Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PERCOBAAN
Emisi zat pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor bersumber dari:
1. Blow by gas merupakan gas yang lolos kedalam ruang engkol melalui celah
antara ring piston dan silinder ketika terjadi langkah kompresi.
- Berupa gas Hydrocarbon (HC)
- Bila dibiarkan didalam engkol bisa merusak kualitas oli
- Dimasukkan lagi kedalam ruang bakar melalui PCV valve
2. Evaporated fuel merupakan penguapan bensin dari dalam tangki maupun ruang
pelampung dalam karburator
- Berupa gas Hydrocarbon (HC)
- Bisa dimasukkan kedalam saluran intake untuk dibakar didalam mesin melalui
EVAP system
3. Emisi gas buang merupakan gas hasil pembakaran di dalam mesin dan
dikeluarkan melalui saluran pembuangan (knalpot)
- Gas buang: CO2, H2O, O2, HC, CO, NOx, Pb, SOx dll
- Emisi: HC (Hydro Carbon), CO (Carbon Monoxide), NOx (Nitrogen Oxide),
SOx (Sulfur-oxide), Pb dan lain-lain.
Zat pencemar udara utama yang terkandung dalam gas buangan kendaraan
bermotor pada umumnya terdiri dari:
Sedang zat pencemar udara lainnya, seperti sulfur oksida (SOx) dan senyawa timah
hitam (Pb) biasanya berasal dari bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor
tersebut.
Dilihat dari fungsi kendaraan bermotor, yang dituntut selalu mampu bergerak
(mobile) ke seluruh penjuru jalan yang dikehendaki, maka kendaraan bermotor tersebut
memerlukan jenis bahan bakar yang bukan saja memenuhi syarat kesempurnaan
pembakaran, melainkan juga harus mudah dibawa, relatif ringan, mudah malakukan
pengisian kembali, masih banyak lagi. Bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut
adalah bahan bakar minyak. Namun dewasa ini, bahan bakar fosil ini mengalami
berbagai kendala, antara lain: keterbatasan sumber yang tersedia, tidak dapat
diperbaharui, menimbulkan pencemaran udara yang dapat mengganggu kehidupan
manusia serta keseimbangan lingkungan dan lain sebagainya. Salah satu zat pencemar
yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak pada waktu itu adalah munculnya timah hitam
yang sengaja dicampurkan pada bahan bakar minyak itu. Dengan kenyataan tersebut
maka pakar otomotif bekerjasama dengan pakar-pakar energi menciptakan bahan bakar
minyak yang memenuhi persyaratan motor bakar tanpa mengandung timah hitam.
Asap yang dipancarkan oleh motor disel adalah partikulat dalam gas buangan
yang berisi PAHs dan jelaga. Gas buangan yang berasap hitam merupakan /
menandakan kegagalan pembakaran atau adanya pembentukan karbon diruang bakar
atau kerusakan lainnya. Pembentukan jelaga pada pengoperasian mesin disel pada beban
penuh dapat dikurangi dengan mengurangi beban mesin. Pada beban rendah, motor disel
bekerja dengan campuran miskin, sehingga kemungkinan timbulnya jelaga dapat
diperkecil. Oleh karena daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor disel dilihat
dari kehitaman warna asap gas buangannya. Jelaga berwarna hitam yang dipancarkan
melalui gas buangan motor disel harus dihindari, karena bukan saja mengganggu lalu
lintas, tetapi juga mengandung karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker
pada manusia.
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor
diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang
dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini
menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara
alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan
pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan
bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2disebut efek rumah kaca
dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangi jalanya energi
panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi.
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan
dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gunung-
gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah. Pengaruh
pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada tumbuhan, daun
adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak
atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun.
Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena
SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat.
Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan
mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan
korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakian dan
tumbuhan. Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO
dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna
bahan putih menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada
umumnya dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada
banayak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada
pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis
tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi.
Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus menrus,
dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.
b. Oksida Nitrogen
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida
(NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih
rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran
pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah
membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru
adalah melalui aliran darah. Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh
NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya
banyak didasarkan pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan
binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya
kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan
sebesar 100 μg/m3 . Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO2sebsar 250
μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma
dan orang sehat.
b. Timbel
Timbel ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbel
organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini
berubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang
kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01 μm.
Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang
lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot. Pengaruh Pb
pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf
pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat
menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok dewasa 60-80μg/100
ml dan kelompok anak > 40 μg/100 ml. Pada kadar Pb-darah kelompok dewasa sekitar
40 μg/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya
ekskresi asam aminolevulinat (ALA). Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati
pada kadar Pb-darah sekitar 10μg/100 ml. Akumulasiprotoporfirin dalam eritrosit (FEP)
yang merupakan akibat dari terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat
pada wanita edngan kadar Pb-darah 20 - 30 μg/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35
μg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 μg/100 ml.
V. DATA PENGAMATAN
Sampel A Sampel B
VI. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan analisa gas buang kami menganalisa dua sampel kendaraan dengan
penggunaan bahan bakar yang berbeda, pada sampel A dengan bahan bakar bensin dan
pada sampel B dengan bahan bakar Pertamax. pada sampel A setelah melakukan
analisis emisi gas buang temperatur flue 32,6oC, temperatur air 30,3 oC, CO 9800 ppm,
NO 5 ppm, dan NOx/NO adalah 1,05 ppm. pada sampel B setelah dilakukan analisa
emisi gas buang temperatur flue 32,6oC, temperatur air 30,6oC, CO 1652 ppm, NO 2
ppm, NOx 2 ppm, dan NOx/NO adalah 1,05 ppm. pada sampel A CO 9800 ppm, CO
yang ada berarti masih ramah lingkungan, sedangkan pada sampel B CO yang ada 1652
ppm bahkan sudah menjadi COd berarti kendaraan tidak ramah lingkungan lagi. standar
NOx/NO adalah 1,05 pada sampel A dan B masih belum melebihi standar NOx/NO
yang ada. kadar CO pada kendaraan bermotor tidak boleh lebih dari 3000 ppm menurut
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993. sedangkan pada
NOx/NO juga tidak boleh melibihi 1,05. jika keadaan gas buang kendaraan dibiarkan
mengeluarkan kadar yang berlebihan seperti pada sampel B maka akan berdampak
buruk bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.
VII. KESIMPULAN
Pada sampel B memiliki CO 1652 yang melibihi ambang batas emisi gas buang
NOx/NO sampel A dan sampel B masih memenuhi standar
semakin kecil kadar CO semakin sempurna proses pembakaran dan bensin akan
semakin irit, sebaliknya jika semakin tinggi kadar CO semakin boros bensinnya
sampel A T flue 32,6oC, T air 30,3oC, CO 9800 ppm, NO 5 ppm, NOx 5 ppm
sampel B T flue 32,6 oC, T air 30,6 oC, CO 1652 ppm, NO 2 ppm, NOx 2 ppm
VIII. PERTANYAAN
Jawab:
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006
Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003.
Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009.
Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2012.
- http://hariripriyanto.blogspot.co.id/2012/06/modul-pembelajaran-sistem-gas-
buang.html (diakses pada 5 januari 2019)
X. GAMBAR ALAT