Professional Documents
Culture Documents
1 1
Lydia Fanny , Nursalim
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: Breastfeeding is one of the obligations for a mother so that the mother's
role is paramount for the future of her baby. Some babies are getting all the milk they
want in a few minutes, but other babies may take an hour to get the same amount of milk.
The amount of breast milk to the infant depends on the frequency and duration of
breastfeeding affects the infant's nutritional status.
Objective: This study aimed to describe the frequency, duration of Breastfeeding and
Infant Nutrition Status 0-2 Month in the Village Sudiang Biringkanaya District of
Makassar.
Methods: This study is descriptive. Samples are infants aged 0-2 months in the Village
Sudiang Biringkanaya District of Makassar as many as 96 babies were selected by
purposive sampling. Data on the frequency and duration of breastfeeding was collected
using interviews questionnaire and observation, while data is calm nutritional status
measured by anthropometric indicators (BB / U) According to the WHO Antro 2005 then
processed using SPSS then the data is presented in a frequency distribution table and
narration.
Results: The results in infants 0-2 months showed that the frequency of feeding
classified as good by 88.5% with the number of breastfeeding ≥ 8 times per day, duration
of breastfeeding was classified as less 69.8% less than 15 minutes at a feeding and
infant nutrition status 0-2 months is generally good for 89.6%.
17
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Frekuensi, Durasi Menyusui & Status Gizi
18
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Frekuensi, Durasi Menyusui & Status Gizi
19
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Frekuensi, Durasi Menyusui & Status Gizi
20
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Frekuensi, Durasi Menyusui & Status Gizi
bahwa mayoritas frekuensi menyusui dalam Dari hasil penelitian yang dilakukan,
kategori kurang sebesar 53,3%. dapat disimpulkan bahwa status gizi bayi pada
Paramitha (2010) dalam Susanti dkk umumnya baik hal ini disebabkan karena
(2012) mengatakan terdapat hubungan yang semua bayi lahir dengan berat badan normal
bermakna antara frekuensi menyusui dengan sehingga status gizinya pun baik. Pada usia
kenaikan berat badan bayi. Ini disebabkan bayi 1-29 hari belum terdapat kenaikan berat
karena bayi yang mendapat cukup ASI akan badan yang bermakna hal ini dikarenakan bayi
memiliki pertambahan berat badan yang baik. akan bertambah berat badannya setelah dia
Bayi yang mendapat ASI dengan frekuensi berumur 1 bulan dengan pertambahan berat
yang tepat dan tanpa makanan/minuman badan sebanyak 700 gram per empat minggu
tambahan akan memperoleh semua kelebihan atau bertambah sebanyak 170-200 gram
ASI serta terpenuhinya kebutuhan gizinya perminggunya. Kalaupun terjadi penurunan
secara maksimal sehingga dia akan lebih berat badan pada bayi setelah lahir biasanya
sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak antara 5-10% dari berat badannya ketika
mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. pertama kali lahir, hal ini normal karena bayi
Hasilnya, bayi akan mengalami pertumbuhan kehilangan cairan saat dilahirkan dan ASI
dan perkembangan yang optimal di masa- belum maksimal bisa diterima bayi. Tetapi
masa mendatang. setelah 14 hari (atau bisa jadi kurang dari itu)
Salah satu faktor pendukung dalam berat badannya akan kembali meningkat
pemberian ASI yaitu adanya dukungan dari seiring dengan banyaknya dia menyusu (Ari &
orang-orang sekitarnya untuk menunjang Adriani FR, 2015)
keberhasilan perilaku pemberian ASI eksklusif,
baik itu dari keluarga maupun dari petugas KESIMPULAN
kesehatan atau yang menolong pada saat 1. Gambaran frekuensi menyusu bayi usia 0-
persalinan (Gafriela, 2011). 2 bulan di Kelurahan Sudiang Kecamatan
. Biringkanaya Kotamadya Makassar Tahun
Status Gizi Bayi 2015 kurang sebesar 71,9% dengan
Status gizi diartikan sebagai keadaan jumlah pemberian ASI 8-12 kali perhari.
gizi seseorang yang dinyatakan menurut jenis 2. Status gizi bayi usia 0-2 bulan di Wilayah
dan beratnya keadaan kurang gizi.Hal ini Sudiang Kecamatan Biringkanaya Kota
memberikan petunjuk apakah seseorang Makassar diukur berdasarkan antropometri
menderita gizi kurang atau tidak (Aritonang, dengan indikator (BB/U) menurut WHO
2010). Antro 2005 dinyatakan pada umumnya
Masalah gizi dapat ditentukan dengan status gizi baik (93,8%).
menggunakan berbagai indikator status gizi.
Penentuan status gizi anak dilakukan secara SARAN
antropometri menggunakan Z-score dengan 1. Disarankan kepada ahli gizi ataupun bidan
indeks BB/U, PB/U dan BB/PB. Ketiga indeks untuk memberikan penyuluhan dengan
ini merupakan salah satu cara untuk metode ceramah kepada ibu sebelum dan
mengetahui status gizi anak pada saat ini setelah melahirkan tentang cara menyusui
(Supariasa, 2012). yang baik dan benar serta motivasi agar
Berdasarkan hasil penelitian yang ibu tetap memberikan ASI Eksklusif pada
dilakukan di Wilayah Sudiang dengan jumlah bayinya sampai umur 6 bulan.
sampel 96 bayi berusia 0-2 bulan, diperoleh 2. Sebaiknya pemerintah dan petugas
gambaran status gizi berdasarkan indeks BB/U setempat melakukan pelatihan menyusui
menunjukkan bahwa (93,8%) bayi tergolong terhadap ibu-ibu yang memiliki anak balita
status gizi baik, (3,1%) bayi tergolong status umur 0-6 bulan untuk meningkatkan
gizi kurang, dan (3,1%) bayi tergolong status pemberian ASI Eksklusif.
gizi lebih. Hasil penelitian ini menunjukkan 3. Disarankan bagi peneliti lain untuk meneliti
bahwa persentase status gizi anak balita lebih lanjut tentang hubungan durasi,
hampir sama dengan hasil penelitian yang frekuensi menyusu dengan status gizi
dilakukan oleh Najibullah pada tahun 2013 di bayi.
Kelurahan Sudiang Raya Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Najibullah, berdasarkan
indeks BB/U menunjukkan (76.7%) balita
tergolong status gizi baik.
21
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Frekuensi, Durasi Menyusui & Status Gizi
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang I. (2010). Menilai Staus Gizi untuk
Mencapai Sehat Optimal. Yogyakarta;
Leutika.
Depkes. (2013). Rencana Kerja Pembinaan
Gizi Masyarakat. Jakarta; Direktorat
Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan KIA Kementerian Kesehatan RI.
Dinkes Kota Makassar. (2013). Profil
Kesehatan Kota Makassar 2013.
Makassar; Pemerintah Kota Makassar
Dinas Kesehatan.
Gafriela KJ. (2011). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Pemberian Asi
Eksklusif Pada Ibu.
http://eprints.undip.ac.id/33391/1/Khrist
_Gafriela.pdf (diakses 12 Juli 2014).
Lameshow Stanles. (1997). Penentuan Besar
Sampel dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta; UGM.
Maryunani A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini,
Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta; Trans Info Media.
Miradian D. (2012). Hubungan Asi Ekslusif
dengan Status Gizi.
https://ayicuwie.wordpress.com
(Diakses, 30 November 2014)
Purwani T & Darti NA. (2012). Hubungan
antara Frekuensi, Durasi Menyusui
dengan Berat Badan Bayi di Poliklinik
Bersalin Mariani Medan. Karya Tulis.
Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Riskesdas, (2007). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Sujiyantini, dkk (2010). Asupan Ibu Nifas,
Yogyakarta: Cyrillus Publisher.
Supariasa, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi .
Jakarta; EGC.
Susanti M, dkk. (2012). Hubungan Pola
Pemberian ASI dan MP-ASI dengan
Gizi Buruk pada Anak 6-24 Bulan di
Kelurahan Pannampu Makassar.
Media Gizi Masyarakat Indonesia.
Volume 1, No. 2. (Diakses, 2 Februari
2015).
22