Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dijumpai dan kompleks. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dicatat dialami oleh
10-15% wanita hamil. Diagnosis PJT pada umumnya ditegakkan saat pemeriksaan
antenatal, akan tetapi beberapa dari janin tersebut tidak terskrining selama
kehamilan sehingga ditemukan ketika bayi telah dilahirkan. Hal ini sangat penting
bagi ahli kebidanan dan perinatologi untuk mengenali PJT karena kondisi janin
seperti ini memiliki hubungan yang signifikan dengan morbiditas dan mortalitas
jangka pendek berupa resiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan
dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi,
tersebut terkenal dengan barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah
pertumbuhan janin dan bayi baru lahir yang meliputi beberapa parameter (lingkar
kepala, berat badan, panjang badan). Banyak istilah yang digunakan untuk
date, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 DEFINISI
Tidak semua janin berukuran kurang dari persentil 10 beresiko untuk hasil
terhambat mengacu pada janin yang kecil usia kehamilan dan menampilkan
tanda-tanda lain dari hipoksia kronis atau kekurangan gizi. Kecil masa
kurang dari persentil 10 untuk usia kehamilannya, yang dapat terjadi akibat
Berat bayi lahir rendah yang berukuran kecil pada usia kehamilan
janin untuk memperoleh ukuran janin yang sesuai dengan usia kehamilan.
mengalami small for gestasional age (SGA) yaitu janin dengan berat badan
3
Gambar 1 : kurva pertumbuhan janin (Cunningham, 2014)
kepala bayi pada usia kehamilan tertentu. Pada setiap kurva, terdpat garis
persentil 90%, 50% dan 10%. Misalnya jika bayi verada pada persentil 10
untuk berat badan, hal ini berarti berat badan bayi kurang 10% dari normal.
Bayi yang berada dibawah 25% untuk berat lahir dan panjang dianggap
Terdapat 2 jenis PJT, yaitu moderate dan severe. Moderate adalah PJT
yang berada pada persentil 3 hingga persentil 10 sementara severe adalah PJT
4
disebabkan oleh faktor biologis. Sebanyak 25-60% bayi dengan SGA
dianggap telah tumbuh sesuai dengan etnis, paritas, berat dan tinggiya.
metabolik pasca kelahiran seperti yang biasanya terjadi pada PJT (Murki,
2014).
2.2 KLASIFIKASI
1. Simetris
Pertumbuhan janin terhambat tipe simetris merupakan deskripsi yang
diberikan jika kecepatan tumbuh berkurang ekuivalen pada lingkar kepala
(head cimcumference ,HC) dan lingkar abdomen ( abdominal cimcumference,
AC). Pada kebanyakankasus, rasio H:A (Head: Abdomen) akan berada dalam
rentang normal dan akan menunjukkan janin yang kecil secara konstitusional.
Untuk keadaan PJT simetris jarang terjadi pada kehamilan yang patologis/
yang disertai kelainan medis. Pada kasus tersebut, gangguan telah terjadi pada
awal kehamilan dan menyebabkan PJT berat dan prognosis kehamilan yang
sangat buruk (Gondo, 2014).
Janin yang kecil secara konstitusional, kecepatan pertumbuhan pada
kehamilan ini berlanjut sepanjang sentil yang sama. Tidak ada ciri insufisiensi
uteroplasenta ataupun abnormalitas janin pada USG. Sebagai tamahan, nilai
Doppler untuk uterus, umbilicus, dan janin berada dalam rentang normal.
Keadaan ini terjadi pada ibu dengan postur tubuh kecil (Gondo, 2014).
Janin yang kecil secara patologis, kecepatan pertumbuhan pada kehamilan
ini terus menurun dan secara progresif melewati sentil yang lebih rendah.
Kebanyakan dari kehamilan ini mengalami insufisiensi uteroplasenta onset
dini yang berat atau abnormalitas janin, yang khas adalah triploidi. Jika tidak
yakin janin kecil secara konstitusional atau patologis, lakukan scan ulang
(Gondo, 2014).
Pada PJT tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil
akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi
5
seluler semua organ janin. PJT tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar
kepala dan panjang badan yang berada dibawah persentil ke-10. PJT simetris
ini terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka
kejadiannya kira-kira 20-30% dari seluruh bayi PJT (Hasibuan, 2009).
Sebagai contoh, pada PJT tipe simetris fase awal akan menghasilkan
penurunan yang relatif pada jumlah dan ukuran sel. Misalnya, janin yang
terpapar oleh zat kimia, infeksi virus atau pertumbuhan sel yang tidak normal
mungkin menyebabkan penurunan proporsi ukuran kepala dan tubuh
( Hasibuan, 2009)
Gambaran klinis : (Murki, 2014)
Pertumbuhan terhambat dimulai di awal gestasi
Jumlah sel menurun
Disebabkan oleh faktor instrinsik seperti infeksi kongenital atau
abnormalitas kromosom
Pada bayi dengan PJT simetris terjadi penurunan ukuran anatomis
termasuk berat, panjang, dan lingkar kepala. Pada beberapa kasus
terdapat perbedaan 3 cm antara lingkar kepala dan lingkar dada.
PI lebih dari 2
2. Asimetris
Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris adalah deskripsi yang
diberikan jika kecepatan tumbuh kepala janin yang berkurang tidak sama
dengan lingkar abdomenya. Pada kebanyakan kasus, Pertumbuhan janin
terhambat asimetris adalah akibat dari insufisiensi uteroplasenta. Ciri
insifusiensi uteroplasennta yang ditemukan pada USG meliputi abnormalitas
plasenta (danau, klasifikasi, konsistensi seperti jeli) dan berkurangnnya cairan
amnion. Ciri pada janin meliputi kardiomegali ringan, usus hyperechoic, dan
dilatasi usus halus. Adanya ciri-ciri ini akan menunjang ( Gondo, 2014).
Pertumbuhan janin terhambat tipe-2 terjadi karena janin kurang
mendapat nutrisi dan energi, sehingga sebagian besar energi digunakan secara
langsung untuk mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan
jantung). Hal ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. Pertumbuhan
janin terhambat asimetris mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar
perut kecil. Pertumbuhan janin terhambat tipe-2 memiliki berat badan yang
kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan panjang badan
6
normal. Pertumbuhan janin terhambat asimetris terjadi pada trimester
terakhir, yang disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan
pertumbuhan ( Hasibuan, 2009).
Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris mungkin diikuti dengan
kehamilan tua yang menyebabkan insufisiensi plasenta dari hipertensi.
Sebagai akibatnya, akan mengurangi transfer glukosa dan simpanan energi di
hepar akan mempengaruhi ukuran sel saja, bukan jumlahnya dan lingkar
abdomen janin yang direfleksikan dengan ukuran liver akan berkurang
(Cunningham, 2014).
Gambaran klinis : (Murki, 2014)
Keterlambatan pertumbuhan dimulai saat akhir trimester dua atau awal
trimester tiga
Jumlah sel normal tapi ukuran sel mengecil
Hambatan pada nutrisi fetal dengan glikogen dan lemak yang terbatas,
menyebabkan kelainan plasenta
Penurunan berat badan dan panjang fetal akibat Brain Sparing
Gambaran malnutrisi terbentuk dari lapisan kulit yang tipis, kehilangan
lemak , kehamilan tua.
Ponderal Index (PI) < 2
3. Campuran
Pada tipe kombinasi,bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal,
sedikit pengurangan dari masa jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam
jangka waktu lama dan parah, janin kemungkinan akan kehilangan
kemampuan untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari PJT kombinasi
menjadi PJT tipe simetris (Hasibuan, 2009)
Gambaran klinis : (Murki, 2014)
Penurunan jumlah sel dan ukuran sel
Biasanya muncul saat PJT terjadi akibat kelainan plasenta di masa akhir
kehamilan.
Memiliki gambaran klinis PJT simetris dan PJT asimetris
Bayi dengan jumlah sel normal biasanya memiliki keadaan lebih baik
dan memperbaiki perkembangan saraf.
7
PJT tipe simetris PJT tipe asimetris
Insidensi 20-30% Insidensi 70-80%
Terjadi pada trimester ke-1 & ke-2 Terjadi pada trimester ke-3
Kecil secara simetris Kepala lebih besar dari abdomen
Menghambat selular embrionik Menghambat hipertrofi selular
Menurunnya ukuran sel
Indeks ponderal normal Indeks ponderal rendah
Rasio kepala/abdomen dan femur/ Rasio kepala/abdomen dan femur/
abdomen yang normal abdomen yang meningkat
Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta
Menghambat hipertrofi dan hiperplasia Biasanya keadaan neonatus agak buruk
selular Menurunnya jumlah & ukuran dan membaik bila komplikasi dihindari
sel atau diterapi secara adekuat
Komplikasi neonatus, prognosis buruk Terjadi pada trimester ke-3
2.3 ETIOLOGI
8
sebelum kehamilan
- Berat badan yang rendah selama kehamilan atau asupan
nutrisi yang tidak adekuat (<1500 kalori/hari)
- Status sosio-ekonomi yang buruk
- Merokok, alkohol atau penggunaan obat-obatan
- Usia pada saat kehamilan yang ekstrim : <16 tahun atau
>35 tahun
- Teknologi reproduksi
- Pasangan baru setelah kehamilan selanjutnya
- Teratogen, antikonvulsan, metotrexat, warfarin
- Penyakit vaskular, hipertensi kronik, diabetes pre-
gestasional, sindrom antiphospolipid antibodi, collagen
vascular disease seperti ( SLE, thrombophilia, penyakit
ginjal, chron’s disease, colitis ulseratif),
- Hipoksia pada dataran tinggi (>10.000 kaki)
- Anemia seperti hemoglobinopathies
Janin - Infeksi kongenital seperti cytomegalovirus, syphilis,
rubelaa, varicella, toxoplasois, tuberculosis, HIV, malaria
kongenital
- Aneuploidies : triploidy, trisomy 13, 18, 21
- Microleteions : 4p-
- Russell silver syndrome
- Sindrom genetik atau anomal janin
Plasenta - Insufisiensi pembuluh darah uteroplasenta
- Chorionic separaton (hematoma, partial abruption}
- Extensive villous infarction
- Marginal atau velamentous cord insertion (regresi
chrion)
- Malformasi uterin (unicornuate uterus)
- Confined placental mosaicism
- Advanced placental maturation
a. Faktor ibu
Beberapa data demografik menunjukkan faktor ibu memiliki
hubungan dengan PJT. Perempuan dengan usia reproduksi yang ekstrim,
khususnya ibu hamil dengan usia muda memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk mengalami PJT. Hal yang sama juga terjadi pada ibu hamil dengan usia
tua. Studi yang dilakukan oleh Strobino dkk tidak menemukan hubungan
antara usia dan berat bayi lahir rendah dan melaporkan adanya faktor
9
independen yang dipengaruhi oleh faktor sosial seperti etnis, status ekonomi,
usia saat menarche, tinggi ibu, dan kebiasaan merokok saat kehamilan
(Suhag, 2013).
Ras, status sosio-ekonomi yang rendah dan tinggal pada Negara
berkembang adalah faktor resiko untuk PJT. Wanita dengan status sosio-
ekonomi yang rendah dan tinggal di Negara berkembang pada umumnya
memiliki asupan nutrisi yang buruk, mengalami anemia dan pemeriksaan
antenatal care yang jarang serta masalah kekerasan dalam rumah tangga
mempengaruhi pertumbuhan janin. Berat ibu saat melahirkan, berat ibu saat
sebelum hamil, dan berat badan yang rendah selama kehamilan memiliki
hubungan yang positif dengan PJT. Asupan kalori dan defisiensi nutrisi
tertentu (seperti glukosa, zinc, folat) masih belum jelas memiliki hubungan
dengan PJT (Suhag, 2013).
Beberapa kebiasaan dan kondisi lingkungan diketahui merupakan
faktor resiko PJT. Wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya terpapar
dengan hipoksia kronis dan menyebabkan berat badan lahir rendah. Studi
yang dilaksanakan di Colorado, Peru dan Tibet menunjukkan hubungan yang
langsung antara dataran tinggi dan berat badan lahir rendah. Merokok saat
kehamilan juga memiliki resiko 3,5 kali lebih untuk mengalami PJT
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Suhag, 2013).
Faktor ibu yang lainnya seperti faktor uterin (seperti fibroid, anomali
mullerian), penyakit periodontal dan kondisi genetik seperti mutasi gen
angiotensin. Riwayat melahirkan bayi PJT meningkatkan rekurensi PJT
hingga melebihi 25%. Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi PJT
memiliki resiko dua kali lebih besar untuk mengalami PJT (Suhag, 2013).
b. Faktor Janin
Faktor janin dapat bervariasi mulai dari genetik, malformasi
kongenital, infeksi janin atau penyebab lainnya seperti kehamilan kembar.
Genetik berkontribusi menyebabkan 5-20% terjadinya PJT, khususnya pada
fase awal pertumbuhan janin. Genetik selanjutnya menyebabkan abnormalitas
seperti abnormalitas kromosom misalnya trisomy 21,18,13 dan 16. Trisomi
18 dihubungkan dengan kejadian PJT yang lebih berat dibandingkan dengan
trisomy 21 atau 13 (Suhag, 2013).
10
Malformasi kongenital termasuk kelainan jantun kongenital, hernia
diaphragmatikus, defek pada dinding abdomen (omphalocele, gastroschisis),
agenesis atau dysplasia renal, anencephaly dan single umbilical artery juga
dihubungkan dengan PJT (Suhag, 2013).
Infeksi menyebabkan <5% terjadinya PJT. Infeksi yang tersering
adalah virus (rubella, CMV, herpes, varicella, herpes zoster, HIV), dan infeksi
parasit (toxoplasmosis, syphilis, malaria). Infeksi bakteri dianggap sebagai
penyebab yang jarang dari PJT, tetapi chlamydia, mycoplasma, listeria, and
tuberculosis dilaporkan sebagai penyebab PJT. Penyebab tersering PJT di
Negara maju adalah CMV. Mekanisme kerusakan pertumbuhan janin oleh
CMV disebabkan oleh direct cytolysis dan kehilangan fungsi sel pada
beberapa system organ janin. Pada Negara berkembang khususnya di Negara-
negara sub-Saharan Afrika, PJT umumnya disebakan oleh malaria dalam
kehamilan (Suhag, 2013).
PJT diketahui sebagai salah satu komplikasi tersering dari
multigravida dan menyebabkan lebih dari 3% dari semua kasus PJT.
Multigravida memiliki resiko 5-10 kali lebih besar untuk mengalami PJT
dibandingkan dengan primigravida yang insidennya hanya 15-30%. Resiko
PJT tergantung dari banyak faktor seperti jumlah janin, chorionicity, penyakit
kongenital atau abnormalitas tali pusar seperti velamentous cord insertion
atau terdapat dua vena tali pusat (Suhag, 2013).
c. Faktor Plasenta
11
Confined placental mosaicism, single umbilical artery, dan velamentous cord
insertion juga dapat menyebabkan terjadinya PJT. Tumor plasenta yang
jarang seperti chorioangioma dapat menurunkan arus uteroplasenta dan dapat
menyebabkan terjadinya PJT. Peneletian terkini oleh Sato dkk menunjukkan
peningkatan prevalensi infark plasenta, thrombosis pembuluh darah janin dan
vilitis kronik pada janin dengan PJT dibandingkan dengan pertumbuhan pada
kehamilan normal (Suhag, 2013).
2.4 EPIDEMIOLOGI
12
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena
akan memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan
bahwa pada golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika
dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah atas (5%) (Wiknjosastro,
2014)
2.5 PATOFISIOLOGI
pada trimester akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut
jauh lebih kecil dari pada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin
pemeriksaan gas darah pada PJT yang parah dan menemukan asidosis dan
Penyebab PJT simetrik adalah factor janin atau lingkungan uterus yang
(aneuploidy), umumnya trisomy 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT
13
2.6 GAMBARAN KLINIS
2.7 DIAGNOSIS
14
Gambar 2 : alur diagnosis PJT1
15
b. USG (pengukuran ukuran janin dan cairan amnion)
Pasien yang diduga dengan PJT selanjutnya dapat dievaluasi
dengan menggunakan USG untuk mengidentifikasi anomali janin.
Pada kehamilan yang memiliki resiko tinggi, serial USG atau
pengukuran lingkar perut adalah alat prediksi yang sangat baik. USG
telah digunakan untuk mengkalkulasi perkiraan berat janin selama
bertahun-tahun. Terdapat 4 pengukuran dasar, yaitu diameter
biparetal, lingkar kepala, panjang femur dan lingkar perut, dapat
dilakukan mulai dari usia kehamilan 14 minggu dengan menggunakan
standar guideline AIUM. Pengukuran EFW telah dilakukan
sebelumnya dengan menggunakan beberapa formula dan formula
Hadlock C adalah rumus yang paling sering digunakan (Suhag,
2013).
Hubungan antara PJT dan oligohidramnion telah lama diketahui.
Chauhan dkk telah menemukan bawa 10% ibu dengan
oligohidramnion di suspek dengan PJT. Kelompok wanita tesebut
memiliki resiko 2 kali lebih besar mengalami sectio cesaria untuk
memastikan kondisi denyut jantung janin. Petrozella dkk melaporkan
bahwa penurunan cairan amnion pada usia kehamilan 23-34 minggu
meningkatkan resiko malformasi secara signifikan. Tanpa adanya
malformasi, terdapat 37% bayi dengan berat badan lahir dibawah
persentil 3 yang disertai dengan oligohidramnion, 21% yang cairan
amnionnya di ambang batas dan 4% dengan jumlah normal
(Cunningham, 2014
c. Dopler velocimetry
Dengan tekhnik ini, perlambatan perkembangan plasenta dapat
dideteksi pada pembuluh darah perifer seperti arteri umbilicus dan
arteri middle cerebral. Onset akhir PJT memiliki karakteristik aliran
darah yang abnormal pada ductus venosus, aorta janin serta aliran
keluar pulmoner dan oleh aliran balik arteri umbilicus (Suhag, 2013)
Karakteristik arteri umbilikus yang abnormal adalah tidak
memiliki aliran balik diastol dan hal ini memiliki hubungan yang kuat
16
dengan terjadinya PJT. Abnormalitas tersebut merupakan tanda bahwa
janin akan mengalami kegagalan dalam beradaptasi. Tidak adanya
aliran balik diastol telah lama dihubungkan dengan hipoksia, asidosis,
dan kematian janin. Dopler velocimetry dianggap sebagai standar
dalam mengevaluasi PJT. American College of Obstetricians and
Gynecologists (2013) mencatat bahwa penggunaan Doppler
velocimetry akan meningkatkan outcome klinis (Suhag, 2013)
d. Pemeriksaan serologi
Berdasarkan anamnesis dan identifikasi faktor resiko serta
pemeriksaan terhadap infeksi, pemeriksaan serologi ibu seperti IgG
dan IgM untuk CMV, toxoplasmosis dan HSV perlu dilakukan.
Pemeriksaan Rubella juga diperlukan jika pemeriksaan rutin prenatal
tidak menunjukkan hasil yang positif. Terdapat bukti yang kurang
kuat mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan rutin
thrombophilia. Akantetapi, pemeriksaan APS (ACA IgG, IgM, lupus
antikoagulan, beta-2 mikroglobulin IgG dan IgM) mungkin
dibutuhkan untuk mengelola infeksi pada kehamilan sekarang dan
untuk yang mendatang (Suhag, 2013)
Pada trimester pertama, rendahnya kadar pregnancy-
associated plasma protein A (PAPP-A) atau human chorionic
gonadotropin (hCG) dan peningkatan serum AFP yang tidak
diketahui penyebabnya memiliki hubungan dengan terjadinya
kelahiran di bawah persentil 10 (Suhag, 2013)
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula.
Jika wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100
pound (<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia
17
gestasionalnya akan meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat
dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat
lahir yang secara genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat
2014)
2.9 KOMPLIKASI
tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di
sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu : (Suhag, 2013).
1. Janin
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
18
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
2.10 PENATALAKSANAAN
19
waktu untuk merencanakan dan melakukan suatu intervensi yang
janin. Perlu perhatian yang serius pada pasien hamil risiko tinggi
yang masuk dari pada komponen kalori itu sendiri. Wanita hamil
20
Oleh karena itu semua pekerjaan fisik dilarang pada kehamilan dengan
intaruterin simetris yang berat. Jika diduga ada keadaan yang demikian
21
Telah disepakati bahwa hasil uji tanpa beban yang menghasilkan
akselerasi 15 beat per menit atau lebih yang berlangsung paling tidak
pada uji tanpa beban yang dilakukan setiap minggu tidak terdapat
efek tersebut diatas dan memenuhi syarat untuk uji beban kontraksi
NST)
22
c. Dalam masa partus dimana telah ada his spontan. Pada OCT
pasien diberi infus larutan encer oksitosin (10 unit oksitosin dalam
air ketuban. Bila ternyata paru-paru janin telah matang (rasio L/S=
(Wiknjosastro, 2014).
Oligohidramion
23
BPD tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko
e. Monitoring Antepartum
bila janin akan dilahirkan. Bagi situasi di Indonesia, saat yang tepat
ialah bergantung pada arus darah arteri umbilical dan usia gestasi.
24
maka perlu dipertimbangkan melahirkan bayi dengan induksi.
surveilans lebih intensif 2-3 kali per minggu, atau rawat inap dan
kehamilan cukup ( >37 minggu ), monitor ketat ibu dan janin, dan
SC (Wiknjosastro, 2014).
25
Aspirin dosis rendah direkomendasikan pada wanita dengan
f. Monitoring intrapartum
26
kesamping kiri, bokong ditinggikan sehingga bagian terdepan lebih
2.11 PROGNOSIS
Kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati
(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
BAB III
KESIMPULAN
PJT adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang
meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang
27
PJT diklasifikasikan menjadi PJT simetris, asimetris, dan kombinasi
keduanya. Etiologinya dapat berasal dari ibu, uteroplasenta, maupun dari janin itu
sendiri. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan
berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi
normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya
ibu (factor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia
PJT dapat menyebabkan komplikasi baik pada janin maupun pada ibu,
mulai dari yang ringan hingga yang paling berat, nahkan dapat menyebabkan
kematian janin.
sampai setelah bayi dilahirkan, dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin.
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan
olahraga rutin dapat dikontrol. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan
makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur
28
29