You are on page 1of 26

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI AKUNTANSI
Definisi akuntansi dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu:

1. Fungsi dan Kegunaan


Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi
kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang bersifat keuangan
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

2. Proses Kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan mengikhtisarkan transaksi-
ttransaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau sebagaian bersifat keuangan
dengan cara menginterpretasikan hasil-hasilnya.

C. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI

AKTIVA = HUTANG + MODAL

Aktiva = harta yang dimiliki perusahaan yang merupakan sumber


ekonomi. Contoh: kas, piutang, gedung dsb.

Utang = kewajiban yang menjadi beban perusahaan


Contoh: utang pembelian kredit
Modal = hak atau klaim pemilik atas aktiva perusahaan
Contoh: Setoran modal oleh pemilik

D. ANALISIS TRANSAKSI
1. Transaksi yang mempengaruhi Aktiva
1. Pembellian aktiva/aset secara tunai
Contoh = suatu perusahaan produsen minuman membeli sebuah
kendaraan seharga Rp 100.000.000,00 secara tunai
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu kas
perusahaan berkurang sebesar Rp 100.000.000,00 dan
kendaraan bertambah senilai Rp 100.000.000,00
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Pembelian aktiva/aset secara kredit


Contoh = suatu perusahaan jasa foto copy membeli mesin foto kopi
seharga Rp 50.000.000,00 secara kredit.
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu
peralatan bertambah senilai Rp 50.000.000,00 dan hutang
berkurang senilai Rp 50.000.000,00

3. Penjualan aktiva/aset secara tunai


Contoh = suatu perusahaan minuman menjual kendaraan seharga
Rp 80.000.000,00 secara tunai
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu kas
perusahaan bertambah sebesar Rp 80.000.000,00 dan
kendaraan perusahaan berkurang senilai Rp 80.000.000,00

4. Penjualan aktiva/aset secara kredit


Contoh = suatu perusahaan minuman menjual kendaraan seharga
Rp 150.000.000,00 secara kredit
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu
kendaraan berkurang senilai Rp 150.000.000,00 dan piutang
perusahaan bertambah sebesar Rp 150.000.000,00

2. Transaksi yang mempengaruhi Utang


1. Pembelian aktiva/aset secara kredit
Contoh = suatu perusahaan membeli sebuah mesin secara kredit
seharga Rp 200.000.000,00
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi utang yaitu
utang perusahaan bertambah sebesar Rp 200.000.000,00
dan peralatan bertambah sebesar Rp 200.000.000,00.
2. Pembayaran utang
Contoh = suatu perusahaan membayar utang sebesar
Rp 50.000.000,00
Analisis = transaksi tersebut mempengaruhi utang yaitu
Utang perusahaan berkurang sebesar Rp 50.000.000,00 dan
kas berkurang sebesar Rp 50.000.000,00.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

3. Transaksi yang mempengaruhi Modal


1. Penambahan investasi pemilik
Contoh = Mr. X melakukan penyetoran sebesar Rp 50.000.000,00
ke kas perusahaan sebagai tambahan modal.
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi modal yaitu
modal perusahaan bertambah sebesar Rp 50.000.000,00 dan
kas perusahaan bertambah sebsesar Rp 50.000.000,00.

2. Pengurangan investasi pemilik


Contoh = Mr. T melakukan penarikan uang perusahaan untuk
keperluan pribadi sebesar Rp 25.000.000,-
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi modal yaitu
modal perusahaan berkurang sebesar Rp 25.000.000,- dan
kas berkurang sebesar Rp 25.000.000,-.

E. BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi menyatakan saat pengakuan atas transaksi yang merupakan dasar
pencatatan transaksi tersebut.
Terdapat 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis kas dan basis akrual.

Basis Kas
Suatu transaksi yang diakui dan dicatat berdasarkan saat kas diterima dan
dikeluarkan.

Basis Akrual
Suatu transaksi diakui dan dicatat berdasarkan pengaruh transaksi pada saat kejadian
dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB II
AKUN/PERKIRAAN

B. ATURAN PENCATATAN
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian yang sering terjadi bahwa debet
diartikan sebagai penambahan dan kredit diartikan sebagai pengurangan perlu kita
uraikan arti dari pendebetan dan pengkreditan.

Pendebetan
yang dimaksud dengan mendebet atau pendebetan adalah memasukkan sejumlah
angka dalam sisi debet. Mendebet tidak selalu berarti menambah.

Pengkreditan
yang dimaksud dengan mengkredit atau pengkreditan adalah memasukkan sejumlah
angka dalam sisi kredit. Mengkredit tidak selalu berarti mengurangi.

C. SALDO NORMAL
Saldo normal tiap-tiap akun/perkiraan adalah sebagai berikut:

Perkiraan Saldo Normal Menambah Mengurangi


Aktiva Debet Debet Kredit
Utang Kredit Kredit Debet
Modal Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kredit Kredit Debet
Beban Debet Debet Kredit

Latihan 4

Analisislah, transaksi berikut ini, perkiraan-perkiraan apa saja yang terpengaruh?


1. Pembelian aktiva tetap dengan tunai sebesar Rp. 500.000,-
2. Penjualan aktiva tetap dengan cicilan sebesar Rp. 400.000,-
3. Pelunasan Utang Dagang sebesar Rp. 300.000,-
4. Pembelian Aktiva secara kredit sebesar Rp. 250.000,-
5. Penjualan barang dagang secara kredit sebesar Rp. 100.000,-
6. Pembayaran biaya gaji pegawai sebesar Rp. 200.000,-
7. Penjualan barang dagangan dengan tunai sebesar Rp. 1.000.000,-
8. Penambahan investasi modal oleh pemilik sebesar Rp. 250.000,-
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

9. Pengambilan kas oleh pemilik sebesar Rp. 50.000,-

Jawab:
1. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

2. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

3. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

4. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

5. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

6. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

7. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

8. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

9. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

BAB III
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

JURNAL

A. PENGERTIAN
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari transaksi-transaksi keuangan
dengan menyebutkan akun yang akan didebet atau dikredit disertai jumlahnya masing-
masing dan referensinya.

B. FUNGSI
Jurnal bagi suatu perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Analisis
Yaitu untuk menentukan perkiraan yang di debet dan perkiraan yang dikredit serta
jumlahnya masing-masing.
2. Fungsi Pencatatan
Yaitu untuk mencatat transaksi keuangan dalam kolom debet dan kredit serta
keterangan yang perlu
3. Fungsi Historis
Yaitu untuk mencatat aktivitas perusahaan secara kronologis.

CONTOH
Berikut ini adalah contoh jurnal dari transaksi-transaksi:
1. Pada tanggal 1 Januari 2002 Tuan Raka menyetorkan uang ke dalam perusahaan
sebesar Rp. 500.000.000,- sebagai setoran modal.

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


01-01- Kas 500.000.000
2002 Modal, Tn Raka - 500.000.000
(setoran modal Tn Raka)

2. Pada tanggal 5 Januari 2002 perusahaan membeli sebuah mobil seharga Rp.
150.000.000,- serta tunai.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
05-01- Kendaraan 150.000.000
2002 Kas - 150.000.000
(pembelian kendaraan)

3. Pada tanggal 6 Januari 2002 membeli mesin fotokopi seharga Rp.50.000.000,-


secara kredit.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

06-01- Peralatan 50.000.000


2002 Utang - 50.000.000
(pembelian mesin foto kopi)

4. Pada tanggal 15 Januari 2002 dibayar beban telepon sebesar


Rp.1.000.000,-.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
15-01- Beban telepon 1.000.000
2002 Kas - 1.000.000
(membayar beban telepon)

5. Pada tanggal 18 Januari 2002 diterima pendapatan dari jasa foto


kopi sebesar Rp. 8.000.000,-.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
18-01- Kas 8.000.000
2002 Pendapatan - 8.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

6. Pada tanggal 26 Januari 2002 dibayar asuransi sebesar Rp.


750.000,-.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
20-01- Beban Asuransi 750.000
2002 Kas - 750.000
(membayar beban asuransi)

7. Pada tanggal 21 Januari 2002 perusahaan telah menyelesaikan jasa foto kopi
sebesar Rp.5.000.000,- tetapi uangnya belum diterima
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
21-01- Piutang 5.000.000
2002 Pendapatan - 5.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

BAB VI
PENCATATAN BEBAN DAN PENDAPATAN
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

A. PENCATATAN PEMBAYARAN BEBAN DIBAYAR DIMUKA


Perusahaan kadangkala membayar suatu biaya yang belum terjadi yang lazim
disebut “biaya dibayar dimuka”. Misalnya pada tanggal 1 Oktober 2002,
perusahaan membayar sewa ruangan untuk masa satu tahun ke depan sebesar
Rp 1.200.000,00. Pada saat dibayar, belum seluruh manfaat pembayaran tersebut
dirasakan oleh perusahaan. Terdapat dua pendekatan untuk mencatat
pembayaran itu yaitu ”pendekatan harta” dan ”pendekatan beban”.
Dengan adanya pembayaran tersebut, uang perusahaan berkurang oleh karena
itu menurut kedua pendekatan tersebut, akun ”Kas” dikredit sebesar Rp
1.200.000,00. Perbedaannya terletak pada akun yang didebet.

1. Pendekatan Harta
Akun harta yaitu ”Sewa dibayar di Muka” didebet.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Oktober 1 Sewa Dibayar di Muka - 1.200.000
Kas 1.200.000

Selanjutnya sampai dengan 31 Desember 2002, perusahaan baru


menggunakan ruangan selama 3 bulan, sehingga sewa untuk 3
bulan (Rp 300.000,00) harus dicatat di akun ”Biaya Sewa” untuk
dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Untuk itu dibuat ayat jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 31 Biaya Sewa - 300.000
Sewa Dibayar di Muka 300.000

2. Pendekatan Beban
Akun beban/biaya yaitu ”Beban/Biaya Sewa” didebet.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Oktober 1 Beban Sewa - 1.200.000
Kas 1.200.000
Selanjutnya sampai dengan 31 Desember 2002, perusahaan baru
menggunakan ruangan selama 3 bulan, sehingga sewa untuk 3
bulan (Rp 300.000,00) harus dicatat di akun ”Biaya Sewa” untuk
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Untuk itu dibuat ayat jurnal
penyesuaian sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


2002
Des 31 Sewa Dibayar di Muka - 900.000
Beban Sewa 900.000

B. PENCATATAN PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA


Perusahaan jasa seperti maskapai penerbangan dapat saja suatu saat menerima
uang harga tiket pesawat yang pada saat itu penumpangnya belum diberankatkan.
Jumlah uang yang diterima tersebut nantinya akan menjadi pendapatan setelah
penumpang tersebut diberangkatkan ke tujuan sesuai perjanjian. Dalam akuntansi,
penerimaan uang yang jasanya belum diberikan kepada pihak pembayar disebut
”Pendapatan Diterima Dimuka”. Terdapat 2 cara pencatatan atas ”Pendapatan
Diterima Dimuka”, yaitu: Pendekatan Utang dan Pendekatan Pendapatan.
Misalkan untuk pembahasan berikut, Maskapai Penerbangan SA pada tanggal 1
Desember 2002 menjual tiket pesawat dengan total harga Rp 15.000.000,00.
Sampai dengan 31 Desember 2002 harga tiket atas penumpang yang sudah
diberangkatkan berjumlah Rp 9.000.000,00.

1. Pendekatan Utang
Jurnal yang dibuat adalah mendebet akun Kas dan mengkredit akun Pendapatan
Diterima Dimuka. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan tiket pada tanggal 1
Desember 2002 adalah:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


2002
Des 1 Kas - 15.000.000
Pendapatan Tiket 15.000.000
Diterima Dimuka

Selanjutnya pada tanggal 31 Desember, karena maskapai


penerbangan tersebut telah menerbangkan penumpang dengan nilai
Rp 9.000.000,00 maka perusahaan tersebut akan mengakui
pendapatan tiket sebesar Rp 9.000.000,00. Jumlah ini akan
dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Sementara itu harga tiket
sebesar Rp 6.000.000,00 belum diterbangkan sehingga masih
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

berstatus ”Pendapatan Diterima Dimuka” dan jumlah ini akan


dilaporkan dalam neraca. Untuk itu jurnal yang dibuat adalah:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 1 Pendapatan Tiket Diterima - 9.000.000
Dimuka 9.000.000
Pendapatan Tiket

2. Pendekatan Pendapatan
Dengan pendekatan ini, pada tanggal 1 Desember 2002 dan 31
Desember 2002 adalah:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 1 Kas - 15.000.000
Pendapatan Tiket 15.000.000
Pendapatan tiket - 6.000.000
Pendapatan Tiket Diterima 6.000.000
Dimuka

BAB VII
JURNAL PENYESUAIAN
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

A. PENGERTIAN
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun ke
saldo yang sebenarnya sampai dengan periode akuntansi, atau untuk memisahkan
antara pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode yang lain.

B. AKUN YANG HARUS DISESUAIKAN


Saldo akun yang perlu disesuaikan adalah :

1. Penyusutan/depresiasi aset tetap


Seluruh aset tetap kecuali tanah yang dimiliki perusahaan harus
disusutkan/didepresiasi. Terdapat beberapa metode untuk menyusutkan aset
tetap, salah satunya adalah metode garis lurus.

Contoh :
Sebuah mobil seharga Rp 90.000.000,- diperkirakan umur ekonomisnya adalah 10
tahun, apabila disusutkan menggunakan metode garis lurus maka beban
depresiasinya per tahun adalah:

90.000.000 = Rp 9.000.000; per tahun


10

Jurnal untuk mencatat beban depresiasi tersebut adalah:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12-02 Beban depresiasi 9.000.000
Akumulasi depresiasi 9.000.000
kendaraan
(mencatat depresiasi kendaraan)

Beban dibayar di muka


Contoh :
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Perusahaan membayar asuransi sebesar Rp 750.000 untuk masa 3 tahun yaitu


tahun 2002 s/d 2004. Asumsi pecatatan awal dengan pendekatan beban.

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Asuransi Dibayar di muka 500.000
2002 Beban Asuransi - 500.000

2. Beban yang masih harus dibayar


Contoh :
Suatu perusahaan membayar gaji karyawan setiap awal bulan sebesar Rp
2.000.000; (gaji dibayar di muka)

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Beban Gaji 2.000.000
2002 Utang Gaji - 2.000.000

3. Pendapatan diterima di muka


Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel menerima pembayaran dari tamu hotel
sebesar Rp 750.000 untuk 5 hari.

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Pendapatan 600.000
2002 Pendapatan diterima dimuka - 600.000

4. Piutang Pendapatan
Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel belum menerima pembayaran sewa
kamar sebesar Rp 500.000; karena pembayaran baru dilakukan pada saat check
out.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Piutang Pendapatan 500.000
2002 Pendapatan - 500.000

BAB X
JURNAL PENUTUP DAN JURNAL BALIK

A. PENGERTIAN
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Jurnal Penutup adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk
menutup akun-akun nominal/sementara.
Akibat penutupan ini maka akun–akun ini pada awal periode akuntansi saldonya nol.

B. JURNAL PENUTUP
Terdapat 4 (empat) jurnal penutup yang harus dibuat yaitu:
1. Menutup akun Pendapatan
Akun Debet Kredit
Pendapatan xxx
Ikhtisar Rugi/Laba xxx

2. Menutup akun Beban


Akun Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Beban xxx

3. Menutup akun Ikhtisar Rugi/Laba


Akun Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Modal xxx

4. Menutup akun Prive


Akun Debet Kredit
Modal xxx
Prive xxx

C. CONTOH

Berikut adalah data laporan Rugi laba suatu perusahaan:

Pendapatan……………………………………………………. Rp. 12.900.000,-


Beban pendapatan…………………………………………… Rp. 1.000.000,-
Beban asuransi…………………………………………… Rp. 250.000,-
Beban depresiasi…………………………………………… Rp. 9.000.000,-
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Beban gaji..…………………………………………………… Rp. 2.000.000,-

Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:

JURNAL PENUTUP

Akun Debet Kredit


Menutup Pendapatan:

Pendapatan 12.900.000
Ikhtisar Rugi/Laba 12.900.000

Menutup Beban:

Ikhtisar Rugi/Laba 12.250.000


Beban telepon 1.000.000
Beban asuransi 250.000
Beban depresiasi 9.000.000
Beban gaji 2.000.000

Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:

Ikhtisar Rugi/Laba 650.000


Modal 650.000

E. REVERSING ENTRIES (JURNAL BALIK)


Jurnal balik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode sebagai kebalikan dari
sebagian jurnal penyesuaian pada akhir periode sebelumnya. Jurnal ini bersifat
opsional namun jika dilakukan memberikan manfaat. Tidak semua ayat jurnal
penyesuaian dilakukan reversing entries. Jurnal penyesuian yang dibalik adalah:
1. Utang biaya
2. Piutang Pendapatan
3. Pendapatan Diterima Dimuka jika digunakan pendekatan pendapatan
4. Biaya Dibayar Dimuka jika digunakan pendekatan beban (biaya)
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini disajikan ikhtisarnya saja sebagai berikut:

No. Jenis AJP Ayat Jurnal Penyesuian Jurnal Balik


1. Utang Biaya Biaya gaji xxx Utang Gaji xxx
Utang gaji xxx Biaya Gaji xxx
2. Piutang Bunga Piutang bunga xxx Pendapatan bunga xxx
Pendapatan bunga xxx Piutang bunga xxx
3. Pendapatan Pendapatan tiket xxx Pendapatan tiket DD xxx
diterima dimuka Pendapatan tiket DD xxx Pendapatan tiket xxx
4. Biaya dibayar Sewa dibayar dimuka xxx Beban Sewa xxx
dimuka Beban sewa xxx Sewa dibayar dimuka xxx

BAB XIII
AKUNTANSI PERSEDIAAN

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN DAN CARA PENCATATAN

Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan
untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang
akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem
Periodik dan Sistem Perpetual.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-
debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas.
Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok
Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan
menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang.

Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal
untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun,
persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan
ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual,
persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu
periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat
jurnal penyesuaian. Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan
mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua
didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya
mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba
Rugi. Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.

Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum
mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut,
penerimaan dan pemberian diskon.

Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual


1. Membeli barang Pembelian 10.000 Persediaan Brg Dag 10.000
dagangan secara Hutang 10.000 Hutang 10.000
kredit Rp 10.000

2. Retur pembelian Rp Hutang 500 Hutang 500


500 Retur Pembelian 500 Persediaan Brg Dag 500

3. Terdapat barang yang Piutang/Kas 4.000 Piutang/Kas 4.000


dijual. Harga jual Rp Penjualan 4.000 Penjualan 4.000
4.000 dan harga HPP 1.500
pokok barang Rp Persediaan Brg Dag 1.500
1.500
4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui
fisik karena tanpa inventarisasi fisik persediaan, namun inventarisasi perlu
barang, tidak dapat diketahui dilakukan
persediaan yang ada
Misalkan menurut Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama
perhitungan fisik pada Ikhtisar L/R 150 dengan saldo rekening persediaan,
akhir tahun saldo Persediaan B.D. 150 perusahaan perlu membuat jurnal, jika
persediaan Rp 200 sama tidak perlu membuat jurnal.
dan pada awal tahun Persediaan B.D 200
Rp 150. Ikhtisar L/R 200

B. MENENTUKAN NILAI DARI PERSEDIAAN AKHIR

Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian
berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di
gudang.

Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2006
sebagai berikut:

Januari 1 Persediaan 200 unit @ Rp10 = Rp 2.000


12 Pembelian 400 unit @ Rp12 = Rp 4.800
26 Pembelian 300 unit @ Rp11 = Rp 3.300
30 Pembelian 100 unit @ Rp13 = Rp 1.300

Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2006 adalah
300 unit. Tentukan:
a. Persediaan per 31 Januari 2006.
b. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2006.

Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300
+ 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena
harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir
sebagai berikut:
a. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang
pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang termuda/terakhir.

b. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama
kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal.

c. Everage, pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang
sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-
ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem
perpetual.
a. Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik
1) FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800
100 unit @ Rp 11 = Rp 1.100
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Harga pokok penjualan Rp 7.900


Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26
dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut:
200 unit @ Rp 11 = Rp 2.200
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
Persediaan akhir Rp 3.500

2) LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300
300 unit @ Rp12 = Rp 3.600
Harga pokok penjualan Rp 8.200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian
tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200
Persediaan akhir Rp 3.200

3). Metode Rata-rata


Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat
perhitungan sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah


Jan 1 Persediaan 200 Rp 10 Rp 2.000
12 Pembelian 400 Rp 12 Rp 4.800
26 Pembelian 300 Rp 11 Rp 3.300
30 Pembelian 100 Rp 13 Rp 1.300
Jumlah 1,000 Rp 11.400
Rata-rata = Rp11.400 : 1.000 Rp 11,4
Harga pokok penjualan = 700 x Rp 11,4 = Rp 7.980
Persediaan akhir = 300 x Rp11,4 = 3.240

b. Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual


Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok
barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual
barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang
disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk
persediaan yang nilainya tinggi.

Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit
Jan. 1 Persediaan 200 Rp 10
12 Pembelian 400 Rp 12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 Rp 11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 Rp 13

Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:


Dibeli Dipakai Persediaan
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Tgl Ket
Jan 1 Persediaan 200 10 2.000
12 Pembelian 400 12 4.800 200 10 2.000
400 12 4.800
17 Dijual 200 10 2.000 300 12 3.600
100 12 1.200
26 Pembelian 300 11 3.300 300 12 3.600
300 11 3.300
27 Dijual 200 12 2.400 100 12 1.200
300 11 3.300
28 Dijual 100 12 1.200 100 11 1.100
200 11 2.200
30 Pembelian 100 13 1.300 100 11 1.100
100 13 1.300

C. MENAKSIR NILAI PERSEDIAAN

Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem


perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu
macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan
harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan
keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian
atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang
terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.

Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat


dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba
kotor.

1. Metode Harga Eceran


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga


eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga
eceran. Contoh:

Harga Pokok (Cost) Harga Eceran


Persediaan 1 Januari 2005 Rp 60.000 Rp 100.000
Pembelian Januari 2005 Rp 540.000 Rp 900.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 600.000 Rp 1.000.000
% Cost thd Harga Eceran=
(600.000 : 1.000.000) x 100% = 60%
Penjualan Rp 700.000
Persediaan akhir Rp 300.000

Nilai cost persediaan akhir = 60% x Rp 300.000 = Rp 180.000


2. Metode Laba Kotor
Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan
pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok
barang yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan harga
pokok penjualan, penjualan yang telah dicatat dalam rekening penjualan
dikurangi dengan laba kotornya. Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-
nya. Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor tahun-tahun
sebelumnya. Misalkan persediaan awal tahun 2005 Rp 100.000 pembelian
selama bulan Januari Rp 1.200.000 dan penjualan selam bulan Januari
menurut rekening buku besar Rp 90.000 dan laba kotor 20% dari harga jual,
maka persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2005 Rp 100.000
Pembelian Januari 2005 Rp 1.200.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 1.300.000
Penjualan Rp 900.000
Laba Kotor (20% x Rp 900.000) Rp 180.000
Harga pokok barang yang dijual Rp 720.000
Persediaan akhir Rp 580.000

D. MENYAJIKAN NILAI PERSEDIAAN DI NERACA

Nilai yang disajikan di neraca dapat saja nilai costnya seperti yang telah ditentukan
dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang disajikan di neraca dapat juga
nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara cost dengan harga
pasarnya.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost
dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan
dengan cost Rp 1.000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut
adalah Rp 900, maka yang disajikan di neraca adalah Rp 900. Jika harga pasar
barang tersebut adalah Rp 1.100, maka yang disajikan di neraca adalah costnya
yaitu Rp 1.000.

BAB XIV
AKUNTANSI AKTIVA TETAP

A. KLASIFIKASI
Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam
operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan.

E. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP


Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet
akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan
untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar Rp 5.000, maka jurnal yang dibuat adalah:

Tgl. Akun Debet Kredit


2005
Des 31 Beban Penyusutan 5.000
Akumulasi Penyusutan 5.000
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan
akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.

Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan
depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva
tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
a. cost dari aktiva tetap,
b. umur ekonomis aktiva tetap,
c. nilai residu, dan
d. pola penggunaan aktiva tetap.
F. METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
 Metode Garis Lurus
 Metode Saldo Menurun
 Metode Jumlah Angka Tahun
 Metode Unit Input
 Metode Unit Output
1. Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara,
yaitu:
1) (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp
16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa
Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung
sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
2) Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh
dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan
sebagai berikut:
(a) Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% :
5 = 20%.
(b) Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp
3.000.000,00.

2. Metode Saldo Menurun


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase


penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun,
maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening
aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun
pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya
adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan %
penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari
2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun.
Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
= 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai
Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarip)n
= Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.
3. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika
umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke
1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut.
Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun
penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh
karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada
awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya
adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000.
Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:

Tahun ke Perhitungan Jumlah


1 5/15 (16.000.000 – 1.000.000) 5.000.000
2 4/15 (16.000.000 – 1.000.000) 4.000.000
3 3/15 (16.000.000 – 1.000.000) 3.000.000
4 2/15 (16.000.000 – 1.000.000) 2.000.000
5 1/15 (16.000.000 – 1.000.000) 1.000.000
4. Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input
yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan
dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap
tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001
dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam
dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000
jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)


Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk
yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output
(jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir.
Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak
200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan
selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000
G. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah
mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah
disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00.
Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. Akun Debet Kredit
2001
Mar 24 Beban Penyusutan Mesin 150.000
Akumulasi Penyusutan Mesin 150.000
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Membuang aktiva tetap


Tgl. Akun Debet Kredit
2001
Mar 24 Akumulasi Penyusutan Mesin 4.900.000
Kerugian Penghentian Mesin 1.100.000
Aktiva Tetap 6.000.000

You might also like