You are on page 1of 39

TUGAS MATA KULIAH

GEOLOGI LAUT

GAMBARAN UMUM GEOLOGI OSEANOGRAFI

Oleh :

ANGGIT SWARNA BUMI

26020215140102

DOSEN:

Ir.Sidhi Saputro,M.Phill

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................... I

Daftar Isi.......................................................................................... 2

Kata Pengantar................................................................................................... 3

Pendahuluan....................................................................................................... 4

Pembahasan........................................................................................................ 6

Penutup ............................................................................................................. 38

Daftar Pustaka.................................................................................................... 39

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semaranng,4 Desember 2015

Penyusun

I. PENDAHULUAN
3
I.1 LATAR BELAKANG

Negara Indoensia adalah negara berkembang di dunia yang terdiri dari ribuan pulau,
dengan keanekaragaman budaya,suku,ras, dan agama. Dari letak geografis, posisi wilayah
negara indinesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Terletak diantara Benua Asia
dan Benua Australia serta diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indoonesia
merupakan negara yang sangat strategis karena merupakan persimpangan lalu lintas dunia
dan berpegaruh terhadap perkembangan ekonomi indonesia sendiri.

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang sebagian besar
wilayahnya adalah berupa lautan. Sejumlah 17.508 pulau, baik pulau besar dan kecil terdapat
di Indonesia, dengan panjang garis pantai 81.000 km, yang merupakan terpanjang ke 2 di
dunia, dan luas wilayah 21 juta km2, Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya. Luas
dalam arti sangat besar wilayahnya dan keanekaragaman wilayahnya mulai dari daratan,
kepulauan, sampai lautannya. Serta kaya dalam artian sangat berpotensi mempunyai
kekayaan alam di wilayah yang sangat luas yang dimilikinya, baik di daratan maupun di
lautan, karena seperti kita ketahui sebagai seorang ahli geologi, yang telah memahami proses-
proses geologi, seperti tektonik lempeng dan lain sebagainya, bahwa Indonesia berada di
zona yang sangat berpotensi terdapatnya sumberdaya alam yang berlimpah.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau
didaratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya
tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi
di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi
kenampakkan itu tertutup oleh massa air. Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa
istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat

I.2 RUMUSAN MASALAH

a. Definisi geologi dan Geologi Laut

b. Kenampakan geologi laut

c. Skala waktu geologi

d. Manfaat geologi laut

4
e. Satuan Geomorfologi Tepian Lempeng Aktif

f. Plate tectonic

g. Tatanan geologi kelautan indonesia

I.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan utnuk dapat menambah ilmu dan wawasan
tentang geologi laut, di mana pada dasarnya geologi laut itu hampir sama dengan geologi
darata hanya saja adanya massa air yang membedakaknya dengan geeologi darat.

II. PEMBAHASAN

5
II.1 Definisi geologi dan Geologi Laut

Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya
bumi dan Logos yang artinya ilmu. Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi.
Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk
Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya.Karena Bumi tersusun oleh batuan,
pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal
utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan merupakan objek
utama yang dipelajari dalam geologi.

Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu :

a. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi

b. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi

c. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup

d. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi

Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat kajian-
kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun
sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama
lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :

a. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian


mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat
lainnya.

b. Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk


deskripsi,klasifikasi dan originnya.

c. Sedimentologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi


deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.

d. Stratigrafi, yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan


proses pembentukannya.

6
e. Geologi Struktur, adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan
proses pembentukannya.

f. Palentologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang
berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi sejarah.

g. Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan


proses0proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam
menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.

h. Geologi Terapan, merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang


digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi Migas,
Geologi Batubara,Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisila, Geothermal dan
sebagainya.

Geologi laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang ilmu
geologi untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan dasar laut.
Ilmu ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun pelayaran, seperti
pembangunan dermaga, anjungan pemboran minyak, kabel bawah laut, jembatan
antar dua pulau dsb.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan
atau didaratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja
permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita
mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan
geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air

II.2 Kenampakan geologi laut

Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa istilah kenampakkan


geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa
diantaranya yaitu :

a. Coastal Plain : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses di daratan dan lautan

b. Continental shelf : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke


arah lautan, kedalaman rata-rata 3000 -6000 m, lebar 200 – 300 km
7
c. Continental Slope : Pada tepian paparan kedalaman bertambah secara tiba-
tiba, 100, 200 m , 1500 m, 3500 m, kemiringan terjal, terdapat gawir sesar

d. Continental Rise : Terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin,


kemiringan tidak terjal, relief rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen,
berasosiasi dengan lantai samudra dalam

e. Abysal plain : Diketemukan oleh ekspedisi MAR (1947), berbentuk


dataran bawah laut

f. Oceanic ridge : Terdiri dari pematang, dan rekahan, menyebar hampir di


seluruh samudra, total panjang 80.000km, kedalaman rata-rata 2500m,
terbentuk di bagian tengah lautan, topografi kasar, lembah sejajar dengan
sumbu kadang-kadang terpotong oleh zona rekahan, tinggi 1000-3000km,
lebar 1000m, sedimentasi berkembang jauh di bawah puncak

g. Ocean basin floor : Terdiri dari abyssal floor (lantai tubir), oceanic rise
(tonjolan dasar laut dan sea mount (gunung api dasar laut)

h. Rekahan : Berbentuk linier, berbentuk gawir, seamount, melebar


dan memotong ridge

i. Abyssal hill : Berbentuk relatif sempit dan tajam, tingginya tidak


lebih 1000m. Dimensi bervariasi antara 1-15km, kemiringan 1-15 derajat,
terbentuk secara mengelompok , bentuk tergantung batuan dasar

j. Sea mount : Tingginya mencapai lebih kurang 1000m, tersebar pada


dasar laut dalam secara terpencar, kemiringan berkisar antara 5 sampai 15
derajat dan berbentuk kerucut

k. Marginal trench : Berbentuk sempit dan sejajar dengan tepian benua, pada
umumnya tersebar di samudra pasifik, kerak dibawahnya bersifat continental,
kedalaman rumpang paparan rata-rata 130 m, lebar 400 km(rata-rata 78km),
kadang-kadang berbentuk teras, dipengaruhi oleh proses erosi dan sedimentasi.

8
II.3 Skala waktu geologi

Era dibagi menjadi Periode, kejadian yang terjadi tidak se-siginifikan pada
skala Era.Periode dibagi lagi menjadi Epoch.Para ahli Geologi telah membagi urutan
waktu perkembangan umur bumi berdasarkan ciri khas untuk masing-masing waktu
yang diberi istilah mulai dari urutan terbesar : kurun (eon), masa (era), zaman
(period), kala (epoch). Sejarah Kehidupan dijelaskan bertahap dari masa ke masa
untuk Kurun Kriptozoikum, kemudian dari zaman ke zaman untuk Masa
Palaeozoikum dan Mesozoikum, lalu dari kala ke kala untuk zaman Tersier dan
Kuarter.

Tabel berikut memberikan ringkasan peristiwa-peristiwa utama dan karakteristik


pada periode waktu yang membentuk skala waktu geologi didasarkan pada International
Commission on Stratigraphy

Mulai, juta
Eon Era Periode[1] Kala/Seri Peristiwa utama tahun yang lalu[2
]

Fanerozoikum Kenozoikum Neogen Holosen Akhir glasiasi dan 0.011430 ±


[3]
kebangkitan 0.00013[4]
peradaban
manusia.

9
Berkembangnya
dan selanjutnya
punahnya banyak
mamalia besar
(megafauna
Pleistosen 1.806 ± 0.005 *
Pleistosen).
Evolusi manusia
modern secara
anatomis. Awal
Zaman Es terkini.

Iklim dingin dan


kering.
Australopitheca;
banyak mamalia
Pliosen 5.332 ± 0.005 *
dan moluska yang
saat ini ada mulai
muncul. Homo
habilis muncul.

Miosen Iklim moderat; 23.03 ± 0.05 *


Orogeny di
belahan utara.
Mamalia dan
familia burung
modern dikenali.
Berbagai kuda dan
mastodon
berkembang.
Rumput tumbuh di
mana-mana. Kera
pertama muncul.

10
Paleogen Iklim hangat;
[3]
Evolusi dan
diversifikasi pada
fauna pesat,
terutama mamalia.
Oligosen 33.9±0.1 *
Evolusi dan
penyebaran utama
berbagai jenis
tumbuhan
berbunga modern.

Eosen Mamalia kuno 55.8±0.2 *


(mis. Creodont,
Condylarth,
Uintatheriidae, dll)
berkembang.
Munculnya
beberapa keluarga
mamalia
"modern". Paus
primitif
terdiversifikasi.
Rumput pertama.
Ice cap
berkembang di
Antarktika.

11
Iklim tropis.
Tumbuhan modern
muncul; Mamalia
terdiversikasi
menjadi beberapa
garis keturunan
primitif menyusul
Paleosen 65.5±0.3 *
kepunahan
dinosaurus.
Mamalia besar
pertama (sampai
seukuran beruang
atau kuda nil
kecil).

Kapur Atas/Akhir 99.6±0.9 *

12
Tumbuhan
berbunga
berkembang,
bersama dengan
jenis-jenis baru
insekta. Ikan
bertulang sejati
(Teleostei) modern
mulai
bermunculan.
Ammonita,
Belemnoidea,
Bivalvia rudist,
Echinoidea dan
Porifera umum
ditemukan.
Banyak jenis baru
dinosaurus (mis.
Tyrannosauridae,
Mesozoiku Bawah/Awa
Titanosauridae, 145.5 ± 4.0
m l
Hadrosauridae,
dan Ceratopsidae)
berkembang, juga
Crocodilia
modern;
mosasaurus dan
hiu modern
muncul di laut.
Burung primitif
perlahan
menggantikan
pterosaurus.
Mamalia
monotremata, 13
Jura Atas/Akhir Gymnospermae 161.2 ± 4.0
(terutama
Tengah tumbuhan runjung, 175.6 ± 2.0 *

14
Bawah/Awa
199.6 ± 0.6
l
Bennettitales dan
sikas) dan paku-
pakuan umum
ditemukan.
Banyak jenis
dinosaurus, seperti
sauropoda,
carnosaurus, and
stegosaurus.
Mamalia kecil
umum ditemukan.
Burung pertama
dan hewan melata
bersisik
(Squamata).
Ichthyosaurus dan
plesiosaurus 15
Atas/Akhir Dinosaurus 228.0 ± 2.0
mendominasi:
Tengah Archosaurus di 245.0 ± 1.5
daratan,
Ichthyosaurus dan
Nothosaurus di
lautan, dan
Pterosaurus di
udara. Cynodonta
menjadi lebih
kecil dan lebih
menyerupai
mamalia; mamalia
dan crocodilia
Trias
pertama muncul.
Bawah/Awa Dicrodium
251.0 ± 0.4 *
l merupakan flora
umum di daratan.
Banyak terdapat
amfibi
Temnospondylus .
Ammonita sangat
umum. Koral
modern dan ikan
bertulang sejati
(Teleostei)
muncul, dan juga
banyak insekta.

Perm Lopingian 260.4 ± 0.7 *

16
Paleozoiku Guadalupia Daratan bergabung 270.6 ± 0.7 *
m n menjadi

17
Cisuralian 299.0 ± 0.8 *
superbenua
Pangaea,
membentuk
Pegunungan
Appalachia. Akhir
tahap glasial
18
Bawah/Awa
359.2 ± 2.5 *
l
amphibious sea-
scorpions live
amid coal-forming
coastal swamps.
Lobe-finned
rhizodonts are big
fresh-water
predators. In the
oceans, early
sharks are
common and quite
diverse;
echinoderms (esp.
Devon Atas/Akhir First clubmosses, 385.3 ± 2.6 *
horsetails and
Tengah ferns appear, as do 397.5 ± 2.7 *

19
Bawah/Awa the first seed- 416.0 ± 2.8 *
l bearing plants
(progymnosperms)
, first trees (the
tree-fern
Archaeopteris),
and first
(wingless) insects.
Strophomenid and
atrypid
brachiopods,
rugose and
tabulate corals,
and crinoids are all
abundant in the
oceans. Goniatite
ammonoids are
plentiful, while
squid-like coleoids
arise. Trilobites
and armoured
agnaths decline,
while jawed fishes
(placoderms, lobe-
finned and ray-
finned fish, and
early sharks) rule
the seas. First
amphibians still
aquatic. "Old Red
Continent" of
Euramerica.

20
Pridoli First vascular 418.7 ± 2.7 *
plants (the whisk
Atas/Akhir ferns and their
422.9 ± 2.5 *
(Ludlow) relatives), first
millipedes and

Wenlock arthropleurids on 428.2 ± 2.3 *


land. First jawed
fishes, as well as
many armoured
jawless fish,
populate the seas.
Sea-scorpions
Silur
reach large size.
Tabulate and
Bawah/Awa
rugose corals,
l
brachiopods 443.7 ± 1.5 *
(Llandovery
(Pentamerida,
)
Rhynchonellida,
etc.), and crinoids
all abundant.
Trilobites and
mollusks diverse;
graptolites not as
varied.

Ordovisiu Atas/Akhir Invertebrates 460.9 ± 1.6 *


m diversify into
Tengah many new types 471.8 ± 1.6

21
Bawah/Awa
488.3 ± 1.7 *
l
(e.g., long straight-
shelled
cephalopods).
Early corals,
articulate
brachiopods
(Orthida,
Strophomenida,
etc.), bivalves,
nautiloids,
trilobites,
ostracods,
bryozoa, many
types of
echinoderms
Kambrium Atas/Akhir Major 501.0 ± 2.0 *
(Furongian) diversification of

22
Tengah 513.0 ± 2.0

23
Bawah/Awa
542.0 ± 0.3 *
l
life in the
Kambrium
Explosion. Many
fossils; most
modern animal
phyla appear. First
chordates appear,
along with a
number of extinct,
problematic phyla.
Reef-building
Archaeocyatha
abundant; then
vanish. Trilobites,
priapulid worms,
sponges,
24
Prakam Protero- Good fossils of multi-celled
- zoikum animals. Ediacaran fauna (or
[7]
brium Vendobionta) flourish
[6]
worldwide in seas. Trace fossils
of worm-like Trichophycus, etc.
630
Ediacaran First sponges and
trilobitomorphs. Enigmatic +5/-30 *
forms include oval-shaped
Dickinsonia, frond-shaped
Neoprotero- Charniodiscus, and many soft-
zoikum jellied creatures.

Possible "snowball Earth"


Cryogenia period. Fossils still rare.
850 [8]
n Rodinia landmass begins to
break up.
Rodinia supercontinent persists.
Trace fossils of simple multi-
Tonian celled eukaryotes. First 1000 [8]
radiation of dinoflagellate-like
acritarchs.
Narrow highly metamorphic
belts due to orogeny as
Stenian 1200 [8]
supercontinent Rodinia is
Mesoprotero formed.
- Platform covers continue to
zoikum Ectasian expand. Green algae colonies in 1400 [8]
the seas.
Calymmia
Platform covers expand. 1600 [8]
n
Paleoprotero Statherian First complex single-celled life: 1800 [8]
- protists with nuclei. Columbia
zoikum is the primordial supercontinent.

25
The atmosphere became
oxygenic. Vredefort and
Orosirian 2050 [8]
Sudbury Basin asteroid impacts.
Much orogeny.
Bushveld Formation occurs.
Rhyacian 2300 [8]
Huronian glaciation.
Oxygen Catastrophe: banded
Siderian 2500 [8]
iron formations result.
Stabilization of most modern cratons;
Neoarkean 2800 [8]
possible mantle overturn event.
First stromatolites (probably colonial
Mesoarkean 3200 [8]
cyanobacteria). Oldest macrofossils.
Arkean
First known oxygen-producing bacteria.
[7]
Paleoarkean 3600 [8]
Oldest definitive microfossils.
Simple single-celled life (probably bacteria
Eoarkean and perhaps archaea). Oldest probable 3800
microfossils.
Hadean Pembentukan bumi (4570 jtl). Zircon, mineral tertua yang
[7][9]
c.4570
diketahui (4400 jtl).

II.4 Manfaat geologi laut

Pengetahuan tentaang geologi laut memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan struktur bwah laut

2. Pelayaran

3. Pembangunan dermaga

4. Pembangunan anjungan minyak

5. Pemasangan kabel bawah laut

6. Jmbatan antar pulau

26
7. Pengeboran lepas pantai

8. Eksplorasi sumberdaya alam

II.5 Satuan Geomorfologi Tepian Lempeng Aktif

1. Geomorfologi Zona Subduksi

Lempeng Samudera India merupakan kerak yang tipis yang ditutupi laut
dengan kedalaman antara 1.000 – 5.000 meter. Lempeng Samudera dan lempeng
benua (Continental Crust) dipisahkan oleh Subduction Zone (Zona Penunjaman)
dengan kedalaman antara 6.000-7.000 meter yang membujur dari barat Sumatera,
selatan Jawa hingga Laut Banda bagian barat yang disebut Java Trench (Parit
Jawa).
Geomorfologi zona subduksi ini merupakan gabungan yang erat antara
proses-proses yang terjadi pada tepian kerak samudera, tepian kerak benua dan
proses penunjaman itu sendiri. Sebagai konsekuansi dari tepian aktif, maka
banyak proses tektonik yang mungkin terjadi diantaranya, sesar-sesar mendatar,
sesar-sesar normal yang biasanya membentuk horst dan graben, serta kemunginan
aktivitas gunung api (hot spot?). Salah satu diantaranya adalah terbentuknya
gunungapi (submarine volcano atau seamount?) di luar busur volkanik. Indikasi
adanya gunungapi atau tinggian seperti yang ditemukan Tim ekspedisi CGG
Veritas (BPPT-LIPI-PPPGL-Berlin University) pada bulan Mei 2009 yang lalu
sebenarnya bukan merupakan gunungapi baru. Beberapa peta batimetri dan citra
satelit telah mencantumkan adanya tinggian tersebut, hanya sampai saat ini belum
diberikan nama resmi (toponimi) yang tepat (PPPGL, 2008).
Lintasan survei deep-seismic CGGV-04 telah mendeteksi adanya puncak
gunung bawah laut pada posisi koordinat 4°21.758 LU, 99°25,002 BT. Puncak
gunung bawah laut ini berada pada kedalaman 1.285 m dengan dasar atau kaki
gunung pada kedalaman 5.902 m. Hasil interpretasi data memperlihatkan bahwa
gunung bawah laut ini memiliki ketinggian 4.617 m dan Lebar kaki gunung
sekitar 50 km. Lokasi gunung bawah laut yang terdeteksi ini berada pada jarak
320 km sebelah barat dari Kota Bengkulu (Gambar 3). Namun demikian,
berdasarkan konsepsi tektonik, gunungapi di Lantai Samudera tidak seberbahaya
dibandingkan gunungapi yang terbentuk di tepian benua aktif.
27
Gambar 1. Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan kenampakan seamount di
kerak samudera India, sumbu palung laut dan prisma akresi di lepas
pantai Bengkulu.
2. Geomorfologi Palung Laut

Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman


mencapai lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas
antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia sebagai bentuk
penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah
penunjaman (Gambar 2).

Gambar 2. Satuan geomorfologi palung samudra di sebelah selatan Jawa (PPPGL,


2008).
Beberapa patahan yang muncul di sekitar palung laut ini dapat reaktif kembali seperti
yang diperlihatkan oleh hasil plot pusat-pusat gempa di sepanjang lepas
pantai pulau Sumatera dan Jawa. Sesar mendatar Mentawai yang ditemukan pada
Ekspedisi Mentawai Indonesia-Prancis tahun 1990-an terindikasi sebagai sesar
mendatar yang berpasangan namun di berarapa bagian memperihatkan bentuk
28
sesar naik. Hal ini merupakan salah satu sebab makin meningkatnya tekanan
kompresif dan seismisitas yang menimbulkan kegempaan.

Di bagian barat pulau Sumatera, pergerakan lempeng samudera India


mengalibatkan terangkatnya sedimen (seabed) di kerak samudera dan prisma-
prisma akresi yang merupakan bagian terluar dari kontinen. Sesar-sesar normal
yang terbentuk di daerah bagian dalam yang memisahkan prisma akresi dengan
busur kepulauan (island arc) mengakibatkan peningkatan pasokan sedimen yang
lebih besar . Demikian pula akibat terjadinya pengangkatan tersebut maka
morfologi palung laut di kawasan ini memperlihatkan bentuk lereng yang terjal
dan sempit dibandingkan dengan palung yang terbentuk di kawasan timur
Indonesia.

3. Geomorfologi Prisma Akresi

Pembentukan prisma akresi di dasar laut dikontrol oleh aktifitas tektonik sesar-
sesar naik (thrusting) yang mengakibatkan proses pengangkatan (uplifting).
Proses ini terjadi karena konsekuensi dari proses tumbukan antar segmen
kontinen yang menyebabkan bagian tepian lempeng daerah tumbukan tersebut
mengalami proses pengangkatan. Proses ini umumnya terjadi di kawasan barat
Indonesia yaitu di samudra Hindia.

Pulau-pulau prisma akresi merupakan prisma akresi yang terangkat sampai ke


permukaan laut sebagai konsekuensi desakan lempeng Samudera Hindia ke arah
utara dengan kecepatan 6-7 cm/tahun terhadap lempeng Benua Asia-Eropa
sebagai benua pasif menerima tekanan . Oleh sebab itulah pengangkatan dan
sesar-sesar naik di beberapa tempat, seperti yang terjadi di Kep. Mentawai,
Enggano, Nias, sampai Simelueu yang terangkat membentuk gugusan pulau-
pulau memanjang parallel terhadap arah zona subduksi. Gambar 5.
memperlihatkan prisma akresi yang naik ke permukaan laut membentuk pulau-
pulau prisma akresi di lepas pantai Aceh, sedangkan contoh prisma akresi yang
belum naik ke permukaan laut diperlihatkan pada Gambar 6. yaitu prisma akresi
di lepas pantai selatan Jawa. Selain itu proses pembentukan lainnya yang lazim

29
terjadi di kawasan ini adalah aktifnya patahan (sesar) dan amblasan (subsidensi)
di sekitar pantai sehingga pulau-pulau akresi yang terbentuk terpisah dari daratan
utamanya .

Prisma akresi merupakan wilayah yang paling rawan terhadap kegempaan karena
pusat-pusat gempa berada di bawahnya. Batuan prisma akresi memiliki ke-khasan
tersendiri yaitu ditemukannya batuan campur-aduk (melange, ofiolit) yang
umumnya berupa batuan Skist berumur muda. Sejarah kegempaan di kawasan ini
membuktikan bahwa episentrum gempa-gempa kuat umumnya terletak pada
prisma akresi ini karena merupakan gempa dangkal (kedalaman < 30 Km).
Gempa kuat yang pernah tercatat mencapai skala 9 Richter pada tagl 26
Desember 2004. Beberapa ahli geologi juga masih mengkhawatirkan suatu saat
akan terulang gempa sebesar ini di kawasan barat Bengkulu, karena prisma akresi
di kawasan ini masih belum melepaskan energi kegempaan (locked zone)
sementara kawasan disekitarnya sudah terpicu dan melepaskan energi melalui
serangkaian gempa-gempa sedang-kuat.

Di Sumatera ditemukan dua prisma akresi, yaitu accretionary wedge 1 di bagian


luar & accretionary wedge 2 di bagian dalam outer arc high yang memisahkan
prisma akresi dengan cekungan busur muka (Mentawai forearc asin). Adanya
outer arc high yang memisahkan dua prisma akresi tersebut mengalibatkan
sedimen yang berasal dari daratan induknya tidak dapat menerus ke bagian barat
tetapi terendapkan di cekungan busur muka.

30
Gambar 3. Geomorfologi prisma akresi yang naik kepermukaan sebagai pulau prisma
akresi di lepas pantaisebelah barat Aceh.

Gambar 4. Geomorfologi prisma akresi di selatan Jawa yang belum muncul ke


permukaan laut.

4. Geomorfologi Cekungan Busur Muka

Survey kemitraan Indonesia-Jerman Sonne Cruise 186-2 SeaCause-II


dilaksanakan pada tahun 2006 di perairan barat Aceh sampai ke wilayah Landas
Kontinen di luar 200 mil. Hasil interpretasi lintasan-lintasan seismik yang
memotong cekungan Simeulue yaitu lintasan 135-139 memperlihatkan indikasi
cekungan busur muka Simelue merupakan cekungan a-symetri laut dalam dengan
kedalaman laut antara 1.000-1.500m, makin ke barat ketebalan sedimen makin
tebal mencapai 5.000m lebih.

Di sisi barat cekungan ini ditemukan sesar-sesar mendatar (kelanjutan Sesar


Mentawai?) yang mengontrol aktifnya sesar-sesar tumbuh (growth fault)
sehingga mengakibatkan deformasi struktur batuan sedimen pada
tepian cekungan.

Berdasarkan seismik stratigrafi, umur sedimen pengisi cekungan ini relatif muda
(Miocene) sehingga kurang memungkinkan terjadi pematangan sebagai source
rock (IPA, 2002). Selain itu, tingkat pematangan (maturitas) batuan reservoar
relatif rendah karena laju pengendapan yg relatif cepat di laut dalam, demikian
31
pula dengan pengaruh proses pematangan diagenesa volkanisme di bagian timur
yang jaraknya terlalu jauh.

Salah satu contoh terbaik terbentuknya cekungan busur muka adalah cekungan
Lombok yang telah teridentifikasi memiliki komponen toponimi yang lengkap,
seperti koordinat (x,y,z), batas-batas cekungan, luas, kedalaman, dsb. (Gambar 5).

Gambar 5. Geomorfologi cekungan Lombok sebagai cekungan busur muka (PPPGL,


2008)

II.6 Plate tectonic sumber

Teori tektonika Lempeng (Plate Tectonics) adalah teori yang dikembangkan untuk
memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga
menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada
paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan
pada tahun 1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumiyang kaku
dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dankekuatan geser (shear strength)
32
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi


lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng
utama yeng terdiri dari 6 lempeng benua (lempeng Afrika, lempeng
Antartika, Lempeng Australia, Lempeng Eurasia,
meliputi Asia danEropa, Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika
Utara dan Siberia, lempeng Amerika Selatan) dan 1 lempeng samudra (Lempeng
Pasifik, meliputiSamudera Pasifik) dan banyak lempeng-lempeng yang lebih
kecil (lempeng India, lempeng Arabia, lempeng Karibia., lempeng Juan de Fuca,
lempeng Cocos, lempeng Nazca, lempeng Filipina, dan lempeng Scotia).
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak
relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng,
baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan),
ataupuntransform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik,
pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya
terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya
berkecepatan 50-100 mm/a. Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah
dipetakan pada paruh kedua abad ke-20.

Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik
lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi,
sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki
33
gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan
pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri
mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.

Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-
lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di
atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat
pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160
mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang
di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.

Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima",
gabungan dari silikon danmagnesium.

Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan
dari silikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki
ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan
kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu
daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung,gunung berapi, dan palung
samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik
yang paling aktif dan dikenal luas.

34
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu
sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.

Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan
material pembentuknya.

 Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan


perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
 Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit
silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera
dikatakan lebih bersifat mafik ketimbangfelsik. Maka, kerak samudera umumnya
berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besarLempeng Pasifik,
sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip
yang dikenal dengan isostasi.

B. Jenis-Jenis Batas Lempeng

Ada tiga jenis batas lempeng yang


berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain.
Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di
permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan


mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri
di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang

35
berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San
Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika
dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika
dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan
benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan
lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),
sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan
mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

II.7 Tatanan geologi kelautan indonesia

Lempeng samudera bergerak menunjam lempeng benua membentuk zona


penunjaman aktif, sehingga wilayah perairan Indonesia di bagian barat Sumatera dan
selatan Jawa disamping mempunyai potensi aspek geologi dan sumberdaya mineral
juga berpotensi terjadinya bencana geologi (gempabumi, tsunami, longsoran pantai
dan gawir laut).

Di bagian tengah kerak samudera India ini terbentuk suatu jalur lurus yang
disebut Mid Oceanic Ridge (Pematang Tengah Samudra), sedangkan dibagian
timurnya atau sebalah barat terbentuk jalur punggungan lurus utara – selatan yang
disebut Ninety East Ridge (letaknya hampir berimpit dengan bujur 90 timur)
merupakan daerah mineralisasi (Usman, 2006). Bagian yang dalam membentuk
cekungan kerak samudera yang terisi oleh sedimen yang berasal dari dataran India
membentuk Bengal Fan hingga ke perairan Nias dengan ketebalan sedimen antara
2.000 – 3.000 meter (Ginco, 1999). Daerah Pematang Tengah Samudra pada Lempeng
36
Indo-Australia merupakan implikasi dari proses Sea Floor Spereading (Pemekaran
Lantai Samudera) yang mencapai puncaknya pada Miosen Akhir dengan kecepatan 6-
7 cm/tahun, sebelumnya pada Oligosen awal hanya 5 cm/tahun (Katili, 2008).
Gambar 2. Memperlihatkan bentuk ideal geomorfologi pada tepian
lempeng aktif adalah mengikuti proses-proses penunjaman yaitu palung samudera
(trench), prisma akresi (accretionary prism), punggungan busur muka (forearc ridge),
cekungan busur muka (forearc basin), busur gunungapi (volcanic arc), dan cekungan
busur belakang (backarc basin). Busur gunungapi dan cekungan busur belakang
lazimnya berada di bagian daratan atau kontinen (Lubis et al, 2007).

Gambar 2. Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian lempeng aktif (Hamilton, 1979)

Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra
seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk
geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif.
Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut,
prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaranbentuk geomorfologi dasar laut
ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena
batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.

37
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan

Dapat menambah ilmu dan wawasan tentang geologi laut, di mana pada
dasarnya geologi laut itu hampir sama dengan geologi daratan hanya saja adanya
massa air yang membedakaknya dengan geeologi darat.

III.2 Saran
Makalah yang dibuat untuk pemenuhan tugas geologi mungkin masih kurang
sempurnya, namun setidaknya akan memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat,
sehingga untuk kedepannya semoga makalah yang dibuat dapat lebih baik lagi.

38
IV. DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Sukendar, 1997, Diktat Geologi Struktur Indonesia, Jurusan TeknikGeologi,
Institut Teknologi Bandung
Blow, W.H., 1969, The Cenozoic Globigerinida, A Study of The
Morphology,Taxonomy Evolutionary Relationships and The Stratigraphical
Distribution of Some Globigerinida. E.J. Brill Ed, Leiden, Netherlands.
Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000, An Outline f The Geology of Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia.
Hamilton, Warren, 1979, Tectonics of the Indonesian Regions, U.S. Government
Printing Office: Washington.
Harsolumakso, A.H., Magetsari, N.A., Abdullah, I.C, 1997, Buku Panduan Praktikum
Geologi Struktur, Teknik Geologi ITB, Bandung.
Harsolumakso, A. H., 2008, Buku Pedoman Geologi Lapangan, Program Studi
Teknik Geologi, FITB-ITB.
Koesoemadinata, R. P., 1985, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Catatan Kuliah, Jurusan
Teknik Geologi ITB.
Pulunggono, A. dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene – Neogene
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi dan
Geotektonik Pulau Jawa, Percetakan NAFIRI, Yogyakarta.

39

You might also like