You are on page 1of 2

Pengalaman mengabdi langsung di masyarakat saya dapatkan ketika saya praktik di rumah

sakit umum daerah salatiga pada semester lalu, tepatnya 12 November 2018 – 1 Desember 2018.
Awalnya saya berekspektasi buruk tentang praktik rumah sakit, karena saya merasa tidak cocok di
jurusan saya dan kurang peduli pada orang lain. Berminggu-minggu sebelum praktik dimulai saya
terus dilanda rasa cemas tidak jelas karena merasa tidak yakin dengan diri saya sendiri,
menganggap praktik rumah sakit sebagai sesuatu yang menyeramkan karena saya harus
berinteraksi langsung dengan orang lain. Namun realita yang terjadi tak seburuk ekspektasi saya.
Malahan, kata buruk sama sekali tidak terlintas ketika saya menjalani praktik secara langsung.
Saya menyadari bahwa yang saya lakukan adalah suatu bentuk kebermanfaatan diri saya bagi
orang lain, sekecil apapun tindakan saya, misalnya mengganti infus, adalah suatu bentuk bantuan
yang dibutuhkan oleh pasien. Semua tindakan yang saya lakukan selama praktik saya lakukan
dengan tulus dan ikhlas, tidak ada sedikitpun rasa terpaksa ketika harus melakukan tindakan
keperawatan. Secara ajaib hal tersebut mempengaruhi keseharian saya, dengan lebih banyak
membantu orang lain membuat hari saya lebih bahagia.

Dari pengalaman tersebut saya menjadi lebih termotivasi untuk dapat terlibat langsung di
masyarakat. Pengalaman tersebut juga mengingatkan diri saya yang tidak lain adalah mahasiswa.
Posisi mahasiswa dalam tatanan sosial kehidupan bermasyarakat adalah sebagai tulang punggung
negara dan tonggak kemajuan bangsa. Harapan akan adanya perubahan untuk menuju Indonesia
yang lebih baik ada di pundak mahasiswa sebagai agent of change. Hal ini menjadi kewajiban
yang harus dituntaskan oleh mahasiswa mengingat masa depan bangsa Indonesia ada di tangan
generasi muda. Sebagai mahasiswa, saya tidak lagi berperan sebagai individu yang hanya
memikirkan masa depan pribadi, namun secara sadar bersedia untuk mengabdikan dirinya bagi
kemajuan bangsa di masa mendatang.
Melakukan pengabdian masyarakat adalah suatu bentuk sosialisasi dan aktualisasi
diri kita dengan ilmu yang sudah didapatkan di bangku perkuliahan dan diaplikasikan di
tengah-tengah masyarakat demi memajukan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Belakangan saya mengetahui bahwa di Entikong sulit untuk menerapkan
wajib belajar 9 tahun. Karena fasilitas Pendidikan sendiri masih sangat mengenaskan.
Walaupun telah berkontribusi di badan eksekutif mahasiswa (BEM) selama 2 tahun, saya
tetap merasa bahwa kontribusi saya di masyarakat sangat kurang. Oleh karena itu, dengan niat
yang sungguh-sungguh, saya ingin bergabung sebagai relawan di entikong, ikut andil dalam
memajukan pendidikan bangsa, bahwa setiap orang berhak mendapat jawaban atas setiap kata
mengapa yang terlintas di benaknya, berhak mendapatkan pengetahuan yang sama. Dan saya harap
hal tersebut tidak hanya sekadar berkata-kata yang terucap dari saya, saya ingin dan harus
melakukan aksi yang nyata.

You might also like