You are on page 1of 36

MAKALAH

KONSEP BERMAIN, STIMULASI PERKEMBANGAN &


KONSEP EDUKASI PADA ANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar & Teori Dalam
Keperawatan Anak

Dosen Pengampu: Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh:
Agri Azizah Amalia
220120180056

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

KONSENTRASI PEMINATAN ANAK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


nikmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis diberi kelancaran untuk dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas Mata
Kuliah Konsep Dasar dan Teori Dalam Keperawatan Anak yang berisi tentang konsep bermain,
stimulasi perkembangan dan konsep edukasi pada anak. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan makalah ini baik moril, materil, maupun spiritual. Permohonan maaf
sebesar-besarnya juga penulis sampaikan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan dan
menyinggung baik dalam proses penyusunan maupun menyangkut isi dari makalah ini.

Penulis sangat mengharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan yang
dapat memperkaya ilmu keperawatan dan dapat di aplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga
masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Bandung, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP BERMAIN, STIMULASI, DAN EDUKASI PADA ANAK .............. 3
2.2.1 KONSEP BERMAIN ............................................................................... 3
2.2.2 STIMULASI DALAM TUMBANG ANAK............................................ 21
2.2.3 KONSEP EDUKASI PADA ANAK........................................................ 25

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diawali pendapat Sigmund Freud suatu pendekatan pendidikan
dan bermain merupakan teknik penyembuhan dengan cara bermain dan dapat dilihat melalui
analisa kejiwaan. Caplan pada tahun 1974 berpendapat bahwa terapi permainan bisa dilakukan
dengan cara menggunakan alat yang tidak berbahaya, misalnya: Buku cerita yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan pola komunikasi antara siswa dengan gurunya. Bermain
merupakan hal yang penting bagi anak-anak. Jika di ibaratkan bermain adalah bahasa dari
anak-anak, maka mainan-mainannya adalah kata-katanya. Melalui kegiatan bermain anak
dapat bereksplorasi, mengekspresikan kehendaknya, mengungkapkan batin mereka serta
menguji berbagai situasi dan perilaku dalam sebuah lingkungan yang mendukung. Penerimaan
positif serta tidak bersyarat mendorong anak agar merasa cukup aman untuk dapat
bereksplorasi sesuai kehendaknya tanpa hambatan. Dalam kondisi bermain anak akan mencoba
peran yang berbeda, belajar melalui konflik yang terjadi, antara pikiran dan emosinya, selalu
ingin tahu dan mencoba mencari tahu seperti apa dunia ini. Anak juga dapat membentuk relasi
dengan orang lain dan melalui relasi ini anak akan belajar mengembangkan kepercayaan, harga
diri serta self-efficacy.

Maka terapi bermain akan menjadi sarana tepat digunakan dalam memahami
permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak. Karena mereka dapat mengungkapkan
segala uneg-unegnya tanpa ada rasa takut atau merasa ada tekanan dari luar yang menyebabkan
mereka menyembunyikan lagi uneg-unegnya. Anak-anak sering kali merasa tidak bisa
mengontrol atas situasi yang ada dalam hidup mereka. Dalam terapi bermain anak-anak dapat
beraktivitas melalui pengalaman-pengalaman yang mampu mereka kontrol. Perasaan kontrol
ini sangat penting untuk perkembangan emosional mereka serta kesehatan mental positif.
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi
gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutik dengan medianya adalah bentuk-bentuk
permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan
serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat (Sukinah, 2007).

1
Bermain merupakan aktivitas penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial,
emosi, intelektual, dan spiritual anak. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan,
berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-
anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun
berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah.
Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan,
kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi Bermain memiliki
fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya. Bagi
anak dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, kreativitas,
bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental
ataupun gangguan perkembangan lainnya. Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan
untuk mengekspresikan sesuatu yang dia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak
sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan
dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan
lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas. Dalam kenyataan
sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah
kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi
gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk
menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya
dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan
intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat
akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya,
dan mengembangkan daya kreativitas anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bermain, Stimulasi Perkembangan, Dan Edukasi Pada Anak


2.2.1 Konsep Bermain
A. Pengertian Bermain
Menurut Milleer B.F dan Keane C.B (1983) bermain adalah cara
alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari. Sedangkan Foster (1989) mengatakan bahwa bermain
adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk
memperoleh kesenangan. Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa bermain merupakan keinginan dalam mengatasi
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan suatu
kepuasan. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial, dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar, karena dengan
bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan
cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel,
aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang
dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-mata karena
keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu, bermain itu menyenangkan
dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan bagi pemainnya. Di
dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih
penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya
anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru
yang berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang kaku.
Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak
pura-pura aktif.

3
B. Klasifikasi Bermain
Menurut isinya, bermain terbagi menjadi social affective play,
sense of plessure play, skill play, dan draamatic play.
1. Social affective play
Pada social affective play anak belajar memberi respon
terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan terhadapnya
dalam bentuk permainan, misalnya orangtua berbicara atau
memanjakan dan anak tertawa senang.
2. Sense of plessure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada di
sekitarnya, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk
memperoleh keterampilan tertentu dan anak akan melakukan
secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda.
4. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang
menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan
atau skor. Permainan ini bias dilakukan oleh anak sendiri atau
temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang
sifatnya tradisional maupun yang modern. Misalnya: ular
tangga, congkla, puzzle dan lain-lain.
5. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan
situasi objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan. Anak tampak senang, gembira dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6. Dramatic play
Dramatic play atau role play anak akan berfantasi menjalankan
peran tertentu, misalnya menjadi ayah, ibu, perawat, atau guru.

4
Menurut karakteristik sosial bermain terdiri dari solitary play,
paralel play, assosiative play dan cooperative play.
1. Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya
yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisipasi dalam permainan, jadi anak tersebut bersifat
pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang
sedang dilakukan temannya.
2. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permaninan tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan
alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama,
atau komunikasi dengan teman sepermainan.
3. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permanian
yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak
terjadi kontak satu sama lain sehingga anak yang satu dengan
yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya
permaninan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4. Assosiatif play
Pada permainan ini, sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada
pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh: bermain boneka, bermain hujan-
hujanan, bermain masak-masakan.
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan.
Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya, untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya,
pada permainan sepak bola.

5
C. Fungsi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan,
perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi dan komunikasi (Soetjiningsih, 1995). Sebelum
memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang
akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih
lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya
seperti masa kritis,optimal dan sensitif. Untuk lebih jelasnya dibawah
ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya:
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui
rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian
hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih
cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga
pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi
sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui
permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka
anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
6
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia
tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,
mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan,
sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai
proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi
seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan
orang lain.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan
kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang
mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada
anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar
dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.

7
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan
nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat
dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri
kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar
benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
tidak boleh dilanggar.
8. Membantu komunikasi
Bermain dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi, bermain merupakan alat komunikasi terutama
anak yang belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal,
misalnya melukis, menggambar, atau bermain peran.

D. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan
untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-
idenya. Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan
dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan
masalah. Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi,
8
fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan
dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit
dan dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di
rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang
dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan
stressor yang dialaminya di rumah sakit secara efektif.
Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena
telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan
marah.

E. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Pada Anak


Aktivitas bermain dipegaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tahap
perkembangan, status kesehatan, jenis kelamin, lingkungan, dan alat
permainannya cocok atau tidak. Setiap tahap perkembangan
mempunyai potensi atau keterbatasan, anak usia dibawah tiga tahun
mempunyai potensi untuk melakukan serangkaian permainan tertentu
tetapi juga mempunyai keterbatasan dimana belum dapat mencapai
kemampuan seperti anak diatas usianya yaitu anak usia prasekolah.
Kondisi ini mempengaruhi permainan yang dibutuhkannya.
Status kesehatan anak juga mempengaruhi aktivitas bermain
karena anak dalam ekadaan sakit kemampuan psikomotor maupun
kognitifnya terganggu. Pada tahap usia tertentu jenis kelamin
mempengaruhi aktivitas misalnya pada usia sekolah anak laki-laki
tidak mau bermain dengan anak wanita. Dengan demikian jenis
permainan yang dipilih sesuai dengan minat atau interes kelompok
kelamin tersebut.
Lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas bermain. Sesuai
dengan lokasi tempat tinggal atau suku bangsa, maka budaya juga
mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini berpengaruh dalam
9
setiap gerak kehidupannya. Dengan demikian kehidupan anak tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Hal lain yang berpengaruh
terhadap aktivitas bermain adalah alat permainan itu sendiri. Alat
permainan yang dipilih harus sesuai dengan tahap perkembangan anak
sehingga anak akan dapat menggunakannya dan memperoleh
kepuasan.

F. Prinsip-Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif
sebegaimana berikut ini:
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukn energi yang cukup, sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan (intake) yang
kurang dapat menurunkan gairah anak-anak yang sehat
memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain
aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau
jenuh. Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain
umumnya menurun karena energi yang digunakan untuk
mengatasi penyakitnya. Aktivitas bermain anak sakit yang bisa
dilakukan adalah bermain pasif, misalnya: menonton tv,
mendengarkan musik, dan menggambar.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain
sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu,
anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal
alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak. Orangtua hendaknya
memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan
dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah
alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.
10
4. Ruang untuk bermain
Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu,
di halaman bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan
atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, dimana
ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk
menyimpan mainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak eblajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru
teman-temannya atau diberi tahu oleh teman-temanny atau
diberi tahu oleh orangtuanya. Cara yang terakhir adalah yang
terbaik karena anak lebih terarah dn lebih berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut.
Orangtua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat
permainan yang diberikan umumnya membuat hubungannya
dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memrlukan teman sebaya, saudara, atau
orangtuanya. Ada saat-saat tertentu dimana anak bermain
sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain
yang dilakukan bersama dengan orangtuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan
kesempatan kepada orangtua untuk mengetahui setiap kelainan
yang dialami oleh anaknya.

G. Karakteristik Bermain sesuai tahap tumbuh kembang anak


Dalam memilih permainan harus memperhatikan kebutuhan
anak sehingga tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya, latar
belakang, budaya, seks, status kesehatan, dan lingkungan dimana anak
berada. Adapun jenis permaianan yang dapat diberikan kepada anak
berdasarkan tingkat usia adalah sebagai berikut:
1. Bayi usia 1 bulan
Secara visual permainan dapat dilihat dalam jarak dekat
misalnya dengan menggantikan benda yang terang atau
11
mencolok. Berbicara dengan bayi, menyanyi atau bercanda
adalah permainan yang dapat merangsang pendengarannya
sedangkan secara touch tactile dilakukan dengan memeluk dan
menggendong (memberi kehangatan). Secara kinetik
permainan dapat dilakukan dengan mengajak atau naik kereta
untuk jalan-jalan.
2. Bayi usia 2 – 3 bulan
Secara visual permainan dapat dilakukan dengan membuat
ruangan menjadi terang atau memasang gambar-gambar di
dinding. Untuk perangsangan auditory permainan dapat
dilakukan dengan berbicara dengan bayi, mainan bunyi-
bunyian atau mengikutsertakan bayi dalam pertemuan
keluarga. Secara tactile permainan dapat dilakukan dengan
membelai pada waktu memandikan, mengganti pakaian atau
menyisir rambut sedangkan secara kinetik sama halnya dengan
bayi usia 1 bulan yaitu jalan-jalan dengan kereta atau gerakan-
gerakan berenang pada saat mandi.
3. Bayi usia 4 – 6 bulan
Secara visual permainan dapat dilakukan dengan memberi
cermin, mengajak nonton tv atau mainan yang berwarna terang.
Melalui pendengaran anak dapat bermain dengan mengajak
biacara, mengulangi suara-suara yang dibuatnya atau
memanggil nama. Selain itu dapat juga dengan meremas kertas
di dekat telinga memegang mainan yang berbunyi. Untuk
perangsangan tactile anak dapat diberi mainan dengan berbagai
tekstur baik lembut atau kasar dan bermain pada saat mandi.
Sedangkan untuk perkembangan kinetik dapat dilakukan
dengan membantu anak untuk tengkurap atau menyokong
waktu duduk.
4. Bayi usia 6 – 9 bulan
Permainan yang dapat dilakukan untuk pemasangan visual
adalah bermain warna gelap atau bunyi yang lebih khas atau
berbicara sendiri di depan kaca. Selain itu juga dapat dilakukan
permainan “ciluk ba” atau merobek-robek kertas. Untuk
12
pendengaran dapat dilakukan dengan memanggil nama, mama,
papa dan bagian-bagian tubuh, dapat juga anak diajarkan tepuk
tangan atau dengan memberi perintah yang sederhana. Secara
tactile permaianan dapat dilakukan dengan cara meraba
bermacam-macam tekstur dan ukuran. Selain itu dengan main
air yang mengalir atau berenang. Untuk perasangsangan kinetik
dapat dilakukan permainan dengan menggunakan kereta bayi,
berjalan, atau meletakan maianan yang agak jauh lalu disuruh
mengambil.
5. Bayi usia (9 – 12 bulan)
Secara visual permainan yang dapat dilakukan adalah dengan
memperlihatkan gambar-gambar dalam buku atau mengajak
jalan-jalan ke berbagai rumput. Di samping itu juga dengan
menunjukkan bangunan yang agak jauh. Perangsangan
auditory dilakukan dengan menunjukkan bagian-bagian tubuh
dan menyebutkannya atau memperkenalkan suara-suara
binatang. Secara tactile dapat dilakukan dengan memberi
makanan yang dapat dipegang atau memperkenalkan benda
dingin atau panas. Untuk gerak dapat diberikan mainan yang
dapat ditarik atau didorong.
6. Toddler (1 – 3 tahun)
Anak usia ini sudag dapat berjalan, memanjat, atau berlari dan
dapat memainkan sesuatu dengan tangannya. Di samping itu
anak senang melempar, mendorong, atau mengambil sesuatu.
Anak mulai mengerti arti “memiliki”. Dengan karakteristik
bermain yang paralel play, anak toddler sering kali bertengkar
memperebutkan mainan. Pada usia ini juga anak mulai
menyenangi musik atau irama.
Menurut Susilaningrum (2013) tujuan permainan anak pada
usia 1 – 3 tahun adalah :
a. Mengembangkan keterampilan bahasa.
b. Melatih motorik halus dan kasar.
c. Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna,
berhitung).
13
d. Melatih daya imajinasi.
e. Menyalurkan perasaan anak.
Alat permainan yang dianjurkan, misalnya lilin yang dapat
dibentuk, alat untuk menggambar, puzzel sederhana, manik-
manik, alat-alat rumah tangga. Pada masa ini keakuan anak
sangat menonjol (egosentris) dan belum mengerti makna
memiliki sehingga anak berebut mainan karena masing-masing
menganggap mainan itu miliknya.
Berdasarkan karakteristik isi bermain, permainan anak pada
masa ini tergolong permainan untuk suatu keterampilan (skill
play), karena mulai berkembang fase otonomi (kemandirian)
dan independennya (kebebasan). Pada tahun-tahun pertama
anak terkesan bermain dengan temannya tetapi tanpa interaksi
(parallel play), karena perkembangan sosialnya belum
memadai. Hal yang perlu diperhatikan adalah anak bermain
secara spontan dan bebas, serta berhenti sesukanya. Koordinasi
motorik masih kurang, sehingga sering merusak mainannya
(Susilaningrum, dkk 2013).
7. Anak usia pra sekolah (4 – 5 tahun)
Sesuai dengan tingkatnya bahwa anak sudah menjalani
perkembangan gross motor dan fine motor. Anak dapat
melompat, berlari, atau main sepeda karena sangat energetik
dan juga imaginatif anak sudah dapat bermain dengan
kelompok dan karakteristik bermainnya adalah assosiatif play,
dramatic play, skill play. Menurut Nursalam (2005) konsep
bermain pada usia empat tahun yaitu inisiatif anak mulai
berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi
mengenai hal-hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan
mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran
guru, ibu, dan lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak
lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam permainan
atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic
role play). Permainan yang meningkatkan keterampilan (Skill
play) juga masih berkembang pada masa ini. Berdasarkan
14
karakteristik sosial anak mulai bermain bersama teman-
temannya, tetapi tidak ada tujuan kelompok (assosiatif play).
Dalam hal ini anak berinteraksi dengan saling meinjam alat
permainan, seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai
bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya
tujuan kompetisi. Karakteristik permainan seperti ini disebut
dengan permainan dengan kerjasama (cooprative play). Alat
permainan yang dianjurkan, misalnya: buku, majalah, alat tulis
atau krayon, balok, dan aktivitas bermain. Dalam bermain, anak
hendaknya memiliki teman. Pada masa ini, bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung,
serta menyamakan dan membedakan.
b. Merangsang daya imajinasi.
c. Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan
diri.
d. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasa gotong
royong, dan kompetisi.
e. Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan
kemampuan untuk mengendalikan emosi.
8. Anak usia sekolah ( 6 – 12 tahun)
Pada usia ini anak dapat bermain dengan kelompok yang
berjenis kelamin sama dan dapat belajar untuk independent,
kooperatif, bersaing atau menerima orang lain dan tingkah laku
yang diterima. Dengan demikian karakteristik permainannya
adalah kooperatif play dan anak laki-laki sifatnya mekanikal
sedangkan anak wanita mothers role. Jenis permainan usia 7
tahun terbagi menjadi 2 bagian yaitu motorik halus antara lain:
menggambar, melukis dengan berbagai media, membuat seni
kerajinan dari tanah liat, membuat seni kerajinan tangan,
bermain alat musik seperti gitar, biola, piano. Motorik kasar
anatara lain: bermain kasti, basket, dan bola kaki, berenang,
lompat jauh, lari maraton kegiatan outbond.

15
9. Remaja (12 – 18 tahun)
Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok (keluar),
mislanya melalui sepak bola, basket, badminton, mendengar
musik atau tv, serta dengan buku-buku.

H. Terapi Bermain di Rumah Sakit


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap
membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi
(Mott, 1999). Bermain juga menyediakan kebebasan untuk
mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap
stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang
tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan
demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih
kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang
penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti
ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat,
bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan
social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas
kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan
selama dalam perawatan.media yang paling efektif adalah melalui
kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
16
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan
pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah
sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain,
perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara
perawat dank klien.
2. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau
pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.
4. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan
kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak
untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan
ketegangan pada anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :
1. Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan
perawatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak
harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain
dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada
17
diruang rawat. Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan
buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-
mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan
permainan lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya
sambil tiduran.
2. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,
menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau
yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat
permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak
(misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan
membaca buku cerita).
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat
permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak
merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara
berlebihan.
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila
permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara
berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada
kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai
pada kelompok usia prasekolah.
5. Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada
anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam
aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai
fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari
awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak bersama
dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak
yang di rawat di rumah sakit :
1. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan
18
tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan
harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit,
yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan
distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
2. Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan
dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas
setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang
tua setiap anak.
3. Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia
di ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat
kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.
4. Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus
diobservasi dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan
apabila tampak adanya
5. Evaluasi atau penilaian
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila
bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain :
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan
kontrol.
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan.
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi
dan bagian tubuh.
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang
penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis.
6. Memberi peralihan dan relaksasi.
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan
yang asing.
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk
mengekspresikan perasaan.
19
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan
sikap-sikap yang positif terhadap orang lain.
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan
minat.
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong,
1996).

I. Manfaat Terapi Bermain


Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit
akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain,
perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara
perawat dan klien.
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal pada anak
yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.
4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan
kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak
untuk berkompetensi secara sehat, akan dapat menurunkan
ketegangan pada anak dan keluarganya.

20
2.2.2 Stimulasi Dalam Tumbuh Kembang Anak
A. Stimulasi bermain untuk perkembangan anak
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya.
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan)
yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti
stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil
(sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi
akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai
dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak
berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang
bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan
gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya.
Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu
perhatian anak-akan berkurang dan anak akan menangis.
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan
keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-
anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin, dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). APE adalah
alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan
dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk
pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara,
menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan
suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya dalam
hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat).

21
Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’
yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk
pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja,
tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan
otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan
bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan
bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan
orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan
anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan
berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan
stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak
perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll). Seorang ahli
mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan,
dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan
yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga
diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal. Di bawah ini ada beberapa contoh alat
permainan balita dan perkembangan yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisisk / motorik kasar: Sepeda roda tiga / dua, bola, mainan
yang ditarik atau didorong.
2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,
boneka, pensil warna, radio.
4. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV.
5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki.
6. Tingkah laku social: Alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali.

22
B. Ciri Alat Permainan Untuk Anak Dibawah Usia Lima Tahun
a. 0 – 12 bulan, tujuan:
- Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan)
Misalnya: mengisap, menggenggam.
- Melatih kerja sama mata dengan tangan
- Melatih kerja sama mata dengan telinga
- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
- Melatih mengenal sumber asal suara
- Melatih kepekaan perabaan
Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang Alat
permainan yang dianjurkan:
- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara
- Alat permainan berupa selimut dan boneka
- Giring-giring
b. 12 – 24 bulan, tujuan:
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara
- Memperkenalkan sumber suara
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
- Melatih imajinasinya
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
- Genderang, bola denga giring-giring didalamnya
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring,
sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus
besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil
warna.
c. 25 – 36 bulan, tujuan:
- Menyalurkan emosi/perasaan anak
- Mengembangkan ketrampilan berbahasa
23
- Melatih motorik halus dan kasar
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna)
- Melatih kerja sama mata dan tangan
- Melatih daya imajinasi
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat permainan yang dianjurkan:
- Lilin yang dapat dibentuk
- Alat-alat untuk menggambar
- Puzzle sederhana
- Manik-manik ukuran besar
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda
- Bola
d. 36 – 72 bulan, tujuan:
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
- Mengembangkan kemampuan berbahasa
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi
- Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
- Membedakan benda dengan perabaan
- Menumbuhkan sportivitas
- Mengembangkan kepercayaan diri
- Mengembang kreativitas
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misalnya pengertian terapung dan tenggelam
- Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong Alat permainan
yang dianjurkan:

24
- Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air
- Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

2.2.3 Konsep Edukasi Pada Anak


A. Perrmainan Edukatif
Berdasarkan data WHO di dunia pada tahun 2009 jumlah anak yang
diberikan stimulasi permainan edukatif oleh orang tuanya berjumlah 23,50
%, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 27,30 % dan pada tahun 2011
mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 34,85 % (WHO,
2012). Sedangkan di Indonesia pada tahun 2012 jumlah anak yang diberikan
permainan edukatif pada tahun 2009 mencapai 23.000 jiwa, pada tahun 2010
mencapai hingga 24.120 jiwa dan pada tahun 2011 mencapai 25.100 jiwa.
Stimulasi permainan pada anak sangat membantu dalam tumbuh kembang
anak sejak dini, dengan pengetahuan orang tua yang baik, maka kebutuhan
tumbuh kembang anak akan tercukupi (Kemenkes RI, 2012).
Permainan edukatif adalah permainan yang memiliki unsur mendidik
yang didapatkan dari sesuatu yang ada dan melekat serta menjadi bagian dari
permainan itu sendiri. Selain itu, permainan juga memberi rangsangan atau
respons positif terhadap indra pemainnya. Indra yang dimaksud antara lain
pendengaran, penglihatan, suara (berbicara, komunikasi), menulis, daya
pikir, keseimbangan kognitif, motorik (keseimbangan gerak, daya tahan,
kekuatan, keterampilan, dan ketangkasan), afeksi, serta kekayaan sosial dan
spritual ( budi pekerti luhur, cinta, kasih sayang, etika, kejujuran, tata krama
dan sopan santun, persaingan sehat, serta pengorbanan). Keseimbangan indra
inilah yang direncanakan agar mempengaruhi jasmani, nalar, iamajinasi,
watak dan karakter, sampai tujuan pendewasaan diri. Sebab, watak seseorang
menentukan arah perjalanan hidupnya.

25
B. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua
dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat
– syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya
tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang
tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak
kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
2. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan
usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan
sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila
terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
3. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal
ukuran, susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan
tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk
menghindari kebingungan anak.
4. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.
5. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat
dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak
frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
6. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua
budaya dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE
mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.

26
7. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh
masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan
anak, maka setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan
tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat
menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi
persyaratan.

C. Manfaat Alat Permainan Edukatif


Dengan bermain banyak aspek kecerdasan yang terasah dari
anak. Hanya sayangnya, orang tua kadang tidak suka jika anaknya
terlalu banyak bermain. Mereka menganggap bermain tidak banyak
manfaatnya, bahkan kadang-kadang orangtua komplain dengan pihak
sekolah ketika mereka mengetahui bahwa di sekolah anak-anak hanya
bermain, yang seharusnya diajarkan tentang membaca, menulis dan
berhitung. Padahal sesungguhnya masa prasekolah adalah masa
bermain, maka tepat jika pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dilakukan dengan bermain sambil belajar dan belajar seraya
bermain.
Bermain itu penting bagi anak, karena bermain merupakan
bagian sangat penting dari proses tumbuh kembang anak. Melalui
kegiatan bermain, anak akan belajar berbagai hal tentang kehidupan
sehari-hari. Anak akan mendapatkan pengalaman yang berkaitan
dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial budaya, lingkungan
sosial ekonomi, maupun lingkungan fisik atau alam, yang sangat
berguna untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir,
bersikap, bergaul, berkarya dan sebagainya. Dalam permainan anak
mencurahkan perhatian, perasaan dan pikiran pada proses bermain
serta sifat dan bentuk alat permainannya. Dengan demikian anak-anak
akan belajar mengenali dan menjajaki lingkungannya.
Adapun Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE) adalah sebagai
berikut :
a. APE untuk pengembangan fisik motorik

27
Anak usia dini terutama usia taman kanak-kanak adalah anak
yang selalu aktif. Karenanya, sebagian besar alat bermain
diperuntukkan bagi pengembangan koordinasi gerakan otot
kasar. Penyediaan peralatan untuk melatih gerakan otot kasar,
misalnya kegiatan naik turun tangga, meluncur, akrobatik,
memanjat, berayun dengan papan keseimbangan dan
sebagainya.
b. APE untuk pengembangan kognitif
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan
bermain diantaranya, kemampuan mengenai sesuatu, mengingat
barang, menghitung jumlah dan memberi penilaian. Kegiatan
bermain dilakukan dengan mengamati, seperti melihat bentuk,
warna dan ukuran. Sedangkan kegiatan mendengar dilakukan
dengan mendengar bunyi, suara dan nada. Bahan dan peralatan
yang dibutuhkan untuk mengembangkan aspek kognitif di
antaranya papan pasak kecil, papan pasak berjenjang, papan
tongkat, warna, menara gelang bujur sangkar, balok ukur, papan
hitung dan lainnya.
c. APE untuk pengembangan kreatifitas
Ciri-ciri anak kreatif adalah kelenturan, kepekaan, penggunaan
daya imajinasi, ketersediaan mengambil resiko dan menjadikan
diri sendiri sebagai sumber dan pengalaman. APE semacam
tanah liat, cat, krayon, kertas, balok-balok, air, dan pasir dapat
mendorong anak untuk mencoba cara-cara baru dan dengan
sendirinya akan meningkatkan kreatifitas anak.
d. APE untuk pengembangan bahasa
Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk pengembangan
keterampilan bahasa adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan gambaran mental tentang apa yang didengar
seperti suara angin, suara mobil, dan suara-suara lain yang bisa
langsung didengar anak. Dalam kaitannya dengan
pengembangan bahasa ekspresif, meliputi benda-benda yang ada
di sekitar anak, baik benda, kata kerja maupun kata sifat atau
keadaan. Sedang kaitannya dengan penguasaan cara
28
berkomunikasi dengan orang lain, yang dapat dilakukan antara
lain dengan bermain sosiodrama atau dengan bermain peran.
APE untuk kemampuan berbahasa dapat dilihat dari apa yang
telah dikembangkan oleh peabody. APE yang dikembangkan
oleh kakak beradik Elizabeth Peabody yang terdiri atas dua
boneka tangan uang berfungsi sebagai tokoh mediator. Boneka
ini dilengkapi dengan papan magnet, gambar-gambar, piringan
hitam berisi lagu dan tema cerita serta kantong pintar sebagai
pelengkap. Karya ini memberikan program pengetahuan dasar
yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosakata
yang dekat dengan anak.
e. APE untuk pengembangan sosial
Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan sosial adalah buku cerita, buku
bergambar, bahan teka-teki, kuda-kudaan, dan telepon mainan.
Peralatan tersebut dapat digunakan secara perorangan maupun
bersama-sama untuk memperoleh pengalaman bahwa anak dapat
berinteraksi dan bekerjasama dengan anak yang lain, dengan
temanteman disekolah maupun dilingkungan mereka.
f. APE untuk pengembangan emosional
Bahan dan pelatan yang dapat mengembangkan keterampilan
emosi anak antara lain tanah liat dan lumpur, balok-balok, hewan
piaraan, bermain drama, dan buku cerita yang menggambarkan
perwatakan dan situasi perasaan tertentu yang sedang dialami
atau dirasakan oleh anak. Oleh karena itu, tema-tema yang dipilih
dan diramu haruslah relevan dengan pengetahuan dan budaya
anak setempat, atau lingkungan di mana anak tinggal.

D. Fungsi Alat Permainan Edukatif


Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi
dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak sehingga
kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta
menyenangkan bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi
anak dalam proses pemberian perangsangan indikator
kemampuan anak. Sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada yang menggunakan

29
alat, ada pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam
permainan yang menggunakan alat, dengan penggunaan alat-alat
permainan tersebut anak-anak tampak sangat menikmati kegiatan
belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan
belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak
yang positif. Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan
mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai
dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka
ketahui. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam
mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam melakukan
kegiatan. Alat permainan edukatif memiliki fungsi yang sangat
strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
anak dalam melakukan kegiatan-kegiatannya sehingga rasa
percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar. Pada
kegiatan anak memainkan suatu alat permainan dengan tingkat
kesulitan tertentu misalnya menyusun balok-balok menjadi suatu
bentuk bangunan tertentu, pada saat tersebut ada suatu proses
yang dilalui anak sehingga anak mengalami suatu kepuasaan
setelah melampaui suatu tahap kesulitan tertentu yang terdapat
dalam alat permainan tersebut. Proses-proses seperti itu akan
dapat mengembangkan rasa percaya secara wajar dimana anak
merasakan bahwa tiada suatu kesulitan yang tidak ditemukan
penyelesaiannya.
c. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar. Pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar
merupakan fokus pengembangan pada anak usia usia dini. Alat
permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk
memfasilitasi kedua aspek pengembangan tersebut. Sebagai
contoh pengembangan alat permainan dalam bentuk boneka
tangan akan dapat mengembangan kemampuan berbahasa anak
karena ada dialog dari tokoh-tokoh yang diperankan boneka
tersebut, anak memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal
30
yang disampaikan melalui tokoh-tokoh boneka tersebut, dan
pada saat yang sama anak-anak memperoleh pelajaran berharga
mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh para tokok
yang disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi
dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi
memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang
harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar
misalnya dengan teman-temannya. Ada alat-alat permainan yang
dapat digunakan bersama-sama antara satu anak dengan anak
yang lain misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara
bersamasama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan
suatu irama yang merdu hasil karya anak-anak. Untuk
menghasilkan suatu irama yang merdu dengan perbedaan botol-
botol suara tersebut perlu kerjasama, komunikasi dan
harmonisasi antar anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.
Ada dua hal yang menjadi perhatian ketika anak bermain,
Pertama, bermain hendaknya tidak menyebabkan kecapaian yang
berlebihan (menambah capai), dan kesulitan yang menyakitkan.
Sebab, dalam hal seperti itu terdapat bahaya bagi fisik dan
melemahkan jasmani.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Dalam bermain kita mengenal
beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat
demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain
aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan
dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak
akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan untuk
mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab
bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan,
pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap
hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih
kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh. Terapi bermain adalah bagian perawatan
pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk
menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang
sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

32
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.


Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Idai.
Brammer, M, L., & Shostrom, L, E. (1982). Therapeutic Psychology. New Jersey : Englewood
Cliffs.

Gerald, Kathryn., & Gerald, David. (2008). Konseling Anak-Anak. Yogjakarta : Pustaka
Pelajar.

Kemenkes RI, 2012, Pelaksanaan, identifikasi dan kebutuhan khusus anak


dalam http.kabar pendidikan indonesia.

Linda A. Reddy, PhD; Tara M. Files-Hall; and Charles E. Schaefer, PhD, 2005. “Empirically
Based Play Interventions for Children” American Psychological Association (APA) 1st
edition.

Siddik, M. F., & Darsih, D. (2015). Hubungan Penggunaan Alat Permainan Edukatif dengan
Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Paud Uswatun Khasanah Sleman
Yogyakarta(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilson, K., Kendrick, P., & Ryan, S. (1997). Play Therapy A Non-directive Approach for
Children and Adoelscent. London : London NW1 7DX, UK.

WHO, 2012. Data Kesehatan Ibu dan Anak. USA. Philadelphia.

Wulandari , D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 2. Jakarta: EGC.

33

You might also like