You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok

atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi

menghindarkan terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau

golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Istilah toleransi

mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi beragama, yang merupakan

sikap saling menghormati dan menghargai penganut agama lain, seperti:

 Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;

 Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta

 Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai

agama/kepercayaannya.

Sebagai umat beragama sudah sepatutnya kita saling menghargai satu sama lain,

dan tidak mendiskriminasi suatu kelompok tertentu. Indonesia adalah Negara

demokrasi yang berlandaskan pancasila dan menjunjung tinggi nilai-nilai di

dalamnya.

Pada hakikatnya kebebasan beragama di Indonesia telah di lindungi oleh

konstitusi yaitu di dalam Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun

1945, "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

1
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,

memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak

kembali. "Begitu pula dengan Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa

"setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan.”

Adapun Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok (misalnya

masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik menolak

untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang

berlandaskan agama.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian Intoleransi?

1.2.2 Dalil-dalil apa sajakah yang membahas tentang Intoleransi?

1.2.3 Apa saja penyebab Intoleransi?

1.2.4 Apa dampak yang ditimbulkan?

1.2.5 Bagaimana solusinya?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian intoleransi.

1.3.2 Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai Intoleransi.

1.3.3 Untuk mengetahui apa penyebab Intoleransi.

2
1.3.4 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh Intoleransi beragama.

1.3.5 Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi intoleransi tersebut.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui pengertian daripada

intoleransi, terkhusus antar umat beragama berdasarkan dalil-dalil yang valid

serta mengetahui penyebab dan solusi untuk mengatasinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INTOLERANSI

Kata intoleransi berasal dari prefik in- yang memiliki arti "tidak, bukan"

dan kata dasar toleransi (n) yang memiliki arti sifat atau sikap toleran; batas ukur

untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; penyimpangan yang

masih dapat diterima dalam pengukuran kerja." Dalam hal ini,

pengertian toleransi yang dimaksud adalah "sifat atau sikap

toleran". Kata toleran (adj) sendiri didefinisikan sebagai "bersifat atau bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau

bertentangan dengan pendirian sendiri."

Kata keberagamaan (n) memiliki arti "perihal beragama". Sementara

kata beragama (v) didefinisikan sebagai "menganut (memeluk) agama; beribadat; taat

kepada agama; baik hidupnya (menurut agama)." Dengan demikian, intoleransi

keberagamaan dapat didefiniskan sebagai "sifat atau sikap yang tidak menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan) perihal keagamaan yang berbeda atau

bertentangan dengan agamanya sendiri."

Sedangkan Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok

(misalnya masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik

4
menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang

berlandaskan agama. Namun, pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik agamanya

adalah benar sementara agama atau kepercayaan lain adalah salah bukan termasuk

intoleransi beragama, melainkan intoleransi ideologi.

Penistaan agama sudah terjadi dari sejak turunnya Al-Qur`an dan berlanjut hingga

sekarang. Penghinaan ajaran agama ialah suatu hal/ kegiatan yang mengusik ajaran

sakral dalam satu agama. Penistaan agama menjadi topik pembicaraan terhangat di

masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan tantangan yang dihadapi Polisi, MUI

bahkan Pemerintah dan masyarakat semakin berat karena disebabkan semakin

kompleknya permasalahan yang dihadapi umat Islam di negeri ini. Kebebasan yang

tidak terbatas akibat reformasi yang disalah artikan telah melahirkan berbagai sikap

dan perbuatan yang jauh menyimpang dari norma- norma agama yang sebenarnya.

Penistaan adalah ucapan atau perkataan yang disengaja dan tidak disengaja atau

tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam

bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain

dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi

seksual , kewarganegaraan, agama, dan lain-lain.

Dalam arti hukum, Penistaan & Fitnah adalah perkataan, perilaku, tulisan,

ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan

kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku Pernyataan tersebut

ataupun korban dari tindakan tersebut. R. Susilo menerangkan bahwa yang

dimaksud dari "menista" adalah "menyerang kehormatan dan nama baik

5
seseorang". Yang terkena dampak hate speech biasanya merasa malu.

Menurutnya, penghinaan terhadap satu individu ada 6 macam yaitu:

1. Menista secara lisan (smaad) Pasal 310 KUHP

2. Menista dengan surat/tertulis (smaadschrift) Pasal 310 ayat (2) KUHP

3. Memfitnah (laster) Pasal 311 KUHP

4. Penghinaan ringan (eenvoudige belediging) Pasal 315 KUHP

5. Mengadu secara memfitnah (lasterlijke aanklacht) Pasal 317 KUHP

6. Tuduhan secara memfitnah (lasterlijke verdachtmaking) Pasal 318 KUHP

Menurut penulis pendapat R.susilo dalam keenam macam tersebut adalah

penistaan terhadap satu individu ke individu yang lain, tetapi dalam kasus ini

Penulis berpendapat penistaan agama dalam kasus tersebut tidak secara serta

merta menjurus individuindividu melainkan suatu kelompok atau sebagian

masyarakat, karena pelaku mengutarakan ujaran kebencian tersebut ketika

sedang berpidato didepan banyak orang. jadi dapat dipastikan unsur pelanggaran

pelaku penistaan agama dalam kasus ini tidak secara individu melainkan

umum/publik.

Pasal 156 KUHP dalam Surat Edaran Kapolri SE/X/06/2015 Tentang Ujaran

kebencian mencakup bahwa penistaan agama adalah: Barang siapa di rnuka

umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap

suatu atau beherapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah. Perkataan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnya berarti tiaptiap

bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa hagian

6
lainnya karena ras, negeri asal, “agama”, tempat, asal, keturunan, kebangsaan

atau kedudukan menurut hukum tata negara. Agama adalah dilihat dari sudut

muatan atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang

tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu

beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang

dan dipatuhi.

2.2 DALIL-DALIL MENGENAI INTOLERANSI

Mayoritas ulama mengklaim bahwa larangan mencela simbol keagamaan

masih tetap eksis kapan saja dan di mana saja. Mereka menilai bahwa penistaan

terhadap agama lain dapat membawa dampak negatif yang juga dapat memantik

benih-benih kebencian (Subhan dkk, 2013: 56).

Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Al-An’am: 108


َٰ
ِّ ‫ع ل ْ ٍم ۗ ك َ ذ َ ل ِّ َك َز ي َّ ن َّ ا لِّ ك ُ ل‬ َّ ‫َّللا ِّ ف َ ي َ س ُ ب ُّ وا‬
ِّ ‫َّللا َ ع َ دْ ًو ا ب ِّ غ َ ي ِّْر‬ َّ ‫َو ََل ت َ س ُ ب ُّ وا ا ل َّ ِّذ ي َن ي َ دْ ع ُو َن ِّم ْن د ُو ِّن‬

‫أ ُ َّم ةٍ ع َ َم ل َ هُ ْم ث ُ مَّ إ ِّ ل َ َٰى َر ب ِّ ِّه ْم َم ْر ِّج ع ُ هُ مْ ف َ ي ُ ن َ ب ِّ ئ ُهُ ْم ب ِّ َم ا ك َا ن ُ وا ي َ ع ْ َم ل ُ و َن‬

yang artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampui

batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap

baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka kembali, lalu Dia

memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” Asbabun nuzul

ayat tersebut ada beberapa riwayat sebagai berikut: Diriwayatkan al-Wahidi dari

Qatadah, “Kaum muslimin mencela berhala orang-orang kafir lalu mereka balik

mencaci maki Tuhan orang Islam, kemudian Allah melarang kaum muslim agar

7
tidak mencela sesembahan kaum jahil yang tidak ada pengetahuan tentang

Allah”. Sementara itu, Ibn Abbas berkata dalam riwayat al-Walibi, “mereka

(orang-orang kafir) mengatakan, “Wahai Muhammad berhentilah kamu dari

menghina Tuhan kami atau sungguh kami akan mengejek Tuhanmu!, kemudian

Allah melarang orang Islam agar jangan menghina berhala (sesembahan) orang-

orang kafir sehingga dengan rasa permusuhan mereka justru balik mengejek

Allah yang tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan, lebih-lebih dengen ejekan

yang lebih parah (Zuhaili, 1418 H: 322).

Al-Razi (1985: 13) dalam kitabnya “Mafatih al-Ghaib” menilai bahwa secara

implisit ayat tersebut merupakan peringatan agar dalam berdakwah tidak terjebak

dalam tindakan yang tidak bermanfaat sekaligus merupakan ajakan umat Islam

agar tidak bertindak layaknya orang bodoh.

2.3 PENYEBAB ADANYA INTOLERANSI

Ada tiga penyebab yang melatarbelakangi terjadinya intoleransi tersebut dan

masih terjadi di lingkungan sekitar kita.

Menurut Ketua FKUB RD Martinus Ewaldus Sedu dalam kegiatan Dialog

Lintas Agama Dengan Berbagai Kalangan Dan Profesi Tingkat Kabupaten Sikka

di gedung FKUB Sikka, Kamis (2/2). Diskusi itu bertajuk "Memahami Peran

FKUB Di Tengah Keberagaman Di Kabupaten Sikka"."Ketiga penyebab itu

adalah kemiskinan, ketidakadilan, dan kekerasan,". Kurang lebih penyebab

8
intoleransi yang sering terjadi di dalam masyarakat seperti yang telah disebutkan

diatas.

2.4 DAMPAK TIMBULNYA INTOLERANSI

Masyarakat majemuk dapat dikatakan sebagai kumpulan masyarakat yang

memiliki perbedaan mengenai agama, ras, etnik dan suku namun tetap dapat

hidup selaras dan harmonis. Sebagaimana Bangsa ini, Indonesia dikenal dunia

lewat kemajemukannya. Bisa dikatakan bahwa negara kita menjadi satu-satunya

negara yang memiliki lebih dari 300 etnik atau kurang lebih sebanyan 1.340 suku

bangsa. Sungguh benar-benar sebuah sumber kekayaan budaya yang amat kaya.

Simak juga akibat konflik sara .

Selain itu, Indonesia juga memberi pengakuan atas 6 agama yang dianut oleh

masyarakat kita. Keenam agama tersebut ialah islam, kristen, khatolik, hindu,

budha dan konghucu. Keberagaman ini merupakan sebuah simbol kemajemukan

yang mungkin hanya dimiliki oleh Indonesia. Dengan jumlah penganut yang

bervariasi tentunya merupakan sebuah tugas kita untuk dapat meminimalisir

bentrokan yang bisa terjadi akibat adanya perbedaan kepercayaan ini.

Meskipun dalam UUD 1945 sendiri telah mengatur kebebasan beragama

termasuk kedalam hak asasi manusia. Namun, tetap saja kita tidak bisa mencegah

dari yang namanya konflik agama dalam msyarakat yang majemuk. Apalagi jika

melibatkan kelompok yang memiliki paham yang sempit, tidak terbuka dan

arogan maka bisa jadi konflik akan semakin membesar dan meluas. Pada

9
dasarnya tidak akan ada keuntungan dari konflik agama yang timbul

sebagaimana penyebab konflik sara, seperti;

1. Terputusnya Tali Silaturahmi Antar Pihak Yang Berkonflik

Dalam masyarakat terjalinnya silaturahmi antar sesama umat beragama

merupakan sebuah pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik

agama yang justru terjadi akan berdampak pada tali silaturahmi yang telah di

jalin. Akibatnya silaturahmi yang telah dirajut sekian lama dapat terputus akibat

dari konflik agama yang terjadi. Tentunya hal ini akan bisa berdampak bagi

aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Tercerai Berainya Persatuan dan Kesatuan dalam Berbangsa

Secara lebih luas lagi, putusnya jalinan silaturahmi akan secara langsung

memberikan pengaruh pada persatuan dan kesatuan bangsa. Dalan masyarakat

yang majemuk, persatuan dan kesatua merupakan modal utama untuk dapat

mencapau segala apa yang di cita-citakan bangsa ini. Persatuan dan kesatuan

ekan menimbulkan jiwa optimisme bekerja versama dalam mewujudkan cita-cita

bangsa. Jika sebuah masyarajat majemuk telah digerogoti oleh konflik agama

yang berkecamuk, maka masyarakatnya akan tercerai berai.

3. Ujaran Kebencian Semakin Merajalela

Konflik selalu menimbulkan dampak kebencian terhadap semua pihak yang

telibat. Bahkan pihak yang tidak terlibat langsung namun, memiliki keterikatan

dengan agama atau konflik tersebut juga akan menjadi sasaran kebencian

10
sebagaimana juga contoh konflik antar ras . Sesungguhnya dalam agama apapun

tidak mengajarkan untuk memelihara kebencian bahkan kita dianjurkan untuk

memlihara nilai kasih sayang dan toleransi. Akibat konflik agama yang timbul

tidak akan bisa dihindari adanya ejekan dan upaya saling mencela. Lalu

kemudian provokasi dan kemudian menyebarluaskan ujaran kebencian untuk

mempebgaruhi orang lain.

4. Timbulnya Kerusuhan dan Bentrokan

Provokasi dan konflik agama yang semakin meluas dan tidak segera

terselesaikan akan dapat menimbulkan kerusuhan dan bentrokan antara pihak

yang berkonflik. Bisa anda bayangkan dua pihak yang saling membenci dan telah

dipenuhi oleh kebencian pasti akan berusaha untuk melukai, mengancurkan dan

bahkan memusnaskan pihak lawan sebagaimana juga penyebab konflik

sosial paling umum. Hal ini memang tidak dapat di bayangkan. Tapu di beberapa

wilayah termasuk Indonesis sendiri kita cujup serung mendengan kerusuhan dan

bentrokan akibat konflik agama yang tak terselesaikan. Sebagai contoh konflik

poso, konflik GAM, dan yang sedang menyita perhatian dunia ialah konflik

Rohingya di Myanmar.

5. Timbul Kebencian Diantaea Pihak yang Terlibat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pihak yang berkonflik pasti akan

terlibat dalam perasaan yang emosional yakni menyimpan kebencian yang

mendalam kepada pihak lawan . Anda bisa membayangkan bukan ketika

seseirang di landa kebencian yang hebat. Maka upaya apapun akan ia lakukan

11
untuk mencari kepuasan entah untukvdengan menyakiti atau melukai pihak lain.

Kebencian ini merupakan akibat dari bagaimana manusia tidak dapat

mengendalikan emosinya akubat di sulut oleh sesuatu. Simak juga pengendalian

konflik sosial .

6. Menimbulkan Tindakan Kriminalitas

Akibat konflik antar agama dalam masyarakat majemuk yang selanjutnya ialah

timbulnya tindakan kriminalitas. Dasar tindakan ini ialah untuk menakut-nakuti,

membuat jera dan kalah pihak lawan serta juga untuk menunjukkan dominasi

siapakah pihak yang paling benar . Padahal tindakan kekerasan dan kriminal

merupakan hal yang paling di benci oleh semua agama. Dengan alasan membela

agama lalu kemudian melakukan tindakan kekerasan dan kriminal. Patut

dipertanyakan agama yang dibela tidak perna mengajarkan demikian, lalu apa

yang sebenarnya dibela.

7. Munculnya Rasa Ketakutan dan Tidak Aman

Situasi yang tidak kondusif, kerusuhan, bentrokan dan terjadinya tindak

kekerasan akan sangat berpengaruh kepada masyarakat sebagaimana dampak

konflik agama . Terutama akan dirasakan oleh mereka yang tinggal di lokasi

terjadinya konflik. Rasa takut dan tidak aman menghinggapi mereka. Sehingga

ini kemudian berpengaruh langsung kepada psikologis seseorang . Anak-anak

tidak akan bisa bermain dengan leluasa, para orang tua akan takut untuk

melakukan aktivitas di luar rumah. Kemudian kondisi ini akan membuat suasana

yang mencekam.

12
8. Memutus Rasa Solidaritas Antar Umat Beragama

Rasa solidaritas antar umat beragama merupakan sebuah indikator terjalinnya

kerukunan antar sesama ataupun unat beragama lain. Rasa solidaritas ini

terbentuk karena rasa saling menghormati, mencintai dan menghargai apa yang

di anut oleh masing-masing. Akibat konflik agama yang terjadi maka rasa

solidaritas ini akan terkikis dan lama kelamaan kemudian akan menghilang.

Tentunya hal ini akan dapat semakin membawa konflik ke arah lebih meluas jika

tidak segera di selesaikan dan merupakan penyebab konflik sosial di masyarakat .

9. Lumpuhnya Perekonomian

Akibat yang lebih luas dari konflik agama ialah menyebabkan perekonomian

diwilayah konflik akan menjadi lumpuh. Rasa tidak aman akan membuat orang

enggan beraktifitas di luar rumah. Pasar, pertokoan pusat perbelanjaan akan

memilih menutup usahanya daripada menerima resiko sebagai target penjarahan.

Kondisi ini membuat kegiatan ekonomi di wilayah konflik akan mati total.

Akibatnya masyarakat akan kesulitan mencari sumber penghidupan, mereka yang

masih memiliki uang akan sulit mendapatkan barang kebutuhan. Pada akhirnya

akan terjadilah krisis lokal yang akan dialami daerah tersebut, kemudian akan

berimbas pada perekonomian negara yang bersangkutan. Simak juga penyebab

konflik suriah .

10. Kehancuran Suatu Negara

Poin terakhir ini akan mengambarkan betapa akibat konflik agama dalam

masyarakat majemuk dapat menjadi sebuah bom yang tinggal menunggu waktu

13
dapat meledak dan menggancurkan sebuah negara . Sebut saja Yugoslavia yang

hanya tinggal menyisakan sejarah akibat konflik agama yang tak terselesaikan.

Tentunya contoh ini dapat menjadi pembelajaran untuk ikut serta dalam

meminimalisir timbulnya konflik agama.

2.5 SOLUSI MENGATASI INTOLERANSI

Dalam kasus penistaan agama, baik dilakukan oleh oknum, organisasi atau

agama lain, umat jangan mudah terpancing dengan isu-isu yang akan memecah

belah umat, bangsa dan NKRI ini. Sebagaimana anjuran para ulama dan para

pakar, umat harus bertindak dengan akal sehat dan menimbang antara manfaat

dan madharat yang akan menimpa bangsa ini dan umat Islam sehingga jika

terjadi penistaan agama maka sudah ada lembaga dan pihak-pihak terkait yang

menganganginya. Dan pada akhirnya kerukunan umat beragama masih tercipta

secara kondusif dengan saling menghormati.

Masyarakat di Indonesia harus sepatutnya mencintai tanah air dan mempunyai

semangat kebangsaan karena nasionalisme adalah kesadaran keanggotaan dalam

suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,

mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan

kekuatan sebuah bangsa dibahasakan dengan semangat kebangsaan.

Nasionalisme adalah persatuan, gotong royong, kebersamaan, dan kerjasama

sebuah warna negara untuk mencapai bangsa yang berdaulat dan maju.

14
Sebagai ideologi pemersatu, Pancasila harus menjadi pandangan hidup yang

menyeluruh bagi bangsa Indonesia. Persoalan-persoalan yang muncul terkait

dengan isu agama dan politik harus dikembalikan pada Pancasila dan UUD 1945.

Tidak ada satu kelompok yang dapat menjastifikasi serta mengintervensi segala

sesuatu yang menjadi wewenang negara. Itu artinya bahwa demo tuntutan

keadilan tentang dugaan penistaan agama yang terjadi pada 04 November 2016

menjadi wewenang negara untuk memutuskan. Sehingga kelompok masyarakat

tertentu tidak boleh main hakim sendiri dan sudah sepatutnya menerima dengan

terbuka segala sesuatu yang telah menjadi keputusan negara berdasarkan

landasan hukum yang tegas melalui UUD 1945.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Mayoritas ulama telah bersekapat bahwa larangan mencela simbol keagamaan

tertentu masih tetap eksis kapan saja dan di mana saja. Mereka menilai bahwa

penistaan terhadap agama lain dapat membawa dampak negatif yang juga dapat

memantik benihbenih kebencian dan perpecahan umat. Meski demikian, Islam hanya

memberikan justifikasi moral dan teologis atas persoalan mencela simbol keagamaan

15
atau penodaan terhadap agama, sehingga hukum praktisnya tergantung konteks,

komunitas dan negara yang memberlakukan hukum positif.

3.2 SARAN

Allah SWT. berfirman dalam QS. Ar-rad: 11,

َ ‫ت ِّم ْن ب َ ي ْ ِّن ي َ د َ ي ْ هِّ َو ِّم ْن َخ ل ْ ف ِّ هِّ ي َ ْح ف َ ظ ُ و ن َ ه ُ ِّم ْن أ َ ْم ِّر َّللاه ِّ ۗ إ ِّ هن َّللاه َ ََل ي ُ غ َي ِّ ُر َم ا ب ِّ ق َ ْو ٍم‬
‫ح ت ه ٰى‬ ٌ ‫ل َ ه ُ مُ ع َ ق ِّ ب َ ا‬

‫س ِّه مْ ۗ َو إ ِّ ذ َ ا أ َ َر ا د َ َّللاه ُ ب ِّ ق َ ْو ٍم س ُ و ءً ا ف َ ََل َم َر د ه ل َ ه ُ ۚ َو َم ا ل َ هُ ْم ِّم ْن د ُو ن ِّ هِّ ِّم ْن َو ا ٍل‬


ِّ ُ ‫ي ُ غ َي ِّ ُر وا َم ا ب ِّ أ َن ْ ف‬

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di

muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya

Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang

ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap

sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

Demikian karya tulis yang penulis tulis. Penulis berharap karya tulis ini dapat

bermanfaat dan memotivasi pembaca, agar lebih berhati-hati untuk menyinggung


masalah keyakinan seseorang.

16

You might also like