You are on page 1of 14

A.

Judul Percobaan : Rekristalisasi dan Pembuatan Aspirin


B. Hari / Tanggal Percobaan : Selasa, 26 Februari 2019, 07.30 WIB
C. Selesai Percobaan : Selasa, 26 Februari 2019, 12.00 WIB
D. Tujuan Percobaan :
1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menghilangkan pengotor melalui rekristalisasi
4. Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus
fenol
5. Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik
E. Dasar Teori
1. Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari
larutan atau leburan darimaterial yang ada. Rekristalisasi adalah sebuah
proses kelanjutan dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini
hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila
digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada
suhu yang lebih tinggi.Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat
menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni
(Fessenden, 1983).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang
banyak digunakan. Rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan zat
padat dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian larutan
tersebut dikristalkan kembali. Rekristalisasi menggunakan prinsip
dimana zat dapat larut dalam suatu pelarut tertentu pada saat
dipanaskan. Karena konsentrasitotal zat dan pengotor biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi zat dan pengotor yang rendah tetapi dalam larutan
sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad,
2001).
Pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan dengan
rekristalisasi dengan pelarutyang didasarkan pada prinsip kelarutan.
Zat-zat yang direkristalisasi dilarutkan dalam pelarut pada suhu
tinggi, dihilangkan pengotornya, disaring untuk menghilangkan residu
yang tak larut dan didinginkan. Kristal yang terbentuk kemudian
disaring pada tekanan rendah, dicuci dan dikeringkan (McKee, 1997).
Zat pada umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan
suhunya kecil), sedangkan pada amorf akan melunak dan kemudian
melebur dalam rentangan suhu yang besar. Suatu zat mempunyai
bentuk kristal tertentu. Isomorfik adalah keadaan di mana dua zat
yangmempunyai struktur kristal yang sama, contohnya NaF dengan
MgO, K2SO4 dengan K2ScO4 dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik
tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Hal itu berarti
tidak mungkin satu partikel menggantikan kedudukan partikel lain.
Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimorfik
(banyak bentuk). Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci
tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu pada
bentuk dan ukuran kristal-kristalnya. Makin besar kristal-kristal yang
terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka
dapat disaring. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana,
seperti kubus, octahedron, atau jarum – jarum, sangan menguntungkan,
karena mudah dicuci setelah disaring. Ukuran kristal yang terbentuk
selama pengendapan, tergantung terutama pada dua faktor penting
yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan Kristal
(Syukri, 1999).
Pemilihan pelarut merupakan hal yang penting dalam rekristalisasi.
Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dengan proses
rekristalisasi antara lain, memberikan perbedaan daya larut yang cukup
besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak
meninggalkan zat pengotor pada kristal, mudah dipisahkan dari kristal,
bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan kristal) (Shevla, 1989).
Pembentukan endapan pada proses rekristalisasi juga hampir sama
dengan proses kristalisasi yaitu reaksi pengendapan. Endapan
merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam
larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan
zatyang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi
molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan,
konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi
pelarutnya. Kesimpulannya proses kristalisasi dan rekristalisasi salin g
berhubungan satu dengan yang lain (Arsyad, 2001).
Walaupun rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana,
dalam prakteknya bukan berarti mudah dilakukan. Adapun saran–saran
yang dibutuhkan untuk melakukan metoda kristalisasi adalah sebagai
berikut (Fessenden, 1991):
1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki
ketergantungan yang besar pada suhu. Misalnya, ketergantungan
pada suhu NaCl hamper dapat diabaikan. Jadi pemurnian NaCl
dengan rekristalisasi tidak dapat dilakukan.
2. Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan
pendinginan karena mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus
semacam ini penambahan Kristal bibit, mungkin akan efektif. Bila
tak ada Kristal bibit, menggaruk dinding mungkin akan berguna.
3. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut,
penggunaan pelarut non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non
polar cenderung merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa
polar.
4. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan.
Namun sekali lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya
non polar. Jadi, pemilihan pelarut biasanya bukan masalah
sederhana.

Terdapat lima tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi pada


umumnya, yaitu (Hidajati, 2017):
1. Memilih pelarut yang cocok Pelarut yang umum digunakan jika
diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolarannya adalah petroleum
eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat, etanol,
metanol dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu
sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik
zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam
keadaan dingin. Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar
direkristalisasi dalam pelarut yang kurang polar dan sebaliknya.
Kombinasi dua pelarut kadang-kadang digunakan dalam
rekristalisasi, misalnya kloroform-metanol, heksana-aseton, metanol
air dan lain-lain.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin Zat
yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas
dengan volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar
titik jenuhnya. Jikalarutkan terlalu encer, uapkan pelarutnya
sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut
mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan
panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik
tetes demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan beberapa
tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang, kemudian baru
disaring.
3. Penyaringan larutan dalam keadaan panas Penyaring larutan dalam
keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat pengotor
yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu pasir
dan lain-lain. Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan
corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna pengotor
maka sebelum disaring ditambahkan sedikit (± 2% berat) arang aktif
untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif
tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang
dimurnikan.
4. Pendinginan filtrat Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai
terbentuk Kristal. Kadang-ka-dang pendinginan ini dilakukan dalam
air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa Kristal murni ke
dalam larutan atau penggoresan dinding wa-dah dengan batang
pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.
5. Penyaringan dan pendinginan Kristal Apabila proses kristalisasi
telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh perlu disaring
dengan cepat menggunakan corong buchner. Keringkan kristal yang
diperoleh alam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari
asam asetat dengan asam salisilat (asam o-hidroksi benzoat). Oleh
karena itu senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam
salisilat dengan asam asetat anhidrida menggunakan asam sulfat
pekat sebagai katalisator.

Cara memilih larutan yang cocok untuk Rekristalisasi : (Arsyad, 2001).


1. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat – zat yang akan
dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan pengotornya tidak
larut dalam pelarut tersebut.
2. Pelarut yang digunakan sebaiknya memiliki titik didih rendah agar
dapat mempermudah pengeringan kristal.
3. Pelarut yang digunakan harus inert, tidak bereaksi dengan zat yang
akan dimurnikan).

Adapun syarat dari proses rekristalisasi, yaitu : (Arsyad, 2001).


1. Perbedaan kelarutan cukup jauh.
2. Suhu kelarutan tidak terlalu tinggi.
3. Antara zat terlarut dan pelarut diusahakan tidak bereaksi, karena
jika bereaksi masing masing komponen tidak dapat dipisahkan..
4. Menggunakan pelarut non-polar.

Terdapat tiga senyawa pokok yang menjadi bahasan pada


percobaan ini, yaitu asam salisilat, anhidrida asam asetat, dan aspirin.
1. Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid.
Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol
atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak
cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan
pengoksidasi kuat (Austin, 1984).
Turunan yang terpenting dari asam salisilat ini adalah asam
asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Berbeda dengan asam salisilat, asam asetil salisilat memiliki efek
analgesik, antipiretik dan anti inflamasi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan asam salisilat. Penggunaan obat ini sangat luas
di masyarakat dan digolongkan ke dalam obat bebas. Selain sebagai
prototip, obat ini juga digunakan sebagai standar dalam menilai efek
obat sejenis. Asam salisilat merupakan kelompok senyawa obat
yang telah dipergunakan secara luas karena memiliki efek sebagai
analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Turunan asam salisilat yang
paling umum digunakan adalah asam asetil salisilat (asetosal).
Asetosal sering digunakan untuk mengurangi sakit kepala,
inflamasi, nyeri sendi, juga beberapa pengobatan serangan jantung
dan stroke pada orang tua (Fadeyi, dkk., 2004).
Asam salisilat dan turunannya termasuk dalam golongan
obat antiinflamasi non steroid (Non Steroidal Anti-inflammatory
Drugs = NSAIDs). Obat-obatan NSAIDs bekerja dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase (COX) sehingga menyebabkan
konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Selain
COX, 5-lipoksigenase (5-LO) merupakan salah satu enzim penting
yang terlibat dalam proses metabolisme asam arakidonat. Derivat
hidrazon memiliki karakter farmakoforik untuk menghambat COX
dan tipe hidrazon merupakan dual inhibitor terhadap enzim COX
dan 5-LO. Oleh karena itu senyawa ini dipelajari sebagai agen
analgesik dan antiinflamasi yang lebih poten dibandingkan NSAIDs
(Almasirad, dkk., 2005; Wilmana & Gan, 2007).
2. Anhidrida Asam Asetat
Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan
disingkat sebagai Ac2O, adalah salah satu anhidrida asam paling
sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Anhidrida asetat
dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan
reaksi :

25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini (Greener


Industry). Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi
asetil klorida dengan natrium asetat H3C-C(=O)Cl + H3C-COONa
→ NaCl + H3C-CO-O-CO-CH3 Senyawa ini merupakan reagen
penting dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan
berbau cuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara
membentuk asam asetat (Fadeyi, dkk., 2004).
Anhidrida asetat mengalami hidrolisis dengan pelan pada
suhu kamar, membentuk asam asetat. Ini adalah kebalikan dari
reaksi kondensasi pembentukan anhidrida asetat (CH3CO)2O + H2O
→ 2CH3COOH Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol
membentuk sebuah ester dan asam asetat. Contohnya reaksi dengan
etanol membentuk etil asetat dan asam asetat. (CH3CO)2O +
CH3CH2OH → CH3COOCH2CH3 + CH3COOH Anhidrida asetat
merupakan senyawa korosif, iritan, dan mudah terbakar. Untuk
memadamkan api yang disebabkan anhidrida asetat jangan
menggunakan air, karena sifatnya yang reaktif terhadap air. Karbon
dioksida adalah pemadam yang disarankan (Austin, 1984).
2. Aspirin
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang
memiliki peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat
yang berkhasiat anti piretik dan analgenik. Senyawa aspirin ini tidak
terdapat dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu
sintesa. Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk
membentuk suatu senyawa baru. Sintesis senyawa organik adalah
sintesis teknik preparasi senyawa yang dapat dianggap sebagai seni,
salah satu senyawa organik yang dapat disentesis adalah aspirin.
Aspirin atau asetosal atau asam asetil salisilat adalah turunan dari
senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Coretx
salisit (Baysenger, 2004).
Aspirin berupa kristal tak berwarna dengan titik leleh 133,4°C.
Senyawa ini larut baik dalam alkohol dan eter tetapi sedikit larut dalam
air. Dalam bidang kedokteran zat ini digunakan sebagai antipiritik
(penurunan panas) dan analgesik (penghilang rasa nyeri) (Hidajati, N.,
dkk, 2017).
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat
turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik
(penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (penurun demam), dan
antiinflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan
dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai
obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai
wilayah dunia (Schror, 2009).
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi
esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara
mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam
salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH,
sedangkan asam asetat glacial sebagai anhidrida asam. Ester yang
terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO–)
berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam
salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Langkah selanjut-
nya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat
penghi-drasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi
asam salisilat dan asam asetat glacial adalah asam asetat. Jadi, dapat
dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena
adanya asam sulfat pekat ini. (Ganiswara, 1995).
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit.
Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk
mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang
memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk
mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin
mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap
tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat
mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup
besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare,
pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1 gram,
dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian. (Tjay,
2002).

F. Alat dan Bahan


1. Alat – Alat
a. Erlenmeyer 2 buah
b. Pengaduk gelas 1 buah
c. Corong Buchner 1 buah
d. Pipet tetes 7 buah
e. Pembakar spiritus 1 buah
f. Termometer 1 buah
g. Gelas Kimia 500 mL 1 buah
h. Kaki tiga dan kasa 1 set
i. Gelas ukur 10 mL 1 buah
j. Gelas ukur 50 mL 1 buah
k. Melting block 1 set
l. Pipa kapiler 1 buah
m. Tabung reaksi 2 buah
2. Bahan
a. Asam salisilat 5 gram
b. Aquadest 100mL
c. Norit secukupnya
d. Asam asetat anhidrida 5 mL
e. Asam sulfat pekat 3 tetes
f. Etanol 96% 7,5 mL
g. Larutan FeCl3 2 tetes

G. Alur Percobaan
1. Rekristalisasi

1gram asam salisilat


1. Dimasukan dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan 5 ml air
3. Dipanaskan diatas spirtus sampai pelarut mulai mendidih
sampai diguncang
4. Ditambah air sambil diguncang hingga kristal tepat larut
5. Dihitung volume air yang dilarutkan
6. Ditambahkan beberapa tetes air sehingga larutan benar-
benar homogen (apabila larutannya berwarna, ditambahkan
norit 1-2%) berat asam salisilat dididihkan beberapa saat
7. Disaring dalam keadaan panas menggunakan corong bucher
yang dilengkapi dengan labu hisap

Residu Fltrat
1. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 125ml
2. Ditambahkan 7,5ml etanol 96% dan 25ml air
3. Dipanaskan diatas pembakar spirtus sampai pelarut
mendidih sambil diguncang
4. Ditambahkan air setiap kali diguncang sampai kristal
tepat larut
5. Dihitung volume air yang diperlukan
6. Ditambahkan beberapa tetes air sehingga larutan
benar-benar homogen
7. Disaring dalam keadaan panas menggunakan corong
buncher yang dilengkapi corong hisap

Residu Filtrat
1. Dididnginkan pada suhu
kamar sampai terbentuk
kristal (jika sulit terbentuk
dinginkan pada lemari es)
2. Disaring dengan corong
buncher.

Residu Filtrat

1. Dikeringkan dalam desikator


2. Ditimbang beratnya
3. Dibandingkan titik lelehnya dengan zat mula-mula
4. Diuji kemurnian aspirin dengan larutan feri klorida

Massa dan Titik Leleh


1. Didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal (jika sulit
terbentuk, dinginkan didalam air es)
2. Disaring dengan corong bucher

Residu Filtrat

1. Dikeringkan dalam desikator


2. Ditimbang beratnya
3. Dibandingkan titik lelehnya dengan mula-

Massa 1 Titik Leleh


2. Pembuatan Aspirin

2,5 gram asam salisilat

1. Dimasukan dalam Erlenmeyer


2. Ditambahkan 3,75 gram asam asetat anhidrat
3. Ditambahkan 3 tetes asam sulfat pekat
4. Diaduk
5. Dipanaskan dalam penangas air ( suhu 50°C-60°C)
sambil diaduk perlahan selama 5 menit
6. Didinginkan pada suhu kamar (33°C) sambil diaduk
7. Ditambahkan 37,5 ml aquades
8. Disaring endapan menggunakan penyaring Buncher

Filtrat Residu

1. Dimasukan dalam Erlenmeyer


2. Ditambahkan 7,5 ml etanol 96%
dan 25 ml aquades
3. Dipanaskan sampai mendidih
sambil diguncang
4. Ditambahkan air sambil
digungcang sampai
homogen(dihitung tetesnya)
5. Disaring dalam keadaan panas
menggunakan corong Buncher
Filtrat Residu

1. Dipanaskan hingga larut


2. Didinginkan dalam suhu
kamar sampai terbentuk
kristal
3. Disaring menggunakan
corong Buncher

Filtrat Residu

1. Dikeringkan
menggunakan
desikator
2. Ditimbang massa
3. Diukur titik lelehnya
4. Diuji kemurnian
aspirin menggunakan
FeCl3

Massa dan Titik Leleh


H. Hasil Pengamatan

You might also like