You are on page 1of 14

Kesehatan Dalam Perspektif Agama Masyarakat To Balo dan To Kribo

Dr. Nurhidayah, S.Kep., Ns., M.Kes 1) Ummu Alfatimah 2)


1)
Dosen Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
Alauddin Makassar
2)
Mahasiswa Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
Alauddin Makassar

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi


masyarakat To Balo dan To Kribo terhadap kesehatan berdasarkan faktor religi
dan falsafah hidup ( religous and philosofical factors) sunrise enabler leininger.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, dan
representative based sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Subjek
penelitian ini adalah masyarakat To Balo dan To Kribo. Cara pengumpulan data
dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Adapun tekhnik
analisa dan pengolahan data menggunakan analisis isi (content analysis) dengan
tahapan: membuat transkrip data, menentukan meaning unit, meringkas dan
mengorganisir data, melakukan abstraksi data, mengidentifikasi variabel dan
hubungan antar variabel secara kualitatif, dan menarik kesimpulan. Pengabsahan
data dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil yang didapatkan setelah
melakukan penelitian pada masyarakat To Balo dan To Kribo adalah bahwa sakit
dan kesehatan dianggap sebagai pemberian, cobaan, dan teguran dari Allah swt,
namun tetap masih mengaitkan dengan gangguan roh-roh atau makhluk halus
yang mereka percayai secara turun temurun, sehingga cara mengatasi masalah
kesehatan pun bermacam-macam mulai dari berdo’a memohon kesembuhan
kepada Yang Maha Kuasa, hingga berobat ke dukun dengan jampi-jampi dan
obat-obatan tradisional.

Kata Kunci: Kesehatan, To Balo, To Kribo

I. Pendahuluan tahun 1995, kabupaten barru

Indonesia merupakan negara dinyatakan sebagai kabupaten yang

dengan keanekaragaman suku yang memiliki masyarakat terasing oleh

menganut nilai-nilai, adat-istiadat depertemen sosial, tepatnya di Desa

dan kebiasaan yang menjadi ciri Bulo-Bulo Kecamatan Pujananting.

tersendiri, salah satunya terdapat di Desa tersebut berada di puncak

Kabupaten Barru yang merupakan pegunungan Kabupaten Barru,

salah satu kabupaten yang terdapat di berbatasan langsung dengan

Provinsi Sulawesi Selatan. Pada Kabupaten Pangkep dan Kabupaten


Bone. Di desa ini terdapat komunitas (Soulmaks, 2015). Sedangkan,

yang langka dan unik karena masyarakat To Kribo mempunyai

memiliki perpaduan tiga bahasa ciri dengan rambut keriting yang

daerah yaitu Bugis, Makassar, dan hampir sama dengan rambut orang

Konjo, bahkan beberapa kosa Afrika namun tidak berkulit hitam

katanya sama dengan bahasa daerah (Pare Pos, 2015). Oleh karena itulah

Mandar. Mereka juga memiliki adat, mereka dikenal sebagai To Kribo,

kebiasaan dan kebudayaan yang ‘to’ berarti ‘orang’, sedangkan

masih kental, komunitas ini ‘kribo’ berarti ‘keriting’. Jadi kalau

kemudian dikenal dengan suku To diartikan ‘To Kribo berarti ‘orang

Bentong. Keunikan lain dari Suku keriting’.

To Bentong adalah memiliki Sebuah masyarakat tentulah

beberapa masyarakat yang memiliki sebuah adat atau

mempunyai ciri khusus pada bagian kebudayaan sendiri ketika

fisiknya yang kemudian dikenal menghadapi sebuah kondisi sakit,

dengan masyarakat To Balo dan To meskipun sudah berada di zaman

Kribo. Ciri khas masyarakat To Balo yang modern, kepercayaan akan

adalah di sekitar dahi mereka kebudayaan kuno dalam

terdapat bercak putih menyerupai menjalankan pengobatan masih

bentuk segitiga begitu pula pada sering terjadi (Kustyana, 2013).

bagian tubuh seperti, kaki, badan, Kebudayaan akan mempengaruhi

dan tangan, oleh karena itulah tingkat pengetahuan baik dari

mereka dikenal sebagai To Balo, ‘to’ system, ide atau gagasan yang

berarti ‘orang’, sedangkan ‘balo’ terdapat dalam pikiran manusia,

berarti ‘belang’. Jadi kalau diartikan sehingga dalam kehidupan sehari-

‘To Balo’ berarti ‘orang belang hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2
Perwujudan kebudayaan adalah Pandangan terhadap sebab

benda-benda yang diciptakan oleh penyakit, cara pengobatan, dan cara

manusia sebagai makhluk yang melakukan tindakan preventif di

berbudaya, berupa perilaku dan masyarakat primitif dan religious

benda-benda yang bersifat nyata, sangat berhubungan dan bermanfaat

misalnya pola-pola perilaku, bahasa, untuk menjaga keutuhan sistem

peralatan hidup, organisasi sosial, sosial yang dikembangkan (Nonci,

religi, seni, dan lain-lain, yang 2014). Oleh karena itu, perawat perlu

kesemuanya ditujukan untuk memperhatikan klien sebagai

membantu manusia dalam manusia secara komprehensif,

melangsungkan kehidupan misalnya yaitu memadukan

bermasyarakat (Sutria, 2013). pemahaman tentang manusia sebagai

Budaya mempunyai pengaruh luas makhluk biologis dan sosial dengan

terhadap kehidupan individu. Oleh menerapkan pendekatan

sebab itu, penting bagi perawat kemanusiaan. Menghargai pasien

mengenal latar belakang budaya atau keluarga dengan menggunakan

orang yang dirawat (pasien) maka, cara tradisional, berarti kita juga

berkembanglah berbagai teori bersikap menghormati klien karena

khususnya teori dalam pemberian memberi kesempatan kepada mereka

asuhan keperawatan. Teori yang untuk melakukan ritual sesuai

sedang berkembang saat ini yaitu kepercayaannya, sejauh tidak

teori Transkultural dari Leininger, mengganggu proses pengobatan.

dimana berorientasi pada latar (Sudarma, 2009). Dalam beberapa

belakang budaya yang biasa disebut kasus, tenaga kesehatan terutama

Leininger Sunrise Enabler (Sutria, perawat melakukan pelayanan

2013). kesehatan tanpa diimbangi dengan

3
pelayanan keperawatan dengan mempertimbangkan kondisi

budaya masing-masing pasien, kesehatan dan gaya hidup

sehingga selalu terdapat kontras atau individu atau klien.

perbedaan pendapat antara perawat c. Culture care repatterning

dengan pasien serta anggota keluarga /restructuring, yaitu prinsip

pasien tersebut yang dapat merekonstruksi atau mengubah

menyebabkan terjadinya cultural desain untuk membantu

shock. Menurut Chesnay dan Barbara memperbaiki kondisi kesehatan

(2008), tindakan keperawatan yang dan pola hidup klien kearah yang

diberikan kepada klien harus tetap lebih baik.

memperhatikan tiga prinsip asuhan Seorang tenaga kesehatan dapat

keperawatan, yaitu : berusaha keras menunjukkan

a. Culture care preservatio/ perilakunya supaya sesuai dengan

maintenance, yaitu prinsip nilai yang berlaku di masyarakat.

membantu, memfasilitasi, atau Misalnya saja kalau seorang calon

memerhatikan fenomena budaya tenaga medis ditugaskan di

guna membantu individu masyarakat yang taat beragama,

menentukan tingkat kesehatan maka dia harus berusaha untuk

dan gaya hidup yang diinginkan. menunjukkan penghargaan terhadap

b. Culture care accommodation nilai agama yang berlaku tersebut,

/negotiation, yaitu proses baik dalam tutur kata, pakaian,

membantu memfasilitasi, atau maupun dalam praktik pelayanan

memperhatikan fenomena kesehatnnya itu sendiri. Sehingga

budaya ada, yang merefleksikan pada akhirnya, saat akan

cara-cara untuk beradaptasi, memberikan pelayanan kesehatan, si

bernegosiasi, atau perawat tersebut dapat menggunakan

4
pola pikir, nilai, dan budaya tergantung pada pertanyaan

masyarakat untuk menyusun penelitian, bahan, dan waktu,

kerangka pelayanan kesehatannya termasuk jumlah peneliti. Ukuran

(Sudarma, 2009). Oleh sebab itu, sampel yang diperlukan pada studi

tujuan dalam penelitian ini adalah kualitatif disesuaikan dengan

untuk mengetahui persepsi ketercapaian kelengkapan informasi

masyarakat To Balo dan To Kribo atau data yang diperlukan peneliti

terhadap kesehatan berdasarkan atau dengan kata lain telah tercapai

faktor religi dan falsafah hidup kejenuhan (saturated) (Afiyanti,

(religous and philosofical factors) 2014). Sampel penelitian kemudian

dalam sunrise enabler leininger. disebut informan yang terdiri dari

II. Metode Penelitian masyarakat To Balo, dan To Kribo,

Metode yang digunakan dalam serta masyarakat biasa yang

penelitian ini adalah metode merupakan perwakilan dari instansi

kualitatif dengan pendekatan pelayanan kesehatan, instansi

etnografi. Pendekatan etnografi pemerintahan, dan tokoh masyarakat

adalah pendekatan kualitatif yang setempat. Inforaman utama dalam

menjelaskan tentang pola budaya penelitian ini sebanyak 7 orang,

atau perilaku individu-individu masing-masing mewakili dari dua

dalam latar sosial dan tertentu masyarakat khas di suku To Bentong

(Hidayah, 2014). Teknik yaitu 4 orang dari masyarakat To

pengambilan sampel adalah Balo dan 3 orang dari masyarakat To

representative based sampling, yaitu Kribo. Sedangkan, Informan

kelompok budaya yang dapat pendukung sebanyak 4 orang.

dijangkau oleh peneliti. Sampel Penelitian ini dilaksanakan sejak

penelitian bisa kecil atau besar, tanggal 22 Agustus 2015 – 30

5
Agustus 2015 di Desa Bulo-Bulo (1) membuat transkrip data yaitu data

Kecamatan Pujananting Kabupaten yang terekam dalam tape recorder,

Barru. catatan lapangan (field note) atau

Cara pengumpulan data dokumentasi lainnya kemudian di

dilakukan dengan observasi, transkrip menjadi sebuah teks narasi

wawancara mendalam dan berisi pernyataan informan atau

dokumentasi. Observasi yang catatan hasil observasi, (2)

dimaksud dalam penelitian adalah menentukan meaning unit yaitu kata,

peneliti melihat dan mengamati kalimat atau paragraph yang saling

keseharian dan lingkungan para berhubungan melalui isinya dan

informan. Wawancara yang membentuk suatu makna sehingga

dimaksud adalah peneliti dapat data yang tidak relevan dapat

mengetahui bagaimana perspektif dihilangkan tanpa mengurangi

sehat sakit berdasarkan agama yang makna, (3) meringkas dan

dianut, cara pengobatan / kebiasaan mengorganisir data yaitu data yang

agama yang positif terhadap mengandung makna (meaning unit)

kesehatan. Dokumentasi yang diatur dan disesuaikan dengan topik

dimaksud adalah peneliti dapat atau pertanyaan yang diajukan, (4)

mengumpulkan foto-foto atau melakukan abstraksi data yaitu

dokumen autentik untuk mendukung mengelompokkan data yang

kredibilitas data yang telah memiliki makna yang sama

ditemukan oleh peneliti dalam kemudian membuat label terhadap

laporan penelitian sehingga lebih data tersebut yang terdiri dari

akurat. Data penelitian dianalisis koding, membuat kategori dan tema,

menggunakan metode analisis isi (5) mengidentifikasi variabel dan

(content analysis) dengan tahapan: hubungan antar variabel secara

6
kualitatif yaitu tema-tema yang telah Jarak tempuh dari Desa Bulo-

teridentifikasi dari kumpulan data bulo ke ibu kota kecamatan adalah

dirumuskan dan dikan menjadi satu 38 km dengan lama jarak tempuh

variabel, dan (6) menarik kesimpulan menggunakan kendaraan bermotor

yaitu peneliti memahami kembali adalah 2 jam, sedangkan lama jarak

seluruh isi data dan mengidentifikasi tempuh tanpa menggunakan

benang merah dari kumpulan kendaraan adalah 24 jam. Kondisi

kategori, tema, hubungan antar tema jalan masih dalam proses

dan variabel (Kusuma, 2011) pembangunan, sebagian besar badan

III. Hasil dan Pembahasan jalan hanya terdiri dari bebatuan dan

Masyarakat To Balo dan To tanah pegunungan di sepanjang jalan

Kribo bermukim di sebuah desa yang yang berkelak-kelok dengan tebing

berada di puncak pegunungan dan jurang di sisi jalan.

Kabupaten Barru yang dikenal Kondisi morfologi yang berada

dengan Desa Bulo-Bulo. Desa Bulo- di puncak terdiri atas sebaran

Bulo merupakan salah satu desa di perbukitan dan pegunungan dengan

wilayah pemerintahan Kecamatan ketinggian 1500 sampai 4000 m dari

Pujananting Kabupaten Barru permukaan laut dan luas wilayah

Sulawesi Selatan yang dibagi lagi 37,08 Km2 menjadikan Desa Bulo-

dalam 6 dusun yaitu: Dusun bulo berbatasan langsung dengan 2

Passengereng, Dusun Lappatemmu, kabupaten seperti Kabupaten Bone

Dusun Panggalungan, Dusun dan Kabupaten Pangkep, bahkan

Palampang, Dusun Labaka, Dusun karena jaraknya yang sangat dekat

Maroanging, dan Dusun Rumpiae dengan kedua kabupaten tetangga

(Gambar 2). tersebut membuat masyarakat saling

bekerjasama dalam kehidupan

7
sehari-hari misalnya dalam hal kearifan budaya lokalnya tanpa ada

berternak. Secara geografis, letak sekat. Aktifitas sehari-hari

desa Bulo-Bulo antara 119o, 45o BT masyarakat setempat adalah bertani,

dan 04o, 48o sampai dengan 04o,45o berkebun, beternak dan membuat

LS dengan batas wilayah sebagai gula merah dari pohon enau dengan

berikut: menggunakan peralatan sederhana.

a. Sebelah utara berbatasan dengan Pembuatan gula merah ini sudah

Desa Pujananting Kecamatan menjadi keterampilan turun temurun

Pujananting Kabupaten Barru. dari nenek moyang mereka yang

b. Sebelah selatan berbatasan kemudian sampai sekarang menjadi

dengan Desa Tondongkura salah satu sumber penghasilan

Kecamatan Tondong Tallasa masyarakat setempat.

Kabupaten Pangkep. Ajaran Islam tersebar ke Desa

c. Sebelah timur berbatasan dengan Bulo-bulo sejak tahun 1907, ketika

Desa Tondong Kecamatan Tellu itu Agama Islam telah resmi

Limpoe Kabupaten Bone. menjadi agama kerjaan setelah Raja

d. Sebelah barat dengan Desa Tabo- Tallo dari kerajaan Gowa menerima

Tabo Kecamatan Bungoro Islam pada tahun 1605 dan kemudian

Kabupaten Pangkep. menyebarkan ajaran agama ke

seluruh penjuru di Sulawesi, sejak


Penduduk desa Bulo-bulo pada
saat itulah agama yang dianut oleh
tahun 2015 berjumlah 2.191 jiwa
suku To Bentong adalah Agama
yang terdiri atas 634 kepala keluarga.
Islam. Sebelum Agama Islam masuk
Mereka hidup dalam ikatan
di Desa Bulo-Bulo, masyarakat suku
kekeluargaan dan persaudaraan yang
To Bentong menganut kepercayaan
kental, saling menghargai, tolong-
Patuntung. Kepercayaan tersebut
menolong dan menjunjung tinggi

8
berpusat di kerajaan Turungang yang bentuk pemberian, peringatan, dan

terletak di puncak Gunung cobaan dari Allah swt. Namun,

Bawakaraeng. karena masih kurangnya sentuhan

Kepercayaan ini berwatak nilai-nilai ajaran islam dalam

dinamistis dan memuja arwah nenek kehidupan beragama menjadikan

moyang serta menganggap alam raya pemahaman tentang kesehatan bagi

ini dikuasai oleh To Kammaya masyarakat setempat masih diwarnai

Kanana yang bersemayam di langit dengan pola pikir masa lalu yang

dan wakilnya Patanna Linoa atau sifatnya turun-temurun walaupun

yang menguasai bumi yang telah berada di zaman modern separti

merupakan pembawa keberuntungan saat ini. Hal tersebut mengakibatkan

dan kerugian serta berkuasa kurangnya masyarakat setempat yang

melakukan segala sesuatu yang memanfaatkan pelayanan kesehatan

dikehendakinya. Kepercayaan dalam pengobatan suatu penyakit

terhadap arwah nenek moyang ini secara medis, mereka lebih memilih

masih kental dalam kehidupan suku melakukan ritual-ritual keagamaan

To Bentong termasuk masyarakat To seperti memotong ayam hingga

Balo dan To Kribo. Segala sesuatu berobat ke dukun atau sandro

yang terjadi dalam keseharian kampong yang biasanya

mereka baik berupa cobaan maupun menggunakan mantera-mantera

nikmat masih disangkut pautkan sebagai media penyembuhan. Selain

dengan hal-hal tersebut. itu, dengan menggunakan

Masyarakat To Balo dan To pengetahuan secara alamiah yang

Kribo yang notabene beragama islam diwariskan oleh nenek moyang,

meyakini bahwa penyakit dan masyarakat To Balo dan To Kribo

penyebabnya merupakan suatu juga memanfaatkan berbagai

9
tanaman yang tumbuh di sekitar b. Tumbuhan sare’e atau serai dan

lingkungan tempat tinggal mereka jampu maratugala (jambu biji)

sebagai aset kesehatan. Sulitnya digunakan mengobati sakit perut

mengakses pelayanan kesehatan dan diare).

karena jarak tempuh yang cukup jauh c. Daun Pepaya untuk mengobati

dan tidak adanya anggota keluarga sakit perut dengan cara daunnya

yang mendampingi untuk berobat dimasak kemudian air rebusan

menguatkan alasan masyarakat suku dari daun papaya tersebut

To Bentong lebih memilih diminum

pengobatan alternatif dari pada d. Sapiri atau kemiri digunakan

pengobatan secara medis. Berikut untuk mengobati luka dengan

beberapa jenis tanaman yang cara ditumbuk sampai halus

dijadikan sebagai obat tradisional kemudian dioleskan pada bagian

oleh masyarakat To Balo dan To tubuh yang luka.

Kribo (Longi, 2003): e. Unti dare bagi penduduk yang

a. Tumbuhan vanili yang disebut menderita lumpuh atau

kariango digunakan mengobati rematikdengan caraunti dare

penyakit panas-dingin, flu dan dibakar kemudian direndam

sakit perut. Cara pengobatannya dengan air, air rendaman itulah

dengan mengeringkan kariango yang diminumkan kepada si

lalu diremuk dan direndam penderita. Jika kondisinya tidak

dengan air panas kemudian terlalu parah, cukup mengoleskan

diminum. Tanaman tersebut juga pada bagian tubuh yang sakit.

dianggap sebagai jimat untuk f. Tumbuhan jahe sangat

mengusir pengaruh roh-roh jahat bermanfaat bagi kesehatan,

atau setan.

10
utamanya mengobati batuk- berdo’a kepada Allah swt sebagai

batuk. suatu bentuk pengharapan belas

g. Daun tembakau atau jamba untuk kasihan seorang hamba kepada

mengobati gatal-gatal, dengan tuhannya agar lekas disembuhkan.

cara daun tembakau dikeringkan Orang yang sakit diperbolehkan

kemudian dicampur dengan air untuk mengadukan perih dan sakit

dan dioleskan pada tubuh yang yang diderita kepada dokter atau

gatal. temannya, selama hal tersebut bukan

h. Daun tiro-tiro ere untuk merupakan bentuk pelampiasan

mengobati sakit kepala dengan amarah dan kekecewaan. Dipandang

cara daun tersebut direndam dari sudut kesehatan, do’a

pada air panas kemudian mengandung unsur psikoterapeutik

diminumkan pada si penderita. yang mendalam. Psikoreligius terapi

Menurut Sari dan Lusia dalam ini tidak kalah pentingnya

Rahim (2015) menjelaskan bahwa dibandingkan dengan psikoterapi dan

penggunaan obat tradisional secara psikiatrik, karena ia mengandung

umum dinilai lebih aman kekuatan spiritual/kerohanian yang

dibandingkan dengan penggunaan membangkitkan rasa percaya diri dan

obat modern. Hal ini disebabkan rasa optimisme (harapan

karena obat tradisional memiliki efek kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa

samping yang relatif lebih sedikit percaya diri (self confident) dan

dari pada obat modern. Selain optimisme sangat esensisal bagi

menggunakan mantera dan obat penyembuhan suatu penyakit

tradisional, masyarakat suku To disamping obat-obatan dan tindakan

Bentong dalam mengobati penyakit medis yang diberikan (Ali, 2010).

yang dideritanya adalah dengan

11
Adapun pengobatan dengan menganjurkan untuk berobat akan

mantera dan do’a-do’a dalam tetapi di dalam melakukan

perspektif agama khusunya Agama pengobatan terdapat ketentuan yaitu

Islam diperbolehkan jika larangan melakukan pengobatan

mengandung dzikir kepada Allah swt dengan cara yang haram. Berobat

dan diucapkan dengan bahasa arab jika sakit merupakan salah satu

yang dapat dimengerti, karena kata- syari’at islam yang wajib dikerjakan.

kata yang tidak dimengerti tidak Bagi orang yang sakit hendaknya

dapat dijamin akan bebas dari unsur segera berobat karena ada dua

kemusyrikan. Akan tetapi, jika obat- keuntungan yang dapat diperoleh,

obat tradisional tersebut dianggap yaitu: melaksanakan perintah agama

sebagai jimat atau dengan tujuan yang insya Allah mendapat pahala,

akan dapat mengusir setan maka hal dan kedua ikhtiar menyembuhkan

ini dibatalkan dan dilarang dalam penyakit yang berarti membebaskan

Islam, dan Rasulullah mendo’akan diri dari penderitaan yang

agar yang berbuat demikian tidak diakibatkan sakit (Ali, 2010).

akan diselamatkan dan dilindungi Dari beberapa penjelasan di

oleh Allah swt seperti apa yang atas, maka dapat disimpulkan bahwa

menjadi tujuan dari jimat tersebut persepsi kesehatan berdasarkan

(Ali, 2010) faktor agama atau falsafah hidup

Masyarakat To Balo dan To (religious & philosophical factors)

Kribo menyatakan bahwa pelayanan masyarakat To Balo dan To Kribo

kesehatan yang sempat mereka yang berkaitan dengan pelayanan

dapatkan dinilai baik dan dapat kesehatan, penggunaa obat

diterima karena sesuai dengan ajaran tradisional dan do’a- do’a atau

agama yang mereka anut. Islam telah mantera yang tidak mengandung

12
kemusyrikan atau sesuai syariat mengatasi masalah kesehatan pun

Islam dalam pengobatan suatu bermacam-macam mulai dari berdo’a

penyakit dinilai tidak bertentangan memohon kesembuhan kepada Yang

dengan kesehatan sehingga Maha Kuasa, hingga berobat ke

intervensi yang dapat diberikan dukun dengan jampi-jampi dan obat-

adalah cultural care preservation obatan tradisional.

/maintanace. Adapun pengobatan


Ucapan Terima Kasih
tradisional yang masih dianggap
Penulis mengucapkan terima
sebagai jimat maka intervensi yang
kasih kepada seluruh masyarakat
dapat dilakukan adalah cultural care
suku To Bentong, khususnya kepada
accommodation/ negotiation culture,
masyarakat To Balo dan To Kribo
dimana kebiasaan tersebut diarahkan
yang telah bersedia menjadi
sesuai dengan agama yang dianut.
informan sehingga peneliti
IV. Kesimpulan
mendapatkan berbagai informasi
Persepsi masyarakat To Balo
berupa data-data yang sangat
dan To Kribo terhadap kesehatan
bermanfaat. Terima kasih pula
berdasarkan faktor religi dan falsafah
kepada pemerintah Kecamatan
hidup ( Religous and Philosofical
Pujananting Kab. Barru,
Factors) dalam Sunrise Enabler
Keperawatan FKIK UIN Alauddin
Leininger adalah sakit dan kesehatan
Makassar dan semua pihak yang ikut
dianggap sebagai pemberian,cobaan,
berperan dalam penelitian ini.
dan teguran dari Allah swt, namun
Daftar Pustaka
tetap masih mengaitkan dengan
Afiyanti, Yati dkk. Metodologi
gangguan roh-roh atau makhluk Penelitian Kualitatif dan Riset
Keperawatan
halus yang mereka percayai secara Ed.1.Jakarta:Rajawali Pres,
turun temurun, sehingga cara 2014.

13
Ali, Zaidin. Agama, Kesehatan dan Sudarma, Momo. Sosiologi untuk
Keperawatan. Jakarta: TIM, Kesehatan. Jakarta: Salemba
2010. Medika, 2009
Soulmaks. Ethnic Inside: Suku To
Chesnay, Mary de dan Barbara Balo, 22 Januari 2015.
Anderson. Caring for the
Vulnerable Perspective in
Nursing Theory, Practice, and
Research Second Edition.
London: Jones and Bartlett
Publishers, 2008.
Hidayah, Nur. Buku Daras Riset
Keperawatan. Makassar:
Alauddin University Press,
Kusuma,Kelana Dharma. Metodologi
Penelitian Keperawatan I
Pedoman Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian).
Jakarta: TIM, 2011.
Kustyana, Reni. “Perilaku
Masyarakat Dalam
Memanfaatkan Pelayanan
Kesehatan (Studi Pada Poliklinik
Desa Dan Dukun Di Gunung
Ibul Barat Prabumulih)”,
Malang: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya, 2013.
Longi, Syarief. To Bentong Barru:
Geliat di Kampung Budaya.
Barru: Yayasan LSM Sipurio
Barru SUL-SEL, 2003.
Nonci, M. Hajir. Sosiologi Agama.
Makassar: Alauddin University
Press, 2014.
Pare Pos.
http://www.parepos.co.id/sul-
sel/item/4444-perpaduan-
bahasa-makassar-dan-bugis-
tak-tahu-mengapa-rambut-kribo.
(4 Januari 2016).
Sutria, Eny. Keperawatan
Transkultural.Makassar:
Alaudin University Press, 2013

14

You might also like