Professional Documents
Culture Documents
1
atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit atau tidak
mengandung alkali bebas. Sabun dengan grade B diperoleh dari bahan
baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan
mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali tersebut tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C
mengandung alkali bebas yang relatif tinggi berasal dari bahan baku
lemak atau minyak yang berwarna gelap. (Kamikaze, 2002).
2. Sifat-Sifat Sabun
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif
permukaan. R – COOL .Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air
(hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L
berupa kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk
dengan cepat pada suhu makin tinggi (Harold. 1982).
3. Komposisi Sabun
Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami
dengan garam alkali serta sabun deterjen saat ini yang dibuat dari bahan
sintetik, biasanya mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan,
deodorant, warna, parfum, pengontrol pH, dan bahan tambahan khusus.
a. Surfaktan
Surfaktan adalah molekul yang memiliki gugus polar yang
suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak
(lipofilik) sehingga dapat memperasatukan campuran yang terdiri
dari minyak dan air yang bekerja menurunkan tegangan permukaan.
Surfaktan merupakan bahan terpenting dari sabun. Lemak dan
minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa (asam
lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak babi.
Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik
secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi
terasa airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi
lengket dan stabil. Jenis bahan surfaktan pada syndet dewasa ini
mencapai angka ribuan (Fachmi, 2008).
2
b. Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan
yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk
membentuk sabun yang lunak, misal: asam lemak bebas, fatty
alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan minyak
almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak
isotionat, asam lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin
(polimer akrilat). Universitas Sumatera Utara Bahan-bahan selain
meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi
sebagai peramas (plasticizers) (Wasitaatmadja, 1997).
c. Antioksidan dan Sequestering Agents
Antioksidan adalah senyawa atau zat yang dapat
menghambat, menunda, mencegah, atau memperlambat reaksi
oksidasi meskipun dalam konsentrasi yang kecil. Untuk
menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan
bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan
butilhydroxy toluene (0,02%-0,1%). Sequestering Agents
dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang mengkatalis oksidasi
EDTA. EHDP (ethanehidroxy-1-diphosphonate) (Hambali,2002).
d. Deodorant
Deodorant adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap
atau mengurangi bau menyengat. Deodorant dalam sabun mulai
dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek
samping, penggunaannya dibatasi. Bahan yang digunakan adalah
TCC (trichloro carbanilide) dan 2-hidroxy 2,4,4- trichlodiphenyl
ester (Wasitaatmadja, 1997).
e. Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih,
atau krem. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat
dan peraturan yang ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan
konsentrasinya kecil sekali (0,01- 0,5%). Titanium dioksida 0,01%
ditambahkan pada berbagai sabun untuk Universitas Sumatera Utara
3
menimbulkan efek berkilau. Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa
warna dan transparan (Wasitaatmadja, 1997).
f. Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum
sebagai pewangi. Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna
yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna
sabunbergantung pada permintaan pasar atau masyarakat
pemakainya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama
untuk membedakan produk masing-masing (Wasitaatmadja, 1997).
g. Pengontrol pH
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat,
dapat menurunkan pH sabun (Wasitaatmadja, 1997).
4. Fungsi Sabun
Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan
pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga
memungkinkan air itu membasahi bahan yang dicuci dengan lebih
efektif, sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk
mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun teradsorpsi pada butiran
kotoran (Keenan, 1980).
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak,
lemak dan keringat. Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena
sifatnya yang non polar. Sabun digunakan untuk melarutkan kotoran-
kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki gugus non polar yaitu gugus
–R yang akan mengikat kotoran, dan gugus –COONa yang akan
mengikat air karena sama-sama gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas
karena terikat pada sabun dan sabun terikat pada air (Qisti, 2009).
5. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Bahan Pembuatan Sabun
a. Asam Lemak
Secara kimiawi, minyak dan lemak dapat mengalami
hidrolisis dan oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan akibat
adanya sejumlah air dan kontak dengan udara. Hal ini tentunya harus
4
dihindari untuk menjaga kualitas minyak atau lemak agar tetap baik
(Dalimuthe, 2009).
Minyak dan lemak mengandung asam lemak dan trigliserida
yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun. Asam lemak
merupakan asam lemah, yang di dalam air akan terdisosiasi
sebagian. Sementara trigliserida merupakan komponen utama
minyak dan lemak yang terdiri dari kombinasi berbagai macam asam
lemak yang terikat dengan gugus gliserol disebut asam lemak bebas.
(Zulfikar, 2010).
Asam lemak terdiri dari dua bagian, yaitu yaitu gugus
hidroksil dan rantai hidrokarbon yang berikatan dengan gugus
karboksil. Asam lemak juga merupakan komponen minyak/lemak
yang digunakan untuk pembuatan sabun. Umumnya asam lemak
berfase cair atau padat pada suhu ruang (27°C) (Zulfikar, 2010).
Semakin panjang rantai karbon penyusunnya, semakin
mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak dapat
bereaksi dengan senyawa lain membentuk persenyawaan lipida
(Kamikaze, 2002).
Persenyawaan lipida tersebut sering dijumpai di dalam tubuh
organisme yang memiliki fungsi khusus dalam penyusunan sel
organisme, dimana lemak termasuk dalam golongan lipid netral
begitu juga dengan minyak. Asam lemak dikelompokkan menjadi
dua kelompok berdasarkan ikatan rangkapnya, yaitu asam lemak
jenuh (saturated) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated). Asam
lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap,
sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki satu ikatan rangkap
atau lebih. Asam lemak tidak jenuh yang memiliki satu ikatan
rangkap dinamakan Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan
asam lemak tidak jenuh yang memiliki dua atau lebih ikatan rangkap
dinamakan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) (Kamikaze, 2002).
5
Palm
Coconut Palm
Asam Lemak Kernel Tallow
Oil Stearine
Oil
Asam Kaprilat 5–9 3–5 - -
Asam Kaprat 6 – 10 3–7 - -
Asam Laurat 44 – 52 40 – 52 0.1 – 0.4 0.2
Asam Miristat 13 – 19 14 – 18 1.2 – 1.3 2–8
Asam Palmitat 8 – 11 7–9 52 – 58 24 – 37
Asam Stearat 1–3 1–3 4.8 – 5.3 14 – 19
Asam Oleat 5–8 11 – 19 27 – 32 40 – 45
Asam Linoleat 2 2 6.6 – 8.2 3 -4
Tabel 1. Persentase Komposisi Kimia dari Minyak dan Lemak yang
Umumnya Digunakan dalam Sabun
(Iftikhar Ahmad, 1981)
Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda
dalam sabun yang terbentuk. Asam laurat dan palmitat dapat
ditemukan pada minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang
merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan
sabun. Asam oleat dan stearat yang ditemukan dominan pada
minyak atau lemak hewani, dan memberikan sifat melembabkan
(moisturizing). Asam palmitat dan stearat memberikan sifat
mengeraskan/ memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang
stabil dan lembut (Kamikaze, 2002). Pengaruh jenis asam lemak
terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Asam Lemak Sifat yang Ditimbulkan pada Sabun
Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan
Asam Laurat
busa, lembut
Asam Linoleat Melembamkan
Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan
Asam Miristat
busa, lembut
Asam Oleat Melembabkan
Asam Palmitat Mengeras, menstabilkan busa
Asam Melembabbkan, menghasilkan busa yang
Ricinoleat stabil dan lembut
Asam Stearat Mengeras, menstabilkan busa
Tabel 2. Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan
(Kamikaze,2002)
6
b. Natrium Hidroksida (NaOH)
Senyawa alkali merupakan garam terlarut dari logam alkali
seperti kalium dan natrium. Alkali digunakan sebagai bahan kimia
yang bersifat basa dan akan bereaksi serta menetralisir asam. Alkali
yang umum digunakan adalah NaOH atau KOH. NaOH banyak
digunakan dalam pembuatan sabun padat karena sifatnya yang tidak
mudah larut dalam air (Rohman, 2009).
NaOH berwarna putih, massa lebur, berbentuk pelet,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat
menyerap karbondioksida dan melembab. NaOH membentuk basa
kuat bila dilarutkan dalam air. Senyawa ini sangat mudah terionisasi
membentuk ion natrium dan hidroksida (Rahayu, 2012).
Kristal NaOH merupakan zat yang bersifat hidroskopis
sehingga harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat untuk
mengurangi konsentrasi basa yang diperlukan (Kamikaze, 2002).
NaOH merupakan salah satu jenis alkali, baik KOH ataupun
NaOH harus dilakukan dengan takaran yang tepat. Apabila terlalu
pekat atau lebih, maka alkali bebas tidak berikatan dengan
trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Sebaiknya apabila terlalu encer atau
jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan
mengandung asam lemak bebas yang tinggi, asam lemak bebas pada
sabun dapat mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat
sabun digunakan (Kamikaze, 2002).
Jumlah NaOH yang digunakan untuk pembuatan sabun
bervariasi, tergantung konsentrasi yang diujicobakan dan banyaknya
sampel yang digunakan. Adapun jumlah NaOH yang pernah
digunakan antara lain:
i. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 45% dalam pembuatan
sabun menggunakan campuran lemak abdomen sapi (tallow)
dan curd susu (Kamikaze, 2002).
7
ii. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam pembuatan
sabun transparan madu (Qisti, 2009).
iii. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam pembuatan
sabun transparan (Hambali, 2002).
iv. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam sifat
organoleptik pada sabun transparan dengan penambahan madu
(Sinatrya, 2009).
v. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 31% dari pembuatan
sabun transparan dari VCO (Sinatrya, 2009).
vi. Penggunaan NaOH 50 % dalam pembuatan sabun padat dari
minyak goreng bekas (Dalimunthe, 2009).
vii. Penggunaan NaOH 30% dalam pembuatan sabun padat dari
lemak abdomen sapi (Tallow) (Rahayu, 2012).
c. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan
suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam- garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Wenang, 2010).
Dalam pembuatan sabun, air yang baik digunakan sebagai
pelarut yang baik adalah air sulingan atau air minum kemasan. Air
dari PAM kurang baik digunakan karena banyak mengandung
mineral (Wenang, 2010).
d. Zat Aditif
Zat aditif yang paling umum ditambahkan dalam pembuatan
sabun adalah parfum, pewarna, dan garam (NaCl). Parfum
merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk kosmetika
khususnya untuk sabun wajah dan sabun badan dengan tujuan
8
menutupi bau yang tidak enak serta untuk memberikan wangi yang
menyenangkan terhadap pemakainya. Jumlah yang ditambahkan
tergantung selera, tetapi biasanya 0,05% hingga 2% untuk campuran
sabun. Sedangkan pewarna digunakan untuk membuat produk lebih
menarik (Utami, 2009). NaCl merupakan komponen kunci dalam
proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat
kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun
dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas
(Wenang, 2010)
e. Pewangi dan Pewarna
Parfum merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu
produk kosmetik dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak dari
bahan lain dan untuk memberikan wangi yang menyegarkan
tergadap pemakainya. Jumlah parfum yang ditambahkan tergantung
selera tetapi biasanya 0,05-2 % untuk campuran sabun. Sedangkan
pewarna digunakan untuk membuat produk yang lebih menarik
(Utami, 2009).
f. Gliserin Monostearat (GMS)
GMS merupakan bahan pengemulsi alami yang terbentuk
dari gliserol dan asam stearat. Selain digunakan sebagai bahan aditif
dalam makanan, GMS juga digunakan dalam produk kosmetika dan
perawatan rambut. Penggunaan GMS dapat menghasilkan emulsi
yang stabil tanpa meninggalkan bekas licin atau berminyak. Bila
bahan ini sulit dicari dapat digantikan dengan CMC (Carboxy
Methyl Celulose) (Utami, 2009).
9
g. Surfaktan
Bahan ini mempunyai kemampuan mengikat dan
mengangkat kotoran. Dari surfaktan inilah sabun dapat
menghasilkan busa. Bahan yang biasa digunakan adalah Emal TD,
Emal 20 C, Texhapon, dan lain – lain (Utami, 2009).
10
6. Kristal NaOH 4,2 gram
7. Gliserin 12 gram
8. Alkohol 36 gram
9. Minyak bibit (parfum) secukupnya
10. Minyak zaitun 3 mL
11. Etanol 25 mL
12. Indikator Fenolftalein 15 tetes
13. Larutan KOH secukupnya
14. Larutan HCl secukupnya
G. Alur Percobaan
1. Pembuatan Larutan NaOH
1,4 gram NaOH
Larutan NaOH
2. Pembuatan Sabun
a. Minyak Curah
Warnaseluruhnya
Kecoklatan
11
10. Ditambah 1 ml minyak zaitun
11. Diberi pewarna + parfum
12. Dituang kecetakan sebelum memadat
13. Dibiarkan sampai memadat
Sabun
b. Minyak Kelapa
Warna Kecoklatan
Sabun
12
c. Minyak Sawit
1 gr asam stearat
Warnaseluruhnya
Kecoklatan
Larutan sabun
13
Tabung 1 Tabung 2
2. Minyak Curah
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
14
3. Minyak Kelapa
3 mL aquades
Tabung 1 Tabung 2
5. Bilangan Asam
a. Minyak Sawit
Bilangan Asam
15
b. Minyak Kelapa
Bilangan Asam
c. Minyak Curah
Bilangan Asam
6. Bilangan Penyabunan
a. Minyak Sawit
2 gram Minyak Sawit
Bilangan Penyabunan
16
b. Minyak Kelapa
2 gram Minyak Kelapa
Bilangan Penyabunan
c. Minyak Curah
2 gram Minyak Curah
Bilangan Penyabunan
17
H. Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1. Pembuatan Larutan NaOH Padatan NaOH + NaOH(s) + H2O(l) → Tingkat
1,4 gram NaOH NaOH : Aquades : NaOH(aq) kekerasan sabun
kristal larutan tidak = sabun minyak
1. Dilarutkan dalam 2,3 ml air
berwarna berwarna kelapa<minyak
(reaksi akan menghasilkan
putih NaOH + sawit<minyak
panas)
Aquades : Aquades curah
2. Dibiarkan sampai larutan
tidak terjadi reaksi
NaOH (hangat)
berwarna eksoterm
Larutan NaOH
18
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
2. a. Pembuatan Sabun (Minyak Curah) asam asam stearat +
1 gram asam stearat stearat minyak curah
berbentuk berwarna
1. Dimasukkan dalam 10 gram minyak curah
kuning tidak
2. Dipanaskan sampai suhu 70℃ sampai butiran-
larut
mencair seluruhnya butiran
setelah
Warna Kecoklatan berwarna
dipanaskan
3. Dibiarkan sampai suhu 50℃
putih
asam stearat +
4. Ditambah larutan NaOH minyak minyak curah
5. Diaduk curah berwarna
6. Ditambah 12 gr alkohol berwarna kuning
7. Ditambah 4 gr gliserin kuning (++) dalam suhu
8. Dipanaskan dan diaduk sampai Larutan 50℃ minyak
terbentuk larutan jernih curah + asam
NaOH tiak
9. Dibiarkan agak dingin stearat ditambah
berwarna
10. Ditambah 1 ml minyak zaitun NaOH (larutan)
11. Diberi pewarna + parfum + alkohol +
gliserin =
19
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
Alkohol = terdapat
12. Dituang kecetakan sebelum memadat tidak gumpalan
13. Dibiarkan sampai memadat berwarna kuning yang
tidak larut
gliserin =
Sabun dalam alkohol
tidaak
dan gliserin
berwarna
setelah
minyak dipanaskan
zaitun= gumpalan larut
tidak ditambah
berwarna dengan minyak
parfum bau zaitun dan
wangi parfum =
20
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
b. Pembuatan Sabun (Minyak Kelapa) Minyak Asam stearat +
1 gram asam stearat kelapa tidak minyak kelapa
1. Dimasukkan dalam 10 gram berwarna tidak larut
minyak kelapa Asam Setelah
2. Dipanaskan sampai suhu stearat dipanaskan
70℃ seluruhnya
berbentuk asam stearat +
Warna Kecoklatan butiran minyak larut
berwarna dan berwarna
3. Dibiarkan sampai suhu 50℃
putih putih
4. Ditambah larutan NaOH
5. Diaduk alkohol lalu ditambah
6. Ditambah 12 gr alkohol tidak larutan NaOH
7. Ditambah 4 gr gliserin berwarna menjadi
8. Dipanaskan dan diaduk sampai gliserin menggumpal
terbentuk larutan jernih tidak lalu ditambah
9. Dibiarkan agak dingin
berwarna alkohol dan
10. Ditambah 1 ml minyak zaitun
21
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
Larutan gliserin tidak
11. Diberi pewarna + parfum
NaOH tidak larut
12. Dituang kecetakan sebelum
memadat berwarna dipanaskan
13. Dibiarkan sampai memadat minyak gumpalan larut
22
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
c. Pembuatan Sabun (Minyak Sawit) asam Asam stearat +
23
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
gliserin gliserin tidak
12. Dituang kecetakan sebelum memadat tidak larut
13. Dibiarkan sampai memadat berwarna dipanaskan
Sabun minyak gumpalan larut
24
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
3. Pembuatan larutan sabun
Larutan sabun
25
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
4. a. Sifat Emulsi Sabun (minyak kelapa) Aquades Minyak kelapa + Berdasarkan teori Dari percobaan
3 mL aquades tidak aquades = tidak emulsi yang terjadi yang telah
1. ditambah 5 tetes minyak kelapa berwarna berwarna pada tabung 1 dilakukan dapat
2. dimasukkan ke dalam tabung reaksi Larutan sabun +
Minyak (aquades, minyak, disimpulkan :
minyak kelapa +
kelapa tidak larutan sabun) lebih
Tabung 1 Tabung 2 aquades = tidak Waktu
berwarna lama daripada emulsi
1. Ditambah 2 mL 1. Tidak ditambah berwarna pemisahan :
larutan sabun larutan sabun Larutan yang terjadi pada
Setelah dikocok minyak curah
2. Dikocok kuat 2. Dikocok kuat sabun tabung 2 (aquades dan
sampai mendapat sampai mendapat tabung 1 & 2 : 32 detik,
berwarna minyak)
emulsi emulsi terdapat 2 minyak
3. Didiamkan 3. Didiamkan putih lapisan Semakin lama
4. Diamati 4. Diamati kelapa : 19
Waktu yang terjadinya emulsi
5. Dicatat waktu 5. Dicatat waktu detik,
yang diperlukan yang diperlukan dibutuhkan maka semakin bagus
minyak sawit
terjadinya terjadinya untuk memisah kualitas sabun,
pemisahan pemisahan : 9 detik,
Tabung 1 : 19 s kelapa > sawit > curah
Tabung 2 : 5 s urutannya
Pemisahan antara Pemisahan antara
Curah >
lapisan minyak lapisan minyak
dan air dan air kelapa > sawit
26
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
b. Sifat Emulsi Sabun (minyak curah) Aquades Minyak curah + (tidak sesuai
3 mL aquades tidak aquades = teori)
1. ditambah 5 tetes minyak curah
berwarna berwarna kuning Berdasarkan
2. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Larutan sabun +
Minyak teori
minyak curah +
Tabung 1 Tabung 2 curah urutannya
aquades =
1. Ditambah 2 mL 1. Tidak ditambah berwarna kelapa > sawit
berwarna kuning
larutan sabun larutan sabun kuning > curah
Setelah dikocok
2. Dikocok kuat 2. Dikocok kuat Larutan
sampai mendapat sampai mendapat tabung 1 & 2
emulsi emulsi sabun kental terdapat 2
3. Didiamkan 3. Didiamkan berwarna lapisan
4. Diamati 4. Diamati kuning Waktu yang
5. Dicatat waktu 5. Dicatat waktu
dibutuhkan
yang diperlukan yang diperlukan
terjadinya terjadinya untuk memisah
pemisahan pemisahan Tabung 1 : 32 s
27
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
c. Sifat Emulsi Sabun (minyak sawit) Aquades Minyak sawit +
3 mL aquades tidak aquades =
1. ditambah 5 tetes minyak sawit berwarna kuning
berwarna
2. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Larutan sabun +
Minyak
minyak sawit +
Tabung 1 Tabung 2 sawit
aquades =
1. Ditambah 2 mL 1. Tidak ditambah berwarna
berwarna kuning
larutan sabun larutan sabun kuning
Setelah dikocok
2. Dikocok kuat 2. Dikocok kuat Larutan
sampai mendapat sampai mendapat tabung 1 & 2
emulsi sabun kental terdapat 2
emulsi
3. Didiamkan 3. Didiamkan berwarna lapisan
4. Diamati 4. Diamati kuning Waktu yang
5. Dicatat waktu 5. Dicatat waktu
dibutuhkan
yang diperlukan yang diperlukan
terjadinya terjadinya untuk memisah
pemisahan pemisahan Tabung 1 : 9 s
Tabung 2 : 4 s
Pemisahan Pemisahan antara
antara lapisan lapisan minyak
minyak dan air dan air
28
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
5. Bilangan Asam Minyak Minyak sawit + C17H15 – COOK (l) + Dalam
a. Minyak Sawit etanol: tidak KOH (aq) → C17H35 – percobaan ini
sawit:
5 gram Minyak Sawit bewarna larut COOK (aq)+ H2O(l) bilangan asam
kuning( +) Minyak sawit + minyak curah
1. Dimasukan dalam Erlenmeyer
etanol +
2. Ditambahkan etanol 25 ml Etanol tidak Teori: paling tinggi
indikator PP:
3. Ditambahkan 5 tetes indikator PP bewarna Semakin tinggi bilangan yaitu 14,56
kuning lembut
4. Dititrasi dengan larutan standart Indikator PP: asam maka semakin kemudian
Setelah dititrasi
KOH 0,1 N tidak rendah kualitas sabun. minyak kelapa
terdapat 2
5. Dicatat volume yang dibutuhkan bewarna Bilangan asam minyak 4,25 terakhir
lapisan kuning
6. Dihitung Bilangan Asam lembut dan yang paling tinggi: minyak sawit
merah muda 1. Minyak Curah 2,8.
Bilangan Asam
lembut 2. Minyak Sawit
Percobaan ini
Larutan KOH 3. Minyak Kelapa
tidak sesuai
yang diperlu-
dengan teori
kan : 2,5 ml
karena dalam
Bilangan
teori paling
asam:2,8
29
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
b. Minyak Kelapa Minyak Minyak kelapa tinggi adalah
kelapa: +etanol: tidak Minyak curah
5 gram Minyak Kelapa
bewarna larut lalu minyak
1. Dimasukan dalam Erlenmeyer
kuning Minyak sawit dan
2. Ditambahkan etanol 25 ml kelapa+etanol+
lembut terakhir minyak
3. Ditambahkan 5 tetes indikator PP indikator PP:
Etanol kelapa
4. Dititrasi dengan larutan standart tidak bewarna
tidak
KOH 0,1 N Setelah dititrasi
bewarna
terdapat 2
5. Dicatat volume yang dibutuhkan
Indikator lapisan kuning
6. Dihitung Bilangan Asam
PP: tidak lembut dan
Bilangan Asam bewarna merah muda
lembut
Larutan KOH
yang diperlukan
: 3,8 ml
Bilangan
asam:4,256
30
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
c. Minyak Curah Minyak Minyak curah +
5 gram Minyak Curah Curah: etanol: tidak
bewarna larut
1. Dimasukan dalam Erlenmeyer Minyak curah +
kuning (++)
2. Ditambahkan etanol 25 ml etanol+ indikator
Etanol tidak
3. Ditambahkan 5 tetes indikator PP PP: kuning
bewarna
4. Dititrasi dengan larutan standart lembut (++)
Indikator PP:
KOH 0,1 N Setelah dititrasi
tidak terdapat 2
5. Dicatat volume yang dibutuhkan
bewarna lapisan kuning
6. Dihitung Bilangan Asam
lembut dan
Bilangan Asam merah muda
lembut
Larutan KOH
yang diperlukan :
13 ml
Bilangan asam:
14,56
31
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
6. Bilangan Penyabunan Minyak Minyak sawit+ C17H15 – COOK (l) + Dalam
a. Minyak Sawit larutan KOH KOH (aq) → C17H35 – Percobaan ini
sawit:
2 gram Minyak Sawit bewarna beralkohol: tidak COOK (aq)+ H2O(l) bilangan
larut penyabunan
kuning (+)
1. Dimasukan dalam erlenmeyer Larutan di
Larutan C17H15 – COOK (l) + paling tinggi
2. Ditambahkan 25 ml larutan KOH refluks 30 menit:
KOH HCl (aq) → C17H35 – adalah minyak
0,5 N beralkohol larutan kuning
beralkohol: COOH (aq)+ KCl(aq) curah yaitu
3. Campuran direfluks 30 menit (++)
tidak 315,812
4. Ditambahkan indikator PP 5 tetes Hasil refluks +
bewarna Teori: kemudian
5. Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N indikator PP :
Larutan larutan kuning Semakin tinggi bilangan minyak sawit
6. Dihitung bilangan Penyabunan
HCl : tidak (++) penyabunan maka 246,315 dan
Bilangan Penyabunan bewarna Dititrasi dengan semakin baik kualitas terakhir minyak
32
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
b. Minyak Kelapa Minyak Minyak kelapa+ 2. Minyak sawit karena dalam
2 gram Minyak Kelapa kelapa: larutan KOH 3. Minyak curah teori yang
bewarna beralkohol: tidak paling tinggi
1. Dimasukan dalam erlenmeyer larut
kuning bilangan
2. Ditambahkan 25 ml larutan KOH Larutan di
lembut penyabunan
0,5 N beralkohol refluks 30 menit:
Larutan adalah minyak
3. Campuran direfluks 30 menit larutan kuning
KOH kelapa, minyak
4. Ditambahkan indikator PP 5 tetes (+)
beralkohol: sawit dan yang
Hasil refluks +
5. Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N
tidak terakhir minyak
indikator PP :
6. Dihitung bilangan Penyabunan
bewarna larutan kuning curah
Bilangan Penyabunan Larutan (+)
HCl : tidak Dititrasi dengan
bewarna HCl 0,5 N : tidak
Indikator bewarna
33
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
c. Minyak Curah Minyak Minyak curah+
PP : tidak bewarna
34
I. Analisis dan Pembahasan
1. Pembuatan Sabun
Pada percobaan pembuatan sabun bertujuan untuk membuat langkah
kerja pembuatan sabun, menentukan persamaan reaksi pada pembuatan
sabun, dan menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan
basa NaOH. Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan
mereaksikan suatu senyawa yang bersifat alkali, misalnya NaOH atau basa
yang lain dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan reaksi penyabunan
(saponifikasi). Reaksi pembuatan sabun secara umum adalah C3H5(OOCR)3
+ 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR (Nurul Hidajati, 2017).
Bahan-bahan pembuatan sabun dibuat menjadi tiga, yaitu
menggunakan minyak kelapa, minyak sawit dan minyak curah. Berikut
adalah langkah-langkah yang dilakukan pada masing-masing minyak:
a. Minyak Sawit
Pada pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak sawit, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 10 gram minyak
sawit berwarna kuning ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 1 gram
asam stearat. Asam stearat berbentuk butiran-butiran berwarna putih.
Penambahan asam stearat bertujuan untuk mengeraskan sabun dan
menstabilkan busa. Kemudian, dipanaskan sampai suhu 70oC sampai
mencair seluruhnya. Larutan akan larut menjadi berwarna putih. Asam
stearat mencair pada suhu 70oC, jika dipanaskan dengan suhu terlalu
tinggi maka akan mengoksidasi minyak dan warna minyak menjadi
coklat.
Langkah selanjutnya adalah mengangkat erlenmeyer dan dinginkan
atau dibiarkan sampai suhu 50oC, yang kemudian ditambahkan 1,4
larutan NaOH yang telah dilarutkan ke dalam 3,3 ml air. Larutan NaOH
tidak berwarrna. Hal ini dilakukan karena larutan NaOH bereaksi pada
suhu 50oC, reaksi pembuatan larutan NaOH merupakan reaksi eksoterm
sehingga saat reaksi ini berlangsung, akan terjadi perpindahan kalor dari
sistem ke lingkungan, sehingga menyebabkan gelas kimia terasa panas.
Kemudian, diaduk menggunakan spatula, sampel minyak menjadi
35
menggumpal dan warnanya berubah keruh. Lalu, ditambahkan 12 gram
alkohol dan 4 gram gliserin, yang kemudian dipanaskan dan diaduk
sampai larutan terbentuk larutan jernih. Larutan yang sebelumnya
menggumpal setelah dipanaskan, larutan akan menjadi berwarna putih
sedikit kental. Fungsi dari penambahan alkohol dan gliserin, yaitu
alkohol berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun
transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Sedangkan gliserin merupakan humektan. Humektan adalah suatu zat
higroskopis yang digunakan untuk menjaga kelembaban sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Selain itu, gliserin juga berfungsi
sebagai pembentuk busa pada sabun. Setelah larutan menjadi jernih,
gelas kimia diangkat dari pembakar spritus dan didiamkan hingga
hangat.
Kemudian ditambahkan 1 ml minyak zaitun. Minyak zaitun berupa
cairan yang tidak berwarna. Sehingga larutan menjadi kental berwarna
putih. Fungsi dari penambahan minyak zaitun ini adalah sebagai bahan
untuk penghalus kulit. Dalam percobaan ini tidak menggunakan pewarna
untuk pembuatan sabun dari minyak sawit, hanya melakukan
penambahan parfum saja. Tujuan penambahan parfum dan pewarna
adalah untuk membuat sabun yang dihasilkan berbau harum dan
memiliki warna yang menarik. Kemudian, dituangkan campuran tersebut
kedalam cetakan sebelum memadat.
b. Minyak Kelapa
Pada pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak kelapa, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 10 gram minyak
kelapa berwarna kuning ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 1 gram
asam stearat. Asam stearat berbentuk butiran-butiran berwarna putih.
Penambahan asam stearat bertujuan untuk mengeraskan sabun dan
menstabilkan busa. Kemudian, dipanaskan sampai suhu 70oC sampai
mencair seluruhnya. Larutan akan larut menjadi berwarna putih. Asam
stearat mencair pada suhu 70oC, jika dipanaskan dengan suhu terlalu
36
tinggi maka akan mengoksidasi minyak dan warna minyak menjadi
coklat.
Langkah selanjutnya adalah mengangkat erlenmeyer dan dinginkan
atau dibiarkan sampai suhu 50oC, yang kemudian ditambahkan 1,4
larutan NaOH yang telah dilarutkan ke dalam 3,3 ml air. Larutan NaOH
tidak berwarrna. Hal ini dilakukan karena larutan NaOH bereaksi pada
suhu 50oC, reaksi pembuatan larutan NaOH merupakan reaksi eksoterm
sehingga saat reaksi ini berlangsung, akan terjadi perpindahan kalor dari
sistem ke lingkungan, sehingga menyebabkan gelas kimia terasa panas.
Kemudian, diaduk menggunakan spatula, sampel minyak menjadi
menggumpal dan warnanya berubah keruh. Lalu, ditambahkan 12 gram
alkohol dan 4 gram gliserin, yang kemudian dipanaskan dan diaduk
sampai larutan terbentuk larutan jernih. Larutan yang sebelumnya
menggumpal setelah dipanaskan, larutan akan menjadi berwarna putih
sedikit kental. Fungsi dari penambahan alkohol dan gliserin, yaitu
alkohol berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun
transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Sedangkan gliserin merupakan humektan. Humektan adalah suatu zat
higroskopis yang digunakan untuk menjaga kelembaban sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Selain itu, gliserin juga berfungsi
sebagai pembentuk busa pada sabun. Setelah larutan menjadi jernih,
gelas kimia diangkat dari pembakar spritus dan didiamkan hingga
hangat.
Kemudian ditambahkan 1 ml minyak zaitun. Minyak zaitun berupa
cairan yang tidak berwarna. Sehingga larutan menjadi kental berwarna
putih. Fungsi dari penambahan minyak zaitun ini adalah sebagai bahan
untuk penghalus kulit. Dalam percobaan ini tidak menggunakan pewarna
untuk pembuatan sabun dari minyak kelapa, hanya melakukan
penambahan parfum saja. Tujuan penambahan parfum dan pewarna
adalah untuk membuat sabun yang dihasilkan berbau harum dan
memiliki warna yang menarik. Kemudian, dituangkan campuran tersebut
kedalam cetakan sebelum memadat.
37
c. Minyak Curah
Pada pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak curah, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 10 gram minyak
curah berwarna kuning ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 1 gram
asam stearat. Asam stearat berbentuk butiran-butiran berwarna putih.
Penambahan asam stearat bertujuan untuk mengeraskan sabun dan
menstabilkan busa. Kemudian, dipanaskan sampai suhu 70oC sampai
mencair seluruhnya. Larutan akan larut menjadi berwarna kuning. Asam
stearat mencair pada suhu 70oC, jika dipanaskan dengan suhu terlalu
tinggi maka akan mengoksidasi minyak dan warna minyak menjadi
coklat.
Langkah selanjutnya adalah mengangkat erlenmeyer dan dinginkan
atau dibiarkan sampai suhu 50oC, yang kemudian ditambahkan 1,4
larutan NaOH yang telah dilarutkan ke dalam 3,3 ml air. Larutan NaOH
tidak berwarrna. Hal ini dilakukan karena larutan NaOH bereaksi pada
suhu 50oC, reaksi pembuatan larutan NaOH merupakan reaksi eksoterm
sehingga saat reaksi ini berlangsung, akan terjadi perpindahan kalor dari
sistem ke lingkungan, sehingga menyebabkan gelas kimia terasa panas.
Kemudian, diaduk menggunakan spatula, sampel minyak menjadi
menggumpal dan warnanya berubah keruh. Lalu, ditambahkan 12 gram
alkohol dan 4 gram gliserin, yang kemudian dipanaskan dan diaduk
sampai larutan terbentuk larutan jernih. Larutan yang sebelumnya
menggumpal setelah dipanaskan, larutan akan menjadi berwarna putih
sedikit kental. Fungsi dari penambahan alkohol dan gliserin, yaitu
alkohol berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun
transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Sedangkan gliserin merupakan humektan. Humektan adalah suatu zat
higroskopis yang digunakan untuk menjaga kelembaban sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Selain itu, gliserin juga berfungsi
sebagai pembentuk busa pada sabun. Setelah larutan menjadi jernih,
gelas kimia diangkat dari pembakar spritus dan didiamkan hingga
hangat.
38
Kemudian ditambahkan 1 ml minyak zaitun. Minyak zaitun berupa
cairan yang tidak berwarna. Sehingga larutan menjadi kental berwarna
putih. Fungsi dari penambahan minyak zaitun ini adalah sebagai bahan
untuk penghalus kulit. Dalam percobaan ini tidak menggunakan pewarna
untuk pembuatan sabun dari minyak curah, hanya melakukan
penambahan parfum saja. Tujuan penambahan parfum dan pewarna
adalah untuk membuat sabun yang dihasilkan berbau harum dan
memiliki warna yang menarik. Kemudian, dituangkan campuran tersebut
kedalam cetakan sebelum memadat.
2. Sifat Emulsi Sabun
Pada percobaan kedua, bertujuan membuat emulsi sabun, dilakukan
percobaan pada jenis larutan sabun yaitu dari minyak sawit, minyak kelapa
dan minyak curah. Pada percobaan ini terdapat dua tabung yang akan
dibandingkan.
a. Minyak Sawit
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan 2
tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 3 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 5 tetes minyak sawit. Pada tabung I ditambahkan 2 ml
larutan sabun lalu dikocok sampai mendapatkan emulsi. Pada tabung II
langsung dikocok sampai mendapatkan emulsi tanpa penambahan
larutan sabun. Waktu yang diperlukan tabung I mengalami pemisahan
adalah selama 9 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu
lapisan atas minyak dan lapisan bawah larutan sabun. Sabun yang dibuat
mengalami emulsi yang sempurna. Sabun merupakan bahan surfaktan.
Bahan ini dapat mengurangi tegangan permukaan larutan, sehingga
dengan adanya proses ini sifat emulsinya akan meningkat yang
disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai dua kutub yaitu
kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub yang bersifat hidrofobik.
Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke lapisan air, sedangkan kutub
hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya sifat tersebut, maka
cairan dalam air akan membentuk emulsi (Nurul Hidajati, 2017).
39
Pada tabung II, waktu yang diperlukan untuk memisah adalah
selama 4 detik. Larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu lapisan atas
minyak dan lapisan bawah aquades. Pada percobaan ini didapatkan
bahwa tabung I lebih lama mengalami emulsi daripada tabung II. Hal
ini disebabkan karena pada tabung II tidak terdapat zat pengemulsi yang
bertujuan untuk menjaga menstabilkan minyak sehingga lebih cepat
memisah.
b. Minyak Kelapa
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan 2
tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 3 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 5 tetes minyak kelapa. Pada tabung I ditambahkan 2 ml
larutan sabun lalu dikocok sampai mendapatkan emulsi. Pada tabung II
langsung dikocok sampai mendapatkan emulsi tanpa penambahan
larutan sabun. Waktu yang diperlukan tabung I mengalami pemisahan
adalah selama 32 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu
lapisan atas minyak dan lapisan bawah larutan sabun. Sabun yang dibuat
mengalami emulsi yang sempurna. Sabun merupakan bahan surfaktan.
Bahan ini dapat mengurangi tegangan permukaan larutan, sehingga
dengan adanya proses ini sifat emulsinya akan meningkat yang
disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai dua kutub yaitu
kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub yang bersifat hidrofobik.
Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke lapisan air, sedangkan kutub
hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya sifat tersebut, maka
cairan dalam air akan membentuk emulsi (Nurul Hidajati, 2017).
Pada tabung II, waktu yang diperlukan untuk memisah adalah
selama detik. Larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu lapisan atas
minyak dan lapisan bawah aquades. Pada percobaan ini didapatkan
bahwa tabung I lebih lama mengalami emulsi daripada tabung II. Hal
ini disebabkan karena pada tabung II tidak terdapat zat pengemulsi yang
bertujuan untuk menjaga menstabilkan minyak sehingga lebih cepat
memisah.
40
c. Minyak Curah
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan 2 tabung
reaksi, masing-masing diisi dengan 3 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 5 tetes minyak curah. Pada tabung I ditambahkan 2 ml
larutan sabun lalu dikocok sampai mendapatkan emulsi. Pada tabung II
langsung dikocok sampai mendapatkan emulsi tanpa penambahan
larutan sabun. Waktu yang diperlukan tabung I mengalami pemisahan
adalah selama 9 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu
lapisan atas minyak dan lapisan bawah larutan sabun. Sabun yang dibuat
mengalami emulsi yang sempurna. Sabun merupakan bahan surfaktan.
Bahan ini dapat mengurangi tegangan permukaan larutan, sehingga
dengan adanya proses ini sifat emulsinya akan meningkat yang
disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai dua kutub yaitu
kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub yang bersifat hidrofobik.
Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke lapisan air, sedangkan kutub
hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya sifat tersebut, maka
cairan dalam air akan membentuk emulsi (Nurul Hidajati, 2017).
Pada tabung II, waktu yang diperlukan untuk memisah adalah
selama 4 detik. Larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu lapisan atas
minyak dan lapisan bawah aquades. Pada percobaan ini didapatkan
bahwa tabung I lebih lama mengalami emulsi daripada tabung II. Hal
ini disebabkan karena pada tabung II tidak terdapat zat pengemulsi yang
bertujuan untuk menjaga menstabilkan minyak sehingga lebih cepat
memisah.
3. Bilangan Asam
Percobaan bilangan asam ini merupakan salah satu ukuran kualitas
minyak atau lemak. Bilangan asam adalah banyaknya miligram KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam dapat dihitung
menggunakan rumus :
V x N x Mr KOH
Bilangan asam :
w
(Nurul Hidajati, 2017)
41
a. Minyak Sawit
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 5 gram
minyak sawit ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 ml etanol.
Minyak sawit berwarna kuning. Setelah ditambahkan etanol, larutan
dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena minyak sawit tidak larut dalam
etanol. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan
minyak agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Lalu ditambahkan 5 tetes
indikator PP (Fenolfttalein) yang bertujuan untuk memudahkan
pengamatan saat titik akhir titrasi tercapai.
Langkah selanjutnya adalah mentitrasi larutan dengan larutan KOH.
Titrasi dihentikan ketika sudah menenmukan titik akhir titrasi.
Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna menjadi
merah muda lembut. Pada titrasi ini diperlukan larutan KOH sebanyak
2,5 ml untuk mencapat titik akhir titrasi, dengan bilangan asam 2,8.
b. Minyak Kelapa
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 5 gram
minyak sawit ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 ml etanol.
Minyak kelapa berwarna kuning. Setelah ditambahkan etanol, larutan
dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena minyak sawit tidak larut dalam
etanol. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan
minyak agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Lalu ditambahkan 5 tetes
indikator PP (Fenolfttalein) yang bertujuan untuk memudahkan
pengamatan saat titik akhir titrasi tercapai.
Langkah selanjutnya adalah mentitrasi larutan dengan larutan KOH.
Titrasi dihentikan ketika sudah menenmukan titik akhir titrasi.
Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna menjadi
merah muda lembut. Pada titrasi ini diperlukan larutan KOH sebanyak
3,8 ml untuk mencapat titik akhir titrasi, dengan bilangan asam 4,256.
42
c. Minyak Curah
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 5 gram
minyak sawit ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 ml etanol.
Minyak curah berwarna kuning. Setelah ditambahkan etanol, larutan
dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena minyak sawit tidak larut dalam
etanol. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan
minyak agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Lalu ditambahkan 5 tetes
indikator PP (Fenolfttalein) yang bertujuan untuk memudahkan
pengamatan saat titik akhir titrasi tercapai.
Langkah selanjutnya adalah mentitrasi larutan dengan larutan KOH.
Titrasi dihentikan ketika sudah menenmukan titik akhir titrasi.
Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna menjadi
merah muda lembut. Pada titrasi ini diperlukan larutan KOH sebanyak
13 ml untuk mencapat titik akhir titrasi, dengan bilangan asam 14,56.
4. Bilangan Penyabunan
Percobaan bilangan penyabunan ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas sabun ditinjau dari besarnya bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.apabila asam lemak yang terdapat
dalam minyak mempunyai berat molekul rendah (rantai pendek), maka
jumlah gliseridanya semakin banyak (Anwar, 1996). Hal ini menyebabkan
bilangan penyabunan meningkat. Besarnya bilangan penyabunan dapat
dihitung menggunakan rumus:
V x N x Mr HCl
Bilangan penyabunan :
w
(Nurul Hidajati, 2017)
a. Minyak Sawit
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 2 gram
minyak sawit yang telah ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian
ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol. Minyak sawit berwarna
43
kuning, sedangkan KOH beralkohol tidak berwarna. Penambahan KOH
beralkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar
mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun. Lalu
campuran didalam erlenmeyer dirangkai dengan alat refluks, kemudian
di refluks selama 30 menit. Refluks dilakukan untuk menguapkan
alkohol pada larutan tersebut. Setelah direfluks terbentuk larutan
berwarna kuning kemudian larutan didiamkan sampai hangat. Setelah
larutan menjadi hangat, ditambahkan indikator PP (fenolftalein)
sebanyak 3 tetes yang kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl
0,5N. Fungsi penambahan indikator PP untuk memudahkan pengamatan
titik akhir titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, larutan
yang semula berwarna kuning berubah menjadi larutan berwarna merah
muda. Titrasi dihentikan saat titik akhir titrasi telah tercapai, ditandai
dengan berubahnya warna larutan kembali seperti warna awal larutan
yaitu merah muda menjadi berwarna kuning. Titrasi ini membutuhkan
volume HCl 0,5 N sebesar 27 mL dengan bilangan penyabunan sebesar
246,315.
b. Minyak Kelapa
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 2 gram
minyak kelapa yang telah ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian
ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol. Minyak kelapa berwarna
kuning, sedangkan KOH beralkohol tidak berwarna. Penambahan KOH
beralkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar
mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun. Lalu
campuran didalam erlenmeyer dirangkai dengan alat refluks, kemudian
di refluks selama 30 menit. Refluks dilakukan untuk menguapkan
alkohol pada larutan tersebut. Setelah direfluks terbentuk larutan
berwarna kuning kemudian larutan didiamkan sampai hangat. Setelah
larutan menjadi hangat, ditambahkan indikator PP (fenolftalein)
sebanyak 3 tetes yang kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl
0,5N. Fungsi penambahan indikator PP untuk memudahkan pengamatan
44
titik akhir titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, larutan
yang semula berwarna kuning berubah menjadi larutan berwarna merah
muda. Titrasi dihentikan saat titik akhir titrasi telah tercapai, ditandai
dengan berubahnya warna larutan kembali seperti warna awal larutan
yaitu merah muda menjadi berwarna kuning. Titrasi ini membutuhkan
volume HCl 0,5 N sebesar 11,5 mL dengan bilangan penyabunan
sebesar 104,93.
c. Minyak Curah
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 2 gram
minyak curah yang telah ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian
ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol. Minyak curah berwarna
kuning, sedangkan KOH beralkohol tidak berwarna. Penambahan KOH
beralkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar
mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun. Lalu
campuran didalam erlenmeyer dirangkai dengan alat refluks, kemudian
di refluks selama 30 menit. Refluks dilakukan untuk menguapkan
alkohol pada larutan tersebut. Setelah direfluks terbentuk larutan
berwarna kuning kemudian larutan didiamkan sampai hangat. Setelah
larutan menjadi hangat, ditambahkan indikator PP (fenolftalein)
sebanyak 3 tetes yang kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl
0,5N. Fungsi penambahan indikator PP untuk memudahkan pengamatan
titik akhir titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, larutan
yang semula berwarna kuning berubah menjadi larutan berwarna merah
muda. Titrasi dihentikan saat titik akhir titrasi telah tercapai, ditandai
dengan berubahnya warna larutan kembali seperti warna awal larutan
yaitu merah muda menjadi berwarna kuning. Titrasi ini membutuhkan
volume HCl 0,5 N sebesar 34,5 mL dengan bilangan penyabunan
sebesar 315,812.
45
J. Diskusi
Berdasarkan percobaan yang dilakukan terdapat percobaan yang tidak
sesuai dengan teori. Dari percobaan sifat emulsi sabun yang telah dilakukan
mendapatkan waktu pemisahan yaitu
minyak curah : 32 detik,
minyak kelapa : 19 detik,
minyak sawit : 9 detik,
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa curah > kelapa > sawit, sedangkan
berdasarkan teori urutannya kelapa > sawit > curah.
Dalam percobaan bilangan asam minyak curah yang paling tinggi yaitu
14,56 kemudian minyak kelapa 4,25 terakhir minyak sawit 2,8. Percobaan ini
tidak sesuai dengan teori karena dalam teori paling tinggi adalah Minyak curah
lalu minyak sawit dan terakhir minyak kelapa.
Dalam Percobaan bilangan penyabunan paling tinggi adalah minyak curah
yaitu 315,812 kemudian minyak sawit 246,315 dan terakhir minyak kelapa
104,93. Percobaan ini tidak sesuai dengan teori karena dalam teori yang paling
tinggi bilangan penyabunan adalah minyak kelapa, minyak sawit dan yang
terakhir minyak curah.
Ketiga percobaan tersebut kurang sesuai dengan teori karena pada saat
proses akhir masih terdapat gumpalan putih yang tidak terlarut sempurna.
Disamping itu saat penimbangan minyak tercampur oleh beberapa kandungan
lain.
K. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sabun dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkali dengan minyak.
2. Produk sabun NaOH merupakan sabun keras, sedangkan produk sabun
KOH merupakan sabun lunak.
3. Sifat emulsi sabun yang terbaik secara berturut-turut adalah sabun yang
terbuat dari minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. Semakin lama
waktu pemisahan air dengan minyak, maka emulsi dari sabun akan semakin
baik
46
4. Urutan bilangan asam minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa, jadi
kualitas minyak terbaik minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah.
5. Urutan bilangan penyabunan minyak kelapa > minyak curah > minyak
sawit, jadi kualitas sabun yang terbaik minyak kelapa > minyak curah >
minyak sawit.
47
L. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad, Iftikhar. 1981. Use of Palm Stearine in Soaps Studi Perbandingan
Campuran Minyak Palm Oil/Palm Stearine/Palm Kernel Oil (%b/%b)
Terhadap Keretakan Sabun Mandi Padat. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Medan: Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
Dalimunthe, A.N. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun
Mandi Padat. Tesis. Tidak Diterbitkan. Medan: Sekolah Pascasarjana,
Universitas Sumatera Utara.
DSN (Dewan Standarisasi Nasional). 1994. Standar Mutu Sabun Mandi.
Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Edisi III. Aloysisus
Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Fachmi, C. 2008. Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa Terhadap
Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas
Tekhnik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hambali, Erliza, dkk. 2002. Aplikasi Dietanolamida Dari Asam Laurat Minyak
Inti Sawit Pada Pembuatan Sabun Transparan. J. Tek. Ind. Pert. 46-53.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hidajati, Nurul, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
Kamikaze, D. 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan Campuran
Lemak Abdomen Sapi dan Curd Susu Afkir. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., Wood, J. H. 1980. Pengantar Teknologi
Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor: Program Studi Teknologi
Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rahayu, Marliana Atmi. 2012. Pemanfaatan Lemak Abdomen Sapi (Tallow)
dalam Pembuatan Sabun Melalui Proses Saponifikasi NaOH. Skripsi.
48
Tidak Diterbitkan. Palembang : Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Sinatrya, M. 2009. Sifat Organoleptik Sabun Transparan Dengan
Penambahan Madu. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bogor : Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Utami, Putri. 2009. Proses Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Palembang : Politeknik Negeri Sriwajaya.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Wenang, Bardo. 2010. Prokontra Air Murni dan Air Mineral. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Zulfikar. 2010. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
49
M. Lampiran
1. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan Lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagram alur)?
Sabun lunak
Sabun padat
50
2. Tulis secara lengkap reaksi pembuatan sabun?
3 mL aquades + 5 tetes
sampel minyak
- Dimasukkan kedalam 2 tabung
reaksi
Tabung 1 Tabung 2
- Ditambah 2 mL sabun (yang dibuat - Tidak ditambah larutan
dengan cara melarutkan 0,2 gram sabun
sabun dalam 6-8 mL air panas) - Dikocok untuk
- Dikocok untuk mendapatkan emulsi mendapatkan emulsi
- Didiamkan dan diamati pemisahan - Didiamkan dan diamati
lapisan minyak pemisahan lapisan minyak
- Dicatat waktu yang diperlukan - Dicatat waktu yang
diperlukan
51
5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan alkali
NaOH dengan KOH, dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan alat dan
bahan yang sama!
Rumusan masalah:
1. Bagaimana bentuk sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
2. Bagaimana bau wangi sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
3. Bagaimana struktur sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon dan
kontrol)!
Variabel manipulasi : Jenis Minyak yang digunakan
Variabel kontrol : Volume Parfum, volume aquades, berat asat stearat,
berat NaOH, berat gliserin, volume alkohol, volume minyak zaitun.
Variabel respon : Waktu terbentuknya sabun, tekstur sabun, bau
wangi sabun
7. Buatlah prosedur praktikumnya!
Pembuatan Sabun
a. Timbang 10 gram minyak sawit
b. Timbang NaOH 1,4 gram
c. NaOH selanjutnya dilarutkan dalam 3,3 mL air, reaksi akan
menghasilkan panas, biarkan sampai larutan NaOH dingin.
d. Timbang asam stearat 1 gram (asam lemak bebas yaitu tidak terikat
dalam gliserin, hal ini dimaksudkan untuk menambah kekerasan sabun).
Masukkan asam stearat ini ke dalam minyak atau lemak.
e. Panaskan campuran ini sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat
mencair, suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga
warnanya jadi kecoklatan.
f. Biarkan campuran ini sampai suhu 50°C dan masukkan larutan NaOH
dan aduk terus. Tambahkan 12 gram alkohol dan 4 gram gliserin,
panaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran
52
agak dingin. Kemudian tambahkan 1 mL minyak zaitun. Tuangkan ke
dalam cetakan sebelum campuran memadat.
2. Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1. Bahan yang digunakan:
1. Minyak sawit
2. Minyak kelapa
3. Minyak curah
53
4 10 gram asam stearet
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10
gram minyak (kelapa,
sawit dan curah)
54
7 Ditambah 12 gram alkohol
dan 4 gram gliserin dan
dipanaskan sampai larutan
jernih
55
10 Merefluks larutan selama
30 menit
11 Hasil refluks
12 Masing-masing minyak
diitrasi dengan KOH
3. Perhitungan
a. Bilangan Asam
Diketahui :
𝑔𝑟𝑎𝑚
- Massa Molar KOH = 56 ⁄𝑚𝑜𝑙
- N KOH = 0,1 N
- Volume KOH (minyak sawit) = 2,5 ml
56
- Volume KOH (minyak kelapa) = 3,8 ml
- Volume KOH (minyak curah) = 13 ml
- Massa minyak sawit = 5 gram
- Massa minyak kelapa = 5 gram
- Massa minyak curah = 5 gram
= 14,56
b. Bilangan Penyabunan
57
a) Bilangan Penyabunan Minyak Kelapa
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑊
27 𝑚𝐿 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
2𝑔
= 246,315
b) Bilangan Penyabunan Minyak Curah
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑊
34,5 𝑚𝐿 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
2𝑔
= 315,812
c) Bilangan Penyabunan Minyak Kelapa
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑊
11,5 𝑚𝐿 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
2𝑔
= 104,93
58