You are on page 1of 2

SIARAN PERS

Biro Hubungan Masyarakat


Gd. I Lt. 2, Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id

Babak Baru Hubungan Bilateral:


Indonesia-EFTA Tandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehesif
Jakarta, 16 Desember 2018 - Hari ini menandai dimulainya tonggak baru hubungan bilateral Indonesia
dengan empat negara yang tergabung dalam European Free Trade Association (EFTA), yaitu Swiss,
Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia; dengan ditandatangninya Indonesia-EFTA Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IE-CEPA). Penandatanganan naskah perjanjian IE-CEPA dilakukan Menteri
Perdagangan RI Enggartiasto Lukita; Federal Councillor and Head of the Federal Department of Economic
Affairs, Education and Research, Johann N. Schneider-Ammann; Minister of Foreign Affairs, Justice and
Culture Liechtenstein, Aurelia Frick; State Secretary/Deputy Trade Minister, Kingdom of Norway, Daniel
Bjarmann-Simonsen; dan Icelandic Ambassador and Chief of Protocol, Hannes Heimisson; di kantor
Kementerian Perdagangan, Jakarta, hari ini, Minggu (16/12).
Perundingan IE-CEPA berlangsung selama hampir delapan tahun sebelum akhirnya dinyatakan selesai
secara substantif oleh para juru runding dalam pertemuan di Bali pada 29 Oktober—1 November 2018, dan
dideklarasikan final oleh para Menteri pada 23 November 2018 di Jenewa, Swiss.
"Saya bersyukur karena setelah menandatangani Indonesia-Chile CEPA pada Desember 2017 di Santiago,
Chile; kembali tahun ini Indonesia menandatangani sebuah penjanjian penting lainnya untuk mendorong
kemitraan ekonomi dengan negara-negara sahabat dari kawasan Eropa. Indonesia percaya bahwa
Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan EFTA ini akan membawa ekonomi
Indonesia lebih kuat, berdaya saing, dan menarik bagi investor dari negara-negara maju anggota EFTA,”
jelas Mendag Enggar.
Penandatanganan perjanjian ini berlangsung di tengah melemahnya perdagangan dunia dan berlanjutnya
ketidakpastian perdagangan antarnegara di tahun 2019 dan tahun-tahun selanjutnya. Di tengah situasi ini,
kelima negara penandatangan perjanjian memberikan sinyal positif kepada dunia bahwa hubungan
ekonomi yang bersahabat melalui sebuah perjanjian preferensi tetap merupakan pilihan terbaik untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Perjanjian IE-CEPA mencakup isu-isu perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, hak kekayaan
intelektual, pembangunan berkelanjutan, ketentuan asal dan bea cukai, fasilitasi perdagangan,
pengamanan perdagangan, persaingan usaha, legal, serta kerja sama dan pengembangan kapasitas.
“Cakupan perjanjian ini yang demikian komprehensif menunjukkan bahwa kelima negara memiliki tekad
bersama untuk mengangkat hubungan ekonomi ini ke jenjang yang lebih tinggi. Ini tentunya akan ikut
mendorong proses modernisasi perekonomian Indonesia, mengingat negara-negara EFTA memiliki
keunggulan tersendiri di bidang teknologi, energi, pendidikan, transportasi, keuangan, kimia, perikanan dan
lainnya, dan dengan didukung oleh kerja sama ekonomi dan pengembangan kapasitas kita harapkan akan
terjadi alih-teknologi secara alamiah,” ujar Enggar.
Menteri Perdagangan Swiss, Federal Councillor Ammann, menyatakan bahwa perjanjian dengan Indonesia
ini sangat ditunggu pelaku usaha dari EFTA yang ingin mengembangkan bisnisnya di dan dengan Indonesia
sebagai regional hub di kawasan ASEAN. Sejatinya, hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dan
EFTA masih jauh dari potensi sesungguhnya, karena baru mencatatkan total nilai USD 2,4 miliar pada 2017.
Sekilas Mengenai IE-CEPA
Pada perdagangan barang, Indonesia akan memperoleh peningkatan akses pasar ke EFTA, antara lain untuk
produk-produk perikanan, industri (tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil), pertanian (di
antaranya kopi dan kelapa sawit). Dengan IE-CEPA, maka akses tenaga kerja Indonesia (intra corporate
trainee, trainee, contract service supplier, independent professional, serta young professionals) ke negara-
negara EFTA juga akan semakin terbuka. Indonesia dan EFTA juga menyepakati kerja sama dan
pengembangan kapasitas di bidang promosi ekspor, pariwisata, UMKM, HKI, kakao dan kelapa sawit,
pendidikan vokasional, industri maritim, dan perikanan.
Di sisi lain, EFTA akan memperoleh peningkatan akses pasar ke Indonesia untuk produk emas, obat-obatan,
tekstil, kimia, jam, makarel, mesin, jus, tanker, dan parfum. Komitmen lain yang juga terangkum dalam IE-
CEPA adalah fasilitasi perdagangan. Melalui komitmen ini, peraturan perdagangan maupun prosedur
kepabeanan akan menjadi lebih sederhana dan lebih transparan. Melalui IE-CEPA, Indonesia juga
menawarkan investasi untuk sektor-sektor yang menjadi unggulan EFTA, di antaranya perikanan, pertanian,
manufaktur (produk makanan, tekstil, kimia, farmasi), dan energi. IE-CEPA juga diharapkan dapat
menciptakan iklim usaha yang terbuka, stabil, dan dapat diprediksi bagi para investor.
Sekilas Mengenai Perundingan IE-CEPA
Pada 7 Juli 2010, perundingan Indonesia-EFTA CEPA diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
Presiden Swiss Doris Leuthard (mewakili EFTA) berdasarkan prinsip-prinsip komprehensif, saling
menghargai (mutual respect), semangat yang konstruktif (constructive spirit), kesetaraan kedaulatan
(sovereign equality), dan saling menguntungkan (common benefit), serta mengakui adanya perbedaan
tingkat pembangunan antara kedua pihak.
Setelah berlangsung selama 9 putaran, perundingan dihentikan sementara pada 2014 karena adanya
pergantian pemerintahan di Indonesia. Pada 2016, Indonesia dan EFTA sepakat melanjutkan kembali proses
perundingan yang akhirnya dapat diselesaikan secara substansial pada pertemuan terakhir di Bali pada 29
Oktober—1 November 2018.
Perundingan Indonesia-EFTA CEPA secara resmi dinyatakan selesai pada 23 November 2018 ketika kedua
pihak menandatangani deklarasi bersama penyelesaian perundingan IE-CEPA (Joint Statement on the
Conclusion of the Negotiations on a Comprehensive Economic Partnership Agreement between the EFTA
States and Indonesia) di Jenewa, Swiss.
Perdagangan Indonesia-EFTA
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa EFTA merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-23
dan negara asal impor nonmigas ke-25 terbesar bagi Indonesia. Pada 2017, total perdagangan Indonesia-
EFTA mencapai USD 2,4 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke EFTA tercatat USD 1,31 miliar, sementara impor
Indonesia dari EFTA sebesar USD 1,09 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke EFTA antara lain mencakup perhiasan, perangkat optik, emas, perangkat
telepon, dan minyak esensial. Sementara impor utama Indonesia dari EFTA adalah emas, mesin turbo-jet,
obat-obatan, pupuk, dan campuran bahan baku industri. Nilai investasi negara-negara anggota EFTA di
Indonesia pada 2017 baru mencapai USD 621 juta dan dengan ditandatanganinya Indonesia-EFTA CEPA ini
diharapkan lebih banyak lagi investor dari negara-negara EFTA yang menanamkan modalnya di Indonesia.
--selesai--
Informasi lebih lanjut hubungi:
Fajarini Puntodewi Ni Made Ayu Marthini
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Direktur Perundingan Bilateral
Kementerian Perdagangan Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Kementerian Perdagangan
Email: pusathumas@kemendag.go.id Telp/Fax: 021-3442576/021-3858206
Email: ditbilateral@kemendag.go.id

You might also like