You are on page 1of 9

alam proses belajar mengajar siswa, yang perlu diperhatikan oleh guru adalah keaktifan

siswa dalam belajar. Siswa dapat berhasil dalam belajar ditentukan oleh salah satu faktor
kepentingannya adalah mengorganisasi seluruh pengelolaan belajar dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar tidaklah cukup
apabila tidak dibarengi dengan motivasi kerja guru dalam proses belajar nengajar. Untuk itu
dalam tugasnya guru memerlukan bantuan yang berupa supervisi. Untuk itu guru dituntut
memiliki kesadaran tinggi dan profesional dalam melaksanakan tugasnya masing-masing,
guru memiliki sikap kemampuan, faktor karakter yang bervariasi, berdasarkan paradigma
kemampuan guru yang terbagi dalam empat kompetensi guru yaitu di antaranya : Guru
profesional, guru yang analitik (observer), guru tak terarah, dan guru yang drop out. Maka
model supervisi klinis oleh kepala sekolah hendaknya dapat membantu, membina,
mendorong, dan mengadakan perbaikan terhadap pelaksanaan tugas mengajar guru dem
itercapainya tujuan pendidikan.

Bentuk atau hubungan lain yang tampak berkaitan adalah supervisi klinis memiliki
sumbangan terhadap perbaikan pengajaran. Banyak penelitian membuktikan bahwa
supervisi klinis memberi manfaat baik pada sekolah dasar atau sekolah menengah yang
menunjukkan besarnya sumbangan supervisi klinis. Bentuk sumbangan tersebut adalah
dalam hal penggunaan teknik-teknik dari prosedur pengajaran. Dengan supervisi, guru-guru
diberi kesempatan untuk melatih kemampuaan dan kecerdasan mereka dalam
menggunakan teknik mengajar tanpa membatasi inisiatif dan kreativitas mereka.

Usman menyatakan bahwa guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (2002: 22). Di samping itu, guru
sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Imron mengemukakan kadar kualitas
guru ternyata dipandang sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah (1995:35).
Implikasi dari profesionalitas guru, adalah adanya usaha dengan sungguh-sungguh dalam hal
mendidik, mengajar, melakukan pembimbingan, serta mengarahkan dan melatih anak didik
demi tercapainya Standar Nasional Pendidikan Indonesia. Posisi penting guru ini mestinya
juga diikuti dengan berbagai macam tindakan kearah peningkatan mutu guru. Peningkatan
ini bisa dilakukan oleh guru sendiri dengan terus mengembangkan wacananya dan belajar
secara mandiri, bantuan kepala sekolah dengan melakukan supervisi serta memberikan
arahan-arahan bagi peningkatan guru. Bantuan pemerintah dan lembaga swasta juga
dibutuhklan oleh guru dalam rangka fasilitasi pembelajaran yang disesuaikan dengan
tuntutan dan perkembangan zaman.

Bila seorang guru memiliki perasaan senang terhadap tugasnya, maka ada kemungkinan
guru tersebut memiliki semangat kerja yang baik (mengajar yang baik) sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar. Dengan semangat mengajar dari guru
maka murid juga memiliki semangat belajar yang tinggi. Menurut Hendiyat Soetopo,
“Sasaran utama dalam kepemimpinan pendidikan adalah mengenai bagaimana seorang
guru dibawah kepemimpinannya dapat mengajar anak didiknya dengan baik. Di sini dalam
usahanya meningkatkan mutu pengajaran yaitu dengan pelaksanaan supervisi pendidikan”
(1955: 55).
Hubungan supervisi klinik oleh kepala sekolah dengan pelaksanaan tugas mengajar guru pun
tampak, hubungan itu terlihat tugas supervisor (kepala sekolah) di antaranya:
a. menghadiri rapat-rapat atau pertemuanpertemuan organisasi profesional,
b. mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru,
c. mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah umum,
d. melakukan tunjungan kelas,
e. mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah yang
mereka usulkan,
f. mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru,
g. memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan oleh murid-murid,
h. membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber dan unit-
unit pengajaran,
i. memberikan saran-saran atau instruksi baga imana melakukan unit pengajaran,
j. mengorganisasi dan bekerja sama dengan guru-guru,
k. menginterprestasikan data tes kepada guru-guru dan membantu mereka bagaimana
menggunakannya bagi perbaikan pengajaran,
l. menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru,
m. berwawancara dengan orang tua murid dalam mengetahui bagaimana harapan mereka,
n. membimbing pelaksanaan tugas testing,
o. mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio visual,
p. menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan guru-guru,
q. merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh guru yang
ahli, supervisor sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru, alat-alat
baru (Purwanto, 1995:88).
Guru merupakan pelaksana kurikulum dan ditangan gurulah salah satu kunci penting dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut dan untuk mewujudkan
tujuan pendidiikan serta untuk menentukan sukssesnya proses belajar mengajar maka guru
sangat perlu bantuan, dorongan atau usaha perbaikan dalam menyelesaikan kesulitan
dalam pengajaran. Dengan demikaian supervisi klinis yang merupakan modal supervisi
pengajaran bagi guru dalam usaha memperbaiki pengajaran. nemiliki modal besar dalam
mendukung pelaksanaan tugas mengajar guru, dan usaha sepantasnya kepala sekolah
sebagai supervisor meningkatkan penerapan model supervisi klinik tersebut, dengan
teratur, terencana dan berkesinambungan (Imron, 1995:73-174). Kegiatan ini akan
berpengaruh terhadap tugas guru dalam membuat perencanaan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengadakan evaluasi, mengembangkan kurikulum,
dan melakukan penelitian.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan bermutu serta berhasil, maka
diperlukan fungsi control yang cukup dan mencakup perhatian (monitoring), pengawasan
dengan komponen-komponen pendidikan yang berupa supervisi pendidikan. Menurut Adam
Smith dan Frank, G. Dicky supervisi pendidikan merupakan suatu program yang terencana
untuk memperbaiki pengajaran (dalam Rohani dan Abu hamid, 1991:67).
Bersama dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang, maka mutu pendidikan perlu
ditingkatkan dan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan itu adalah harus
didukung dengan adanya disiplin dan motivasi kerja yang tinggi dari guru, sebab
keberhasilan pendidikan sangat bergantung dalam usaha guru membimbing disiplin siswa.
Guru merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan
pendidikan. Begitu pula guru merupakan komponen pengajaran yang harus mendapat
perhatian, pengawasan dan bantuan dalam pengajaran dari kepala sekolah atau komponen
lainnya. Sebab guru merupakan salah satu penentu lahirnya sumber daya manusia yang baik
dan bermutu (Bafadal,1992:25).
B. Supervisi Klinis

Supervisi klinik mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert
Goldammer dan Richart Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan dan
awal dasa warsa enam puluhan (Krajewski, 1982:63). Supervisi klinis merupakan satu
strategi yang sangat berguna dalam supervisi pembelajaran, sebagai peningkatan
kemampuan profesional guru. Ada dua asumsi yang mendasari praktik supervisi klinis.
Pertama, pembelajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan
pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melalui penga-matan dan analisis ini, seorang
supervisor pendidikan akan dengan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam
mengelolah proses pembe-lajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalismenya ingin
dikembangkan lebih menghendaki cara kesejawatan daripada cara yang otoriter.
Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinik adalah proses membina guru untuk
memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar seharusnya
yang ideal. Tujuan supervisi klinik adalah memperbaiki perilaku guru dalam proses belajar
mengajar, terutama yang kronis secara aspek demi aspek dengan intensif, hingga mereka
dapat mengajar dengan baik (Pidarta, 2002:249). Hal ini berarti perilaku yang tidak kronis
bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain. Jadi ada empat jenis model supervisi
pendidikan yang masingmasing telah diuraikan di atas. Dalam tulisan ini penulis membahas
tentang model supervisi klinis dan efektivitasnya dalam supervisi pendidikan.
Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis, yaitu : 1) pengajaran merupakan
aktivitas yang sangat komplek yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati.
Melalui pengamatan dan analisis ini supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan
kemajuan guru mengelola proses belajar mengajar, dan 2) guru-guru merupakan profesi dan
profesionalnya ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kelompok dari pada yang
autorium. Supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru
mengelola proses belajar mengajar, pelaksanaannya didesain dengan praktis dan rasional,
baik desainnya mapun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai keiatan-
kegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program
prosedur, dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar
murid (Bafadal, 1992:90).
Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap para guru. Jenis supervisi ini merupakan bantuan professional yang diberikan
secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan guru tersebut dengan tujuan untuk
membina guru serta meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Kepala sekolah selaku supervisor klinis selain sebagai penanggungjawab
tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan akuntabilitas terhadap tugas-tugas
tersebut. Maksudnya jika tanggung jawab merupakan usaha agar apa yang dibebankan
kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam waktu tertentu, maka
akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu.
Pengertian supervisi klinik bisa dibaca dari istilah klinik itu sendiri adalah clinikal artinya
berkenaan dengan menangani orang sakit. Sama halnya dengan mendiagnosa dalam proses
belajar mengajar, untuk menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat
mengajar dengan baik. Jadi supervisi klinik merupakan satu model supervisi untuk
menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya hanya dengan cara
seperti ini (Pidarta, 2002:251). Proses pembinaan guru untuk memperkecil jurang antara
perilaku mengajar secara nyata dengan perilaku mengajar seharusnya yang ideal. Sementara
itu Lucil (1979) membatasi maksud supervisi klinik hanya untuk menolong guru-guru agar
mengerti inovasi dan mengubah permonia mereka agar cocok dengan inovasi itu.
Supervisi klinis adalah pembinaan performansi guru mengelola proses pembelajaran
(Sullivan & Glanz, 2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis:
pengembangan profesional dan motivasi kerja guru. Supervisi klinis dapat dianalogikan
dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk
berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia
membutuhkan pengobatan agar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter mengadakan
diagnosis dan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru dating
sendiri menemui kepala sekolah untuk meminta bantuan memecahkan permasalahan yang
sedang dihadapinya. Beberapa ahli mengemukakan pengertian supervisi klinik sebagai
berikut.
Richart Waller, supervisi klinik sebagai supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran
dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan
analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
untuk memodifikasi yang rasional.
Keith Scheson dan Mandith D. Call mengemukakan batasannya tentang supervisi klinik
sebagai berikut : supervisi klinik adalah proses membantu guru memperkecil jurang antara
tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknis ahli ini mengemukakan bahwa supervisi
klinik adalah suatu model supervisi yang terdiri dari tiga fase yakni : pertemuan
perencanaan, observasi kelas dan pertemuan balikan.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil simpulan bahwa supervisi klinis adalah
suatu teknik supervisi yang dilakukan oleh supervisor untuk memmberikan bantuan yang
bersifat profesional yang diberikan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang
intensif yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
mengajar dan meningkatkan profesionalisme guru. Supervisi klinik adalah suatu proses
bimbingan yang bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional guru atau calon
guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
Supervisi klinik bertujuan memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar mengajar,
terutama yang kronis, secara aspek demi aspek dengan intensif, sehingga mereka dapat
mengajar dengan baik. Hal ini berarti perilakuyang tidak kronis bisa diperbaiki dengan
teknik-teknik supervisi yang lain.

Bimbingan yang diberikan tidak bersifat instruksi atau perintah akan tetapi diberikan dengan
cara sedemikian rupa sehingga memotivasi guru untuk menemukan sendiri cara-cara yang
tepat untuk memperbaiki kekurangan yang dialami dalam proses pembelajaran. Supervisi
klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari
tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap
penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan mengadakan modifikasi yang rasional.
Sedangkan tujuan supervisi klinis menurut Pidarta (1999:73), adalah untuk memperbaiki
perilaku guru dalam proses pembelajaran, terutama yang kronis, aspek demi aspek secara
intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik. Pendapat tersebut menekankan
adanya perbaikan perilaku guru terutama yang kronis, karena apabila masalah ini dibiarkan
akan tetap menyebabkan instabilitas dalam pembelajaran di kelas. Ini berati perilaku yang
tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain. Oleh karena itu tujuan
dilaksanakan supervisi klinis adalah memperbaiki cara mengajar guru di dalam kelas (Azhar,
1996:26).
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan supervisi klinis secara garis besar dapat disarikan
sebagai berikut: (1) memperbaiki perilaku guru hanya yang bersifat kronis, artinya perilaku
yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain, (2) menyediakan umpan
balik secara obyektif bagi guru tentang kegiatan proses pembelajaran yang dilakukannya
sebagai cermin agar guru dapat melihat apa yang dilakukan
Berangkat dari pengertian di atas supervisi klinik memiliki ciri-ciri tersendiri yang
membedakan dengan model-model supervisi yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Dalam supervisi klinik bantuan diberikan bukan bersifat intruksi atau memerintah , tapi
tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman dengan timbulnya
rasa aman, diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan.
2. Apa yang akan disupervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru sadar karena
memang dia membutuhkan bantuan tersebut.
3. Supervisi diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar, tetapi juga mengenai aspek-
aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
4. Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara
supervisor dan guru.
5. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi
harus dianalisis dengan tujuan agar terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik
yang harus diperbaiki (Sahertian, 2000:38-39).
Kelebihan yang tampak dalam penggunaan supervisi klinik yang tujuannya adalah perbaikan
pada pengajaran guru dalam proses belajar mengajar adalah sangat signifikan. Dalam
supervisi klinik yang disupervisi adalah aspek-aspek perilaku guru misalnya cara
menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dan lainnya. Dalam
memperbaiki aspek perilaku di atas perlu sekali ada nya hipotesis bersama tentang bentuk
perilaku perbaikan atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori
dalam proses belajar mengajar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan demi kelancaran
pelaksanaan supervisi, maka perlu adanya kesepakatan antara supervisor dan guru yang
akan disupervisi tentang aspek-aspek yang akan diperbaiki.

Ada prinsip kerjasama antara supervisor dengan guru yang saling mempercayai dan sama-
sama bertanggungajawab, sehingga bersifat kolegal. Dari hasil yang diperoleh tersebut perlu
adanya unsur penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki.
Karena akan menimbulkan motivasi kerja dan kesadaran penuh akan pentingnya kerja
dengan baik serta dilakukan secara terus menerus. Untuk itu supervisor (kepala sekolah)
hendaknya dalam memimpin jangan merupakan seorang hakim atau jaksa yang mengadili
atau menuduh, akan tetapi harusnya ada hubungan yang kolegal dan saling percaya terbisa
merupakan seorang teman yang mempunyai penuh perhatian dan pengertian terhadap
kesulitan pengajaran (Pidarta, 2002:176). Dengan demikian dalam supervisi klinik,
supervisor bersama-sama dengan guru yang bersangkutan dapat memperbaiki atau
membuat situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Salah satu tugas supervisor untuk
memperlancar tujuan supervisi adalah mengorganisasi guru. Tugas ini amat penting dari
pada tugas-tugas supervisor lainnya. Karena guru sangat membutuhkan organisasi dari
pihak supervisor agar mereka dapat berpartisipasi sebaik-baiknya dalam pendidikan.

Mengorganisasi guru dapat dilakukan dengan berbagai cara atau pendekatan yang dipakai
untuk mengorganisasi guru adalah sintesa dari pendekatan yang sudah ada. Meningkatkan
motivasi guru misalnya dapat dilakukan dengan pendekatan manusiawi dan perilaku, begitu
pula dengan peningkatan partisipasi dan kreatifitas serta persuasi dapat pula dengan
emmakai dua pendekatan ini, tetapi pemberian sanksi jabatan dan pembentukan
mekanisme kerja yang lebih baik akan lebih cocok bila memakai pendekatan non manusiawi
yang hanya memandang guru sebagai obyek saja. Penempatan guru sesuai dengan keahlian
masing-masing dan pada daerah yang dekat dengan tempat kelahirannya merupakan usaha
yang menunjukkan derajat manusia, sebab itu hal ini lebih cepat memakai pendekatan
kesejahteraan umat manusia.

Sesungguhnya setiap jenis usaha atau cara mengorganisasi guru tidak hanya memakai satu
cara saja. Usaha yang di atas adalah yang dominan terhadap usaha tersebut. Dengan
pendekatan apapun yang penting adalah dapat mencapai sasarannya (Pidarta, 2002:178).
Mengorganisasi guru dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1) menempatkan guru sesuai dengan keahliannya. Menempatkan guru sesuai dengan
keahliannya untuk mengorganisasi guru secara mutlak harus dilakukan. Tidak banyak
gunanya lembagalembaga pendidikan guna mencetak bermacam-macam guru bidang studi
kalau tidak diberi tugas sesuai dengan keahliannya, bila hal ini terjadi disamping akan
menurunkan cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas
dari diri mereka.
2) meningkatkan motivasi guru. Untuk mengembangkan motivasi guru supervisor
hendaknya meningkatkan aktifitas-aktifitas dan fasilitas-fasilitas yang ada, untuk
meningkatkan motivasi guru. Pertama, supervisor menginventariasi terlebih dahulu apa
yang dibutuhkan guru misalnya tentang prestasi penambahan ilmu dan pengetahuan,
pekerjaan yang menantang, tanggung jawab, serta menciptakan suasana yang harmonis
antara bawahan, teman dengan supervisor, dengan kebijakan dan administrasi, tugas
keamanan dan kehidupan diri sendiri.
3) meningkatkan partisipasi dan kreatifitas guru. Memberi kesempatan kepada guru-guru
ikut partisipasi dalam banyak aktifitas sekolah serta memberi kesempatan berkreasi baik
secara kelompok atau secara perorangan, dapat memberikan rasa diakui. Sudah tentu
kedua macam perasaan ini mendorong mereka bertanggung jawab. Dengan demikian tujuan
supervisi mengorganisasi guru dapat terwujudkan.
4) keteladanan. Dengan keteladanan sangat penting dalam meningkatkan prestasi kerja
khususnya prestasi kerja guru. Keteladanan dapat diberikan dalam hubungan dengan
pergaulan dan estetika. Dalam hal ini supervisor hendaknya dapat menghargai guru-guru
sebagai teman sepergaulan, memiliki toleransi, agar memperjuangkan nasib dan sebagai
alasan yang otoritas tapi yang partisipatis. Supervisor juga perlu memiliki perhatian
terhadap pengaturan lingkungan kerja, kemauan yang positif dan menjadi contoh yang baik
bagi guru-guru. Guru-guru membutuhkan bukti-bukti yaitu dalam bentuk pelaksanaan yang
baik, bicara yang yang benar dan penampilan yang berwibawa dan ini cenderung ditiru oleh
para guru.
5) sanksi jabatan. Yang dimaksud dengan mengorganisasi guru lewat sanksi jabatan ialah
bila ada guru yang melakukan pelanggaran norma-norma dan peraturan-peraturan yang
berkenaan dengan pendidikan, maka ia dikenai hukuman yang menyangkut jabatannya
sebagai guru. Berat atau ringannya pelanggaran yang dibuatnya. Dengan memakai sanksi
jabatan cukup efektif dilakukan dalam masa sekarang, hal ini disebabkan oleh: (a) Kondisi
negara kita yang belum mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup, sehingga mampu
menangani terjadinya pengangguran, dan (b) Oleh sebab itu ada asumsi bahwa guru-guru
takut kehilangan jabatannya sebagai guru (Pidarta, 2002:179-180).

Contoh pelaksanaan
Kepala Sekolah SMPN 2 dan 3 Wabula Kabupaten Buton melakukan supervisi klinis ketika
diminta oleh guru PAI pada saat melakukan proses belajar mengajar. Dan pelaksanaan
supervisi klinis satu kali dalam 1 (satu) semester dan dilakukan sendiri oleh Kepala Sekolah.
Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan dalam pembelajaran guru PAI
merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru
PAI untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang
dilakukan guru PAI tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu teknik memiliki langkah-langkah
tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk mengemba-ngkan profesionalitas guru PAI.

Ciri – ciri pelaksanaan supervise klinis yang baik adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan supervisor pengajaran kepada guru bersifat hubungan


pembantuan, bukan hubungan perintah atau intruksi.
2. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis
keterampilan yang paling penting merupakan hasil diskusi bersama.
3. Instrumen supervise klinis dikembangkan dan disepakati bersama antara guru
dan supervisor.
4. Guru melakukan persiapan dengan mengidentifikasi aspek kelemahan –
kelemahan yang dipandang perlu diperbaiki.
5. Pelaksanaan supervise klinis selayaknya teknik observasi kelas.
6. Umpan balik atau balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif.
7. Guru hendaknya dapat menganalisis penampilannya.
8. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan guru.
9. Supervisor dan guru berada atau menciptakan kondisi dalam keadaan atau
suasana akrab dan terbuka.
10. Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan
perbaikan keterampilan pembelajaran.
Upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMPN 2 dan 3 Wabula Kabupaten Buton
memberikan semangat dan motivasi kepada guru PAI untuk terus melakukan pembenahan
diri dan perubahan yang baik untuk meningkatkan kinerjanya.

faktor pendukung pelaksanaan supervisi klinis kepalasekolah di SMPN 2 Jatirogo Tuban yaitu
keterbukaan para guru pada kepala sekolah, sarana dan prasaranayang memadai, rasio guru
dan siswa telah ideal, serta pelatihan-pelatihan dinas pendidikan kabupaten Tubanuntuk
meningkatkan kompetensi guru. Kepala
sekolah juga menumbuhkan semangat stakeholder sekolahdalam mewujudkan visi misi
sekolah. Selain itudidukung adanya apresiasi sekolah atau dinas kepadaguru dengan
kompetensi mengajar terbaik

pelaksanaan supervisi klinis kepala SMPN 2 JatirogoTuban adalah kepala sekolah membantu
dan melayaniguru dalam memahami materi, cara mengajar yangkreatif, memotivasi guru,
dan didukung media pembelajaran siswa yang disesuaikan dengan pelajaran yang sedang
berlangsung

You might also like