Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kronologi terjadinya Pertempuran Medan Area?
b. Bagaimana peristiwa Bandung Lautan Api dapat terjadi?
c. Bagaimana penyebaran berita proklamasi di Sulawesi?
d. Bagaimana operasi lintas laut Banyuwangi-Bali dapat terjadi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
Sejarah Indonesia yang telah diberikan kepada kelompok kami. Selain itu
penyusunan makalah ini juga untuk menambah atau memberi
pengetahuan tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi
tentara Sekutu, khususnya di wilayah Medan, Bandung, Sulawesi, dan
Bali.
D. Metode Penelitian
Metode yang kami gunakan dalan penyusunan karya tulis ini
menggunakan penyusunan studi kepustakaan, yaitu dengan membaca
berbagai sumber yang relevan dan mencari masalah tersebut lewat
internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sejak saat itu, Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia
untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera
Jepang Hinomaru. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah
lagu Kimigayo. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu
akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara
mereka, sehingga untuk merealisasikan janjinya pada tanggal 1
Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di
Jawa, Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya
suatu badan khusus yang bertugas menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia"
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai.
Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan
mempersiapkan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah
tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia
merdeka.
B. Pembentukan BPUPKI
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945,
bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr.
Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI
dengan didampingi oleh dua orang wakil ketua muda, yaitu Raden
Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang). Selain
menjadi wakil ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga diangkat
sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo.
BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62 orang
anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia
dari semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah
perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari
bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak suara. Keanggotaan ketujuh
wakil Jepang ini adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir
3
dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat dan pengawas orang-
orang BPUPKI pribumi saja.
C. Sidang-Sidang BPUPKI
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa
persidangan resmi BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan
yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI, yaitu:
4
tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara
"Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa
persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri oleh seluruh
anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang,
yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang
menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal
Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan
resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari, hanya
dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas
pandangan mengenai bentuk negara Indonesia, yakni disepakati
berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"),
kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang
akan menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah
merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia
yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga
orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang
mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia,
dan satu tokoh yang memaparkan teori berdirinya suatu negara.
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad
Yamin, S.H. berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik
Indonesia yang diberi judul “Asas dan Dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia”, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
5
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
2. Piagam Jakarta
Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu
panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia
Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk
mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar
negara Republik Indonesia.
9
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama,
masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan
dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga
dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di atas guna menggodok
berbagai masukan dari konsep-konsep sebelumnya yang telah
dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu dan juga usulan-usulan
dari anggota BPUPKI yang lainnya mengenai rumusan dasar negara
Indonesia. Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini
adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4
orang dari kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari
kaum keagamaan (pihak "Islam") yang terjadi di rumah Soekarno
yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta, maka
pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter",
yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement
Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya
kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan
tujuan "Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta"
itu. Dalam detik-detik yang menentukan menjelang pengesahan
10
Piagam Jakarta, Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Sembilan dengan
gigih meyakinkan seluruh anggota sidang BPUPKI untuk menerima
rumusan Piagam Jakarta sebagai Gentlement Agreement bangsa
Indonesia. Naskah “Piagam Jakarta” yang ditulis dengan
menggunakan ejaan Republik ditandatangani oleh seluruh anggota
“Panitia Sembilan”. Menurut dokumen tersebut, dasar negara
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam
masa persidangan BPUPKI yang kedua, yang diselenggarakan
mulai tanggal 10 Juli 1945.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu,
berlangsung pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38 orang
anggota BPUPKI yang diadakan di kantor besar Jawa Hokokai.
Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang
membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda:
"Preambule") Undang-Undang Dasar 1945", yang kemudian
dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang
kedua (10 Juli-17 Juli 1945).
11
3. Sidang Resmi Kedua
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
i. BPUPKI dibentuk oleh Jepang untuk mempersiapkan hal-hal
penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan
guna mendirikan suatu negara Indonesia merdeka.
ii. Ada 3 tokoh yang mengemukakan tentang dasar negara, salah
satunya ialah Ir. Soekarno yang mengemukakan tentang
Pancasila.
iii. Piagam Jakarta dibentuk oleh Panitia 9 pada tanggal 22 Juni
1945.
iv. BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun
rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia
Merdeka.
B. Saran
Dasar negara telah dibentuk oleh BPUPKI dengan melewati
berbagai persidangan dan berbagai perdebatan dari berbagai tokoh.
Dari sini kita bisa mengambil nilai bahwa sebagai generasi muda
kita tidak sepatutnya meremehkan apa yang telah mati-matian
diperjuangkan dan dibentuk oleh tokoh-tokoh Indonesia yang
terdahulu.
16