You are on page 1of 3

Step 1

Asusila

Tindakan asusila adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan norma-norma atau kaidah
kesopanan yang berlaku di masyarakat yang berkaitan dengan kejahatan seksual. Kejahatan
seksual meliputi pemerkosaan, penyiksaan seksual, pelecehan seksual dan yang lainnya
(Widyanto, 2014).

Widyanto, M. T. (2014). Perlindungan Hak Perempuan Perbuatan Asusila Ditinjau dari


Perspektif Hukum Pidana.

Step 2

1. Mengapa ditemani penyidik dan ortu?


Korban tindak kejahatan seksual datang dengan penyidik dan orang tua atau wali
merupakan syaratl yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan, sebagai berikut
(Permenkes, 2013) :
1. Visum et Repertum (VeR) dibuat atas permintaan dari penyidik Polri melalui surat
resmi yang ditandatangani minimal oleh Kepala Kepolisian Sektor. Surat permintaan
VeR tersebut harus diantar oleh petugas kepolisian dan hasilnya diserahkan langsung
kepada penyidik.
2. Melakukan informed consent untuk menjelaskan kepada anak maupun kepada
orangtuanya tentang maksud, tujuan, proses dan lama pemeriksaan serta mendapatkan
persetujuan dari anak yang diduga sebagai korban maupun orangtua.
3. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus didampingi oleh petugas
kesehatan lainnya. Jika anak yang diduga sebagai korban berjenis kelamin
perempuan, sebaiknya diperiksa oleh petugas kesehatan perempuan dan sebaliknya.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68. 2013. Kewajiban Memberikan Informasi


Adanya Dugaan Kekerasan Terhadap Anak Oleh Pemberi Layanan Kesehatan

2. Mengapa penyidik meminta visum?


Visum et Repertum dapat memberikan kejelasan perihal perkiraan umur dari wanita,
apakah umurnya di bawah 12 tahun atau di bawah 15 tahun; perihal mampu atau
tidaknya dapat dikawin serta ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan (pasal 287
KUHP). Demikian juga kejelasan apakah umur wanita di atas 15 tahun serta ada
tidaknya tanda-tanda persetubuhan (pasal 284 KUHP).

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Step 5
Macam macam kejahatan seksual
Kejahatan di bidang kesusilaan adalah kejahatan mengenai hal yang berhubungan
dengan masalah seksual. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
diatur dalam Bab XVI Buku II dengan titel ”Kejahatan Terhadap Kesusilaan”
a. Kejahatan dengan melanggar kesusilaan umum (Pasal 281);
b. Kejahatan pornografi (Pasal 282);
c. Kejahatan pornografi terhadap orang yang belum dewasa (Pasal 283);
d. Kejahatan pornografi dalam menjalankan pencahariannya (Pasal 283 bis);
e. Kejahatan perzinahan (Pasal 284);
f. Kejahatan perkosaan untuk bersetubuh (Pasal 285);
g.Kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang dalam keadaan pingsan
atau tidak berdaya (Pasal 286);
h. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum 15
tahun (Pasal 287);
i. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan dalam perkawinan yang belum waktunya
dikawin dan menimbulkan akibat luka-luka (pasal 288);
j. Kejahatan perkosaan berbuat cabul atau perbuatan yang menyerang kehormatan
kesusilaan (pasal 289);
k. Kejahatan perbuatan cabul pada orang yang pingsan, pada orang yang umurnya
belum 15 tahun atau belum waktunya dikawin (Pasal 290);
l. Kejahatan perbuatan cabul sesama kelamin, pada orang yang belum dewasa (Pasal
292);
m.Kejahatan menggerakkan orang untuk berbuat cabul dengan orang yang belum
dewasa (pasal 293);
n. Kejahatan berbuat cabul dengan anaknya, anak dibawah pengawasannya dan lain-
lain yang belum dewaasa (Pasal 294);
o. Kejahatan pemudahan berbuat cabul bagi anaknya, anak tirinya dan lain-lain yang
belum dewasa (pasal 295);
p. Kejahatan pemudahan berbuat cabul sebagai mata pencaharian atau kebiasaan
(pasal 296);
q. Kejahatan memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa (Pasal
297);
r. Kejahatan mengobati wanita dengan menimbulkan harapan bahwa hamilnya dapat
digugurkan (Pasal 299).
(Sumera, 2013)

Sumera, Marcheyla. 2013. Perbuatan Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap


Perempuan. Lex et Societatis

You might also like