You are on page 1of 7

CUKUP DUA RAKAAT SHALAT SUNNAH DHUHA Faedah dari Hadits:

sudah bersedekah dengan seluruh persendian. 1. Dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dalam
rangka bersyukur atas nikmat Allah karena Allah
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan telah memberikan keselamatan dan jauh dari bala
Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir Hadits # 1432 (bencana).
– ِ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫ أَ َّن َر‬: – ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَ ِبي ذَ ٍّر – َر‬ َ ‫َو‬ 2. Banyaknya pintu kebaikan dan ketaatan, contohnya
adalah dzikir kepada Allah, amar ma’ruf nahi
‫علَى ُك ٍِّل‬
َ ‫صبِ ُح‬ ْ ُ‫ (( ي‬: ‫ قَا َل‬، – ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ mungkar.
‫ َو ُك ُّل‬، ٌ‫صدَقة‬
َ ‫ فَ ُك ُّل تَ ْس ِبي َحة‬: ٌ‫صدَقة‬ َ ‫سالَ َمى ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم‬ ُ 3. Keutamaan shalat Dhuha, yang menjaganya
termasuk golongan orang yang awwab (kembali
ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ َو ُك ُّل تَ ْك‬، ٌ‫صدَقَة‬
َ ‫بيرة‬ َ ‫ َو ُك ُّل تَ ْه ِليلة‬، ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ت َ ْحميدَة‬ kepada Allah).
، ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ع ِن ال ُم ْن َك ِر‬
َ ‫ي‬ ٌ ‫ َونَ ْه‬، ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫وف‬ ِ ‫ َوأَ ْم ٌر ِبال َم ْع ُر‬، 4. Luasnya rahmat Allah kepada hamba-Nya karena jika
seorang hamba tidak mampu bersedekah setiap
ُ‫ض َحى )) َر َواه‬ ِ َ ‫ئ ِم ْن ذَ ِل َك َر ْكعَت‬
ُّ ‫ان يَ ْر َكعُ ُه َما ِمنَ ال‬ ُ ‫َويُ ْج ِز‬ harinya seperti itu, maka bisa dicukupkan dengan dua
‫ُم ْس ِل ٌم‬ rakaat shalat Dhuha.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alihi
Referensi:
wa sallam bersabda, “Pada pagi hari diharuskan bagi
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan
seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah.
pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.
Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai
Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 1:178.
sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa
sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)
URUSAN MUDAH DENGAN SHALAT DHUHA
bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu
Di antara keutamaan Shalat Dhuha, bisa
akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar
mempermudah urusan setiap muslim sebagaimana
ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
pelajaran dari hadits dari Nu’aim bin Hammar Al-
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua
Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat
‘alaihi wa sallam bersabda,
Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim, no. 720).
ِ ‫ار أ َ ْك ِف َك‬
ُ‫آخ َره‬ ِ ‫ت ِم ْن أ َ هو ِل النه َه‬
ٍ ‫ع ْن أ َ ْربَعِ َر َك َعا‬
َ ‫ع هز َو َج هل يَا ابْنَ آ َد َم الَ تَ ْع ِج ْز‬ ‫قَا َل ه‬
َ ُ‫َّللا‬
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah ُ ‫ض َحاؤُك َو ْالبَ َها بَ َهاؤُ ك َو ْال َج َما ُل َج َمالُك َو ْالقُ هوة ُ قُ هوتُك َو ْالقُد َْرة‬
َ ‫ض َحى‬ ُّ ‫إن ال‬ ‫الله ُه هم ه‬
engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di ‫ص َمتُك‬ْ ‫ص َمةُ ِع‬ ْ ‫قُد َْرتُك َو ْال ِع‬
waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir “Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa baha-uka,
siang.” (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud, no. 1289, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal
Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451. Syaikh Al-Albani qudrota qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka”?
dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa Jawab:
hadits ini shahih.) Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa
‘ala alihi wa shohbih, amma ba’du:
Bacaan Bada Shalat Dhuha Do’a ini disebutkan oleh Asy-Syarwani dalam Syarh Al-
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Minhaj dan Ad-Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin, namun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat do’a ini tidak dikatakan sebagai hadits. Kami pun tidak
Dhuha, beliau mengucapkan, menemukan dalam berbagai kitab yang menyandarkan
‫الر ِحي ِْم‬
‫اب ه‬ َ ‫ ِإنه َك أَ ْن‬،‫ي‬
ُ ‫ت الت ه هو‬ َ ْ‫ َوتُب‬،‫الله ُه هم ا ْغ ِف ْر ِلي‬
‫علَ ه‬ do’a ini sebagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“ALLOHUMMAGHFIR-LII WA TUB ‘ALAYYA, INNAKA Wallahu a’lam.
ANTAT TAWWABUR ROHIIM (artinya: Ya Allah, [Fatwa Mufti Markaz Al Fatawa – Asy Syabkah Al
ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Islamiyah, Dr ‘Abdullah Al-Faqih, Fatwa no. 53488, 1
Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Sya’ban 1425]
Penyayang) sampai beliau membacanya seratus kali.” Kesimpulannya, do’a di atas bukanlah do’a yang asalnya
(HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 619. Syaikh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
sanadnya shahih.) Setiap orang pasti senang untuk melakukan amalan sedekah.
Bahkan kita pun diperintahkan setiap harinya untuk bersedekah
Doa “Allahumma innadhuha dhuha-uka …”, Shahihkah? dengan seluruh persendian. Ternyata ada suatu amalan yang
bisa menggantikan amalan sedekah tersebut yaitu shalat dhuha.
Tanya: Simak saja pembahasan berikut ini.
Wahai Syaikh, apakah do’a ini adalah do’a yang shahih
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibaca
ketika shalat Dhuha’, Keutamaan Shalat Dhuha
Di antara keutamaannya, shalat Dhuha dapat menggantikah “Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki
kewajiban sedekah seluruh persendian kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan,
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh
‫ص َدقَةٌ َو ُك ُّل ت َ ْه ِليلَ ٍة‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو ُك ُّل تَحْ ِمي َد ٍة‬ َ ‫ص َدقَةٌ فَ ُك ُّل ت َ ْس ِبي َح ٍة‬ َ ‫سالَ َمى ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم‬ ُ ‫علَى ُك ِل‬ َ ‫صبِ ُح‬ ْ ُ‫ي‬ persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
َ‫ئ ِم ْن َذ ِلك‬ ُ ‫ص َدقَةٌ َويُجْ ِز‬ َ ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ‫ى‬ ٌ ‫ص َدقَةٌ َونَ ْه‬ َ ‫وف‬ ِ ‫ص َدقَةٌ َوأ َ ْم ٌر ِب ْال َم ْع ُر‬
َ ٍ‫يرة‬ َ ِ‫ص َدقَةٌ َو ُك ُّل ت َ ْكب‬ َ sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau
‫ض َحى‬ ُّ ‫ال‬ ‫ع‬ َ
َ‫َر َ ِ َ ْ ُ ُ َ مِن‬
‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ان‬ َ ‫ت‬ ‫ع‬ ْ
‫ك‬ menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua
kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) raka’at.”[3]
bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa An Nawawi mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang
sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha
sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat
bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at.”[4]
kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari Asy Syaukani mengatakan, “Hadits Abu Dzar dan hadits
kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”[1] kedudukan yang mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua
sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360
kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini dapat dikerjakan rutin dan terus menerus.”[5]
‫ص ٍل‬ ِ ‫علَى ِستِينَ َوثَالَثِ َمائ َ ِة َم ْف‬ َ ‫ان ِم ْن بَنِى آ َد َم‬ ٍ ‫س‬ َ ‫إِنههُ ُخلِقَ ُك ُّل إِ ْن‬ Keutamaan shalat Dhuha lainnya disebutkan dalam hadits
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan berikut,
dalam keadaan memiliki 360 persendian.”[2] ‫ع هز‬ ‫ يَقُو ُل « قَا َل ه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫س ِم َع َر‬ َ َ‫ار ْالغ‬
َ ُ‫طفَانِ ِى أَنهه‬ ٍ ‫ع ْن نُعَي ِْم ب ِْن َه هم‬َ
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu .» ُ‫آخ َره‬ ْ َ َ
ِ ‫ت ِم ْن أ هو ِل النه َه‬
ِ َ‫ار أكفِك‬ َ َ ‫َو َج هل يَا ابْنَ آ َد َم الَ ت َ ْع ِج ْز‬
ٍ ‫ع ْن أ ْربَعِ َر َكعَا‬
‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan 360 persendian ini Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar
dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala
pula dalam hadits berikut, berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan
‫ان ِستُّونَ َوثَالَث ُ ِمائ َ ِة‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ يَقُو ُل « فِى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َ ‫اإل ْن‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫أَبِى ب َُر ْي َدة َ يَقُو ُل‬ empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu
ِ‫َّللا‬
‫سو َل ه‬ ُ ‫يق َذلِكَ يَا َر‬ ُ ‫ قَالُوا فَ َم ِن الهذِى ي ُِط‬.» ً‫ص َدقَة‬ َ ‫ص ٍل ِم ْن َها‬ ِ ‫ع ْن ُك ِل َم ْف‬ َ َ‫صدهق‬ َ َ ‫ص ٍل فَ َعلَ ْي ِه أ َ ْن يَت‬ ِ ‫َم ْف‬ akan mencukupimu di akhir siang.”[6]
‫ض َحى‬ ُّ ‫ق فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْقد ِْر فَ َر ْك َعت َا ال‬ ‫ه‬
ِ ‫ع ِن الط ِري‬ َ ‫ش ْى ُء تُن َِحي ِه‬ َ ْ
‫عة فِى ال َمس ِْج ِد ت َ ْدفِنُ َها أ ِو ال ه‬ ُ َ ‫قَا َل « النُّخَا‬ Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits
» َ‫ع ْنك‬ َ ‫ئ‬ ُ ‫تُجْ ِز‬ ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan
“Dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha
dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun dengan pandangan mata- hingga mendekati waktu zawal. Lalu
akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya beliau jelaskan bahwa waktunya dimulai kira-kira 20 menit
bisa lebih luas dari itu.”[7] setelah matahari terbit, hingga 10 atau 5 menit sebelum matahari
Hukum Shalat Dhuha bergeser ke barat.[12] Sedangkan Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi
Menurut pendapat yang paling kuat, hukum shalat Dhuha Fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan bahwa waktu awal shalat
adalah sunnah secara mutlaq dan boleh dirutinkan. Dalil yang Dhuha adalah sekitar 15 menit setelah matahari terbit.[13]
menunjukkan hal ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan Jadi, silakan disesuaikan dengan terbitnya matahari di masing-
shalat Dhuha yang telah disebutkan. Begitu pula shalat Dhuha, masing daerah dan kami tidak bisa memberitahukan jam pastinya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wasiatkan kepada Abu Hurairah shalat Dhuha tersebut dimulai dan berakhir. Dan setiap hari
untuk dilaksanakan. Nasehat kepada Abu Hurairah pun berlaku waktu terbit matahari pun berbeda.
bagi umat lainnya. Abu Hurairah mengatakan, Sedangkan waktu utama mengerjakan shalat Dhuha adalah di
َ ‫صيَ ِام ثَالَث َ ِة أَي ٍهام ِم ْن ُك ِل‬
‫ َو َر ْكعَت َِى‬، ‫ش ْه ٍر‬ ٍ َ‫صانِى َخ ِلي ِلى – صلى هللا عليه وسلم – بِثَال‬
ِ ‫ث‬ َ ‫أ َ ْو‬ akhir waktu[14], yaitu keadaan yang semakin panas. Dalilnya
َ ‫ َوأ َ ْن أُوتِ َر قَ ْب َل أ َ ْن أَن‬، ‫ض َحى‬
‫َام‬ ُّ ‫ال‬ adalah,
“Kekasihku –yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ‫ع ِل ُموا أ َ هن ال ه‬
َ ‫صالَة َ فِى‬
‫غي ِْر َه ِذ ِه‬ َ ‫ض َحى فَقَا َل أ َ َما لَقَ ْد‬
ُّ ‫صلُّونَ ِمنَ ال‬
َ ُ‫أ َ هن زَ ْي َد بْنَ أ َ ْرقَ َم َرأَى قَ ْو ًما ي‬
mewasiatkan tiga nasehat padaku: [1] Berpuasa tiga hari setiap ‫ض‬ ُ ‫صالَة ُ األ َ هوابِينَ ِحينَ ت َْر َم‬
َ « ‫ قَا َل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫سو َل ه‬ ُ ‫ إِ هن َر‬.ُ‫ضل‬ َ ‫ع ِة أ َ ْف‬
َ ‫سا‬
‫ال ه‬
bulannya, [2] Melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at, dan [3] .» ‫صا ُل‬ َ ‫ْال ِف‬
Berwitir sebelum tidur.”[8] Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat
Asy Syaukani mengatakan, “Hadits-hadits yang menjelaskan Dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak
dianjurkannya shalat Dhuha amat banyak dan tidak mungkin mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini,
mencacati satu dan lainnya.”[9] ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
Sedangkan dalil bahwa shalat Dhuha boleh dirutinkan adalah sallam bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (nama lain
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah , untuk shalat Dhuha yaitu shalat untuk orang yang taat atau
‫َّللاِ تَعَالَى أَد َْو ُم َها َوإِ ْن قَ هل‬
‫أ َ َحبُّ األ َ ْع َما ِل ِإلَى ه‬ kembali untuk taat[15]) adalah ketika anak unta merasakan terik
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan matahari.”[16]
yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan An Nawawi mengatakan, “Inilah waktu utama untuk
suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk melaksanakan shalat Dhuha. Begitu pula ulama Syafi’iyah
merutinkannya. [10] mengatakan bahwa ini adalah waktu terbaik untuk shalat Dhuha.
Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha Walaupun boleh pula dilaksanakan ketika matahari terbit hingga
Shalat Dhuha dimulai dari waktu matahari meninggi hingga waktu zawal.”[17]
mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke barat).[11] Syaikh Jumlah Raka’at Shalat Dhuha
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa
waktunya adalah mulai dari matahari setinggi tombak –dilihat
Jumlah raka’at shalat Dhuha, minimalnya adalah dua raka’at mengerjakan shalat Dhuha sebelum berangkat kantor. Lihat
sedangkan maksimalnya adalah tanpa batas, menurut pendapat penjelasan waktu shalat Dhuha yang kami terangkan di atas.
yang paling kuat[18]. Jadi boleh hanya dua raka’at, boleh empat Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah
raka’at, dan seterusnya asalkan jumlah raka’atnya genap. Namun menjelaskan, “Tidak selayaknya bagi seorang pegawai
jika ingin dilaksakan lebih dari dua raka’at, shalat Dhuha tersebut melalaikan pekerjaan dari atasan yang hukumnya lebih wajib dari
dilakukan setiap dua raka’at salam. sekedar melaksanakan shalat sunnah. Shalat Dhuha sudah
Dalil minimal shalat Dhuha adalah dua raka’at sudah dijelaskan diketahui adalah shalat sunnah. Oleh karenanya, hendaklah
dalam hadits-hadits yang telah lewat. Sedangkan dalil yang seorang pegawai tidak meninggalkan pekerjaan yang jelas lebih
menyatakan bahwa maksimal jumlah raka’atnya adalah tak wajib dengan alasan ingin melaksanakan amalan sunnah.
terbatas, yaitu hadits, Mungkin pegawai tersebut bisa melaksanakan shalat Dhuha di
‫ص ِلى‬
َ ُ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ُ ‫شةَ – رضى هللا عنها – َك ْم َكانَ َر‬
ِ ‫سو ُل ه‬ َ ِ‫عائ‬َ ‫ت‬ ْ َ‫سأَل‬
َ ‫ُمعَا َذة ُ أَنه َها‬ rumahnya sebelum ia berangkat kerja, yaitu setelah matahari
ٍ ‫ت أ َ ْربَ َع َر َكعَا‬
.‫ت َويَ ِزي ُد َما شَا َء‬ ْ َ‫ض َحى قَال‬ ُّ ‫صالَة َ ال‬ َ setinggi tombak. Waktunya kira-kira 15 menit setelah matahari
Mu’adzah pernah menanyakan pada ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- terbit.” Demikian Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah no. 19285.[20]
berapa jumlah raka’at shalat Dhuha yang dilakukan oleh Bolehkah Melaksanakan Shalat Dhuha secara Berjama’ah?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? ‘Aisyah menjawab, Mayoritas ulama ulama berpendapat bahwa shalat sunnah boleh
“Empat raka’at dan beliau tambahkan sesuka beliau.”[19] dilakukan secara berjama’ah ataupun sendirian (munfarid)
Bolehkah Seorang Pegawai (Bawahan) Melaksanakan Shalat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan dua
Dhuha? cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara
Mungkin setiap pegawai punya keinginan untuk melaksanakan sendirian (munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu
shalat Dhuha. Namun perlu diperhatikan di sini bahwa ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat bersama Hudzaifah;
melaksanakan tugas kantor tentu lebih utama daripada bersama Anas, ibunya dan seorang anak yatim; beliau juga
melaksanakan shalat Dhuha. Karena menunaikan tugas dari pernah mengimami para sahabat di rumah ‘Itban bin Malik[21];
atasan adalah wajib sedangkan shalat Dhuha adalah amalan beliau pun pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu
yang sunnah. Maka sudah seharusnya amalan yang wajib lebih ‘Abbas.[22]
didahulukan dari amalan yang sunnah. Hal ini berbeda jika kita Ibnu Hajar Al Asqolani ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas
menjalankan usaha sendiri (wirausaha) atau kita adalah pemilik yang berada di rumah Maimunah dan melaksanakan shalat
perusahaan, tentu sekehendak kita ingin menggunakan waktu. malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
Sedangkan kalau kita sebagai bawahan atau pegawai, kita tentu rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan
terikat aturan pekerjaan dari atasan. dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara berjama’ah.”[23]
Maka kami nasehatkan di sini, agar setiap pegawai lebih An Nawawi tatkala menjelaskan hadits mengenai qiyam
mendahulukan tanggung jawabnya sebagai pegawai daripada Ramadhan (tarawih), beliau rahimahullah mengatakan, “Boleh
menunaikan shalat Dhuha. Sebagai solusi, pegawai tersebut bisa mengerjakan shalat sunnah secara berjama’ah. Namun pilihan
yang paling bagus adalah dilakukan sendiri-sendiri (munfarid) dilakukan di rumah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
kecuali pada beberapa shalat khusus seperti shalat ‘ied, shalat wa sallam,
kusuf (ketika terjadi gerhana), shalat istisqo’ (minta hujan), begitu َ‫صالَة ُ ْال َم ْر ِء ِفى بَ ْيتِ ِه إِاله ْال َم ْكتُو َبة‬
َ ‫صالَ ِة‬ َ ‫ فَإ ِ هن أ َ ْف‬، ‫اس ِفى بُيُو ِت ُك ْم‬
‫ض َل ال ه‬ ُ ‫صلُّوا أَيُّ َها النه‬
َ َ‫ف‬
pula dalam shalat tarawih menurut mayoritas ulama.”[24] “Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di
Ada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan pada Syaikh rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengenai di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731)
hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat sunnah) dengan 2. Terdapat shalat sunnah tertentu yang disyari’atkan secara
berjama’ah. Syaikh rahimahullah menjawab, berjama’ah seperti shalat tarawih.
“Apabila seseorang melaksanakan shalat sunnah terus menerus 3. Shalat sunnah selain itu –seperti shalat Dhuha dan shalat
secara berjama’ah, maka ini adalah sesuatu yang tidak tahajud- lebih utama dilakukan secara munfarid dan boleh
disyari’atkan. Adapun jika dia melaksanakan shalat sunnah dilakukan secara berjama’ah namun tidak rutin atau tidak terus
tersebut kadang-kadang secara berjama’ah, maka tidaklah menerus, akan tetapi kadang-kadang.
mengapa karena terdapat petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi 4. Jika memang ada maslahat untuk melakukan shalat sunnah
wa sallam mengenai hal ini seperti shalat malam yang beliau secara berjama’ah seperti untuk mengajarkan orang lain, maka
lakukan bersama Ibnu ‘Abbas[25]. Sebagaimana pula beliau lebih utama dilakukan secara berjama’ah.
pernah melakukan shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu Demikian penjelasan singkat dari kami mengenai shalat Dhuha.
‘anhu dan anak yatim di rumah Ummu Sulaim[26], dan masih ada Semoga bermanfaat.
contoh lain semisal itu.”[27] Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
Namun kalau shalat sunnah secara berjama’ah dilakukan dalam menjadi sempurna.
rangka pengajaran, maka ini diperbolehkan karena ada maslahat. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Ibnu Hajar ketika menjelaskan shalat Anas bersama anak yatim Artikel https://rumaysho.com
di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berjama’ah, Disempurnakan di Panggang, Gunung Kidul, 24 Dzulhijah 1430 H
beliau mengatakan, “Shalat sunnah yang utama adalah dilakukan
secara munfarid (sendirian) jika memang di sana tidak ada
maslahat seperti untuk mengajarkan orang lain. Namun dapat [1] HR. Muslim no. 720.
dikatakan bahwa jika shalat sunnah secara berjama’ah dilakukan [2] HR. Muslim no. 1007.
dalam rangka pengajaran, maka ini dinilai lebih utama, lebih-lebih [3] HR. Ahmad, 5/354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
lagi pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang bertugas bahwa hadits ini shahih ligoirohi.
untuk memberi contoh pada umatnya, -pen).” [4] Syarh Muslim, An Nawawi, 5/234, Dar Ihya’ At Turots, cetakan
Intinya adalah: kedua, 1392.
1. Shalat sunnah yang utama adalah shalat sunnah yang [5] Nailul Author, Asy Syaukani, 3/77, Idaroh At Thob’ah Al
dilakukan secara munfarid (sendiri) dan lebih utama lagi Munirah.
[6] HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, [25] Hadits muttafaq ‘alaih.
Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al [26] Hadits muttafaq ‘alaih. Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih. Ash Sholah, Bab Ash Sholah ‘alal Hashir (380) dan Muslim dalam
[7] ‘Aunul Ma’bud, Muhammad Syamsul Haq Al Azhim Abadi, Al Masaajid, Bab Bolehnya shalat sunnah secara berjama’ah 266
4/118, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, cetakan kedua, tahun 1415 H. (658)
[8] HR. Bukhari no. 1981 dan Muslim no. 721. [27] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 14/231, Asy
[9] Nailul Author, 3/76. Syamilah
[10] HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan
qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu
dan amalan lainnya. Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/708-shalat-dhuha-
[11] Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik, 1/425, Al Maktabah At yang-begitu-menajubkan.html
Taufiqiah. Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/16918-dua-rakaat-
[12] Lihat Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, Syaikh Muhammad shalat-dhuha-doa-bada-dhuha.html
bin Sholih Al ‘Utsaimin,hal. 289, Daruts Tsaroya, cetakan
pertama, tahun 1424 H.
[13] Lihat Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah yang akan kami bawakan
selanjutnya.
[14] Idem
[15] Syarh Muslim, 6/30.
[16] HR. Muslim no. 748.
[17] Syarh Muslim, 6/30.
[18] Pendapat ini dipilih juga oleh Syaikh Muhammad bin Sholih
Al Utsaimin dalam Syarh Al Arba’in An Nawawiyah,hal. 289.
[19] HR. Muslim no. 719.
[20] Lihat Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhut ‘Ilmiyyah wal Ifta’,
23/423, Darul Ifta’.
[21] Sebagaimana riwayat yang dibawakan oleh penanya.
[22] Al Maqsu’ah Al Fiqhiyyah, Bab Shalat Jama’ah, point 8,
2/9677, Multaqo Ahlul Hadits, Asy Syamilah.
[23] Fathul Baari, 3/421
[24] Syarh Muslim, 3/105, Abu Zakaria Yahya bin Syarf An
Nawawi, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah

You might also like