You are on page 1of 32

UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PRESENTASI KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. Endang Prasetyowati, Sp.A

Disusun Oleh:
Nuri Anggraeny
1710211084

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 24 DESEMBER 2018 –2 MARET 2019

LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Penyakit HIV pada Anak

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Nuri Anggraeny
1710211084

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing dr. Endang Prasetyowati, Sp.A


Tanggal : Desember 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan ridhoNya penulis dapat
menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “OBSERVASI FEBRIS+ DIARE”.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi penilaian pada kepaniteraan
klinik di bagian Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Terima kasih penulis
sampaikan kepada dr. Endang Prasetyowati, Sp.A, selaku dokter pembimbing yang banyak
memberikan masukan dan saran. Serta teman-teman sejawat yang telah membantu dalam
penyelesaian presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya. Akhir kata, semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi penulis maupun
pembaca.

Ambarawa, Januari 2018

Penulis
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


Nama : An. RAP
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karangjati 7/7 Bergas LOR Bergas
Nama Ayah : Tn J
Pendidikan Ayah : SMK
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny D
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : Swasta
No.CM : 145648-2018
Tanggal masuk RS : 23 April 2014

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien di Ruang Anggrek tanggal 24
April 2018 jam 15:00
 Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 5x
 Riwayat Penyakit Sekarang
 3 hari SMRS ibu pasien mengatakan bahwa pasien BAB > 5x, dengan konsistensi yang
lembek, tidak ada lender, tidak ada darah, dan tidak berbusa. Keluhan BAB > 5x disertai
keluhan muntah. Pasien muntah bila diberi makanan, muntah berisi susu dan sedikit sisa
makanan, muntah >2x. Ibu pasien mengaku bahwa pasien demam namun tidak terlalu
tinggi sekitar 37 derajat celcius dan hanya diberi obat penurun panas. Nafsu makan pasien
berkurang Tidak ada keluhan nyeri perut, batuk, pilek, dan sesak nafas.
 Keesokan harinya pasien langsung dibawa ke klinik di daerah Ungaran untuk berobat,
di klinik tersebut pasien mendapat obat anti muntah dan mual, obat diare, obat penurun
panas, dan vitamin makan
 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan BAB dengan konsistensi lembek kini menjadi cair.
BAB cair > 5x, air lebih banyak dibandingkan ampas. Tidak ada lendir, darah dan busa.
Keluhan diserti muntah yang kini lebih dari 5x, muntah berisi susu. Ibu pasien
mengatakan pasien terlihat lemas dan rewel. Nafsu makan menurun, tidak mau makan
hanya mau minum susu sedikit-sedikit. Keluhan tidak disertai demam, tidak ada keluhan
batuk, dan pilek.
 Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Ambarawa karena bab cair yang sering dan
muntah yang belum juga membaik, Pasien ditangani di IGD dengan pemberian cairan
infus untuk rehidrasi dan juga diberikan obat injeksi obat antimuntah. Pasien masuk ke
ruang perawatan anggrek untuk perawatan lebih lanjut dengan diagnosis masuk Diare
Cair Akut Dehidrasi Ringan Sedang dari IGD.

 Riwayat Penyakit Dahulu


 Keluhan serupa (-)
 Riwayat kuning saat bayi (+)
 Penyakit infeksi (-)
 Kejang (-)
 Alergi (-)
 Asma (-)
 Penyakit Jantung Bawaan (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Asma (-)
 Alergi (-)
 Pasien merupakan anak pertama dan anak tunggal di keluarga
Ket:
Ayah pasien Pasien

Ibu pasien

Genogram Keluarga Pasien

 Riwayat Pengobatan
Obat antimuntah, obat penurun panas, obat diare, dan vitamin makan

 Riwayat Kehamilan Ibu :


Morbiditas kehamilan
 Ibu tidak memiliki riwayat infertile
 Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi gestasional
 Ibu tidak memiliki riwayat diabetes saat kehamilan
 Tidak ada anggota keluarga dengan kelainan kongenital
 Tidak pernah mengalami infeksi selama hamil

Perawatan Antenatal
ANC rutin dilakukan >3x, pemeriksaan USG 2x, vaksin Tetanus Toxoid dilakukan 1x

Kesimpulan : Tidak ditemukan adanya riwayat kelainan pada kehamilan


 Riwayat Kelahiran :
o Tempat Bersalin : Rumah Sakit
o Penolong : Dokter kandungan
o Cara persalinan : Spontan
o Berat Badan Lahir : 3400 gram
o Masa Gestasi : 9 bulan (aterm)
o Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis
o Kelainan Bawaan : Tidak Ada
o Anak ke :1
Kesimpulan : Tidak ditemukan adanya kelainan saat lahir
 Riwayat Perkembangan :
o PSIKOMOTOR
 0 - 6 bulan : mampu tengkurap, mengangkat kepala dan dada bertopang
pada tangan
 6 bulan : mampu untuk duduk
 9 bulan : mampu merangkak
 1 tahun :sedang belajar berjalan perlahan, rambatan

o BAHASA
 0-3 bulan : Mengoceh spontan/merespon dengan mengoceh namun belum
terbentuk kata-kata
 3-6 bulan : tertawa dan menjerit jika diajak bermain
 6-12 bulan : mengeluarkan kata-kata tanpa arti, menirukan suara
 1 tahun : belum mampu menyusun kalimat singkat namun sudah dapat
membentuk kata-kata dengan arti

o SOSIAL
 1 tahun : berpartisipasi permainan tepuk tangan, sembunyi-sembunyian,
mampu mengenali keluarganya
o Mental/intelegensia
Sesuai anak seusianya
o Emosi
Sesuai anak seusianya

Kesan: Pertumbuhan, perkembangan psikomotor, mental intelegensia dan emosi sesuai


anak seusianya
Riwayat Makanan
 0 bulan – 3 bulan : ASI
 3 bulan – 6 bulan : Susu formula
 6 bulan – 9 bulan : Susu formula + MPASI
 9 bulan – 1 tahun : Susu formula + nasi tim/bubur nasi & lauk + buah +
sayur + biscuit balita
Kesan : Riwayat makanan sesuai hanya pemberian ASI pada pasien tidak ekslusif sampai
usia pasien 6 bulan

Riwayat Imunisasi
Saat lahir (0-7 hari) Hb0, BCG, Polio 0
2 bulan DPT/HB1, Polio 1
3 bulan DPT/HB2, Polio 2
4 bulan DPT/HB3, Polio 3
9 bulan Campak 1

Kesan: imunisasi sudah lengkap sesuai jadwal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan pasien BPJS Non PBI kelas II. Pasien tinggal bersama kedua orang tua.
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dan sirkulasi rumah yang baik.

Diagnosis sementara
 Diare akut ec rotavirus dd bakteri
 Dehidrasi ringan sedang
1.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di Bangsal Anggrek pada tanggal 24 April 2018 pukul 15:00
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tanda – tanda vital :
- Frekuensi Nadi : 140 kali/menit
- Frekuensi Nafas : 26 kali/menit, teratur
- Suhu : 36,4oC (axilla)
Data Antopometri :
- Berat Badan : 10 Kg
- Panjang Badan : 75 cm
- BB/U = z-score 0 s.d 2
Indikator pertumbuhan = normal
- TB/U = z-score 0
Indikator pertumbuhan = normal
Status Gizi :
Berdasarkan kurva WHO gender laki-laki usia 0 – 2 tahun :
Berdasarkan BB/TB = z-score 0 s.d 1
Indikator pertumbuhan = normoweight

Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, cekung +/+ minimal
Telinga : bentuk simetris, sekret tidak ada, membran timpani sulit dinilai
Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret -/-
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak sianosis, lidah bersih
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula di tengah
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks :
Paru
 Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
 Palpasi : Focal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Batas paru jantung normal
 Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung paru normal
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-) dan gallop (-)
Abdomen :
 Inspeksi : cembung, jejas (-)
 Auskultasi : bising usus + normal
 Palpasi : perabaan supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Anus dan Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
 Atas : akral dingin -/-, odema -/-, crt < 2 detik, pembengkakan sendi (-)
 Bawah : akral dingin -/-, odema -/-, crt < 2 detik, pembengkakan sendi (-)
Kulit : Turgor kulit normal dan sianosis (-)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Darah Lengkap (24 April 2018)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 g/dl 10,7-13,1 g/dl
Leukosit 7.73 6-17 ribu
Eritrosit 4,50 jt 3,6-5,2 juta
Hematokrit 34.1 % 40-52 %
Trombosit 171 ribu 150-400 ribu
MCV 75.8 82-98 fL
MCH 26.0 27-32 pg
MCHC 34.3 g/dl 32-37 g/dl
RDW 11.8 % 10-15
MPV 6.74 mm³ 7-11 mm³
Limfosit 5.11 4-10,5
Monosit 0,787 0-0,8
Eosinofil 0,093 0,5-0,7
Basofil 0,091 0-0,2
Neutrofil 1.54 1,5-8,5
Limfosit % 66 25-40 %
Monosit% 10.2 2-8%
Eosinofil% 1.20 2-4
Basofil% 1.18 0-1
Neutrofil% 21.3% 60-70%
PCT 0,115 0,2-0,5

FESES RUTIN
Makroskopik
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopis
Lekosit Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Telur cacing Negatif
Sisa makanan Positif
Lain-lain Negatif
1.5 Diagnosis Akhir
 Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 Status gizi normal

1.6 Penatalaksanaan
 Infus KAEN 3B 10 tpm makro
 Inj ondancentron 3 x 1,5 amp
 L- bio 1 x 1 sach
 Zinc pro 1 x 1 cth

1.7 Follow Up
Hari/tanggal S O A P
Selasa  BAB cair 8x KU: sakit sedang Diare  Infus KAEN 3b 10
24 April 2018 dari semalam T: 37˚C tpm makro
 Muntah 1x isi HR : 132 x/menit  Inj ondancentron 3 x
susu RR : 36 x/mnt 1,5mg
 Lemas, nafsu BB : 9 kg  Inj ondancentron 3 x
makan belum Mata = cekung (-) 3 mg
mau Bising usus =  L-Bio 1 x 1
meningkat +  Zink pro 1 x 1 cth
 Cek darah rutin
 Cek feses rutin
Rabu  BAB cair KU: sakit sedang, T: Diare
25 April 2018 agak lembek 36,8˚C
malam 2x HR :128 x/menit  Infus KAEN 3b 10
pagi 6x RR : 30 x/mnt tpm makro
 Muntah (-) BB : 9 kg  Inj ondancentron 3 x
Bising usus = 1,5mg
normal  Inj ondancentron 3 x
Lab : 3 mg
- Ht : 37  L-Bio 1 x 1
- trombosit : 95.2  Zink pro 1 x 1 cth
Anti Salmonella  Sequest 2 x 1/2
IgM = 0

Kamis  BAB 4x KU: membaik Diare  Infus KAEN 3b 10


26 April 2018 sudah T: 37 ˚C tpm makro
berampas HR : 125 x/menit  Inj ondancentron 3 x
 Muntah (-) RR : 28 x/mnt 1,5mg
BB : 9 kg  Inj ondancentron 3 x
3 mg
 L-Bio 1 x 1
 Zink pro 1 x 1 cth
Jumat  BAB 2 x KU: membaik Diare  Infus KAEN 3b 10
27 April 2018 ampas T: 37 ˚C tpm makro
HR : 125 x/menit
 Tidak ada RR : 28 x/mnt  Inj ondancentron 3 x
keluhan BB : 9 kg 1,5mg
 Inj ondancentron 3 x
3 mg
 L-Bio 1 x 1
 Zink pro 1 x 1 cth
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE

II.1. DEFINISI DIARE


Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. 1 Diare akut adalah buang air besar pada bayi
atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.2 Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini masih bersifat fisiologis atau
normal. Selama berat badan bayi meningkat normal maka tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.1

II.2. EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang, termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena
diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas
2007, sebanyak 42% kematian bayi disebabkan oleh diare, untuk golongan 1-4 tahun, kematian
akibat diare mencapai 25.5%.1

II.3. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Singkatnya,
dapat dikatakan melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field (lingkungan).
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain1,3:
- Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4–6 bulan pertama kehidupan
- Tidak memadainya penyediaan air bersih
- Pencemaran air oleh tinja
- Kurangnya sarana kebersihan MCK (Mandi Cuci Kakus)
- Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
- Gizi buruk
- Imunodefisiensi
- Berkurangnya asam lambung menurunnya motilitas usus
- menderita campak dalam 4 minggu terakhir
- Faktor lainnya:
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja
manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
2. Infeksi asimtomatik
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.
Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.
3. Faktor musim
Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri
cenderung meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemik
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi
yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia.

II.4. ETIOLOGI
Penyebab infeksi utama pada diare adalah sebagai berikut :
1. Infeksi : Virus, Bakteri dan Parasit :
 Golongan virus : Astrovirus, Enteric Adenovirus, Coronavirus, Rotavirus, Norwalk virus
 Golongan bakteri : Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
perfringens, Clostidium defficile, Eschericia coli, Salmonella, Shigella, Staphylococcus
aureus, Vibrio cholera, Yersinia enterocolitica
 Golongan parasit : Balantidium coli, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia,
Strongyloides Stercoralis, Trichuris trichiura
2. Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa). Lemak terutama trigliserida rantai panjang,
atau protein seperti beta - laktoglobbulin
3. Makanan : makanan basi, makanan beracun. Diare karena keracunan makanan terjadi akibat
dua hal yaitu mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung mikrorganisme yang
mengeluarkan toksin, antara lain Clostridiun perfringens, Staphylococcus
4. Alergi terhadap makanan : terutama disebabkan oleh Cow’s Milk protein sentitice enteropathy
(CMPSE) dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya
5. Imunodefisiensi : diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada penderita HIV.
6. Psikologis : rasa takut dan cemas
Namun, telah diketahui bahwa penyebab utama diare pada anak adalah rotavirus. Rotavirus
diperkirakan sebagai penyebab diare akut pada 20-80% anak di dunia. Juga merupakan penyebab
kematian pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh dunia. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55% kasus diare akut pada balita disebabkan
oleh rotavirus.1

II.5. PATOGENESIS
Patogenesis diare yang diakibatkan oleh virus diawali oleh hancurnya sel-sel ujung-ujung
villus pada usus halus. Kerusakan pada villus ini akan menyebabkan terjadinya gangguan absorpsi
usus halus. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan
baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus halus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang
tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air
dan nutrien yang tidak sempurna. Enterosit villus bagian atas juga berfungsi untuk menghidrolisis
disakarida. Dengan rusaknya villus tersebut akibat virus, maka akan terjadi juga malabsorbsi
karbohidrat kompleks, terutama laktosa.1,5
Rotavirus adalah penyebab terpenting diare terlebih karena sering terjadi pada anak kurang
dari 2 tahun. Rotavirus sendiri memiliki 4 serotipe pada manusia. Infeksi dengan 1 jenis serotipe
menyebabkan imunitas yang tinggi terhadap serotipe tersebut dan memberikan perlindungan
sebagian terhadap serotipe yang lain. Hampir semua anak terinfeksi paling tidak sekali sebelum
berumur 2 tahun, dan infeksi ulangan sering terjadi.

II.6. PATOFISIOLOGI
Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan gangguan sekresi.
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

Secara umum, diare disebabkan karena 2 hal, yaitu gangguan proses absorbsi atau proses
sekresi. Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorbsi. Terdapat gangguan pada usus halus atau kolon yang mengakibatkan
terjadinya penurunan pada proses absorpsi atau peningkatan proses sekresi. Diare juga dapat
terjadi akibat gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.1,6
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare akan
terjadi jika terdapat suatu bahan yang aktif secara osmotik dan sulit diserap. Diare akibat gangguan
absorpsi atau diare osmotik dapat disebabkan karena : a) Konsumsi magnesium hidroksida,
sehingga menurunkan fungsi absorpsi usus; b) Defisiensi sukrase-isomaltase; c) Adanya bahan
yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal akan
bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat adanya perbedaan tekanan osmotik
antara lumen usus dan darah, maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum, dan air akan terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikuti
masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan
kadar Na yang normal.1
Diare akibat malabsorpsi umum biasanya disebabkan akibat kerusakan sel (yang secara
normal akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, seperti
Salmonella, Shigella atau Campylobacter. Dapat juga disebabkan akibat inflamatory bowel disease
idiopatik, toksin, atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan
malabsorpsi usus halus adalah atrofi villi.1
Diare akibat gangguan sekresi atau diare sekretorik dapat terjadi karena sekresi air dan
elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh villi gagal sedangkan
sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan
yang menyebabkan dehidrasi. Penyebab lainnya adalah hiperplasia kripta, luminal secretagogues,
dan blood-borne secretagogeus. Hiperplasia kripta umumnya akan menyebabkan atrofi villi.
Pada luminal secretagogues, sekresi lumen dipengaruhi oleh enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxyl, serta
asam lemak rantai panjang. Pada blood-borne secretagogeus, diare umumnya disebabkan karena
enterotoksin E. coli atau V. cholera.1
Diare akibat gangguan peristaltik disebabkan karena adanya perubahan motilitas usus yang
akan berpengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya
dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang pada akhirnya dapat menyebabkan diare. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang
terjadi. Watery diarrhea dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada
bayi.1
Diare akibat inflamasi dapat terjadi akibat hilangnya sel-sel epitel dan kerusakan tight
junction, sehingga menyebabkan air, elektrolit, mukus dan protein menumpuk di dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi berkaitan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare
sekretorik. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction,
menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi
bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorpsi dan
perubahan susunan protein. Penelitian oleh Berkes J dkk. 2003 menunjukkan bahwa peranan
bakteri enteral patogen pada diare terlerak pada perubahan barrier tight junction oleh toksin atau
produk kuman yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh
dari salah satu atau kedua hal tersebut akan menyebabkan terjadinya hipersekresi klorida yang
akan diikuti oleh natrium dan air.1,7
Diare yang terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III dan
IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe
III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada Coeliac
disease dan protein loss enteropaties. Mediator-mediator kimia hasil dari respon imun akan
menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi
klorida diikuti oleh natrium dan air.1

II.7. MANIFESTASI KLINIS


Pasien diare dapat mengalami dehidrasi, asidosis metabolik maupun hipokalemia yang
disebabkan karena kehilangan cairan tubuh secara terus menerus tanpa diimbangi oleh asupan
cairan yang cukup. Pada pasien diare, terjadi kehilangan ion-ion seperti natrium, klorida dan
bikarbonat, sehingga terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Apabila terjadi dehidrasi, jika
tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan
kematian.1,8
Mual dan muntah merupakan tanda non-spesifik yang diakibatkan oleh infeksi saluran
cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada diare non inflammatory.1,9
II.8. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
- Diare
Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Makanan
dan minuman yang diberikan selama diare. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.
- Muntah
Pada keluhan muntah, perlu digali informasi volume, frekuensi, dan isi muntahan.
- Tanda dehidrasi
BAK: biasa, berkurang, jarang, atau tidak BAK dalam 6-8 jam terakhir. Anak rewel, tampak
kehausan atau lemas dan tidak mau minum.
- Tanda lain
Adakah demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi:
kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-
ubun besar cekung atau tidak, palpebra mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,
bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam merupakan
tanda asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada menandakan kemungkinan
hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan pengisian kapiler dapat menentukan
derajat dehidrasi yang terjadi.1
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.1
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Pada pemeriksaan makroskopis yang dinilai adalah konsistensi, warna, apakah terdapat lendir,
apakah terdapat darah, dan baunya. Pada pemeriksaan mikroskopis, dinilai hitung leukosit,
eritrosit, parasit dan bakteri. Pada pemeriksaan kimia, dinilai pH, clinitest, dan elektrolit (Na, K,
HCO3). Sedangkan pemeriksaan biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut.1,3,4
Dapat pula dilakukan analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.1
II.9. DERAJAT DEHIDRASI
Penilaian berat atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan subjektif dengan menggunakan kriteria
WHO.3,10.

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995


II.10. PENATALAKSANAAN
Kementrian Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan
diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada
panduan WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki
kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Kementrian Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang
diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Oralit baru dengan osmolaritas rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi
cairan intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian
muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan
UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak.
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/Liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolalitas 245
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zink diberikan selama 10 – 14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya
diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zink juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak.1,2,4
Dosis Zink

Umur Dosis

< 6 bulan 10 mg (1/2 tablet)/ hari

> 6 bulan 20 mg (1 tablet)/ hari.

Zink termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal.
Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zink berperan untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, pengecapan, serta nafsu
makan. Zink juga berperan dalam system kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi.1
Efek pemberian zink terhadap diare adalah dengan menjaga integritas usus melalui
pengaktivan enzim superoxide dismutase (SOD) Zink juga berperan sebagai antioksidan yang
merupakan stabilisator intramolekular, mencegah pembentukan ikatan disulfida, dan berkompetisi
dengan Cu dan Fe. Selain itu, Zink juga mampu untuk menghambat sintesis Nitric Oxide (NO).
Zink juga berperan dalam penguatan sistem imun, yaitu dalam modulasi sel T dan sel B. Peranan
zink juga terlihat dalam aktivasi limfosit T dan menjaga keutuhan epitel. Semua kegunaan inilah
yang mendukung dilakukannya pemberian zink dalam tata laksana diare akut.1,2,4

3. ASI dan makanan tetap diteruskan


Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah terjadinya gizi buruk. Pada diare
berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. ASI tetap diteruskan selama terjadinya diare cair akut maupun pada diare akut
berdarah dan diberikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Bayi umur 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapat makan seperti biasanya.1 Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah
mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan harus diteruskan.2

4. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, karena sebagian besar diare infeksi
disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotik.1,2
Pemberian antibiotik dilakukan atas indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera.1,2,4

5. Nasihat kepada orang tua


Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau minum belum
membaik selama 3 hari.1,10

Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang
sudah dengan komplikasi.

Tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi 3,4,10


A. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare Tanpa Dehidrasi (Rencana Terapi A:
Penanganan Diare di Rumah)12
Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri tablet
zink, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali
1. Beri cairan tambahan sebanyak yang anak mau
- Jelaskan kepada ibu:
a. Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI
lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

b. Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan
makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:


a. Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah

- Ajari ibu cara mencampur oralit dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200ml) untuk
digunakan di rumah
- Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari – hari :
< 2 tahun 50 – 100 ml setiap kali BAB, ≥ 2 tahun 100 – 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu:


a. Agar meminum kan sedikit – sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas
b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti

2. Beri tablet zink


Pada anak berumur 2 tahun ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis:
- Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) perhari
- Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) perhari
3. Lanjutkan pemberian makan/ASI
4. Kapan harus kembali

Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau tidak bisa
minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah dalam tinja.

B. Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang (Rencana Terapi B:


Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan dengan Oralit)13
Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
- Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB

a) jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas,


berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung
b) untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri
juga 100 – 200 ml air matang selama periode ini
c) mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
d) lanjutkan pemberian ASI
- Tunjukkan pada ibu cara memberikan larutan oralit
a) Minumkan sedikit – sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas
b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan dengan lebih lambat
c) Lanjutkan ASI selama anak mau
- Beri tablet zink selama 10 hari
Setelah 3 jam:
Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

- Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:


a) Tunjukkan cara menyiapkan oralit di rumah
b) Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
c) Beli bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi
sesuai yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A
d) Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah
II.11. KOMPLIKASI
Komplikasi dari diare akut yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat atau muncul pada
saat dilakukan terapi rehidrasi diantaranya adalah gangguan elektrolit berupa hipernatremia,
hiponatremia, hiperkalsemia, dan hipokalemia. Apabila upaya rehidrasi oral mengalami
kegagalan, dapat terjadi kejang yang disebabkan karena hipoglikemi, hiperpireksia, hipernatremi
atau hiponatremi.2
Komplikasi lainnya yang meskipun jarang tetapi juga penting adalah overhidrasi yang
menyebabkan edema, asidosis, ileus paralitik, malabsorpsi glukosa, muntah, dan gagal ginjal.

II.12. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah penyebaran kuman
patogen penyebab diare, dengan cara : pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan dan
penyimpanan makanan pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan mecuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan, penggunaan
jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, dan membuang tinja bayi yang
benar.1,10
Selain itu, upaya pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan cara pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi makanan
pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak, dan dilakukannya imunisasi campak.1,10
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ditegakkan berdasarkan:
A. Anamnesis
BAB cair lebih dari 5 kali sehari sejak 3 hari SMRS. BAB dengan cairan lebih banyak
dari ampasnya tanpa disertai dengan lendir dan darah. Pasien terlihat rewel, menangis kuat,
dan masih bergerak cukup aktif. Pasien masih mau minum susu formula dan air putih

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: sakit sedang, kompos mentis, status gizi normal
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 140 kali permenit, reguler, isi dan tegangan kurang;
frekuensi pernafasan 26 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu adalah 36,4°C per aksila.
3. UUB cekung (-), mata cekung (+/+), air mata (+/+) sedikit menurun, bising usus (+)
sedikit meningkat, turgor kulit kembali normal, CRT <2 detik

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses rutin
a) Makroskopis:
- Konsistensi lembek
- Warna kuning
b) Lendir (-)
c) Pus (-)
d) Darah (-)
e) Bakteri (-)
f) Leukosit (-)
Kesimpulan: Tinja warna kuning, lendir darah (-), bakteri (-) leukosit (-).
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi. Jilid 1. Jakarta: UKK
Gastroenterohepatologi IDAI; 2011. p. 87-120.

2. Anak Dengan Diare. Available from: http://www.ichrc.org/51-anak-dengan-diare

3. Diare Akut. Available from: http://www.ichrc.org/52-diare-akut

4. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis. In Behrman, Kliegman, Jenson. eds. Nelson textbook
of Pediatrics. 17th ed. St. Louis: Saunders Elsevier; 2004. p. 1272-6.

5. Diare. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan
Tingkat Pertama di Kabupaten/ Kota. Jilid 1. Jakarta: WHO; 2009. p. 131-156.

6. King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis among children: oral
rehydration, maintenance, and nutritional therapy. MMWR Recomm Rep. 2003; 52:1-16.

7. Atia AN, Buchman AL. Oral rehydration solutions in non-cholera diarrhea: a review. Am J
Gastroenterol. 2009; 104(10): 2596-604.

8. Barclay L. Zink supplements reduce diarrhea in children. Medscape Medical News. 2014;
102(2): 132-135.

9. Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003;
111(7): 931-943.

10.Gorelick MH, Shaw KN, Murphy KO. Validity and reliability of clinical signs in the diagnosis
of dehydration in children. Pediatrics. 1997; 99(5): 66-69.

11.Dennehy PH. Acute diarrheal disease in children: epidemiology, prevention, and treatment.
Infect Dis Clin North Am. 2005; 12(3):585-602.

12.Diare Tanpa Dehidrasi. Available from: http://www.ichrc.org/523-diare-tanpa-dehidrasi

13.Diare dengan Dehidrasi Sedang/Ringan. Available from: http://www.ichrc.org/522-diare-


dengan-dehidrasi-sedangringan

14.Diare dengan Dehidrasi Berat. Available from: http://www.ichrc.org/521-diare-dengan-


dehidrasi-berat
15.Infectious diarrhea: Can probiotics help against diarrhea? Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0088733/

You might also like