You are on page 1of 6

DASAR TEORI

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam perkembangannya, produksi
alkohol yang paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku yang
dapat digunakan pada pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan berpati: tepung,tepung
sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia; bahan berselulosa
(lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas dan lain-lain (Maggy, 1990).

Bioetanol dapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot utilissima) sering juga disebut
sebagai ubi kayu atau ketela pohon, merupakan tanaman yang sangat populer di seluruh dunia,
khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong memiliki arti ekonomi terpenting
dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain Selain itu kandungan pati dalam singkong yang
tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong
adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia.
Potensi singkong di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama.
(Dwiari, 2008)
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl

Pati yang berasal dari singkong memiliki suhu gelatinasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan pati yang berasal dari tumbuhan yang lainnya. Suhu gelatinasi pati singkong berkisar antara
49-64 °C sampai 62-73 °C. Tatapi menurut Kofler, suhu gelatinasi pati singkong adalah 68-92 °C.
Pati singkong memiliki viskositas paling tinggi bila dibandingkan dengan pati-pati yang lainnya.
Karakteristik viskositas ini dipengaruhi oleh perbedaan varietas, faktor lingkungan, laju
pemanasan, dan bahan-bahan lain yang terdapat di dalam sistem (Samsuri, 2008).

Secara alamiah pati merupakan campuran dari amilosa dan amilopektin. Komposisi amilosa
dan amilopektin berbeda-beda pada tiap tumbuhan. Untuk pati yang berasal dari jagung memiliki
kadar amilosa 28% dan kadar amilopektin 72%, sedangkan pati yang berasal dari singkong dan
beras memiliki kandungan amilosa dan amilopektin yang sama, yaitu secara berturut-turut 17%
dan 83% (Samsuri, 2008).
Bahan Pembantu Pada Proses Pembuatan Bioetanol
Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya
mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme
tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiranbutiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya
digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti
acar, tempe, tape, roti, dan bir. (Rhonny, 2003)
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu spesies ragi yang memiliki daya konversi
gula menjadi bioetanol dengan baik. Mikroba ini biasanya dikenal dengan baker’s yeast dan
metabolismenya telah dipelajari dengan baik. Produk metabolik utama adalah bioetanol, CO2, dan
air sedangkan beberapa produk lain dihasilkan dalam jumlah sangat sedikit. Ragi ini bersifat
fakultatif anaerobik. Saccharomyces cerevisiae memerlukan suhu 30oC dan pH 4,0-4,6 agar dapat
tumbuh dengan baik. Ragi tumbuh optimum pada suhu 25-30oC dan 9 maksimum pada 35-47oC.
Nilai pH untuk pertumbuhan ragi yang baik antara 3-6. Perubahan pH dapat mempengaruhi
pembentukan hasil samping fermentasi. Pada pH tinggi maka konsentrasi gliserin akan naik dan
juga berkorelasi positif antara pH dan pembentukan asam piruvat. Pada pH tinggi maka lag phase
akan berkurang dan aktivitas fermentasi akan naik (Rhonny, 2003).

Proses Produksi Bioetanol


Proses produksi bioetanol pada dasarnya sama untuk semua jenis bahan baku, seperti hidrolisis,
fermentasi, dan destilasi. Namun, pada pengolahan awal sebelum difermentasi setiap bahan baku
mengalami proses yang berbeda-beda. Sebagai contoh, proses produksi bioetanol yang berasal dari
bahan yang mengandung pati dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Gelatinisasi: dalam proses gelatinasi, bahan baku seperti ubi kayu, ubi jalar atau jagung
dihancurkan dan dicampur air sehingga menjadi bubur yang diperkirakan mengandung pati
27-30 %. (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002)
b. Hidrolisis: proses ini bertujuan untuk memecah molekul karbohidrat polimer menjadi bentuk
gula sederhana seperti glukosa. Proses ini dilakukan untuk bahan baku yang mengandung pati
dan selulosa. Pati dan selulosa merupakan suatu polisakarida, sehingga untuk memperoleh
gula yang dapat digunakan pada proses fermentasi harus melalui tahap hidrolisis dengan
menggunakan asam atau enzim. Namun, biasanya enzim lebih banyak digunakan. Proses ini
melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan
Qodratillah, 2002). Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka
untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut
berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan
asam klorida.
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi yang
terbentuk sebagai berikut.
(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)
(Poedjadji, 1994)

c. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob sebagian.
Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat untuk
membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian besar
organisme yang lain. Suatu fermentasi yang buruk biasanya adalah fermentasi yang mengalami
kontaminasi, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi
alkohol. proses fermentasi bertujuan untuk mengubah glukosa menjadi etanol dengan
menggunakan ragi (saccharomyces cereviseae). Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan
yang mengandung gula menjadi alcohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien (Poedjadji,
1994). Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi biasanya mengandung kadar alkohol
sebesar 8-10 % volume.
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi
bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel
mikroba.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa menjadi
bioethanol oleh sel-sel saccharomyces cereviseae.
C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2
Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida
(Poedjadji, 1994)
Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

1. Media
Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama glukosa
dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioethanol (Prescott and
Dunn, 1959)
2. Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya
adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting karena secara langsung dapat
mempengaruhi aktivitas saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan (Prescott and Dunn, 1959).
3. Nutrisi
Selain sumber karbon, saccharomyces cereviseae juga memerlukan sumber
nitrogen, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar
saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang diperlukan
untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada untuk pertumbuhan
Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi
dan tembaga (Prescott and Dunn,1959).
4. pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat Saccharomyces cereviseae adalah
bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6 (Prescott and
Dunn, 1959).
5. Volume starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi. Jumlah
volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta dapat menghasilkan
kadar alkohol yang relative tinggi. Volume starter yang terlalu sedikit akan mengakibatkan
produktivitas menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya
kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat terjadinya fermentasi terutama
bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika volume starter berlebihan akan
mengakibatkan hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian
bakteri sangat tinggi.
6. Waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu cepat, bakteri
Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, dan jika terlalu lama maka
bakteri akan mati dan etanol yang dihasilkan tidak maksimal. (Arbianto, 1994)
7. Konsentrasi gula
Konsentrasi gula yang cocok adalah 10-18 %, jika konsentrasi gulanya rendah
menyebabkan fermentasi tidak optimal sedangkan apabila konsentrasi gulanya terlalu
tinggi akan menyebabkan terhambatnya perkembangan Saccharomyces cereviseae.
(Arbianto, 1994)

d. Destilasi
Distilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik
didih atau kemudahan menguap (volatilitas). Faktor yang berpengaruh pada proses distilasi
adalah jenis bahan yang didistilasi, temperatur, volume bahan dan waktu distilasi. Namun
faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Proses perpindahan massa merupakan salah satu
proses yang cukup penting (Poedjadji, 1994)
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan
etanol). Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC (kondisi standar).
Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100oC akan mengakibatkan sebagian
besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi, akan bisa dihasilkan etanol dengan
konsentrasi 95% volume (Poedjadji, 1994).

Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana

DAFTAR PUSTAKA

Arbianto, Purwo. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Depdikbud.

Dwiari, S. R. 2008. Teknologi Pangan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Maggy, Themawidjaja. 1990. Bioteknologi. Jakarta: Erlangga.

Poedjadji, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI.

Pudjatmaka, A.H dan Qodratillah,M.T. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prescott and Dunn. 1959. Industrial Microbiology. USA : McGraw-Hill.

Rhonny dan Danang. 2003. Laporan Penelitian Pembuatan Bioethanol dari Kulit Pisang.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.

Samsuri, Bilal. 2008. Penggunaan Pragelatinasi. Jakarta : FMIPA UI.

You might also like