You are on page 1of 6

TUGAS AKHIR PESANTREN

CALON DOKTER ANGKATAN III/2018


VAKSIN MENURUT ISLAM

Penulis
Nama: Dea Putri Audina
Npm : 12100116281

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Imunisasi diartikan “pengebalan” (terhadap penyakit). Dalam istilah


kesehatan, imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu. Imunisasi merupakan pemindahan antibodi secara pasif.
Antibodi diperoleh dari komponen plasma donor yang sudah memiliki kekebalan
terhadap suatu penyakit atau kondisi tertentu. Imunisasi dapat diberikan dengan
beberapa cara, salah satunya melalui suntikan baik melewati otot atau disebut
dengan intra muskular atau melalui bawah kulit yaitu subkutan atau dengan
meneteskan secara peroral.
Sedangkan vaksin merupakan antigen yang sudah dilemahkan, digunakan
untuk vaksinasi. Vaksinasi diartikan sebagai antigen dari virus/bakteri yang dapat
merangsang imunitas berupa antibodi dari sistem imun di dalam tubuh untuk
menimbulkan kekebalan terhadap antigen yang sama.
Imunisasi maupun vaksin merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap
suatu penyakit, sebagaimana kita ketahui bahwa pencegahan atau preventif
termasuk ke dalam salah satu dari tanggung jawab seorang dokter selain
promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam Islam sendiri pencegahan banyak
dibahas dalam alquran dan Ibnu Sina pun sepakat dengan hal ini bahwa hakikat
dipelajarinya ilmu kedokteran adalah untuk mencegah suatu penyakit.
Sebagaimana Imam Ibn Qayyim al Jauziyah menyebutkan bahwa terdapat tiga
prinsip kesehatan yakni menjaga kesehatan, menghilangkan zat yang
membahayakan, dan menyelamatkan diri dari bahaya.
Rasulullah SAW sendiri telah menyampaikan bahwa “Jaga dan
perhatikanlah lima hal sebelum datang lima hal yang lainnya, yakni Hidup
sebelum ajal, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit,
kaya sebelum miskin”. Sehingga sudah jelas bahwa kita harus menjaga kesehatan
agar tidak jatuh kedalam kondisi sakit.

1.2.Fokus Masalah
Upaya-upaya pencegahan penyakit seperti yang anjurkan agama,
sesungguhnya membuka ruang yang sangat luas terhadap berbagai pilihan-pilihan.
Imunisasi adalah salah satu pilihan. Sebab sebagaimana diketahui imunisasi
dimaksudkan agar tubuh memiliki kekebalan terhadap jenis-jenis penyakit
tertentu. Tujuan imunisasi ini sejalan dengan prinsip pencegahan sebagaimana
dalam islam sarankan. Namun dewasa ini kita sering mendapati adanya berita
mengenai munculnya kembali penyakit yang sudah punah dikarenakan korbannya
tidak di imunisasi, lantas ini bersambung terhadap adanya beberapa kelompok
dengan pemahaman bahwa imunisasi adalah hal yang haram dan tidak
diperbolehkan oleh agama. Tentu hal ini menjadi suatu fokus tersendiri bagi
penulis karena pemahaman semacam ini dapat membahayakan masyarakat. Oleh
karena itu penulis akan membahasnya dalam artikel ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Masalah

Terdapatnya pemahaman mengenai imunisasi atau vaksin yang dianggap


haram, hal ini merupakan pembahasan yang menarik dari segi ilmu kesehatan maupun
dari segi ilmu keagamaan. Sebagaimana kita ketahui imunisasi merupakan
pemindahan antibodi secara pasif sehingga tubuh memililki kekebalan terhadap suatu
penyakit. Sedangkan vaksinasi merupakan antigen dari virus/bakteri yang dapat
merangsang imunitas berupa antibodi dari sistem imun di dalam tubuh untuk
menimbulkan kekebalan terhadap antigen yang sama. Tujuan dari imunisasi maupun
vaksinasi adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Hal ini
sejalan sebagaimana pencegahan adalah salah satu prinsip kesehatan dalam islam.
Dalam imunisasi sendiri dikenal istilah Herd Immunity yaitu situasi dimana
sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga
menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya
kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang
bersangkutan. Jadi, apabila kelompok yang rentan seperti bayi dan balita terlindungi
melalui imunisasi, maka penularan penyakit di masyarakat pun akan terkendali
sehingga kelompok usia yang lebih dewasa pun ikut terlindungi karena transmisi
penyakit yang rendah. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan
imunisasi yang tinggi dan merata.
Ini menjadikan alasan bahwa imunisasi atau vaksinasi yang dilakukan
memiliki banyak manfaat selain itu diri sendiri namun juga kepada masyarakat luas
karena dapat melindungi masyarakat dari suatu penyakit. Namun apabila imunitas
atau kekebalan tersebut hilang maka akan banyak anggota masyarakat yang terkena
penyakit yang sebetulnya dapat dicegah. Hal ini lah yang terjadi pada masyarakat kita
saat ini, dimana maraknya penyakit yang sudah lama tidak pernah ada dan kemudian
muncul kembali. Tentu ini merupakan permasalahan besar, perbedaan faham
mengenai vaksin telah menyebabkan suatu dampak negatif pada masyarakat. Anak-
anak yang seharusnya terlindungi pun menjadi korbannya. Padahal anak anak
memiliki hak untuk dilindungi dan mendapatkan imunisasi. Namun orang tua yang
memiliki pemahaman bahwa vaksin adalah haram seakan melupakan kewajiban
mereka untuk memberikan perlindungan pada anak.

2.2. Analisis dengan perspektif islam

Terdapat perspektif mengenai kemudahan dalam kesempitan. Maksudnya


adalah bahwa betul adanya apabila Babi merupakan hal yang haram, namun dalam
kondisi terdesak dan tidak ada lagi sumber makanan maka babi dalam di halalkan
secara sementara untuk menunjang kebutuhan hidup. Hal ini dapat diterapkan dalam
masalah vaksin dan imunisasi. Sebagaimana menurut imam syafi’i, Imam Hanafi, dan
Ibnu Hazm Kalau keadaannya terpaksa dengan mengajukan ayat Alquran sebagai
berikut: “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas” (QS. Al-An’am/6 : 119).
Dalam ayat ini jelas ada ungkapan boleh memakan haram karena terpaksa,
yaitu dalam potongan ayat “Maharrama ‘alaikum illa madthurirtum” (kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya) dalam posisi makan haram terpaksa adalah
memasukkan barang haram dan najis ke dalam tubuh. Allah membolehkannya
Selain itu juga telah ada pernyataan dari Menteri Kesehatan RI Nomor
1192/MENKES/IX/2002, tanggal 24 September 2002 mengenai vaksin yang
berkesimpulan bahwa hasil akhir vaksin khusus tersebut tidak menganduk babi dan
pemerintah sedang berupaya melakukan pembasmian. Maka dapat disimpulkan
bahwa pemerintah sebagai ulil amri telah menetapkan imunisasi sebagai salah satu
program wajib pemerintah dan kita harus mentaatinya. Sebagaimana dalam QS An
Nisa ayat 59 yaitu

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.”

Juga dicantumkan pada hadist:

“Mendengar dan taatlah kalian (kepada pemerintah kalian), kecuali bila kalian melihat
kekafiran yang nyata dan kalian memiliki buktinya di hadapan Allah.” [HR. Bukhari
dan Muslim]
BAB III
KESIMPULAN

Setelah keterangan singkat di atas, penulis dapat menyimpulan bahwa imunisasi


untuk kepentingan kesehatan sangat dianjurkan, karena imunisasi dapat menimbulkan
suatu kekebalan komunitas yang dpat mengeradikasi suatu penyakit sehingga
kekebalan tersebut menjadi suatu hal yang positif bagi masyarakat.
Dalam perspektif islam sendiri bahkan dapat dikatakan wajib jika berpegang
kepada sadudzdzari’ah selain itu masyarakat diwajibkan mengikuti ulil amri dalam
konteks ini merupakan pemerintah dalam menjalankan program wajib imunisasi
karena dapat memberikan banyak manfaat dan melindungi masyarakat lainnya. Selain
itu imunisasi dengan dugaan adanya campuran bahan haram, dan vaksin tersebut
sudah dicuci dengan bahan kimiawi, maka hukumnya menjadi halal (suci)., hal ini
dengan dasar istihlak dan apabila ada indikasi keharaman, maka hukumnya tetap
diperbolehkan dengan pertimbangan kondisi yang darurat dan mengambil pilihan
mudharat yang lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Quran dan Terjemahnya, Kemnetrian Agama RI, 1998.


2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
http://www.depkes.go.id/article/view/17042600003/mengenal-herd-immunity-
dalam-imunisasi.html diakses pada 6 Juni 2018
3. Fatwa Imunisasi https://muslim.or.id/19708-fatwa-para-ulama-ustadz-dan-
ahli-medis-tentang-bolehnya-imunisasi.html diakses pada 6 juni 2018
4. Hambali, Iftachul’ain. Islamic Pineal Therapy. Jakarta: Prestasi. 2011.
5. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia http://fk.uii.ac.id/wp-
content/uploads/IMUNISASI-FK-UII-14-10-20176952.pdf diakses pada 6 juni
2018
6. Raqith, Hamad Hasan.Hidup Sehat Cara Islam. Bandung: Penerbit Jembar.
2007.

You might also like