib disetujui oleh Dewan
meskipun pinjaman macet tersebut telah Komisaris paling rendah paling rendah oleh
dihapusbukukan, hal ini hanya bersifat Direksi. Dewan Komisaris wajib melakukan
administratif sehingga penagihan terhadap pengawasan secara aktif terhadap
debitur tetap dilakukan; hasil tagihan pokok pelaksanaan kebijakan yang merupakan
pinjaman dibukukan ke rekening penyisihan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan
penghapusan aktiva produktif, sedangkan manajemen risiko Bank sebagaimana diatur
tagihan bunga dibukukan sebagai dalam ketentuan Bank Indonesia yang
pendapatan lain. 27
Penghapusbukuan berlaku.
piutang adalah suatu tindakan administratif Hapus buku dan/atau hapus tagih hanya
yang dilakukan bank atas piutang-piutang dapat dilakukan terhadap penyediaan dana
bank yang belum/tidak dapat ditagih. yang telah didukung perhitungan Cadangan
Tindakan administratif tersebut adalah Penuruan Kerugian Nilai (CKPN) sebesar
penghapusan dari pembukuan secara 100% dan kualitasnya telah ditetapkan macet
intrakomtabel untuk kemudian dicatat secara serta hapus buku tidak dapat dilakukan
ekstrakomtabel.28 terhadap sebagian penyediaan dana (partial
Penghapusan kredit macet (bad credit) write off) tetapi hapus tagih dapat dilakukan
(write-off) sudah lazim dilakukan perbankan baik untuk sebagian yaitu dalam rangka
nasional sebagai salah satu cara untuk restrukturisasi kredit atau dalam rangka
menurunkan tingkat rasio kredit bermasalah penyelesaian kredit atau seluruh penyediaan
(rasio NPL) guna meningkatkan tingkat dana.
kesehatan bank. Penghapusan kredit macet
(bad credit) terdiri atas dua tahap yaitu: hapus
buku (penghapusan bersyarat) dan hapus
29 Pasal 1967 KUHPerdata “Semua tuntutan hukum,
baik yang bersifat kebendaan maupun yang
bersifat perorangan, hapus karena lewat waktu
26 Ibid. dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun,
27 Kamus Bank Indonesia sedangkan orang yang menunjuk adanya lewat
28 https://legalbanking. wordpress.com/ waktu itu, tidak usah menunjukkan suatu alas hak,
2013/10/01/permasalahan-hapus-buku- dan terhadapnya tak dapat diajukan suatu
kredit-bank-pemerintah/ [diakses 26/7/ 2018]. tangkisan yang didasarkan pada itikad buruk.”

338
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

Suatu piutang bank atau kewajiban a. Penghapusbukuan piutang Bank tidak


debitur dapat diusulkan untuk dihapusbukukan boleh mengakibatkan pembebasan
jika kolektibilitasnya telah berada pada hutang/kewajiban debitur.
golongan 5 (macet) dan memenuhi kriteria b. Keputusan penghapusbukuan sama
sebagai berikut :30 sekali tidak boleh diberitahukan kepada
1) Usaha debitur macet. debitur atau pihak luar manapun.
2) Debitur telah meninggal dunia dan tidak c. Penghapusbukuan terhadap hutang
ada akhli waris pihak ketiga yang dapat debitur tidak berarti menghapus nama
menyelesaikan kreditnya. debitur dari Daftar Kredit Macet Bank
Indonesia.
3) Debitur tidak diketahui alamatnya/
melarikan diri dan tidak ada pihak Kelebihan, hapus buku adalah:
keluarga yang bertanggung jawab untuk (1). Kualitas neraca perkreditan bank menjadi
menyelesaikan kreditnya. lebih baik, angka-angka piutang kredit
4) Pemilik agunan/penjamin tidak mampu/ yang tidak menghasilkan, tunggakan
tidak bersedia membantu langkah pokok kredit, bunga dan denda dapat
penyelesaian yang diusulkan. keluarkan dari neraca bank.
5) Barang agunan musnah/mengalami (2). Mutu aktiva produktif bank menjadi lebih
penurunan nilai atau nilainya telah baik, tingkat Non- P e r f o r m a n c e
mengalami perubahan. Loan (NPL) menjadi rendah sehingga
akan meningkatkan nilai kesehatan di
6) Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan
mata Bank Indonesia.
Negeri.
(3). Atas piutang kredit yang telah
7) Saldo kewajiban debitur telah dicatat
dihapusbukukan, Bank tetap dapat
oleh Kantor Pengurusan Piutang dan
melakukan penagihan kepada debitur
Lelang Negara (KP2LN) sebagai piutang
sampai dengan lunas, termasuk dapat
negara yang sementara tidak ditagih.
melakukan eksekusi agunan kredit.
8) Upaya-upaya penagihan intern telah
(4). Bank dapat lebih fokus berkonsentrasi
dilakukan secara maksimal.
untuk mengembangkan produk dan
9) Sumber pengembalian dari debitur dan ekspansi bisnis tanpa harus terus
pihak lainnya tidak ada. menerus terhambat kredit bermasalah
10) Kredit macet yang tuntutan ganti ruginya yang berlarut-larut.
telah dibayar/ditolak oleh lembaga (5). Bagi bank BUMN/ BUMD dapat
penjamin. menghindari bank dari potensi
Wewenang memutus penghapusbukuan kriminalisasi kredit macet, karena hapus-
piutang berada pada direksi, atas usul/ buku telah memiliki landasan hukum
rekomendasi divisi kredit sedangkan berupa Peraturan Pemerintah dan
prosedur penghapusbukuan yang harus Peraturan Bank Indonesia (PBI).
dilakukan adalah dengan mengajukan usul (6). Secara keseluruhan dapat digunakan
penghapusbukuan kepada pejabat sesuai untuk menyehatkan sistem perbankan
kewenangan penghapusbukuan yang dan stabilitas ekonomi nasional.
berlaku dengan menggunakan form. PS-03. Kelemahan hapus buku :
Larangan dalam penghapusbukuan adalah: (1). Penghapusbukuan kredit bermasalah
dapat membawa dampak penurunan
Capital Adequacy Ratio (CAR) bila
30 https://legalbanking. wordpress.com/ jumlah cadangan penghapusan kredit
2013/10/01/permasalahan-hapus-buku- bermasalah yang ada tidak cukup untuk
kredit-bank-pemerintah/ loc.cit. menutupi jumlah kredit yang dihapuskan.

339
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

(2). Dapat mengurangi laba, karena apabila daerah. Dengan demikian, setiap
terjadi jumlah kredit yang dihapus-buku piutang negara yang mengalami macet
melebihi jumlah cadangan penghapusan harus diselesaikan serahkan oleh
kredit, maka selisih kekurangannya akan PUPN. PUPN mempunyai kewenangan
dibebankan kepada laba bank. “parate eksekusi”, yaitu keputusannya
(3). Setelah dilakukan hapus buku, biasanya bersifat mengikat dan memiliki kekuatan
bank enggan untuk menagih piutang eksekutorial tanpa melalui pengadilan.
kredit tersebut kepada debitur sehingga b. UU No 31 Tahun 1999 Tentang
pengembalian kerugian bank menjadi Pemberantasan Tindak Pidana
berlarut-larut. Korupsi
(4). Dalam hal tertentu dapat dimanfaaatkan Penjelasan Umum UU ini menjelaskan
bank untuk menyembunyikan “Keuangan negara yang dimaksud
portofolio kreditnya yang dalam proses adalah Seluruh kekayaan negara dalam
pemberiannya melanggar SOP/ hukum bentuk apapun, yang dipisahkan atau
yang berlaku. yang tidak dipisahkan, termasuk
(5). Masih terdapat pandangan dari BPK dan didalamnya segala bagian kekayaan
Kejaksaan Agung bahwa dasar hukum negara dan segala hak dan kewajiban
hapus-buku berupa Peraturan yang timbul karena: a. berada dalam
Pemerintah No.33 Tahun 2006 tentang penguasaan, pengurusan, dan
Tata Cara Penghapusan Piutang Negara pertanggungjawaban pejabat Negara,
dan Peraturan Bank Indonesia kurang baik di tingkat pusat maupun daerah; b.
kuat, karena dianggap kontradiksi berada dalam penguasaan, pengurusan
dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu dan pertanggungjawaban BUMN/BUMD,
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan yayasan, badan hukum, dan perusahaan
Negara terkait definisi Kekayaan Negara yang menyertakan modal negara, atau
dan Perpu No. 49 Prp Tahun 1960 perusahaan yang menyertakan modal
tentang Penyelesaian Urusan Piutang pihak ketiga berdasarkan perjanjian
Negara (PUPN). dengan Negara.
Pengertian piutang negara atau c. UU No 17 Tahun 2003 Tentang
kekayaan negara secara normatif dapat Keuangan Negara
dilihat dari berbagai peraturan, yaitu: “Keuangan negara adalah segala hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai
a. UU No 49/Prp/Tahun 1960 Tentang
dengan uang, serta segala sesuatu baik
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
berupa uang maupun barang yang
“Yang dimaksud dengan piutang dapat dijadikan milik negara berhubung
Negara atau hutang kepada Negara dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
oleh Peraturan ini, ialah jumlah uang tersebut.
yang wajib dibayar kepada Negara atau
Badan-Badan yang baik secara langsung Keuangan Negara meliputi:32
atau tidak langsung dikuasai oleh Negara a. …………;
berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian b. ………….;
atau sebab apapun.”31 c. ………….;
UU tersebut mengamanatkan bahwa d. ………….;
piutang negara antara lain meliputi
e. ………….;
piutang pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan badan-badan negara atau f. ……………..;

32 Selengkapnya lihat Pasal 2 UU No 17 Tahun


31 Pasal 8 UU PUPN. 2003 Tentang Keuangan Negara.

340
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

g. kekayaan negara/kekayaan daerah No 1 Tahun 1995 sebelum kemudian diganti


yang dikelola sendiri atau oleh dengan UU No 40 Tahun 2007. Dengan
pihak lain berupa uang, surat demikian, karena pembinaan dan pengelolaan
berharga, piutang, barang, serta BUMN tidak lagi didasarkan pada mekanisme
hak-hak lain yang dapat dinilai APBN melainkan didasarkan pada prinsip-
dengan uang, termasuk kekayaan prinsip perusahaan yang sehat, dengan
yang dipisahkan pada perusahaan
sendirinya piutang BUMN lepas dari sistem
negara/perusahaan daerah;
APBN. Implikasinya, piutang BUMN tidak
h. ………………..; dapat lagi disebut sebagai piutang negara
i. ……………….... sehingga tidak perlu lagi diurus oleh PUPN.36
Berdasarkan point g maka asset BUMN Namun, UU No 17 Tahun 2003 Tentang
yang merupakan kekayaan yang Keuangan Negara yang diundangkan pada
dipisahkan pada perusahaan negara tanggal 5 April 200337 memuat rumusan yang
termasuk “keuangan negara.” berbeda (sebaliknya) yaitu mengkategorikan
d. UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN piutang BUMN sebagai piutang negara.
jo UU No 40 Tahun 2007 Tentang e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Perseroan Terbatas Tentang Perbendaharaan Negara
Badan Usaha Milik Negara, yang Piutang Negara adalah jumlah uang
selanjutnya disebut BUMN, adalah badan yang wajib dibayar kepada Pemerintah
usaha yang seluruh atau sebagian besar Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat
modalnya dimiliki oleh negara melalui yang dapat dinilai dengan uang sebagai
penyertaan secara langsung yang berasal akibat perjanjian atau akibat lainnya
dari kekayaan negara yang dipisahkan.33 berdasarkan peraturan perundang-
Modal BUMN merupakan dan berasal undangan yang berlaku atau akibat
dari kekayaan negara yang dipisahkan.34 lainnya yang sah.38
Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah Dengan demikian, asset BUMN
pemisahan kekayaan negara dari Anggaran termasukpembedaharaannegarayaitu
“pengelolaan dan pertanggungjawaban
Pendapatan dan Belanja Negara untuk
keuangan negara, termasuk investasi
dijadikan penyertaan modal negara pada
dan kekayaan yang dipisahkan, yang
BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan
ditetapkan dalam APBN dan APBD.”39
pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada
f. Fatwa Mahkamah Agung
sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, namun pembinaan dan Fatwa MA merupakan dasar keluarnya
PP No.33 Tahun 2006 yang mencabut
pengelolaannya didasarkan pada prinsip-
PP No.14 Tahun 2005 tentang Tata Cara
prinsip perusahaan yang sehat.35
Penghapusan Piutang Negara/Daerah.
Frase “pembinaan dan pengelolaannya
didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan
yang sehat” berimplikasi bahwa pembinaan
dan pengelolaan BUMN tunduk pada UU yang
mengatur mengenai Perseroan Terbatas,
36 https://teguhalkhawarizmi. wordpress. com/
yang pada waktu itu masih berlaku adalah UU
tag/fatwa-ma-piutang-negara/ [diakses 29/7
2018].
37 Ibid, UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
33 Pasal 1 Angka 1 UU No 19 Tahun 2003 Tentang disahkan Juni 2003, jadi hanya selisih 2,5 bulan
BUMN. saja.
34 Ibid, Pasal 4 Ayat (1). 38 Pasal 1 Angka 6 UU No 1 Tahun 2004.
35 Penjelasan Pasal 4 Ayat (1) UU BUMN 39 Ibid, Pasal 1 Angka 1.

341
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

Fatwa MA40 yang berbunyi : tidak lagi mengikat secara hukum


(a). Pasal 1 Angka 1 UU No. 19 Tahun dengan adanya undang-undang
2003 ”BUMN, adalah badan usaha khusus (lex spesialis) dan lebih baru
yang seluruh atau sebagian besar dari UU No.49 Prp Tahun 1960.
modalnya dimiliki oleh negara (e). Begitu pula halnya dengan Pasal
melalui penyertaan langsung yang 2 huruf g UU No.17 Tahun 2003
berasal dari kekayaan negara yang yang berbunyi Keuangan Negara
dipisahkan.” sebagaimana dimaksud dalam pasal
(b). Pasal 4 Ayat 1 UU No. 19/2003 1 meliputi: ”g)Kekayaan Negara/
tentang BUMN, modal BUMN kekayaan daerah yang dikelola
merupakan modal yang berasal dari sendiri atau oleh pihak lain berupa
kekayaan Negara yang dipisahkan, uang, surat berharga, piutang,
pemisahan kekayaan Negara dari barang, serta hak-hak lain yang
Anggaran Pendapatan dan Belanja dapat dinilai dengan uang termasuk
Negara (APBN) untuk dijadikan kekayaan yang dipisahkan pada
penyertaan modal Negara pada perusahaan Negara/perusahaan
BUMN, namun pembinaan dan daerah.” Adanya UU No.19 Tahun
pengelolaannya didasarkan pada 2003 Tentang BUMN maka
prinsip-prinsip perusahaan yang ketentuan dalam pasal 2 huruf g
sehat. khususnya mengenai “kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan
(c). Pasal 1 Angka 6 UU No.1/2004
Negara/perusahaan daerah juga
tentang Perbendaharaan Negara
tidak mempunyai kekuatan mengikat
”piutang negara adalah jumlah
secara hukum. Oleh karena itu
uang yang wajib dibayar kepada
Pemerintah Pusat dan/atau hak dengan adanya UU No.19/2003
Pemerintah Pusat yang dapat tentang BUMN, UU No.1/2004,
dinilai dengan uang sebagai akibat UU No.17/2003 dan UU No.49
perjanjian atau akibat lainnya Prp.Tahun 1960 tersebut tidak
mempunyai kekuatan mengikat
berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau akibat secara hukum. Berdasarkan
pertimbangan hukum tersebut,
lainnya yang sah. Oleh karena itu
piutang BUMN bukanlah piutang Mahkamah Agung menyatakan
bahwa PP No 14 Tahun 2005
Negara.
tentang Tata Cara Penghapusan
(d). Pasal 8 UU No.49 Prp Tahun 1960
Piutang Negara/Daerah dapat
dan Pasal 12 Ayat (1) mewajibkan
dilakukan perubahan seperlunya.
instansi-instansi pemerintah
dan badan-badan negara untuk Berdasarkan perundang-undangan dan
menyerahkan piutang-piutangnya Fatwa Mahkamah Agung, maka asset
yang adanya dan besarnya telah BUMN adalah kekayaan negara atau bukan
pasti menurut hukum tetapi dapat disimpulkan sebagai berikut:
penanggung utangnya tidak mau UU No. 49/Prp/ Tahun 1960 Asset BUMN adalah
melunasi kepada Panitia Urusan Tentang Panitia Urusan kekayaan negara
Piutang Negara, namun ketentuan Piutang Negara (PUPN)
tentang piutang BUMN dalam UU UU. No. 17 Tahun 2003 Asset BUMN adalah
Tentang Keuangan Negara kekayaan negara
No.49 Prp. Tahun 1960 tersebut

40 http://www.pbmkn.perbendaharaan.go.id/
subusers/gorontalo /public_html/ berita/fatwa_
ma. htm diakses[ 2 /8/2018].

342
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

UU. No, 19 Tahun 2003 Asset BUMN bukan Korupsi (KPK).41


Tentang Badan Usaha Milik kekayaan negara
Negara jo Undang-Undang
Apabila dikaji berdasarkan asas “lex
Nomor 40 Tahun 2007 tentang superior derogate lege infeori” (hukum yang
Perseroan Terbatas tinggi mengesampingkan hukum yang lebih
rendah), maka PP No. 33 Tahun 2006 dan Per
UU. No. 1 Tahun 2004 Tentang Asset BUMN adalah
Perbendaharaan Negara kekayaan negara Menkeu No. 87/PMK07/2006 yang didasarkan
atas fatwa MA tidak dapat mengesampingkan
UU. No. 31 Tahun 1999 Asset BUMN adalah UU PUPN dan UU Tindak Pidana Korupsi,
Tentang Pemberantasan kekayaan negara
dan UU Kekayaan Negara karena itu demi
Tindak Pidana Korupsi
kepastian hukum, PP No. 33 Tahun 2006 dan
PP. No 33 Tahun 2006 Asset BUMN bukan Permenkeu No. 87/PMK07/2006 harus
jo PerMenKeu No. 87/ kekayaan negara dinyatakan batal demi hukum (cacat yuridis).
PMK07/2006 berdasarkan
Fatwa MA, dan PP. No. 14
Hubungan antarnorma tersebut merupakan
Tahun 2005 Tentang Tata Cara kesatuan hirarkhi “superior dan inferior”,
Penghapusan Piutang Negara/ sehingga pembuatan norma yang lebih
Daerah
rendah ditentukan oleh norma yang lebih
Kontradiksi atau inkonsisten antara UU tinggi. Pembuatan norma yang ditentukan
PUPN jo. UU Keuangan Negara dengan UU oleh norma lebih tinggi menjadi alasan utama
BUMN diselesaikan melalui asas perundang- validitas keseluruhan tata hukum yang
undangan “bahwa UU yang baru membentuk kesatuan.42
mengesampingkan UU yang lama” (Lex Kondisi tersebut membawa dampak
posterior derogat legi priori).” Hal ini berarti terhadap lingkup tugas serta organisasi
yang berlaku adalah UU BUMN yang Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
mengatakan bahwa asset BUMN bukan (DJKN) yang dibentuk berdasarkan Pasal
kekayaan negara. 15 huruf f Perpres No. 66 Tahun 2006
Berdasarkan asas perundang- Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon
undangan “bahwa undang-undang yang I Departemen Keuangan yang mempunyai
lebih khusus menyampingkan undang- tugas merumuskan serta melaksanakan
undang yang lebih umum (Lex specialis kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
derogat legi generalis),” maka apabila UU kekayaan Negara, piutang Negara dan
BUMN dianggap lebih khusus, yaitu untuk lelang. Kemudian keputusan Menkeu No.
piutang negara di BUMN berlaku UU BUMN, 466/KMK.01/2006 tanggal 30 Juli 2006
sehingga dapat mengesampingkan UU menetapkan fungsi dari Direktorat Jenderal
Keuangan Negara dan UU PUPN.
Berkaitan dengan PP No. 33 Tahun 41 Natasya danYunus Husein danAad Rusyad Nurdin,
2006, pelaksanaan di lapangan masih Analisis Terhadap Dampak Penghapusbukuan
menghadapi kendala bagi para bankir untuk dan Penghapustagihan bagi Bank dan Debitur
sebagai salah satu upaya penyelesaian Kredit
menerapkan aturan tersebut. Para bankir Macet (Tinjauan Pada Bank X), Jurnal Fakultas
bank BUMN merasa takut dilakukannya Hukum Universitas Indonesia tersedia dalam
http://www.lib.ui.ac.id/ naskahringkas/2016-06/
pengusutan secara hukum berdasarkan
S56453-Natasya [diakses 12 /8/ 2018].
tindak pidana korupsi karena belum adanya 42 Kelsen, General Theory of Law ans State,
pemahaman yang sama antara bankir dengan Translated by: Anders Wedberg, New York:
Russell and Russell, sebagaimana dikutip oleh
aparat penegak hukum dan juga BPK, DPR, Jimly Assiddiqie dan M Ali Safa’at, Teori Hans
Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat
Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
RI, 2006, hlm 110.

343
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

Kekayaan Negara yang salah satunya 4 Ayat (1)43, Pasal 4 ayat (4)44, Pasal 845, dan
adalah Direktorat Piutang dan Lelang Negara Pasal 12 Ayat (1).46 Selanjutnya dikemukakan
(DJPLN). DJPLN pada Subdit Piutang dengan dinyatakan inkonstitusional dan
Negara Perbankan dan Non Perbankan tidak mengikat frasa dalam beberapa pasal
yang harus diubah dalam struktur organisasi tersebut, maka ketentuan beberapa pasal
DJPKN karena pengurusan piutang BUMN tersebut harus dibaca lain. Misalkan Pasal 8
baik yang berasal dari perbankan maupun harus dibaca, “Yang dimaksud dengan piutang
non perbankan diserahkan ke masing-masing negara atau utang kepada negara oleh
bank BUMN yang bersangkutan. Perubahan peraturan ini, ialah jumlah uang yang wajib
ini juga akan berdampak terhadap perubahan dibayar kepada negara berdasarkan suatu
tata kerja khususnya menyangkut sumber peraturan, perjanjian atau sebab apapun.”
daya manusia yang menangani pengurusan Pasal ini, lanjut Akil, karena MK menyatakan
piutang negara. frasa “atau Badan-badan yang baik secara
Sinkronisasi terhadap aturan piutang langsung atau tidak langsung dikuasai oleh
negara ini juga sebagaimana diutarakan negara” dalam Pasal 8 UU PUPN adalah
oleh Himpunan Bank-Bank Milik Negara bertentangan dengan UUD 194547 dan tidak
(HIMBARA). Berkaitan dengan Putusan mempunyai kekuatan hukum mengikat.48
Mahkamah Konstitusi (MK) No. 77/PUU-
IX/2012 mengenai pembatalan sejumlah 43 Panitia Urusan Piutang Negara bertugas:
pasal yang terdapat di UU No. 49 Prp Mengurus piutang Negara yang berdasarkan
Peraturan ini telah diserahkan pengurusannya
Tahun 1960 tentang PUPN. Pertimbangan kepadanya oleh Pemerintah atau Badan-badan
penting putusan No. 77/PUU-IX/2012 yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini.
mengenai pengujian kewenangan PUPN 44 Panitia Urusan Piutang Negara bertugas:
Melakukan pengawasan terhadap piutang-
terkait mengurus piutang BUMN yang tidak piutang/kredit-kredit yang telah dikeluarkan oleh
dapat melakukan restrukturisasi utang atas Negara/Badan-badan Negara apakah kredit itu
benar-benar dipergunakan seuai dengan
piutang para debitur bank BUMN ini, menurut permohonan dan/atau syarat-syarat pemberian
penjelasan Akil Mochtar bahwa pertimbangan kredit dan menanyakan keterangan-keterangan
putusan MK, kedudukan PP yang merujuk dan yang berhubungan dengan itu Kepada Bank-bank
dengan menyimpang dari ketentuan-ketentuan
sebagai pelaksanaan dari UU PUPN tersebut dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
merupakan aturan yang bertentangan Undang No. 23 Tahun 1960 tentang Rahasia
Bank
dengan prinsip-prinsip konstitusi dan prinsip
45 Yang dimaksud dengan piutang Negara atau
hukum yang berlaku umum. Akil mengatakan, hutang kepada Negara oleh Peraturan ini, ialah
“Putusan ini memberikan kepastian hukum jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara
atau Badan- badan yang baik secara langsung
bagi para pihak sebagaimana dijamin oleh atau tidak langsung dikuasai oleh Negara
UUD 1945.” Akil juga menjelaskan, amar berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian atau
putusan lembaga peradilan tata negara ini, sebab apapun.
46 Instansi-instansi Pemerintah dan Badan-badan
MK telah menyatakan inkonstitusional frasa Negara yang dimaksudkan dalam pasal 8
dalam beberapa pasal UU PUPN, yaitu Pasal Peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-
piutangnya yang adanya dan besarnya telah
pasti menurut hukum akan tetapi penanggung
hutangnyatidak mau melunasi sebagaimana
mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara.
47 Ada perlakuan yang berbeda antara Bank BUMN
dan Bank selain BUMN, sehingga tidak sesuai
dengan Pasal 28 D (1) Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum.
48 http://www.mahkamah konstitusi.go.id/ index.

344
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

Sinkronisasi diperlukan agar bank- melalui PUPN sebagaimana diatur dalam


bank BUMN dalam melaksanakan tugasnya UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan jo
dapat lebih baik lagi. Terlebih mengenai Perpu No. 49 Prp Tahun 1960 Tentang
pengembangan bank-bank BUMN dalam PUPN memerlukan prosedur kompleks dan
membantu pertumbuhan perekonomian di waktu yang relatif lebih lama padahal
Indonesia. HIMBARA juga merasa adanya berkaitan dengan bisnis perbankan perlu
diskriminasi yang ada antara Bank BUMN waktu yang cepat agar tidak mengganggu
dengan Bank Swasta yang lebih cepat likuiditas bank yang bersangkutan. Dilain
bergerak dalam melaksanakan penyelesaian pihak untuk penyelesaian hapus buku atau
kredit macetnya. Dari putusan MK tersebut, hapus tagih bagi bank swasta dapat ditangani
dijelaskan bahwa piutang bank BUMN dapat secara internal oleh bank yang bersangkutan
diselesaikan sendiri oleh manajemen karena itu sesuai dengan “asas persamaan”
masing-masing bank berdasarkan prinsip- sebagai penerapan tujuan hukum keadilan.
prinsip yang sehat di masing-masing bank. Oleh karena itu, penanganan secara internal
Lalu, bank BUMN sebagai PT telah juga seyogianya diberikan sebagai hak bagi
dipisahkan kekayaannya dari kekayaan bank BUMN. Namun dilain pihak, untuk
negara melakukan pengurusan piutang tidak menciptakan tata kelola yang baik dan bersih
dilimpahkan ke PUPN. Namun pada (good and clean government), penyelesaian
kenyataannya sampai saat ini masih belum hapus buku dan hapus tagih perlu mendapat
adanya perubahan yang signifikan akan hal pengawasan dari instansi terkait (bank
tersebut.49 Indonesia). Pengawasan berfungsi untuk
Ketentuan yang kontradiksi atau menentukan kesesuaian tindakan yang
inkonsisten baik secara vertikal (PP No. 33 dilakukan dengan prosedur pelaksanaan
Tahun 2006 dan Peraturan Bank Indonesia standar (SOP=Standard Operating
terhadap UU PUPN dan UU Keuangan Procedure) sehingga melalui pengawasan
Negara) maupun secara horizontal (UU tersebut akan menjamin kepastian hukum.
BUMN terhadap UU PUPN dan UU Keuangan Dalam konteks efektivitas hukum,
Negara) berdampak pada ketidakpastian dalam arti tujuan hukum tercapai, maka
hukum yang merupakan tujuan hukum selain ketiga tujuan hukum tersebut harus berjalan
keadilan sebagaimana dikemukakan oleh secara sinergis, selaras dan serasi meskipun
Aristoteles dan kemanfaatan atau kegunaan praktek pelaksanaanya kadang-kadang
(utility) sejalan dengan pendapat oleh Jeremy perlu memprioritaskan salah satu tujuan
Bentham. Keadilan dimaksudkan sebagai hukum. Berkaitan dengan ketentuan hapus
keseimbangan hak dan kewajiban sedangkan buku atau hapus tagih bagi bank BUMN,
kemanfaatan adalah nilai guna untuk pendekatan yang dilakukan adalah melalui
mencapai tujuan yang dikehendaki. Berkaitan sistem prioritas revisi atau pembentukan
dengan tujuan yang dikehendaki atau manfaat undang-undang baru. Namun politik hukum
yang didapatkan, maka seyogianya masing- tidak berdiri sendiri, apalagi jika hukum
masing bank seharusnya dapat melakukan diharapkan mampu berperan sebagai sarana
hapus buku dan hapus tagih secara internal rekayasa sosial. Pandangan yang hanya
sebagaimana ketentuan Bank Indonesia. melihat hukum sebagai alat pengatur dan
Penyelesaian hapus buku dan hapus tagih penertib saja, tanpa menyadari keserasian
hubungannya dengan dimensi-dimensi
php?page=web.Berita&id=7750#.Wkrk-FXiaUk
lain, akan melahirkan produk dan konsep
[diakses 4 /8 2018]. yang kaku tanpa cakrawala wawasan dan
49 Ibid.

345
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

pandangan sistemik yang lebih luas dalam sebagai bentuk kerugian negara yang dapat
menerjemahkan perasaan keadilan hukum dikaitkan dengan tindak pidana korupsi.
masyarakat.50 Untuk memutuskan apakah kredit macet
Dalam kaitan dengan ketentuan baru masuk ranah hukum pidana dan korupsi atau
atau akan dibentuk tentang penyelesaian tidak, semestinya perlu dilihat bagaimana
kredit bermasalah tentang hapus buku dan prosesnya. Sepanjang keputusan kredit
hapus tagih bagi Bank BUMN, yang perlu yang akhirnya macet diambil berdasarkan
diprioritaskan adalah kepentingan umum business judgement, diputus tanpa adanya
atau aspek kegunaan atau kemanfaatan conflict of interest, dan telah accountable,
(utility) dalam hal ini kelancaran likuiditas semestinya hal itu tidak dapat dinyatakan
bank untuk memberikan kredit kepada salah secara pidana.51 Hal ini bertujuan
masyarakat yang memerlukannya dengan menjamin kepastian hukum sehingga
tetap memperhatikan aspek keadilan, dan menghilangkan keragu-raguan pihak bank
kepastian hukum dalam arti sejalan dengan karena merasa takut sanksi pidana karena
asas perundang-undangan dan persyaratan dapat dikategorikan tindakan korupsi dalam
lain yang telah ditentukan agar legalitas melakukan hapus buku atau hapus tagih.
substansi dari perundang-undangan
terpenuhi. PENUTUP
Berdasarkan hal itu, terdapat 2 (dua)
Kesimpulan
tujuan hukum yang tidak konsisten yaitu
kepastian hukum di satu pihak dan Ketentuan Penyelesaian kredit
kemanfaatan atau kegunaan di lain pihak bermasalah yang dihapusbukukan atau
padahal idealnya, tujuan hukum tersebut dihapus tagih oleh Bank Badan Usaha Milik
berjalan selaras dan serasi. Oleh karena itu, Negara dari sisi substansi hukum kontradiksi
urgen untuk membuat ketentuan baru untuk atau inkonsisten sehingga pemangku
melakukan amendemen terhadap Perpu No. kepentingan ragu-ragu dalam melaksanakan
49 Prp Tahun 1960 Tentang PUPN dengan hapus buku atau hapus tagih tersebut.
cara mengecualikan ketentuan hapus buku Saran
atau hapus tagih bagi bank BUMN sehingga
Untuk menjamin kepastian hukum, perlu
penyelesaian dapat dilakukan secara internal
melakukan kebijakan merevisi ketentuan
oleh bank BUMN yang bersangkutan tetapi
lama melalui amandemen terhadap Perpu
untuk menimalisir dampak penyalahgunaan
No. 49 Prp Tahun 1960 Tentang PUPN atau
(mismanagement) perlu pengawasan oleh
membuat ketentuan baru tentang
Bank Indonesia.
penyelesaian kredit bermasalah yang
Pelaku hapus buku dalam rangka dihapusbukukan atau dihapus tagih oleh
penyelamatan kredit masih dipandang oleh Bank Badan Usaha Milik Negara.
beberapa pihak termasuk BPK dan
Kejaksaan harus dihukum, apalagi seringkali
dikaitkan dengan masalah tindak pidana
korupsi yang salah satu unsurnya “merugikan
keuangan negara.” Dengan menyamakan
kekayaan BUMD sebagai kekayaan negara,
maka hapus buku sering diidentikkan
51 https://legalbanking. wordpress.com/ 2013/10/01/
50 http://artonang. blogspot.co.id/2016/06/ fungsi- permasalahan-hapus-buku-kredit-bank-
kepastian-hukum.html loc.cit. pemerintah/ loc.cit.

346
Kebijakan Kredit yang Dihapusbukukan………. (Sudjana)

DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor


19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Milik Negara, Lembaran Negara
Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta: Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
Penerbit Toko Gunung Agung, 2012. 70.
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Jakarta: Rineka Cipta, 2016. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, Negara, Lembaran Negara Republik
2011. Indonesia Tahun 2004 Nomor 5.
Jimly Assiddiqie dan M Ali Safa’at, Teori Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Terbatas, Lembaran Negara Republik
Mahkamah Konstitusi RI, 2006. Indonesia Tahun 2007 Nomor 106.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
2010. Peraturan Perundang-undangan,
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Lembaran Negara Republik Indonesia
Ketertiban, Jakarta: UKI Press, 2006. Tahun 2011 Nomor 82.
Taufiqurakhman, Kebijakan Publik Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah
Pendelegasian Tanggungjawab Negara No. 14 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
Pemerintahan, Jakarta: Fakultas Ilmu Lembaran Negara Republik Indonesia
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tahun 2005 Nomor 157.
Moestopo Beragama (Pers), 2014. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Nomor 33 Tahun 2006, Lembaran
1945. Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Nomor 83.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 87/PMK07/2006,
49/Prp/ Tahun 1960 Tentang Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN), Berita Negara Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 791.
Tahun 1960 Nomor 156. Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor tanggal 29 Mei 1993.
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 09/
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 PJ.42/1999.
Tentang Perbankan, Lembaran Negara Fatwa Mahkamah Agung.
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor Kamus Bank Indonesia.
182.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
http://andybangun.blogspot.co.id/2012/05/
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
p e n a n g a n a n - k r e d i t - b e r m a sal ah.
Tindak Pidana Korupsi, Lembaran
html[diakses 22/7 /2018].
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140. http://artonang.blogspot.co.id/2016/06/
fungsi-kepastian-hukum.html [diakses
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
20/7/2018].
17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47.

347
JIKH Vol. 12 No. 3 November 2018 : 331 - 348

https://katadata.co.id/berita/2017/03/22/
melejit-41-persen-bank-bumn-hapus-
buku-kredit-macet-rp-248-triliun [diakses
24 /7/ 2018].
https://legalbanking. wordpress. com
/2013/10/01/ permasalahan-hapus-
buku-kredit-bank-pemerintah/ [diakses
26/7/ 2018].
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4042/3/
BAB% 20II.pdf [ diakses 4 /8/2018].
h t t p : / / r e p o s i t o r y. u n a i r.
ac.id/30124/3/3.%2520BAB% 25202.
pdf[diakses 7/8/2018].
https://teguhalkhawarizmi.wordpress.com/
tag/fatwa-ma-piutang-negara/, liku- liku
Penyempitan Terminologi Piutang
Negara: dari UUPUPN hingga RUU
Pengurusan Piutang Negara dan Piutang
Daerah. [diakses 29/7 2018].
http://tesishukum.com/pengertian-asas-
kepastian-hukum-menurut-para-ahli/
diakses 18/7/2018].
http://www.pbmkn.perbendaharaan.go.id/
subusers/gorontalo/public_html/berita/
fatwa_ma.htm [2 /8/2018].
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.
php?page=web.Berita&id=7750#.Wkrk-
FXiaUk [diakses 4 /8 2018].
Natasya, Yunus Husein dan Aad Rusyad
Nurdin, Analisis Terhadap Dampak
Penghapusbukuan dan
Penghapustagihan bagi Bank dan Debitur
sebagai salah satu upaya penyelesaian
Kredit Macet (Tinjauan Pada Bank X),
Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Indonesia tersedia dalam http://www.lib.
ui.ac.id/naskahringkas/2016-06/S56453-
Natasya [diakses 12 /8 2018].

348

You might also like