Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar & Teori Dalam
Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
Agri Azizah Amalia
220120180056
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
KATA PENGANTAR
Penulis sangat mengharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan yang
dapat memperkaya ilmu keperawatan dan dapat di aplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga
masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP BERMAIN, STIMULASI, DAN EDUKASI PADA ANAK .............. 3
2.2.1 KONSEP BERMAIN ............................................................................... 3
2.2.2 STIMULASI DALAM TUMBANG ANAK............................................ 21
2.2.3 KONSEP EDUKASI PADA ANAK........................................................ 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Maka terapi bermain akan menjadi sarana tepat digunakan dalam memahami
permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak. Karena mereka dapat mengungkapkan
segala uneg-unegnya tanpa ada rasa takut atau merasa ada tekanan dari luar yang menyebabkan
mereka menyembunyikan lagi uneg-unegnya. Anak-anak sering kali merasa tidak bisa
mengontrol atas situasi yang ada dalam hidup mereka. Dalam terapi bermain anak-anak dapat
beraktivitas melalui pengalaman-pengalaman yang mampu mereka kontrol. Perasaan kontrol
ini sangat penting untuk perkembangan emosional mereka serta kesehatan mental positif.
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi
gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutik dengan medianya adalah bentuk-bentuk
permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan
serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat (Sukinah, 2007).
1
Bermain merupakan aktivitas penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial,
emosi, intelektual, dan spiritual anak. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan,
berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-
anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun
berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah.
Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan,
kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi Bermain memiliki
fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya. Bagi
anak dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, kreativitas,
bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental
ataupun gangguan perkembangan lainnya. Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan
untuk mengekspresikan sesuatu yang dia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak
sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan
dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan
lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas. Dalam kenyataan
sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah
kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi
gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk
menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya
dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan
intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat
akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya,
dan mengembangkan daya kreativitas anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Klasifikasi Bermain
Menurut isinya, bermain terbagi menjadi social affective play,
sense of plessure play, skill play, dan draamatic play.
1. Social affective play
Pada social affective play anak belajar memberi respon
terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan terhadapnya
dalam bentuk permainan, misalnya orangtua berbicara atau
memanjakan dan anak tertawa senang.
2. Sense of plessure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada di
sekitarnya, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk
memperoleh keterampilan tertentu dan anak akan melakukan
secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda.
4. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang
menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan
atau skor. Permainan ini bias dilakukan oleh anak sendiri atau
temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang
sifatnya tradisional maupun yang modern. Misalnya: ular
tangga, congkla, puzzle dan lain-lain.
5. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan
situasi objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan. Anak tampak senang, gembira dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6. Dramatic play
Dramatic play atau role play anak akan berfantasi menjalankan
peran tertentu, misalnya menjadi ayah, ibu, perawat, atau guru.
4
Menurut karakteristik sosial bermain terdiri dari solitary play,
paralel play, assosiative play dan cooperative play.
1. Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya
yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisipasi dalam permainan, jadi anak tersebut bersifat
pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang
sedang dilakukan temannya.
2. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permaninan tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan
alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama,
atau komunikasi dengan teman sepermainan.
3. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permanian
yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak
terjadi kontak satu sama lain sehingga anak yang satu dengan
yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya
permaninan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4. Assosiatif play
Pada permainan ini, sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada
pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh: bermain boneka, bermain hujan-
hujanan, bermain masak-masakan.
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan.
Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya, untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya,
pada permainan sepak bola.
5
C. Fungsi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan,
perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi dan komunikasi (Soetjiningsih, 1995). Sebelum
memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang
akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih
lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya
seperti masa kritis,optimal dan sensitif. Untuk lebih jelasnya dibawah
ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya:
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui
rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian
hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih
cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga
pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi
sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui
permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka
anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
6
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia
tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,
mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan,
sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai
proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi
seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan
orang lain.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan
kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang
mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada
anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar
dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
7
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan
nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat
dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri
kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar
benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
tidak boleh dilanggar.
8. Membantu komunikasi
Bermain dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi, bermain merupakan alat komunikasi terutama
anak yang belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal,
misalnya melukis, menggambar, atau bermain peran.
D. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan
untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-
idenya. Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan
dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan
masalah. Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi,
8
fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan
dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit
dan dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di
rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang
dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan
stressor yang dialaminya di rumah sakit secara efektif.
Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena
telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan
marah.
15
9. Remaja (12 – 18 tahun)
Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok (keluar),
mislanya melalui sepak bola, basket, badminton, mendengar
musik atau tv, serta dengan buku-buku.
20
2.2.2 Stimulasi Dalam Tumbuh Kembang Anak
A. Stimulasi bermain untuk perkembangan anak
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya.
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan)
yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti
stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil
(sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi
akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai
dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak
berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang
bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan
gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya.
Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu
perhatian anak-akan berkurang dan anak akan menangis.
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan
keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-
anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin, dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). APE adalah
alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan
dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk
pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara,
menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan
suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya dalam
hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat).
21
Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’
yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk
pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja,
tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan
otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan
bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan
bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan
orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan
anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan
berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan
stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak
perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll). Seorang ahli
mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan,
dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan
yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga
diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal. Di bawah ini ada beberapa contoh alat
permainan balita dan perkembangan yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisisk / motorik kasar: Sepeda roda tiga / dua, bola, mainan
yang ditarik atau didorong.
2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,
boneka, pensil warna, radio.
4. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV.
5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki.
6. Tingkah laku social: Alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali.
22
B. Ciri Alat Permainan Untuk Anak Dibawah Usia Lima Tahun
a. 0 – 12 bulan, tujuan:
- Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan)
Misalnya: mengisap, menggenggam.
- Melatih kerja sama mata dengan tangan
- Melatih kerja sama mata dengan telinga
- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
- Melatih mengenal sumber asal suara
- Melatih kepekaan perabaan
Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang Alat
permainan yang dianjurkan:
- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara
- Alat permainan berupa selimut dan boneka
- Giring-giring
b. 12 – 24 bulan, tujuan:
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara
- Memperkenalkan sumber suara
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
- Melatih imajinasinya
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
- Genderang, bola denga giring-giring didalamnya
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring,
sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus
besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil
warna.
c. 25 – 36 bulan, tujuan:
- Menyalurkan emosi/perasaan anak
- Mengembangkan ketrampilan berbahasa
23
- Melatih motorik halus dan kasar
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna)
- Melatih kerja sama mata dan tangan
- Melatih daya imajinasi
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat permainan yang dianjurkan:
- Lilin yang dapat dibentuk
- Alat-alat untuk menggambar
- Puzzle sederhana
- Manik-manik ukuran besar
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda
- Bola
d. 36 – 72 bulan, tujuan:
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
- Mengembangkan kemampuan berbahasa
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi
- Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
- Membedakan benda dengan perabaan
- Menumbuhkan sportivitas
- Mengembangkan kepercayaan diri
- Mengembang kreativitas
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misalnya pengertian terapung dan tenggelam
- Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong Alat permainan
yang dianjurkan:
24
- Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air
- Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
25
B. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua
dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat
– syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya
tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang
tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak
kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
2. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan
usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan
sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila
terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
3. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal
ukuran, susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan
tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk
menghindari kebingungan anak.
4. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.
5. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat
dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak
frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
6. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua
budaya dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE
mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.
26
7. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh
masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan
anak, maka setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan
tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat
menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi
persyaratan.
27
Anak usia dini terutama usia taman kanak-kanak adalah anak
yang selalu aktif. Karenanya, sebagian besar alat bermain
diperuntukkan bagi pengembangan koordinasi gerakan otot
kasar. Penyediaan peralatan untuk melatih gerakan otot kasar,
misalnya kegiatan naik turun tangga, meluncur, akrobatik,
memanjat, berayun dengan papan keseimbangan dan
sebagainya.
b. APE untuk pengembangan kognitif
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan
bermain diantaranya, kemampuan mengenai sesuatu, mengingat
barang, menghitung jumlah dan memberi penilaian. Kegiatan
bermain dilakukan dengan mengamati, seperti melihat bentuk,
warna dan ukuran. Sedangkan kegiatan mendengar dilakukan
dengan mendengar bunyi, suara dan nada. Bahan dan peralatan
yang dibutuhkan untuk mengembangkan aspek kognitif di
antaranya papan pasak kecil, papan pasak berjenjang, papan
tongkat, warna, menara gelang bujur sangkar, balok ukur, papan
hitung dan lainnya.
c. APE untuk pengembangan kreatifitas
Ciri-ciri anak kreatif adalah kelenturan, kepekaan, penggunaan
daya imajinasi, ketersediaan mengambil resiko dan menjadikan
diri sendiri sebagai sumber dan pengalaman. APE semacam
tanah liat, cat, krayon, kertas, balok-balok, air, dan pasir dapat
mendorong anak untuk mencoba cara-cara baru dan dengan
sendirinya akan meningkatkan kreatifitas anak.
d. APE untuk pengembangan bahasa
Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk pengembangan
keterampilan bahasa adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan gambaran mental tentang apa yang didengar
seperti suara angin, suara mobil, dan suara-suara lain yang bisa
langsung didengar anak. Dalam kaitannya dengan
pengembangan bahasa ekspresif, meliputi benda-benda yang ada
di sekitar anak, baik benda, kata kerja maupun kata sifat atau
keadaan. Sedang kaitannya dengan penguasaan cara
28
berkomunikasi dengan orang lain, yang dapat dilakukan antara
lain dengan bermain sosiodrama atau dengan bermain peran.
APE untuk kemampuan berbahasa dapat dilihat dari apa yang
telah dikembangkan oleh peabody. APE yang dikembangkan
oleh kakak beradik Elizabeth Peabody yang terdiri atas dua
boneka tangan uang berfungsi sebagai tokoh mediator. Boneka
ini dilengkapi dengan papan magnet, gambar-gambar, piringan
hitam berisi lagu dan tema cerita serta kantong pintar sebagai
pelengkap. Karya ini memberikan program pengetahuan dasar
yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosakata
yang dekat dengan anak.
e. APE untuk pengembangan sosial
Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan sosial adalah buku cerita, buku
bergambar, bahan teka-teki, kuda-kudaan, dan telepon mainan.
Peralatan tersebut dapat digunakan secara perorangan maupun
bersama-sama untuk memperoleh pengalaman bahwa anak dapat
berinteraksi dan bekerjasama dengan anak yang lain, dengan
temanteman disekolah maupun dilingkungan mereka.
f. APE untuk pengembangan emosional
Bahan dan pelatan yang dapat mengembangkan keterampilan
emosi anak antara lain tanah liat dan lumpur, balok-balok, hewan
piaraan, bermain drama, dan buku cerita yang menggambarkan
perwatakan dan situasi perasaan tertentu yang sedang dialami
atau dirasakan oleh anak. Oleh karena itu, tema-tema yang dipilih
dan diramu haruslah relevan dengan pengetahuan dan budaya
anak setempat, atau lingkungan di mana anak tinggal.
29
alat, ada pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam
permainan yang menggunakan alat, dengan penggunaan alat-alat
permainan tersebut anak-anak tampak sangat menikmati kegiatan
belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan
belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak
yang positif. Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan
mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai
dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka
ketahui. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam
mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam melakukan
kegiatan. Alat permainan edukatif memiliki fungsi yang sangat
strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
anak dalam melakukan kegiatan-kegiatannya sehingga rasa
percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar. Pada
kegiatan anak memainkan suatu alat permainan dengan tingkat
kesulitan tertentu misalnya menyusun balok-balok menjadi suatu
bentuk bangunan tertentu, pada saat tersebut ada suatu proses
yang dilalui anak sehingga anak mengalami suatu kepuasaan
setelah melampaui suatu tahap kesulitan tertentu yang terdapat
dalam alat permainan tersebut. Proses-proses seperti itu akan
dapat mengembangkan rasa percaya secara wajar dimana anak
merasakan bahwa tiada suatu kesulitan yang tidak ditemukan
penyelesaiannya.
c. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar. Pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar
merupakan fokus pengembangan pada anak usia usia dini. Alat
permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk
memfasilitasi kedua aspek pengembangan tersebut. Sebagai
contoh pengembangan alat permainan dalam bentuk boneka
tangan akan dapat mengembangan kemampuan berbahasa anak
karena ada dialog dari tokoh-tokoh yang diperankan boneka
tersebut, anak memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal
30
yang disampaikan melalui tokoh-tokoh boneka tersebut, dan
pada saat yang sama anak-anak memperoleh pelajaran berharga
mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh para tokok
yang disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi
dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi
memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang
harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar
misalnya dengan teman-temannya. Ada alat-alat permainan yang
dapat digunakan bersama-sama antara satu anak dengan anak
yang lain misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara
bersamasama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan
suatu irama yang merdu hasil karya anak-anak. Untuk
menghasilkan suatu irama yang merdu dengan perbedaan botol-
botol suara tersebut perlu kerjasama, komunikasi dan
harmonisasi antar anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.
Ada dua hal yang menjadi perhatian ketika anak bermain,
Pertama, bermain hendaknya tidak menyebabkan kecapaian yang
berlebihan (menambah capai), dan kesulitan yang menyakitkan.
Sebab, dalam hal seperti itu terdapat bahaya bagi fisik dan
melemahkan jasmani.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Dalam bermain kita mengenal
beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat
demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain
aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan
dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak
akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan untuk
mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab
bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan,
pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap
hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih
kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh. Terapi bermain adalah bagian perawatan
pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk
menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang
sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
32
DAFTAR PUSTAKA
Gerald, Kathryn., & Gerald, David. (2008). Konseling Anak-Anak. Yogjakarta : Pustaka
Pelajar.
Linda A. Reddy, PhD; Tara M. Files-Hall; and Charles E. Schaefer, PhD, 2005. “Empirically
Based Play Interventions for Children” American Psychological Association (APA) 1st
edition.
Siddik, M. F., & Darsih, D. (2015). Hubungan Penggunaan Alat Permainan Edukatif dengan
Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Paud Uswatun Khasanah Sleman
Yogyakarta(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wilson, K., Kendrick, P., & Ryan, S. (1997). Play Therapy A Non-directive Approach for
Children and Adoelscent. London : London NW1 7DX, UK.
Wulandari , D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 2. Jakarta: EGC.
33