You are on page 1of 113

KATA PENGANTAR

A
tAs tuntunan Ida sang Hyang Widhi Wasa/tuhan yang
Maha Kuasa, buku ini dapat dirampungkan dalam tenggang
waktu yang direncanakan. Pemikiran untuk menulis buku
yang diberi judul : “ Kebun Eka Premana” ini berawal dari hobby
penulis menanam dan memelihara tumbuh-tumbuhan di sekitar
rumah kemudian disertai kesadaran bahwa memelihara tanaman
itu sangat penting, pertama untuk melestarian lingkungan, kedua
untuk mengenali secara lebih jauh tentang berbagai manfaat dari
tanaman tersebut, dan ketiga, menggunakannya untuk konsumsi
sendiri (untuk obat, untuk keperluan upakara, ataupun untuk
membuat lingkungan itu asri dan sejuk). Usaha menanam dan
melestarikan tumbuh-tumbuhan/tanaman merupakan penerapan
dari ajaran tri Hita Karana dan aplikasi dari ajaran Empu Kuturan
tentang sad Kerthih (ada 6 hal yang harus disucikan), antara lain
lingkungan (wana kerthih). terkait dengan hal tersebut hampir
semua agama mengajarkan bahwa manusia wajib melindungi alam
(lingungan), ternasuk di dalamnya alam tumbuh-tumbuhan. selain
merupakan penerapan ajaran agama, menanam dan memelihara
tumbuh-tumbuhan juga menunjang program penghijauan.
tanaman-tanaman yang dikoleksi juga dapat dimanfaatkan

iii
untuk beryadnya dalam wujud berbagi kepada warga masyarakat
sekitar yang memerlukannya. Pada saat ini, penulis mencoba
berbagi dalam jangkauan yang lebih luas, dengan membuat
foto dari tanaman-tanaman tersebut kemudian disusun dalam
bentuk buku sehingga para pembaca nanti dapat ikut mengenal
berbagai tanaman, mengetahui fungsinya dan tahu dimana
mendapatkannya apabila diperlukan. Diharapkan buku ini dapat
berguna sebagai referensi bagi masyarakat luas, seperti anak-anak
sekolah yang perlu melakukan penelitian, para sarati Banten yang
sering membuat upakara, ibu-ibu yang masih memanfaatkan obat-
obatan herbal dan juga para pencinta tanaman.
sebenarnya sudah banyak penulis buku yang menulis
tentang tanaman, seperti Pusat Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat Universitas Udayana telah menerbitkan buku yang
diberi judul “taman Gumi Banten” memberi informasi tentang
tanaman khusus untuk upakara. Dra I Gusti segotri Putra juga
telah menulis buku tentang tanaman yang diberi judul” taru
Premana” yang memberikan informasi tentang fungsi berbagai
jenis tanaman. Gede Agus Budi Adnyana, dkk. telah menulis buku
tentang tanamam khususnya yang mempunyai kekuatan magis dan
mistik dalam bukunya yang berjudul: “tanaman Magis dan Mistik:
Kekuatan, Manfaat, dan Fungsinya” dan banyak lagi penulis lain
yang memberikan informasi tentang tanaman yang dikaitkan
dengan fungsinya sebagai pengobatan herbal dan tradisional,
seperti Herlina Widyaningrum beserta tim solusi Alternatif yang
menulis tentang tanaman Obat Nusantara.
Buku ini disusun untuk memperingati hari ulang tahun diksa
yang ke-2 yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2017. sifatnya hanya
memberikan informasi secara global tentang tiga katagori tanaman
yaitu pertama yang tergolong tanaman hias (ornamental plants),
kedua yang tergolong tanaman upakara (ceremonial plants), dan
ketiga adalah tanaman-tanaman yang tergolong tanaman obat
(medical plants). Dalam penggolongan ini ada beberapa tanaman

iv
yang dapat dimasukkan sebagai tanaman hias juga sebagai tanaman
upakara maupun tanaman obat.
Jika anda membaca buku ini, sambil melihat-lihat gambar
tumbuh-tumbuhan yang ditampilkan dalam setiap bab, anda juga
dapat sambil menyanyikan lagu-lagu/tembang yang disajikan di
bagian depan setiap bab, baik dalam bahasa Indonesia maupun
dalam bahasa Bali. seperti misalnya, di bagian awal bab II disajikan
lagu anak-anak, yang dapat dinyanyikan dengan lagu seperti :
“ Lihat kebunku…….”. Pada bab-bab berikutnya, tiap bab diawali
dengan tembang Ginada dan sinom, disajikan bagi pembaca
yang senang gaguritan. Perlu disampaikan bahwa dalam lagu-
lagu (tembang) yang disajikan itu tidak lupa diselipi sedikit
pengetahuan tentang ajaran agama Hindu yang sifatnya ringan dan
sederhana, seperti misalnya konsep pangideran. Penulis berharap
supaya para pembaca mendapat informasi tentang berbagai jenis
tanaman dan pengetahuan tentang ajaran agama Hindu dan juga
terhibur. “sambil menyelam minum air” kata orang bijak.
Di bagian akhir buku ini juga dilampirkan informasi tentang
upakara dan upacara “tumpek Wariga” suatu hari suci umat
Hindu yang ada kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan. semoga ada
gunanya.

Payangan, 15 Maret 2017


ttd
Ida Bhagawan Istri Suwitra Pradnya

v
KATA PENGANTAR

K
EANEKArAGAMAN flora dan fauna adalah sumberdaya
genetik tumbuhan dan hewan yang sering disebut sebagai
plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah selalu menjadi
perhatian dunia mengingat nilai penting dan multiguna plasma
nutfah tersebut untuk kesejahteraan manusia dan keseimbangan
ekosistem alam semesta. Perhatian yang besar terhadap
keberadaan plasma nutfah dapat dilihat dengan dicanangkannya
program Millinium Development Goals (MDGs) dan dilanjutkan
dengan program sustainable Development Goals (sDGs) serta
program inovatif lainnya yang kesemuanya didasarkan atas
kesepakatan Iternasional dalam Konvensi Keanekaragaman
Hayati.
Indonesia sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi
Konvensi Keanekaragaman Hayati sudah selayaknya
melaksanakan perlindungan dan konservasi terhadap sumberdaya
plasma nutfah terlebih lagi Indonesia telah dikenal sebagai negara
Mega Biodiversitas. Berbagai aktivitas antropogenik (kegiatan
yang dilakukan oleh manusia) telah memberikan tekanan yang
besar terhadap keberadaan plasma nutfah Indonesia baik ragam

vi
maupun kualitasnya. selain tingginya keanekaragaman hayati,
Indonesia juga dilewati oleh beberapa garis Wallacea yang
memberikan ciri spesifik terhadap keberagaman sumberdaya
hayati pada kawasan terentu. Ciri spesifik keanekaragaman
hayati dapat dilihat dari habitasi yang sangat baik berbagai flora
dan fauna di berbagai pulau di Indonesia. Misalnya di Kawasan
timur Indonesia terkenal dengan habitasi pohon cendana,
kemiri dan sebagainya.
Di Bali, selain terdapat flora dan fauna yang beragam juga
terdapat flora fauna yang spesifik seperti pohon wani, salak gula
pasir, dan sebagainya. tekanan yang besar terhadap keberadaan
plasma nutfah di Bali juga telah terjadi sehingga keberadaan
plasma nutfah tersebut semakin langka dan nyaris mengalami
kepunahan. Fenomena tersebut di atas mengisyaratkan kita
semua bahwa perlindungan dan konservasi terhadap plasma
nutfah merupakan keharusan dan mendesak untuk dilakukan.
Kehilangan sumberdaya genetik adalah kerugian yang sangat
besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, keseimbangan
ekosistem dan kesejahteraan manusia. tumbuhan yang
beranekaragam adalah salah satu komponen lingkungan
yang paling strategis. Hewan dan manusia tidak akan dapat
melangsungkan hidupnya tanpa keberadaan tumbuhan. Leluhur
kita secara arif telah berpesan bahwa tumbuhan adalah saudara
manusia yang pertama, hanya tumbuhan yang mampu mengolah
komponen anorganik seperti air dan karbondioksida menjadi
bahan organik yakni karbohidrat yang akan dimanfaatkan oleh
mahluk hidup lainnya.
Ida Bhagawan Istri suwitra Pradnya ditengah-tengah
kesibukan beliau memberikan kuliah, membimbing mahasiswa
s1, s2, dan s3 di Fakultas Hukum Universitas Udayana serta
memberikan pencerahaan di Asrham Prasanthi Puri juga telah
menulis buku yang mengandung ajakan dan himbauan untuk
melakukan perlindungan dan konservasi terhadap berbagai

vii
tumbuhan yang disadari telah memberikan manfaat besar bagi
kehidupan dan kelestarian alam. Buku Kebun Eka Pramana yang
ditulis oleh Ida Bhegawan Istri suwitra Pradnya adalah sebuah
buku yang sangat penting dibaca dan dicermati oleh generasi
penerus bangsa, karena buku tersebut tidak saja mengulas
keanekaragaman tumbuhan juga memberikan petunjuk
pemanfaatannya untuk tanaman hias, tanaman upakara, dan
tanaman berkhasiat obat.
Pusat Penelitian dan Pengembangan tumbuhan Pakan
Universitas Udayana memberikan apresiasi yang sangat tinggi
dengan diterbitkannya buku Kebun Eka Pramana ini dan
terimakasih yang sebesar besanya karena telah memperluas
khasanah pengetahuan tentang tumbuhan atau tanaman yang
perlu dikembangkan untuk kelestarian alam dan lingkungan.
semoga buku Kebun Eka Pramana ini dapat menjadi pelita
dalam menelusuri multiguna tumbuhan lokal.

Denpasar, 16 Maret 2017


Puslitbang tumbuhan Pakan
Universitas Udayana
Kepala,

ttd
Prof. Dr. Ir. I Wayan suarna, M.s.

viii
KATA SAMBUTAN

s
AyA atas nama pribadi dan selaku pimpinan menyambut baik
terbitnya buku dari Ida Bhagawan Istri suwitra Pradnya yang
saat welaka nama beliau Prof. Dr. tjok Istri Putra Astiti,s.H.M.s,
salah seorang dosen senior Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Adapun judul buku yang Beliau terbitkan saat ini berjudul “KEBUN
EKA PrEMANA, Koleksi tanaman Asrham Prasanthi Puri”, yang
berlokasi di Banjar Badung, Desa Melinggih Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar, Bali. Buku ini terbit dirangkaikan juga dalam
rangka memperingati hari ulang tahun diksa Beliau ke-2 yang jatuh
pada tanggal 1 Juli 2017.
Buku ini menguraikan kecintaan Beliau terhadap berbagai
tumbuhan baik dalam rangka melestarikan Lingkungan Hidup
beserta fungsinya, maupun untuk mengenali secara lebih jauh
tentang berbagai manfaat tanaman untuk obat, keperluan upakara,
dan keasrian penempatannya. Pada pihak lain secara spiritual,
buku ini juga dipersembahkan dalam rangka mengejawantahkan
filosofi tri Hita Karana dan ajaran hampir semua agama yakni untuk
welas asih dengan lingkungan (back to nature) melalui kegiatan
melindungi dan mengasihi lingkungan alam, termasuk didalamnya
terhadap alam tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitan itu, narasi buku

ix
Beliau disampaikan secara sederhana untuk mudah dipahami para
pembacanya. Berbagai foto tanaman, syair lagu yang memudahkan
mengingat, mengetahui, dan memahami kegunaan beserta upaya
menyayangi tanaman juga tertuang dalam buku ini.
Mendasarkan hal di atas, buku ini kiranya sangat tepat untuk
dibaca bagi kalangan spiritual dan praktisi di bidang upakara, serta
mereka yang mempunyai perhatian dalam bidang Lingkungan
Hidup. Banyak manfaat akan dapat dijumpai dan ditemukan dalam
buku ini untuk mewujudkan hidup yang berkelanjutan. Oleh
karena, manusia yang merusak dan/atau mencemarkan Lingkungan
Hidup (termasuk tumbuh-tumbuhan) pada hakikatnya secara tidak
sadar adalah telah merusak dan/atau mencemarkan dirinya sendiri
(manusia itu sendiri).
Akhir kata saya sampaikan selamat kepada Ida Bhegawan Istri
suwitra Pradnya atas diterbitkannya buku untuk menambahkan
koleksi karya ilmiah Beliau di bidang Hukum Adat. Ucapan selamat
juga disampaikan, karena dalam usia 70 tahun dan kesibukan
Beliau dalam melayani umat dan mahasiswa, masih mampu
menghasilkan karya tulis untuk generasi masa ini maupun masa
mendatang. semoga Ida sang Hyang Widhi Waça (tuhan yang
Mahaesa) senantiasa melimpahkan kesehatan dan kesejahteraan
agar dapat terus berkarya dan mengabdi bagi kesejahteraan umat
manusia dan alam semesta (Moksartham Jagadita ya ca iti Dharma).
terima kasih.

Denpasar, 17 Maret 2017


Fakultas hukum Univ. Udayana

Dekan, ttd

(Prof. Dr. I Made Arya Utama,s.H.M.Hum)

x
xi
xii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR/SAMBUTAN …….......
1 Kata Pengantar Penulis ……………..... iii
2 Kata Pengantar Kepala Puslitbang
Tumbuhan Pakan ………………..….….. VI
3 Kata Sambutan Dekan Fakultas
Hukum …………………......………......... IX
4 Kata Sambutan Ketua PHDI Bali …....... XI
DAFTAR ISI.....……………………………….. XIII
BAB-BAB …………………………………….
BAB I PENDAHULUAN …………......… 1
BAB II TANAMAN HIAS …………...…... 5
BAB III TANAMAN UPAKARA ……....… 37
BAB IV TANAMAN OBAT …………....… 63
BAB V PENUTUP ……………….........….. 89
REFERENSI …………………………….....…. 91
LAMPIRAN ………………………………....... 92
BIODATA PENULIS ………………............… 96

xiii
Bab-I
Pendahuluan

xiv
Bab-I
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

D
ALAM susastra Hindu, tumbuh-tumbuhan merupakan
ciptaan Ida sang Hyang Widhi Wasa yang hanya dianugrahi
satu kemampuan, yaitu kemampuan bergerak (bayu), oleh
karenanya tumbuh-tumbuhan itu disebut eka premana. Walaupun
hanya mempunyai satu kemampuan, akan tetapi keberadaan
tumbuh-tumbuhan itu banyak membantu kehidupan makhluk
ciptaan tuhan yang lainnya yaitu binatang dan manusia yang
masing-masing dianugrahi dua kemampuan (bayu dan sabda) untuk
binatang, dan tiga kemampuan ( bayu sabda, idep) untuk manusia,
sehingga binatang juga disebut dwi premana dan manusia disebut
tri premana. tanpa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia
tidak akan bisa hidup. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
manusia yang dianugrani kemampuan paling sempurna, terutama
karena mempunyai “idep” (kemampuan untuk berpikir) berupaya
melestarikan keberadaan tumbuh-tumbuhan tersebut.
Dalam falsafah tri Hita Karana, menciptakan hubungan yang
harmonis antara manusia dan tumbuh-tumbuhan (lingkungan
hidup) merupakan salah satu penyebab tercapainya kebahagiaan.
Hubungan yang harmonis tersebut dapat diwujudkan secara
sekala dan niskala. secara niskala dengan melakukan ritual pada
hari suci “tumpek Wariga” yang bermakna sebagai ungkapan rasa

1
Bab-I
Pendahuluan

terimakasih kepada Ida sang Hyang Widhi/tuhan yang Maha Esa


yang telah menciptakan tumbuh-tumbuhan yang sangat membantu
manusia dalam menjalani kehidupan. secara sekala dapat dilakukan
dengan menanam dan memelihara tumbuh-tumbuhan secara baik,
sehingga dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya masing-masing.
Dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis secara
sekala inilah penulis berupaya mengoleksi berbagai jenis tanaman
di pekarangan rumah dan sekitarnya. Dengan menanam tumbuh-
tumbuhan beraneka ragam, secara tidak disadari ternyata banyak
manfaatnya baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat
sekitar. Adapun manfaat nyata yang telah dirasakan, antara
lain adalah : 1) suasana lingkungan menjadi sejuk dan nyaman
sehingga kami sekeluarga betah tinggal di rumah, 2) binatang-
binatang kecil seperti burung, kupu-kupu dan capung ikut
datang menikmati suasana tersebut, 3) sangat membantu kalau
penulis memerlukan daun-daunan, umbi-umbian serta berbagai
macam bunga untuk keperluan upakara dan upacara, dan 4) juga
memudahkan penulis kalau perlu membuat obat-obatan herbal
untuk menjaga kesehatan. Memelihara dan memanfaatkan ciptaan
Beliau sesuai fungsinya masing-masing (dalam hal ini tumbuh-
tumbuhan) merupakan satu wujud bakti kehadapan-Nya.
sebagai seorang sulinggih dan juga akademisi, lebih jauh
penulis menyadari perlunya berbagi informasi kepada masyarakat
yang lebih luas sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.
Untuk itulah buku ini disusun sebagai karya tulis yang dibuat
sedikit unik, karena dalam masing-masing bab selain disajikan
foto tumbuh-tumbuhan juga diawali dengan lagu /tembang baik
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali yang dapat dinikmati
oleh anak-anak maupun orang dewasa. Dalam lagu-lagu tersebut
juga diselipi dengan pengetahuan yang ringan tentang ajaran
agama Hindu khususnya yang terkait dengan tumbuh-tumbuhan.

2
Bab-I
Pendahuluan

Bahan dan Metoda


tumbuh-tumbuhan yang fotonya disajikan dalam buku ini
adalah koleksi Penulis sekeluarga yang telah ditanam sejak tahun
2014. Foto/gambar tersebut kebanyakan masih menggunakan nama
lokal, namun ada juga yang telah disertai nama lain (sinonim) dan
nama ilmiahnya sepanjang yang Penulis telah ketahui. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya referensi dan keterbatasan pengetahuan
Penulis tentang hal tersebut. Untuk memberikan nama lain dan
nama ilmiahnya, Penulis memakai referensi buku-buku yang telah
ditulis orang lain, baik yang secara langsung menulis tentang
tanaman, maupun yang tidak langsung tentang tanaman, akan tetapi
di dalamnya ada informasi tentang tanaman. selain itu, Penulis
juga mendapatkan nama beberapa tanaman, terutama anggrek
dengan mengakses di internet dan juga mewawancarai seseorang
pengusaha tanaman anggrek. selanjutnya untuk memudahkan
pembaca dalam mencari informasi tentang tumbuhan tertentu,
Penulis mengupayakannya dengan menyajikan menurut abjad
dan membuatnya dalam tiga katagori, yaitu katagori tanaman
hias (ornamental plant), tanaman upakara (ceremonial plant), dan
tanaman obat (medical plant) termasuk didalamnya tanaman untuk
makanan (food plant). tanaman yang belum diketahui namanya
baik lokal maupun nama lainnya dimasukkan dalam abjad X.

*****

3
4
BAB II
TANAMAN HIAS
(Ornamental Plants)

Lihat kebunku, penuh dengan bunga


Ada yang putih dan ada yang merah
Ada yang kuning dan ada yang hitam (biru)
Yang warna-warni ada di tengah (madya)

Yang warna putih terletak di purwa


Warna yang merah ada di daksina
Yang warna kuning ada di pascima
Bunga yang hitam ada di uttara

Bunga yang putih simbol Hyang Iswara


Yang warna merah simbol Dewa Brahma
Bunga yang kuning simbol Mahadewa
Hitam, warna-warni, Wisnu dan Siwa

5
Bab-II
Tanaman Hias

U ---------------- S

6
Bab-II
Tanaman Hias

No. 1 Anggrek (Anusmum) No. 2 Anggrek


(Phalaenopsis pink)

No. 3 Anggrek No. 4 Anggrek (Dendrobium


(Phalaenopsis White) Thongchai Gold Luxana)

7
Bab-II
Tanaman Hias

No. 5 Anggrek No. 6 Anggrek


(Phalaenopsis black spot)

No. 7 Anggrek Dendrobium No. 8 Anggrek


Blue Planet

8
Bab-II
Tanaman Hias

No. 9 Anggrek No. 10 Anggrek

No. 11 Anggrek No. 12 Anggrek

9
Bab-II
Tanaman Hias

No. 13 Anggrek Kalajengking No. 14 Anggrek Catteleya


Mantini

No. 15 Anggrek No. 16 Anggrek

10
Bab-II
Tanaman Hias

No. 17 Alamanda merah No. 18 Alamanda Kuning


(Allamanda Cathartica) (Allamanda Cathartica)

No. 19 Bregu (Palem waregu) No. 20 Blatung Gada

11
Bab-II
Tanaman Hias

No. 21 Buyung-buyung No. 22 Bunga kuning


(Vernonia Cymasa) (Aseraceae)

No. 23 Bromelia Ungu No. 24 Bromelia putih

12
Bab-II
Tanaman Hias

D H

No. 25 Dani-dani No. 26 Herbra merah

No. 27 Jepun Bali (Plumeria No. 28 Jepun jepang


Rubra) (Apocinaceae) ( Apocinaceae)

13
Bab-II
Tanaman Hias

No. 29 Jepun cendana No. 30 Jepun


(Plumeria Rubra) (Plumeria Rubra)

No. 31 Jepun No. 32 Jempiring


(Flumeria Rubra) (Gardenia
Angusta) (Rubiceae)

14
Bab-II
Tanaman Hias

No. 33 Keladi lurik No. 34 Keladi kupu-kupu


(Araceae) (Araceae)

No. 35 Keladi (Araceae) No. 36 Keladi (Araceae)

15
Bab-II
Tanaman Hias

No. 37 Keladi putih (Araceae) No. 38 Kusumawijaya

No. 39 Kembang kertas No. 40 Kembang kertas


(Bougainvilles Spectabilis) (Bougainvilles Spectabilis)

16
Bab-II
Tanaman Hias

No. 41 Kembang taram No. 42 Kembang ros


(Dahlia) merah (Zinia)

No. 43 Kembang Ros kuning No. 44 Kembang


(Zinea) Desember

17
Kebun Eka Premana
Tanaman Hias

No. 45 Kembang jaler No. 46 Kenyeri


Kecubung) (Solanaceae)

No. 47 Lilin kuning No. 48 Lidah Buaya


(Pachyahiys Lutea ) (Aloevera)
(Acanthaceae)

18
Bab-II
Tanaman Hias

49. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)

No. 50 Mangkok No. 51 Mawar merah


(Nothopanax Seutellarium) (Roza Hybrid) (Rozaceae)

19
Bab-II
Tanaman Hias

No. 52 Mawar kuning (Roza No. 53 Mawar Putih Bali


Hybrid) (Rozaceae) (Rosa Hybrid) (Rozaceae)

No. 55 Melati
No. 54 Mawar putih (Jasminum sambac)
(Rozaceae) (Oleaceae)

20
Bab-II
Tanaman Hias

No. 56 Nam-nam No. 57 Nusa Indah


(Cynometa Cauliflora)

No. 58 Pucuk bang (Hibiscus Rosa Sineusis)

21
Bab-II
Tanaman Hias

No. 59 Pudak pandan No. 60 Puring


(Codiaeum variegatum)
(Euphorbiaceae)

No. 61 Puring No. 62 Puring


(Codiaeum variegatum) (Codiaeum
(Euphorbiaceae) Variegatum)

22
Bab-II
Tanaman Hias

No. 63 Puring No. 64 Paku (Athyriaceae)

No. 65 Paku Tanjung No. 66 Pajeng-Pajeng/rumput


(Diplazium Esculentum) Payung (Cyperus payrus)

23
Bab-II
Tanaman Hias

No. 67 Pacah Oranya

No. 68 Pucuk lenter

24
Bab-II
Tanaman Hias

No. 69 Rejeki No. 70 Rumput Kucai

No. 71 Simbar Manjangan No. 72 Soka merah


(Ixora) (Rubiaceae)

25
Bab-II
Tanaman Hias

No. 73 Suplir No. 74 Suplir

No. 75 Siulan No. 76 Sandat (Kenanga)


(Canangium odoratum)

26
Bab-II
Tanaman Hias

No. 77 Sri Gading No. 78 Seruni


(Premna) (Verbenaceae) (Chrysanthemum)

No. 79 Samblung (Sirih No. 80 Soka kuning


gading (Aureus tricolor) (Rubiaceae)

27
Bab-II
Tanaman Hias

No. 81 Tunjung putih No. 82 Tunjung bang


(Nelumbium nelumbo) (Nelumbium nelumbo)

No. 83 Tunjung biru No. 84 Tunjung kuning


(Nelumbium nelumbo) (Nelumbium nelumbo)

28
Bab-II
Tanaman Hias

No. 85 Tapak dara No. 86 Trijata


(Cathorantus Rosius)

No. 87 No. 88

29
Bab-II
Tanaman Hias

No. 89 No. 90

No. 91 No. 92

30
Bab-II
Tanaman Hias

No. 93 No. 94 Bambu Jepang


(Florida beauty)

No. 95 No. 96

31
Bab-II
Tanaman Hias

No. 97 No. 98

No. 99 No. 100

32
Bab-II
Tanaman Hias

No. 101 No. 102

No. 103 No. 104

33
Bab-II
Tanaman Hias

No. 105 No. 106

No. 107 No. 108

34
Bab-II
Tanaman Hias

No. 109 No. 110

No. 111 No. 112

35
Biru Putih Pink

Hitam/Ungu Brumbun Merah

Hijau Kuning Oranye

36
BAB III
TANAMAN UPAKARA

Sane mangkin kesatwayang


Pariindik sarwa mentik
Nganggen kidung gaguritan
Ginadane mangge dumun
Manyelehin sasorohan
Sarwa mentik
Wenten patpat keaturang
——
Kaping siki marupa padang
Kaping rwa mabun malilit
Tur maumbi sorohanya
Kaping tri marupa perdu
Kekayonan kaping patpat
Manda uning
Wigunane magenepan
——
Wenten mangge tetamanan
Katon asri ngulangunin
Wenten dados upakara
Panca yadnyane puniku
Wenten malih dados tamba
Malih siki
Ne dados ajeng-ajengan

37
——
Mangkin ngawit kauningang
Entik-entikan puniki
Sane mangge upakara
Pejati lan suci iku
Banten caru lan ayaban
Dewa-dewi
Banten ne munggah ring surya
——
Taler banten ne tiosan
Masarana sarwa mentik
Ageng alit manut tattwa
Ngiring mangkin mangda rungu
Ring sarwa mentik punika
Ne nulungin
Iraga ngaryanin yadnya
——

38
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 1 Andong bang No. 2 Ancak


(Curdyline Terminalis
(Dracaenaceae)

No. 3 Asem (celagi) No. 4 Andong hijau


(Tamarindus Indika (Curdylineterminalis)
(Fabaceae) (Dracaenaceae)

39
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 5 Bayam Luwur No. 6 Bingin (Beringin)


(Amaranthaceae) (Ficus benjamina) (Moraceae)

No. 7 Blimbing wuluh No. 8 Blimbing Besi


(Averhoa Bilimbi) (Averhoa Bilimbi)

40
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 9 Buni (Antidesma bunius) (Euphorbiaceae)

No. 10 Cempaka (Michelia No. 11 Cendana


Champoca) (Magnoliaceae) (Sandalwood)

41
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 12 Cabai rawit (Capsicum Frutescens)

No. 13 Dadap No. 14 Duku (Ceruring)


(Erythirna subumbrans) (Lansium domesticum)
(Fabaceae)

42
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 15 Delima (Punica No. 16 Delundung


Granatum (Punicaceae) (Erythrina) (Fabaceae)

No. 17 Gadung (sekapa) (Dioscorea Hispida)

43
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 18 Intaran (Mimba) No. 19 Ilalang


Azadiracta Indica) (ambengan)
(Meliaceae) (Imperata Cilindrica)

No. 20 Jangu (Acorus No. 21 Jepun Bali putih


Calamus) (Acoraceae) (Flumeria rubra)

44
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 22 Jali-jali No. 23 Jer uk Bali


(Coix lachrima) (Cytrus Nobilis)

No. 24 Jambu

45
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 25 Kayu Tulak No. 26 Kayu sisih


(Schefflera Eliptica) (Phyllanthus Buxifolius)
(Ararliaceae) (Euphorbiaceae)

No. 27 Kemuning No. 28 Kela pa (Cocos


(Murraya nucifera) Paniculata) (Arecaceae)

46
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 29 Kelapa (hijau) No. 30 Kelapa bulan


(Cocos nucifera) (Cocos nucifera) (Arecaceae)
(Arecaceae)

No. 31 Kelapa bibit (Pujer) No. 32 Kelor


(Cocos nucifera) (Arecaceae) (Moringa Oleifera)

47
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 33 Kecarum (Kemanggi) No. 34 Kesimbukan


(Ocimum basilicum) (orang-aring) (Paedera
foetida) (Rubiaceae)

No. 35 Kelengkeng No. 36 Keladi (Thyponium


flagelliforme) (Araceae)

48
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 37 Kesegseg (Fortulaca) No. 38 Kembang kertas


(Oleraceae) (Bougainville)

No. 39 Majagau (Dysoxylum No. 40 Maduri putih (atas)


caulostachyum) (Meliaceae)

49
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 41 Mangga No. 42 Mawar putih Bali


(Mangifera Indica) (Rosa Galica)

No. 43 Merak kuning (Kamerakan kuning)


(Caesalpinia pulcherrima) (Fabaceae)

50
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 44a Nenas No. 44b Nenas


(Ananas Comosus) (Ananas Comosus)

No. 45 Puring No. 46 (Pandan Wangi


(Codiaeum Varriegatum) (Pandanus Amaryllifolius)

51
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 47 Pisang gading No. 48 Paku Pipid


(Musa Paradisiaca) (Nephroepis)
Cordifoia) (Dennstaediaceae)

No. 49 Plendo (Malvaceae) No. 50 Pudak Pandan


(Pandanaceae)

52
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 51 Pandan Maduwi No. 52 Pepaya


(Pandanaceae) (Carica papaya)

No. 53 Padang lepas No. 54 Pisang Emas


(Musa paradisiaca)

53
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 55 Pepe (Sarcostemma) No. 56 Paku (Pakis) (Diplazium


(Asclepiadaceae) Esculentum) (Athyriaceae)

No. 57 Puring No. 58 Pancar galuh (Pacah)


(Codiaeum Variegatum) Ampatiens balsamina

54
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 59 Pucuk No. 60 Pucuk lenter


(Malvacaceae) (Malvacaceae)

No. 61 Pucuk Bang (Impatiens balsamina) (Malvacaceae)

55
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 62a Ratna (Gomphrena) No. 62b Ratna (Gomphrena)

No. 63 Suji (Dracaena No. 64 Selasih (Ocinum


Angustifolia) basilicum) (Dracaenaceae)

56
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 65 Sirih hijau No. 66 Sente hijau


(Piper betle)

No. 67 Sueg No. 68 Sotong (Psidium


Guajaya (Myraceae)

57
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 69 Sandat (Kenanga) No. 70 Salak (Zallaca)


(Canangium Odoraum)

No. 71 Sirih hitam (Daun No. 72 Silik bulat (Srikaya)


karuk (Piper Betle) (Annona Squamosa)

58
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 73 Tabia bun (Piper No. 74 Temen (Graptophyl-


Retrofractum) lum Pictum) (Acanthaceae)

No. 75 Tebu (Sacharum No. 76 Terong Bola


afficinarrum) (Solanum Sanitwongsel)

59
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 77a Teleng No. 77b Teleng


(Clitoria ternatea) (Clitoria ternatea)

No. 78 Tebel-tebel (Hoya No. 79 Tabia gede


macrophylla) Asclepiadaceae) (Tabia lombok)

60
Bab-III
Tanaman Upakara

No. 80 Ubi

61
62
BAB IV
TANAMAN OBAT

Sane mangkin kelanturang


Pariindik sarwa mentik
Nganggen tembang sinom iku
Wigunane mangda uning
Ne dados tamba puniki
Akah, babakan, lan daun
Buah, sekar, tur umbinya
Samian pada memargi
Manut tutur
Ring buku Taru Premana
——
Mangkin pacang kauningang
Ne madan punyan tulasi
“Satwika tree”ne kaucap
Satwika marti utami
Dados tamba, minekadi
Anggen nenangang pikayun
Taler makta katentraman
Kaucap ring Ayur Weda
Ngiring tandur
Ring genahe suang-suang

63
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 1 Adas (Foeniculum No. 2 Anti nyamuk (lavender


vulgare mill) (Lavandula Angustifolia

No. 3 Awar-awar No. 4 Ambengan (Ilalang)


(Ficus Septica)

64
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 5 Asem (Celagi)

No. 6 Brotowali (Kantawali) No. 7 Blimbing Besi


(Tinosporacrispa) (Averha Caram

65
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 8 Blimbing Wuluh No. 9 Bawang


(Averhoa Bilimbi) (Allium sativum)
(Amaryllidaceae)

No. 10 Buyung-buyung No. 11 Bunga bintang


(Vernnia cymosa)
(Asteraceae)

66
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 12 Bulun Baon (Premna Integrifolia)

No. 13 Cendana No. 14 Cabai Rawit


(Sandalwood) (Capsicum rutecents)

67
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 15 Ciplukan (Physalis Minina) (Solanaceae)

68
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 16 Delapan Dewa No. 17 Daun Delem


(Phytolacca Americana) (Nilam) (Pogostemon
cablin)

No. 18 Daluman No. 19 Damuh lengis


(Cincau) (Drymaria Cordata
Cyclea Barbata) (Caryophillaceae)

69
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 20 Dewan Daru No. 21 Delima (Punica


(Eugenia Uniflora) granatum) (Punicaceae)

No. 22 Dadap (Erythrina subumbrans) (Fabaceae)

70
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 23 Gempur batu No. 24 Ginten (Jinten)


(Coeus Amboinicus

No. 25 Ganda Rusa No. 26 Gamongan


(Justicia Gendarussa) (Zingiber aromat icum)
(Zingiberaceae)

71
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 27 Gendola

No. 28 Intaran (Mimba) (Azadirachta indica) (Meliaceae)

72
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 29 Jeruk Nipis No. 30 Jeruk Limau


(Cytrus Aurantifolia) (Cytrus)

No. 31 Jaruju No. 32 Jangu


(Acorus calamus) (Araceae)

73
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 33 Kelor No. 34 Kayu Manis


(Moringa Oleifera) (Sauropus androgynus)
(Euphorbiaceae)

No. 35 Kecarum (Kemanggi) No. 36 Kaswa


(Ocimum basilicum)

74
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 37 Kumis kucing No. 38 Kusambi


(Orthosiphon Aristatus) (Schleicera Oleosa)

No. 39 Kambo-kambo No. 40 Kecirenan

75
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 41 Kalipiseh No. 42 Kecibling

No. 43 Kem

76
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 44 Lamtoro (Turi) No. 45 Lidah Buaya


(Sesbania grandiflora) (Aloevera)

No. 46 Legetan? No. 47 Liligundi


(Synedrella nodiflora) (Vitex trifolia) (Verbenaceae)

77
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 48 Meniran No. 49 Mahkota Dewa


(Phylantus Urinaria) (Phaleria Macrocarpa)

No. 50 Mengkudu (Marinda Cetrifolia)

78
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 51 Nasi-nasi

No. 52 Pegagan (Kepiduh) No. 53 Patikan Kebo


(Centella Asiatica) (Eiphorbia hirta)

79
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 54 Pepe (Sarcostemma) No. 55 Pulet (Urena Lobata)


(Asclepiadaceae) (Malvaceae)

No. 56 Rumput bambu (Pogonatherum Crinitum)

80
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 57 Sirih merah No. 58 Selasih miyik


(Piper Betle) (Ocinum Basillicum)

No. 59 Sirih Hijau No. 60 Silik (Zirsak)


(Piper betle ) (Annona Muricata)
(Annona Muricata)

81
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 61 Samiloto No. 62 Sotong (Psidium)


(Andrographis)

No. 63 Sembung bikul No. 64 Selegui


(Sonchus Arvensis) (Sidafolia) (Malvaceae)
(Malvaceae)

82
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 65 Selasih miik No. 66 Sembung


(Ocinum Basillicum) (Blumea Balsamifera)

No. 67 Semanggi hijau No. 68 Semanggi merah


(Hydrocotyle sibthorpioides) (Hydrocotyle sibthorpioides)

83
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 69 Sre (Sereh wangi) (Cyombopogon nardus)

No. 70 Temu Ireng No. 71 Temu


(Curcuma Aeruginosa)

84
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 72 Temu (Curcuma ) No. 73 Temu (Curcuma)

No. 74 Temu (Curcuma) No. 75 Tulasi


(Ocinum Basillicum)

85
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 76 Tunjung No. 77 Tabia Gede


(lombok)
(Capsicum Annum)

No. 78 Teki No. 79 Tapak dara


(Catharantus roseus
cynaceae)

86
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 80 Terong ? No. 81 Teleng

No. 82 Temen No. 83 Temu Tis


(Graptophyl-lum pictum) (Curcuma xanthorriza)
(Acanthaceae) (Zingiberaceae)

87
Bab-IV
Tanaman Obat

No. 84 Uyah-uyah ((Ficus Quercifoia) (Moraceae)

No. 85 Waru (Hibiscus Tiliaceus) (Malvaceae)

88
BAB V
PENUTUP

Pidartane mangkin puputang


Indik gunan sarwa mentik
Ngiring ngaturang suksma
Maring Ida Sang Hyang Widhi
Ring tumpek wariga iki
Taler madan tumpek bubuh
Patut ngawe upakara
Bubuh sumsum warna-warni
Pacang katur
Ring Ida Sang Hyang Sengkara

89
Contoh-contoh tanaman katagori Padang (rumput).
Tanaman Mabun (malilit), Tanaman Perdu-perduan,
dan Pepohonan.

Padang-padangan Mabun/Malilit
Ambengan (ilalang) Daluman (Cincau)
(Imperata Cylindrica) (Cyclea Barbata)

Perdu-perduan Pepohonan
Andong (Cordyline stricta) Mangga (Mangifera Indica)

90
Referensi
Andri Wang, 2002, Menuju Hidup sehat dan Panjang Umur:
Mampukah Manusia Hidup sampai 100 tahun? (Lihat Lampiran 1),
Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chee Yoke Ling, 1994, Manusia wajib Melindungi Alam: Ajaran
Agama Islam, Kristen, taoisme dan Hinduisme tentang Perlindungan
Lingkungan, Konphalindo, Jakarta.
Gede Agus Budi Adnyana SPdBM Pd H, Kadek Agus Bayu Premana
s Pd, Gede Darmika, 2014, tanaman Magis dan Mistik, Kekuatan,
Manfaat, dan Fungsinya, Ganda Pura, Gianyar,
Herlina Widyaningrum & Tim Solusi Alternatif, 2011, Kitab
tanaman Obat Nusantara Medpress, yogyakarta.
Inggit Puji Astuti, syamsul Hidayat, IBK Arinasa, 2000, traditional
Plant Usage in four Villages of Bali Aga : tenganan, spang,
tigawasa, and sembiran, Bali, Indonesia, the John D. and
Catherine t. Mac Athur Foundation Botanical Gardens of Indonesia,
Indonesian Institute of science, Bogor, Indonesia.
Junus Kartasubrata, 2010. sukses Budi Daya tanaman Obat, IPB
Press, Bogor.
LPPM Unud, 2002, taman Gumi Banten
Padma Herbal Training Center, tt. Materi Pelatihan Pengenalan dan
Pemanfaatan tanaman Obat, Buku I : Penyakit dan Pengobatannya.
tabanan.
Padma Herbal Training Center, tt. Materi Pelatihan Pengenalan dan
Pemanfaatan tanaman Obat, Buku II : Pengenalan tanaman Obat
dan khsiatnya, tabanan.
Segotri Putra, I Gusti, Dra. 1999, taru Premana
Trubus l Oktober 1992 No 275 tahun XXIII
Trubus 1 Novamber 1992, No 276 tahun XXIII
Vaidya Bhagwan Dask & Sukasini Ramaswanoy, 2006, Ayur Weda,
Ilmu Pengetahuan tradisional India, Paramita surabaya.
Yasant Lad dan Robert E Svoboda, 2000, Ayur Weda, Paramita,
surabaya.

91
LAMPIrAN:

UPAKARA DAN UPACARA


TUMPEK WARIGA

t
UMPEK Wariga merupakan salah satu hari suci umat Hindu
yang jatuh tiap 210 hari (enam bulan), tepatnya pada hari
sabtu Kliwon Uku Wariga, 25 hari sebelum Hari raya
Galungan.
tumpek Wariga disebut juga tumpek Bubuh, tumpek Uduh,
dan tumpek Pengarah/Pengatag. Disebut tumpek Bubuh karena
upakaranya memakai bubuh sumsum berwarna warni (putih,
merah, kuning dan hijau). Bubur warna putih simbul tumbuh-
tumbuhan yang berumbi, malilit (seperti ubi dara, gadung, dll),
bubuh warna merah simbul tumbuh-tumbuhan yang tergolong
rerumputan (padang-padangan) seperti padi, ambengan, gandum,
dll. Bubur warna kuning simbul tumbuh-tumbuhan yang tergolong
perdu-perduan, dan bubur warna hijau untuk tumbuh-tumbuh
yang tergolong pepohonan (seperti mangga, durian, kelapa dll.)

Upakara (banten) yang dipersembahkan:

Upakara munggah di Kemulan rong tengah berupa:


Pejati, Canang geti-geti, Penyeneng, Pasucian, Bubuh
dengan alas limas 4 macam (Putih, merah, kuning dan hijau).

92
Banten Ayaban : tumpeng 7, rayunan maulam sarwa mentik,
dan banten pangresikan (bea kaonan, pangulapan, prayascita)

Untuk tanaman: sasat gantung-gantungan, dan bubur beralas


limas (cau) 4 warna (putih, merah, kuning, hijau.

Upacara dilaksanakan di sanggah/Pamerajan dihadapan


Bhetara Hyang Guru. yang di puja adalah sang Hyang sengkara.
selesai menghaturkan upakara, anggota keluarga orang yang
melaksanakan upacara nyurud ayu (ngayab upakara tersebut).
setelah itu diambil banten dapetannya saja diedarkan dan
diayabkan kepada tumbuh-tumbuhan yang dimiliki baik berupa
rumput-rumputan, perdu-perduan, umbi-umbian (yang menjalar),
dan pepohonan yang berbuah seperi kelapa, mangga,dll.

Mengapa orang yang melaksanakan upacara ikut ngayab?


Karena di buana alit (tubuh orang yang melaksanakan upacara
juga ada tumbuh-tumbuhan yaitu bulu-bulu yang tumbuh di
beberapa tempat tubuh manusia. Hal ini sering tidak dipahami di
masyarakat.

Mengapa disebut tumpek Uduh?


Dari kata uduh menjadi nguduhang berarti memerintahkan.
Di sini Ida sang Hyang Widhi menugaskan sang Hyang sangkara
(manifestasi-Nya) untuk menciptakan tumbuh-tumbuhan, dan oleh
karena itu, manusia dalam pelaksanaan upacara tum,pek Uduh
memuja sang Hyang sangkara.

Mengapa disebut tumpek Pengarah?


Mapengarah berarti memberitahu/meminta. tradisi di
masyarakat dalam upacara tumpek Wariga sang pelaksana upacara
membertahu/meminta agar tanaman berbuah lebat.

93
(sumber: Drs. Ida Bagus Putu sudarsana, MBA,MM, 2003, Ajaran
Agama Hindu” Acara Agama” yayasan Darma Acarya)

Menurut tradisi di masyarakat ketika perayaan tumpek Wariga/


tumpek Ngatag, tumbuh-tumbuhan yang diupacarai hanyalah
tumbuh-tumbuh yang berbuah seperti kelapa, mangga, dll. Ada
kalanya pada waktu ngatag, tumbuh-tumbuhan itu ditoreh atau
diketok-ketok sambil mengucapkan kata-kata sebagai berikut: “

“Kaki-kaki buin selae lemeng Galungane, Ingetang kaki


mabuah apang nged, nged, nged”.

(Kakek, lagi 25 hari Galungan. Ingat berbuah yang lebat).

Kebiasaan menoreh ataupun mengetok-ngetok tumbuh-


tumbuhan pada saat ngatag tampaknya kurang mencermin-kan
hubungan yang harmonis antara manusia dan tumbuh-tumbuhan,
padahal menurut ajaran tri Hita Karana manusia diharapkan
bersikap sih (sayang) terhadap tumbuh-tumbuhan (lingkungan).
Untuk menunjukkan hubungan yang lebih harmonis, di bawah
ini disajikan sebuah lagu untuk ngatag sbb: (ditembangkan seperti
“Jenggot Uban”)

94
i.......i......i.....i.....a......i.....u....a.....i
ka ki ka ki e ne gap gap an
ka ki ka ki buin sla e di na

a….o…..i….a…..i…..i…..u…..a…..i…..i…..a
Bu buh sum sum war na ne ma ge ne pan
Ga lu nga ne Bu da Kli won Du ngu lan

a….a….a….a….i…..i…..u……a….i….i….a
A da pu tih ba rak ku ning lan ga dang
I nge tang ja ka ki ma bu wah e nged

i…..o….e….o.….i…..o…e…..o….i
E ne da har a pang ma bwah enged
La kar ang gon ti yang ma yad nya

(tembangkanlah sambil memasang sasat


gantung-gantungan dan ngayabang banten
bubur sumsumnya)

95
Biodata Penulis

P
ENULIs waktu walaka adalah
Prof. Dr. tjokorda Istri Putra
Astiti, sH.Ms, lahir di Puri
Agung Payangan Gianyar pada
tanggal 17 Nopember 1945. se-
karang berdomisili di Ashram Pra-
santhi Puri, Banjar Badung, Ke-
camatan Payangan.

Penulis menyelesaikan pen-


didikan s1 di Fakultas Hukum
Universitas Udayana, tamat tahun
1974. Melanjutkan s2 di IPB jurusan sosiologi Pedesaan (1986),
tamat s3 di IPB Jurusan sosiologi Pedesaan. 1994. Diangkat
menjadi Dosen tahun 1975 dan dikukuhkan sebagai Guru Besar
pada Fakultas Hukum Universitas Udayana tahun 1997.

Penulis mengajar dan membimbing pada Program s1, s2 dan


s3. sebagai peserta dan narasumber dalam berbagai pertemuan
ilmiah di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.
selain mengikuti pendidikan formal penulis juga pernah
mengikuti beberapa kursus dan pelatihan antara lain: Pelatihan
Belajar-Mengajar dan teknik Evaluasi, Akta Mengajar V, teknik
PBL (Problem Base Learning), Metode Penelitian Hukum, Penulisan
Artikel Hukum, Penulisan Buku Ajar, Praktisi Agama Hindu, sarati
Banten, Kepemangkuan, Kesulinggihan, dan Pengobatan Herbal.

96
Pengalaman menduduki jabatan antara lain: Ketua Dewan
redaksi Majalah Kertha Patrika, Ketua Pusat studi Wanita Unud,
Ketua Unit Penjaminan Mutu Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Fakultas Hukum Universitas Udayana, sebagai tim Ahli
Pembangunan Propinsi Bali, dan sebagai anggota sabha Walaka
PHDI Pusat. terakhir, sebagai sulinggih sejak 1 Juli 2015.

Beberapa buku dan karya tulis yang pernah dihasilkan, antara


lain : “Pemberdayaan Awig-awig menuju Ajeg Bali; Desa Adat
Menggugat dan Digugat”; “ Makna Purusha dan Predhana dalam
Agama Hindu dan Hukum Adat Bali”; “Pemberdayaan Awig-awig
Menuju Ajeg Bali”; “Warna-warni Pemikiran tentang Adat dan
Budaya Bali”; “Awig-awig sebagai sarana Pelestarian Lingkungan
Hidup” (artikel dalam buku ; Kearifan Lokal dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup”; “Peranan Awig-awig subak dalam Penglolaan
Lingkungan Hidup” (artikel dalam jurnal Hukum Lingkungan);
“tourism Development and Customary Land Law in Bali: the Case
of the tenganan Pagringsingan Village” (artikel dalam southwestern
Journal of International Law); “reflecting on tourism Activity in
Bali: A Discourse on Communal right, Culture and Hindu Values
(artikel dalam buku: sustainable tourism and Law), dan lain-lain.

Hobby : memelihara tanaman

97
Tulasi

98

You might also like