Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Zulhaida Lubis
Halaman
I.PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II.BIOKIMIA DAN FUNGSI VITAMIN B12 ................................................... 3
III. ABSORBSI VITAMIN B12 ......................................................................... 8
IV. TRANSPORT DAN METABOLISME VITAMIN B12.............................. 10
V. DEFISIENSI VITAMIN B12 ........................................................................ 13
VI. KEBUTUHAN DAN SUMBER PANGAN VITAMIN B12....................... 21
VII. PENILAIAN STATUS VITAM,IN B12..................................................... 23
VIII. HEMOGLOBINDAN VITAMIN B12 ...................................................... 28
IX. VITAMIN B12 DAN DAYA INGAT.......................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
Sampai saat ini masih banyak ditemukan masalah gizi pada anak-anak
baik masalah gizi mikro maupun masalah gizi makro. Prevalensi anemia pada
anak balita 47.0 %, kekurangan vitamin A subklinis yang ditandai dengan serum
retinol < 20 mcg/dL 50 % anak balita (Depkes 2005). Kasus defisiensi vitamin
B12 khususnya pada anak-anak di Indonesia belum ada dilaporkan, namun dari
beberapa penelitian di negara lain prevalensi defisiensi vitamin B12 cukup tinggi
pada anak-anak. Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa 80,7 % anak usia
sekolah (5 sampai 14 tahun) mengalami defisiensi vitamin B12 tingkat berat dan
sedang (Siekmann JH et al. 2003) dan di Guatemala terdapat 33 % anak usia 8-12
tahun yang mengalami defisiensi vitamin B12 (Rogers LM et al 2003). Sementara
pada kelompok dewasa dan usia lanjut sudah ada dilaporkan walaupun juga masih
terbatas. Penelitian Shibly UF (1999) dari Bagian Kardiologi Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita Jakarta) menunjukkan bahwa terdapat 30 % defisiensi
vitamin B12 pada penderita PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan 30 % pada non
penderita PJK. Martoatmodjo S dkk (1973) menemukan 28 % ibu hamil
mengalami kekurangan vitamin B12 di daerah dengan pola makan beras (Jawa
Barat) dan 7 % pada ibu hamil di daerah dengan pola makan gaplek dan beras
(Jawa Tengah). Disamping masalah gizi mikro, masalah gizi makro juga masih
tetap menjadi permasalahan gizi anak balita di Indonesia. Prevalensi gizi kurang
(underweight) terus mengalami kenaikan dari 24 % tahun 2000 menjadi 26,1 %,
27,3 % dan 27,5 % pada tahun 2001, 2002 dan 2003 (Depkes 2004) dan 28 %
tahun 2005 (Atmarita 2006).
Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan fungsi kognitif yang diduga
melalui fungsinya sebagai kofaktor dalam metabolisme zat-zat gizi yang berperan
dalam sistem syaraf pusat dan pembentukan sel-sel darah merah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa status vitamin B12 yang rendah berhubungan
dengan penurunan fungsi kognitif (Bryan J et al 2002; Black 2003; Morris MS et
al 2007). Selain itu beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keadaan
defisiensi vitamin B12 pemberian intervensi dengan vitamin B12 dapat
memperbaiki status vitamin B12 (Eussen SJ et al 2006; Hin H et al 2006;
Dhonukshe-Rutten RAM et al 2005; Siekmann JH et al 2003), sementara
Vitamin B12 termasuk vitamin yang larut dalam air, merupakan bagian
terbesar dari vitamin B komplek, dengan berat molekul lebih dari 1000. Vitamin
B12 mempunyai struktur kimia yang besar dan sangat komplek dibandingkan
vitamin lainnya. Vitamin B12 ini termasuk unik diantara vitamin lain karena
mengandung ion logam yaitu cobalt. Untuk alasan ini cobalamin adalah istilah
yang digunakan untuk merujuk senyawa yang mempunyai aktivitas vitamin B12.
Nama yang lebih spesifik untuk vitamin B12 adalah cobalamin. Vitamin B12
terdiri dari cincin corrin (corrin ring) yang terbuat dari 4 “pyrroles” dengan atom
cobalt pada pusat cincin (Gambar 1). Vitamin B12 merupakan kristal berwarna
merah, tahan panas, rusak diatas temperatur 2100 C, dan tidak tahan sinar ultra
violet (FAO/WHO2001; Coleman http://www.vegan-straight-edge.org.uk/)
Peran yang kedua dari vitamin B12 sebagai kofaktor untuk enzim
methyonine synthase. Enzim ini membutuhkan methylcobalamin dan tergantung
pada folat untuk mensintesis asam amino methyonine dari homocysteine.
Methyonin dibutuhkan untuk sintesis S-adenosylmethionine suatu kelompok donor
methyl yang berguna dalam reaksi biologi methylation, termasuk methylation
DNA dan RNA (Gambar 3). Bila reaksi ini rusak akan mempengaruhi
pembentukan DNA yang akhirnya dapat menyebabkan anemia macrocytic
megaloblastic (Sauberlich HE 1999; Herbert V 1996; Carmel R 2006). Selain itu
methylation DNA diperlukan untuk mencegah kanker. Oleh karena itu bila
fungsi methionine synthase terganggu dapat menyebabkan penumpukan
homocysteine yang dihubungkan dengan peningkatan risiko cardiovasculer.
Vitamin B12 dibutuhkan untuk penyerapan folat, penyimpanan dan
aktivasi untuk bentuk koenzim. Jadi vitamin B12 bekerja secara bersama dengan
folat untuk mendukung replikasi seluler. Kekurangan salah satu vitamin ini dapat
mempengaruhi fungsi keduanya. Peran yang unik juga ditemukan dari vitamin
B12 yaitu dalam pembentukan myelin, suatu lapisan yang melindungi serat-serat
Fungsi utama vitamin B12 adalah dalam pembentukan sel-sel darah merah
dan pemeliharaan kesehatan sistem syaraf. Vitamin B12 penting untuk sistesis
DNA dengan cepat selama pembelahan sel pada jaringan dimana pembelahan sel
berlangsung cepat, terutama jaringan sum-sum tulang yang bertanggungjawab
untuk pembentukan sel darah merah (Sauberlich HE 1999). Vitamin B12
berperan dalam berbagai reaksi seluler, dan mempunyai fungsi penting dalam
metabolisme asam folat. Vitamin B12 diperlukan untuk merubah koenzim folat
menjadi bentuk aktif yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi metabolisme penting
seperti sintesis DNA. Tanpa vitamin B12 reaksi-reaksi yang membutuhkan
bentuk aktif folat tidak akan terjadi dalam sel. Jadi, defisiensi vitamin B12 juga
REABSORPTION
INGESTION
(Enterohepatic
1 circulation
Food B 12
*MDR – 0,1 g daily Acid 2
1. Unch Enzymes PH > 6
anged (Food B 12 – 1F Complex) ++
Food B 12 – 1F -
2. Oxidi 1F Ca Surface
Trypsin receptor
TRANSPORT *Releasing
3 Factor
5 ABSORPTIO
8 B 12 - TC
X - B 12 - TC II ++
X - B 12 - TC II B 12 B 12
- Ca In serum B 12 - TC I & Coenzymes
Surface 6 B 12 - TC III
4
ILEAL
Methil B 12 – EPITHELIAL CELL
9 B 12 - binding 7
in serum
DELIVERY EXCRETION
Bile, saliva,
Urine, etc
Methyl - B 12
Other B 12 Forms
14
Succinyl – CoA
oxidation B 12 Methylmalonyl –
+++
B 12* (Co ) Deoxyadenosyl B 12 13 CoA – Mutase
Keseimbangan negatif
Deplesi Defisiensi
Stage I Stage II Stage III Stage IV
Normal Early B12 Damaged Clinical
Negative Depletion Metabolism Damage
B12 B12 Deficient B12 Deficiency
Balance Erytropoiesis Anemia
HoloTC II (pg/mL) > 50 Low Low Low Low
TC II % sat. >5% <4% <4% <4% <4%
Holohap (pg/mL) > 180 > 180 < 150 < 100 < 100
dU suppression Normal Normal Normal Abnormal Abnormal
Hypersegmentation No No No Yes Yes
TBBC % sat. > 15 % > 15 % > 15 % < 15 % < 10 %
Hap % sat. > 20 % > 20 % > 20 % < 20 % < 10 %
RBC folate (ng/mL) > 160 > 160 > 160 < 140 < 100
Erythrocytes Normal Normal Normal Normal Macroovalocytic
MCV Normal Normal Normal Normal Elevated
Hemoglobin Normal Normal Normal Normal Low
TC II Normal Normal Normal Elevated Elevated
Methylmalonate Normal Normal Normal High High
Homocysteine Normal Normal Normal High High
Myelin Damage No No No ? Frequent
Sumber: Herbert V (1996)
Hanya sedikit vitamin B12 yang dapat disimpan dalam tubuh. Total
simpanan dalam tubuh sekitar 2-5 mg pada orang dewasa, sekitar 80 % disimpan
dalam hati. Vitamin B12 yang masuk dalam empedu dapat diserap kembali secara
efektif, yang disebut sebagai sirkulasi enterohepatik. Kelebihan vitamin B12
dikeluarkan melalui ginjal dalam jumlah yang bervariasi mulai dari 1 – 10 μg/hari.
Vitamin B12 dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil. Kecukupan
vitamin B12 pada anak dibawah usia 4 tahun < 1 μg/hari, pada usia 4 –12 tahun
sekitar 1 – 1,8 μg/hari dan bagi usia 13 tahun sampai dewasa 2,4 μg/hari.
Sedangkan ibu hamil dan menyusui memerlukan tambahan masing-masing 0,2
μg/hari dan 0,4 μg/hari (Tabel 3). Vitamin B12 banyak ditemukan dalam pangan
hewani, seperti daging, susu, telur, ikan, kerang dan lain-lain. Menurut Sauberlich
HE (1999) pangan hewani satu-satunya sumber vitamin B12 dalam penyediaan
pangan. Daging menyumbang sekitar 69 persen, susu 21 persen, dan telur 8,5
persen. Sereal yang difortifikasi dengan vitamin B12 hanya menyediakan sedikit
Hemoglobin adalah suatu molekul protein dalam sel-sel darah merah yang
membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh, dan membawa
kembali karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Besi yang terkandung
dalam hemoglobin akan memberi warna merah pada darah. Sebagaimana
umumnya protein, “blueprint” untuk hemoglobin dibuat dalam DNA (bahan dasar
Daya ingat (ingatan) anak merupakan suatu proses yang terjadi di otak
tentunya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan organ otak dan bagaimana
stimulasi atau rangsangan diberikan agar otak dapat berkembang optimal
menjalankan fungsinya.
Keadaan gizi sejak janin dalam kandungan sampai bayi lahir dan usia dini
perlu terus dipertahankan secara optimal sampai anak usia sekolah, karena akan
berpengaruh pada perkembangan otak. Menurut Pollit (1990) apabila anak lahir
dengan berat badan rendah akan mengalami gangguan fungsi kognitif dan
kecerdasan intelektual pada usia sekolah. Kekurangan gizi pada masa bayi hingga
usia 2 tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan mental dan
kemampuan motoriknya, bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen.
Gizi yang tidak seimbang, gizi buruk, serta derajat kesehatan anak yang
rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan
menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, menyimpan,
memproduksi dan merekonstruksi informasi. Selanjutnya dikatakan bahwa
pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan
memberi makan serta menstimulasi anak pada usia dini. Namun stimulasi
psikososial untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak tidak akan
bermanfaat bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak pada
kondisi yang tidak baik. Keadaan gizi pada usia dini yang terus dipertahankan
secara optimal sampai anak usia sekolah, akan berpengaruh besar pada
perkembangan otak (Jalal F 2003)
Banyak penelitian yang menilai dampak defisiensi gizimikro pada
perkembangan anak merupakan pengaruh langsung, kemungkinan melalui
perubahan anatomi syaraf atau neurotransmission. Namun demikian, ada
kemungkinan lain bahwa perubahan perilaku berhubungan dengan defisiensi
gizimikro disamping perawatan anak, sehingga mempengaruhi perkembangan
Tabel 5 Beberapa hasil studi tentang defisiensi vitamin B12 dengan berbagai
disain penelitian
Lanjutan
5 Tucker KL et al Amerika Randomized double blind Intervensi 1 cangkir sarapan
2004 Serikat trial sereal yang difortifikasi
189 orang usia 50-85 tahun dengan 440 μgasam folat,
1.8 mg vitamin B6 dan 4.8
μg vitamin B12 selama 14
Lanjutan
9 Kartika V dkk Indonesia Eksperimental study suplementasi pil besi + folat
1998 155 WUS yang anemia + vitamin B12
Lanjutan
14 Clarke R et al Inggris Cross sectional study,
2004 3511 orang usia lanjut ≥ 65
tahun
Lanjutan
19 Hao Ling et al China Cross sectional study
2003 2407 orang dewasa (35-64
tahun)
Lanjutan
23 Tucker KL et al Amerika Cross sectional study
2000 Serikat 2999 orang dewasa umur ≥
26 tahun
Allen LH. 1994. Vitamin B12 metabolism and status during pregnancy, lactation
and infancy. Adv Exp Med Biol 352: 173-186
Allen et al. 2000. Vitamin B12 deficiency and malabsorbtion are highly prevalent
in rural Mexican communities. Am. J Clin Nutr 62:1013-1019.
Allen RH, Stabler SP, Savage DG, Lindenbaum J. 1990. Diagnosis of cobalamin
deficiency I: usefulness of serum methylmalonic acid and total
homocysteine concentrations. Am J Hematol 37(2): 139
Berk, L.E. 1989. Child Development. Boston, London, Sydney, Toronto. Allyn
and Bacon
Brody T. 1999. Nutritional Biochemistry. San Diego, San Fransisco, New York,
Boston, London, Sydney, Tokyo. Academic Press.
Carmel R. 2006. Cobalamin (Vitamin B12). Di dalam: Shils ME, Shike M, Ross
AC, Caballero B, Cousins RJ, editor. Modern Nutrition in Health and
Disease. Ed ke-10. Baltimore. Lippincott Williams and Wilkins.
Choi S. 1999. Vitamin B12 deficiency: a new risk factor for breast cancer?
Nutrition Review 57: 250-260
Clarke et al. 2003. Screening for vitamin B12 and folat deficiency in older
persons. Am J Clin Nutr 77: 1241-1247.
Craik FIM, Lockhart RS. 1972. Levels of processing: A framework for memory
research. Journal of Verbal Learning and Verbal behavior 11:61-684.
Ellen MW et al. 2002. Cognitive and behavioral correlates of low vitamin B12
levels in elderly patients with progressive dementia. Am J Geriatr
Psychiatry 10:321-327.
Eussen SJ et al. 2006. Effect of oral vitamin B-12 with or without folic acid on
cognitive function in older people with mild vitamin B-12 deficiency: a
randomized, placebo-controlled trial. Am. J Clin Nutr. 84(2): 361-370.
Feldman, RS. 2003. Development Across the Life Span. Upper Sodde River. New
Jersey.
Gani. 1992. Indikator Kualitas Manusia dan Penduduk. Jakarta. Prisma LP3ES.
Hao Ling et al. 2007. Vitamin b-12 deficiency is prevalent in 35- to 64-year-old
Chinese adults. J. Nutr. 137:1278-1285
Healton EB, Savage DG, Brust JC, Garrett TJ, Lindenbaum J. 1991. Neurologic
aspect of cobalamin deficiency. Medicine (Baltimore) 70(4):229-245.
Herbert. 1996. Vitamin B-12. Di dalam: Ziegler EG, Filer L, editor. Present
Knowledge in Nutrition. Washington DC. ILSI Press.
Higdon J. 2003. Vitamin B12. Linus Pauling Institute Oregon State University.
Hin H et al. 2006. Clinical relevance of low serum vitamin B12 concentrations in
older people: the Banbury B12 study. Age and Aging 35(4): 416-422
Hvas AM, Juul S, Gerdes LU, Nexo E. 2000. The marker of cobalamin
deficiency, plasma methylmalonic acid, correlates to plasma creatinine.
J Intern Med 247(4): 507-512
Kartini dan Kartono, 1985. Paranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta. CV.
Rajawali.
Laurinda L et al. 2002. Low Vitamin B-12 Intake and Status Are More Prevalent
in Hispanic Older Adults of Caribbean Origin Than in Neighborhood-
Matched Non-Hispanic Whites. J. Nutr. 132:2059-2064
Mario TP, Sujarweni VW. 2006. SPSS untuk Paramedis. Ardana Media. Yokyakarta.
Mooijaart SP et al. 2005. Homocysteine, vitamin B-12, and folic acid and the risk
of cognitive decline in old age: the Leiden 85-Plus Study. Am J Clin
Nutr. 82(4): 866-871
Morris MS, Jacques PF, Rosenberg IH, Selhub J. 2007. Folate and vitamin B12
status in relation to anemia, macrocytosis, and cognitive impairment in
older Americans in the age of folic acid fortification. Am J Clin Nutr
85(1): 193-200.
Myerson RM. 1989. Nutrient are necessary to prevent and treat anemia – vitamin
B12, folic acid and iron. Better Nutrition (1989-90).
(http://en.wikipwdia.org/wiki/Anemia) [Mei 2005].
Nelson DL, Reed VS, Walling JR. 1976. The pictorial superiority effect. Journal
of Experimental Psychology: Human Learning and Memory 2: 523-528
Olivares, Ramona, Jesus, Maria, Antonio. 2002. Vitamin B12 and Folic Acid in
Chidren with Intestinal Parasitic Infection. J of the Am College of Nut,
21(2):109-113.
Paivio A. 1971. Imagery and Verbal Process. New York: Holt, Reinehart and
Winston, Inc.
Quadri P et al. 2004. Homocystein, folate, and vitamin B12 in mild cognitive
impairment, Alzheimer disease, and vascular dementia. Am J Clin Nutr
80(1): 114-122
Robert C, Brown DL. 2003. Vitamin B12 Deficiency. Am Fam Physician 67:
979-986, 993-994.
Rutten RAM et al. 2005. Effect of supplementation with cobalamin carried either
by a milk product or a capsule in mildly cobalamin-deficient elderly
Dutch persons. Am J Clin Nutr 86: 568-574
Seifort KL, Hoffnung RJ. 1997. Child and Adolescent Development. Houghton
Zifflin Company. New York
Shibly UF. 2007. Hubungan Kadar Homosistein Plasma Dengan Asam Folat Dan
Vitamin B12 Serum Pada Penderita PJK di RSJHK. Bagian Kardiologi
FKUI/RSJHK. http://www.kardiologi-ui.com/ [April 2008].
Stabler SP, Lindenbaum J, Robert A Allen. 1997. Vitamin B-12 deficiency in the
elderly: current dilemmas1’2, Am J Clin Nutr 66:741-9
Unicef. 1998. The State of the World’s Children 1998. Oxford University Press.
Uyanto SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Jakarta.
Wardlaw G, Insel PM, Seyler MF. 1992. Contemporary Nutrition. Issues and
Insights. St Louis, Baltimor, Chicago, London, Philadelphia, Sydney,
Toronto. Mosby Year Book.
48