Professional Documents
Culture Documents
Perbankan Syari’ ah
Disusun Oleh
Kelompok 3
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah yang Mahakuasa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Agama Islam yang
berjudul “Perbankan Syariah”. Makalah ini disusun sebagai tugas yang diberikan
oleh guru Agama Islam kepada siswa.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Tina Eryani, S. Pdi selaku
guru pembimbing dalam pembelajaran Agama Islam dan anggota kelompok yang
kooperatif selama kerja kelompok berlangsung.
Dalam makalah ini, penulis seringkali menemui hambatan dan kesulitan.
Namun, penulis telah berusaha menyelesakan makalah ini sebaik mungkin dengan
harapan laporan hasil kegiatan ini dapat menambah informasi dan pengetahuan
para pemabaca.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan
masukan agar dapat menyempurnakan dan memperbaiki laporan yang akan
dibuat di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
a. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kelima dengan populasi terbesar di dunia
sekaligus negara pertama dengan populasi muslim terbesar di dunia. Faktor
kuantitas ini ternyata belum beriring dengan pengembangan kualitas
individunya terutama pendidikan sebagai sumber daya manusia. Hal ini tentu
akan bertolakbelakang dengan kenyataan bahwa perkembangan teknologi dan
komunikasi pada zaman ini sudah semakin cepat. Hal ini menyadarkan
banyak pihak bahwa membangun sebuah sistem pendidikan ekonomi syariah
menjadi sebuah keniscayaan bagi perkembangan ekonomi syariah ke depan.
Sehingga, ekonomi syariah tidak lagi tenggelam dan mampu terus berkembang
menjadi sebuah sistem yang relevan.
Pada dasarnya perkembangan yang terjadi di bank syariah Indonesia
merupakan satu sarana dalam menyampaikannya kepada masyarakat bahwa suatu
sistem ekonomi Islam merupakan alternatif yang dapat menggantikan sistem
ekonomi konvensional yang lebih mendukung pada kegiatan ekonomi yang baik
dan dapat meninggalkan unsur riba. Karena sistem ini menganut pada prinsip
maqasid syariah yaitu suatu prinsip ekonomi yang mewujudkan kebaikan dan
menghindari keburukan dengan cara memelihara unsur agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta.
Kebanyakan masyarakat tidak terlalu faham tentang praktek riba baik
menurut hukum dasar, jenis riba, ataupun dampaknya dalam kehidupan. Sehingga
masih saja ada yang menggunakan praktek riba dalam kegiatan ekonominya
dengan maksud mengambil keuntungan. Dalam penerapan sistem ekonomi,
masyarakat perlu memperhatikan praktek riba yang digunakan dalam kehidupan
perekonomian. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, maka kita harus
memahami tentang hukum-hukum yang ada di dalamnya.
Dalam Al-Qur’an Allah telah berfirman bahwasannya Allah melarang riba
dan menghalalkan jual beli, yang mana hal tersebut telah dijelaskan dalam Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 275-279 yang artinya:
“ Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al
Baqarah: 276)
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al
Baqarah: 278)
“ Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al Baqarah: 279)
Penjelasan diatas tidak jauh beda dengan hadits-hadits yang membahas tentang
riba, yang artinya:
“ Rasulullah saw telah melaknat dan mengutuk orang yang memakan riba
(kreditur) dan orang yang memberi makan orang lain dengan riba (debitur).
Rasulullah juga mengutuk pegawai yang mencatat transaksi riba dan saksi-
saksinya. Nabi saw bersabda, ‘ Mereka semuanya sama’.” (HR. Muslim)
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bank Syari’ah?
2. Bagaimana perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syaria’ah?
3. Bagaimna cara Bank Syari’ah bebas dari bunga atau riba?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bank Syari’ah.
2. Untuk mengetahui perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah..
3. Untuk menegtahui cara Bank Syari’ah bebas dari bunga ataau riba.
d. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan
menuntaskan tugas yang diberikan guru.
Bab II
Pembahasan
Jenis-jenis Al-Mudharabah
Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muqayyadah
2. Musyarakah
Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk
umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih menyumbangkan
pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan
dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang
mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berarti mencampur.
Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata
syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan
(masdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al Munawar)
Menurut arti asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau
lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya, (An-
Nabhani). Adapun menurut makna syara’, syirkah adalah suatu akad antara 2
pihak atau lebih yang menyetujui untuk melakukan kerja sama dengan tujuan
memperoleh keuntungan. (An-Nabhani).
3. Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu.
Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah,
karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga1. Secara harfiah,
Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendakinya.
4. Qardul Hasana
5. Murabahah
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Hukum jual beli adalah
mubah, artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
2. Menghindari riba.
Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu:
3.2 Saran
Kita sebagai umat muslim agar memperhatikan hukum muamalah dan tata cara
jual beli yang sah menurut agama islam. Dan kita juga harus memperhatikan riba
yang terkandung didalam hal jual beli tersebut, karena terdapat hadist yang
mengharamkan riba dalam islam