Professional Documents
Culture Documents
53
.id
go
.
b ps
tt.
//n
s:
tp
ht
ISSN : 2527-8517
Nomor Publikasi : 53550.1708
Katalog BPS : 1103003.53
.id
Naskah : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
go
s.
bp
Data Strategis
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2016 Tim Penyusun
ISSN : 978-602-6786-04-3
No. Publikasi
Katalog BPS
: 53553.1502
: 1103003.53
DATA STRATEGIS
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Diproduksi : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pengarah : Dr. Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si
Penanggung Jawab : Sofan, S.Si, M.Si
Editor : Sofan, S.Si, M.Si Pengarah :
Penulis : Heri Drajat Raharja, SST, M.Si
Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si
Sari Ayutyas, SST
Layout : Sari Ayutyas, SST
Penanggung Jawab :
Kupang : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2016
xii + 99 halaman; 17,6 x 25 cm Matamira B. Kale, S.Si, M.Si
.id
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, go
Editor :dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku
ini untuk tujuan komersil tanpa izin dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
Heri Drajat Raharja, SST, M.Si
s.
bp
tt.
Penulis:
//n
Desain/Layout:
Sari Ayutyas, SST
Data Strategis Nusa Tenggara Timur 2016 merupakan
publikasi yang diterbitkan dalam rangka mewujudkan dan
menjamin hak masyarakat memperoleh informasi publik.
Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang
Statistik, BPS bertanggung jawab atas perstatistikan di
Indonesia. Oleh karena itu penyediaan data makro sebagai
hasil dari kegiatan statistik merupakan tanggung jawab BPS
sesuai tuntutan perundang-undangan. Dengan semakin
terpenuhinya kebutuhan masyarakat pengguna data,
diharapkan masyarakat dengan penuh kesadaran memberikan
dukungan terhadap kegiatan-kegiatan perstatistikan BPS.
.id
Dari sekian banyak data yang disajikan BPS, terdapat
beberapa data yang diseminasinya ditunggu berbagai pihak, go
diantaranya oleh pemerintah, akademisi, pebisnis, bahkan
s.
bp
1. Pendahulan 2
2. Produk Domestik Regional Bruto 5
2.1 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha 6
2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 8
.id
2.3 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha 10
2.4 Struktur PDRB Menurut Pengeluaran
go 11
s.
2.5 Tinjauan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 11
bp
3. Angka Inflasi 18
tt.
4. Statistik Kemiskinan 23
//n
.id
6.1.3 Hortikultura go 50
6.2 Perkebunan 52
s.
bp
6.2.1 Kelapa 53
6.2.2 Jambu Mete 53
tt.
//n
6.2.3 Kemiri 53
s:
6.3 Peternakan 54
tp
6.4 Perikanan 55
ht
6.5 Kehutanan 57
7. Indeks Pembangunan Manusia 59
7.1 Alasan Penggunaan IPM Metode Penghitungan Baru 60
7.2 Keunggulan IPM Metode Penghitungan Baru 60
7.3 Implementasi IPM Metode Penghitungan Baru 61
7.3.1 Ketersediaan Data 61
7.3.2 Cakupan Indikator 61
7.4 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru 62
Penjelasan Teknis 66
.id
(Milyar Rp), 2012-2016 go
Tabel 2.6 Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, 2012-2016 14
s.
bp
.id
Jenis Kelamin dan Daerah, 2016
go
Tabel 5.12 Tingkat Pendidikan Penganggur Menurut Jenis Kelamin 45
s.
dan Daerah, 2016
bp
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
DATA
.id
STRATEGIS go
s.
bp
tt.
PERTUMBUHAN EKONOMI
//n
s:
tp
INFLASI
ht
STATISTIK KEMISKINAN
STATISTIK KETENAGAKERJAAN
STATISTIK PERTANIAN
Buku ini berisi data strategis yang dihasilkan Badan Pusat Statsitik
Provinsi Nusa Tenggara Timur, disertai penjelasan praktis. Kriteria data
.id
strategis yang dimaksud paling tidak mencakup pengertian tidak ada institusi
go
lain yang menyusun data tersebut, banyak digunakan untuk berbagai kajian,
s.
bp
dasar mulai dari jumlah penduduk, konsumsi per kapita, nilai tambah sektoral
ht
dan berujung pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data harga dan
perubahannya yang berujung pada angka inflasi. Data produksi primer antara
lain tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kependudukan
dan ketenagakerjaan mencakup aspek demografis lainnya. Data strategis
seperti kriteria yang telah disebutkan mencakup pertumbuhan ekonomi,
inflasi, statistik kemiskinan, statistik ketenagakerjaan, statistik pertanian dan
indeks pembangunan manusia. Data strategis tersebut yang disajikan dalam
buku ini. Pada setiap data yang disajikan diberi penjelasan praktis, agar
pembaca dapat memahami dengan lebih baik. Buku ini juga merupakan media
sosialisasi statistik produk BPS untuk pengambil kebijakan pada kalangan
.id
Pada bab III pembaca dapat memanfaatkan data inflasi yang merupakan
go
salah satu indikator dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang
s.
dikonsumsi masyarakat. Sementara dalam bab IV disajikan statsitik
bp
84,17
(triliun rupiah)
.id
go
PDRB
s.
bp
NTT
tt.
//n
s:
tp
ht
NTT menyumbang
Laju 0,66% terhadap
Pertumbuhan PDRB Indonesia
PDRB ADHK
NTT 2016
5,18
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto
.id
go
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah secara umum
s.
bp
dapat didefinisikan sebagai nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan
tt.
tahun atau triwulan). Sesuai dengan pengertian tersebut maka PDRB suatu
s:
.id
pendidikan (9,63 persen); lapangan usaha informasi dan komunikasi (6,98
go
persen); dan lapangan usaha transportasi dan pergudangan (5,38 persen).
s.
Sementara itu, peranan lapangan usaha lainnya masing-masing di bawah lima
bp
persen.
tt.
//n
kehutanan, dan perikanan yang terdiri dari golongan tanaman pangan, tanaman
ht
.id
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 5,04 go 5,21 5,21 5,23 5,38
Penyediaan Akomodasi dan
s.
I 0,58 0.60 0,62 0,64 0,70
Makan Minum
bp
Administrasi/Pemerintahan,
ht
.id
Keuangan dan Asuransi sebesar 8,47 persen; lapangan usaha Konstruksi
go
sebesar 8,46 persen; lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
s.
Mobil dan Sepeda Motor sebesar 6,77 persen; lapangan usaha Jasa Informasi
bp
dan Pergudangan sebesar 6,73 persen; lapangan usaha Jasa Kesehatan dan
s:
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 5,63 persen; lapangan usaha
Industri Pengolahan sebesar 4,98 persen; lapangan usaha Jasa Pendidikan
sebesar 4,18 persen; lapangan usaha Jasa Lainnya sebesar 3,55 persen;
lapangan usaha Real Estate sebesar 3,41 persen; lapangan usaha Jasa
Perusahaan sebesar 2,83 persen; lapangan Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 2,23; dan lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,38 persen.
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen),
2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan
A 2,98 2,72 3,61 3,40 2,23
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 6,18 5,03 7,28 4,83 5,66
C Industri Pengolahan 6,00 4,86 3,37 5,23 4,98
D Pengadaan Listrik dan Gas 9,48 7,44 19,89 14,37 14,61
Pengadaan Air, Pengelolaan
E 4,87 6,66 4,82 2,07 0,38
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 7,11 5,24 5,20 5,22 8,46
Perdagangan Besar dan Eceran;
.id
G Reparasi Mobil dan Sepeda 6,51 7,45 5,08 6,07 6,77
Motor go
H Transportasi dan Pergudangan 4,61 5,55 6,55 5,28 6,73
s.
bp
Administrasi/Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 7,13 7,33 5,93 6,81 5,63
Wajib
P Jasa Pendidikan 5,78 6,49 5,86 4,27 4,18
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 5,57 5,99 3,67 5,52 6,19
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,30 3,84 4,38 3,72 3,55
Produk Domestik Regional Bruto 5,46 5,41 5,05 5,03 5,18
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Lapangan Usaha, 2012 –2016
.id
Pengadaan Air, Pengelolaan
E
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,01 go 0,01 0,01 0,01 0,01
s.
F Konstruksi 1,17 1,28 1,41 1,54 1,75
bp
Motor
//n
Administrasi/Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,38 1,53 1,67 1,83 2,05
Wajib
P Jasa Pendidikan 1,01 1,15 1,30 1,43 1,56
.id
produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik NTT
go
digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (rumah tangga,
s.
bp
.id
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
s.
bp
tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan volume. Nilai PDRB ADHK NTT
s:
Konsumsi Rumah
37 702,4 39 795,2 42 109,4 44 723,1 47 762,5
Tangga
Gambar 2.1 Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
Konsumsi Rumah
77,68 77,20 74,00 75,29 76,33
Tangga
Konsumsi LNPRT 3,00 3,05 3,39 3,33 3,13
Konsumsi Pemerintah 29,07 27,86 28,45 28,57 26,75
PMTB 33,22 33,62 38,92 40,68 42,44
Perubahan Inventori 5,71 1,90 1,50 1,27 0,54
Ekspor 14,45 15,50 10,12 18,89 15,90
Impor 63,13 59,13 56,38 68,02 65,10
.id
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
go
** Angka Sangat Sementara
s.
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
bp
tt.
kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 74 persen). Impor masih
tp
ht
Konsumsi Rumah
5,07 5,55 5,82 6,21 6,80
Tangga
.id
Total PDRB 5,46 5,41 5,05 5,03 5,18
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
s.
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
bp
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah
tt.
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi NTT dari tahun 2012 s.d 2016 secara rata-
ht
rata mencapai 5,03 persen sampai dengan 5,46 persen. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2012, yakni sebesar 5,46 persen, sebaliknya yang terendah
terjadi pada tahun 2014 dan 2015 (5,03 persen).
Jika dilihat berdasarkan komponen pengeluaran, pada tahun 2016
komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah komponen konsumsi
rumah tangga (6,80 persen). Komponen dengan laju pertumbuhan terendah
adalah komponen ekspor.
Konsumsi Rumah
113,10 118,96 120,38 128,26 134, 51
Tangga
.id
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2011 –2016
s.
bp
terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan
//n
terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan dari tahun ke tahun
ht
2,48%
16
20
h un
Ta
.id
TT go
siN
s.
l a
nf
bp
I
tt.
//n
s:
tp
ht
.id
dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang
go
harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang yang
s.
harganya turun. Resultante (rata–rata tertimbang) dari perubahan harga
bp
bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang waktu (bulanan) disebut
tt.
indeks harga yang dikenal dengan indeks harga konsumen (IHK) atau
ht
consumer price index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi,
sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung
menggunakan rumus:
.id
6. Sebagai pembagi PDRB, pendapatan regional (GDRP deflator),
7. go
Sebagai proksi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living),
s.
8. Indikator dini tingkat bunga, valas, dan indeks harga saham.
bp
tt.
disebut deflasi. IHK umum tertinggi terjadi pada bulan Desember (128,12)
s:
Tabel 3.1 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi NTT Menurut Kelompok
Pengeluaran, 2015-2016
IHK Inflasi (%)
Kelompok Pengeluaran Desember Desember
2015 2016
2015** 2016*
Bahan Makanan 122,03 126,74 8,95 3,86
.id
Transport, dll 133,48 130,11 -1,04 -2,52
go
NTT 125,02 128,12 4,92 2,48
s.
Nasional 122,99 122,99 3,35 3,02
bp
tt.
** 2015-2016 (2012=100)
//n
.id
Februari sebesar 0,33 persen, bulan Maret sebesar 0,76 persen disebabkan
go
karena menurunnya harga komoditas bahan makanan seiring dengan
s.
bp
membaiknya kondisi cuaca dari bulan sebelumnya. Deflasi bulan Juli 0,32
tt.
setelah hari raya Idul Fitri. Deflasi bulan Agustus sebesar 0,80 persen, dan
s:
Jumlah
.id
Penduduk go
s.
Miskin NTT
bp
1.150,08 ribu
tt.
jiwa
22,01%
Perkotaan+Pedesaan
s:
2016
tp
ht
Bab 4. Statistik Kemiskinan
.id
penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah
go
tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan
s.
bp
.id
pertama kali pada tahun 1984 yang mencakup periode 1976–1981 dengan
go
menggunakan data survei sosial ekonomi nasional (Susenas) modul konsumsi.
s.
Sejak itu, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah
bp
dan pesentase penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan
tt.
//n
perdesaan. Kemudian mulai tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan data
s:
jumlah dan persentase penduduk miskin setiap tahun. Hal ini bisa terwujud
tp
karena sejak tahun 2003 BPS mengumpulkan data susenas panel modul
ht
.id
GKBM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
go
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non
s.
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
bp
komoditi di perdesaan.
tt.
//n
adalah data Susenas. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei
ht
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2017
.id
go
s.
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
bp
Daerah/Tahun
Makanan Bukan Makanan Total
ht
Perkotann
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
.id
go
s.
bp
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
tt.
//n
Dependency Ratio
NTT 2016
65,99 .id
go
s.
bp
tt.
NTT 2016
s:
3.402.075
tp
ht
jiwa
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan
.id
angkatan kerja (economically active population) dan struktur ketenagakerjaan,
go
adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk
s.
dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang
bp
menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring
//n
.id
terpilih secara PPS Sistematic dengan size jumlah rumah tangga SP2010, dan
go
tahap ketiga memilih 10 tumah tangga secara sitematik.
s.
Jumlah sampel triwulanan sebanyak 5.000 blok sensus atau 50.000
bp
rumah tangga sampel dimana setiap blok sensus terdiri dari 10 rumah tangga
tt.
//n
sampel dengan sistem rotasi. Angka triwulanan untuk penyajian hingga tingkat
s:
provinsi, kecuali triwulan III (Agustus) terjadi penambahan sampel tiga kali
tp
dari 5.000 blok sensus menjadi 15.000 blok sensus sehingga total jumlah
ht
sampel pada Agustus sebanyak 20.000 blok sensus atau 200.000 rumah tangga
yang memungkinkan penyajiannya hingga tingkat kabupaten/kota. Banyaknya
sampel 180 blok sensus pada setiap triwulanan dan 720 Blok Sensus atau
7.200 rumah tangga pada triwulan III (Agustus) yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota proporsional dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010.
Konsep dan definisi yang digunakan mengacu pada konsep ketenagakerjaan
yang berlaku secara internasional (ILO Concept Approach).
.id
sebesar 65,99. DR ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar
go
67,74, namun masih cukup tinggi. Setiap 100 orang penduduk umur produktif
s.
di NTT, menanggung 66 orang umur non produktif. DR laki-laki 67,58 dan
bp
pedesaan 69.38. Tiap pencari nafkah harus menyokong sejumlah besar orang
//n
dan oleh karenanya memerlukan penghasilan yang lebih besar untuk dapat
s:
tp
Tabel 5.1 Kelompok Umur dan Dependency Ratio (DR) Menurut Jenis
Jenis Kelamin Daerah
Kelamin dan Daerah, Juni 2016 Total
Umur Laki-Laki Perempuan Kota Desa
0-14 921 064 35,73 892 135 33,98 362 876 32,07 1 450 323 35,62 1 813 199 34,85
15-64 1 538 356 59,67 1 596 518 60,81 720 070 63,65 2 414 804 59,30 3 134 874 60,25
65+ 118 533 4,60 136 908 5,21 48 405 4,28 207 036 5,08 255 441 4,91
0-14
1 039 597 40,33 1 029 043 39,19 411 281 36,35 1 657 359 40,70 2 068 640 39,75
dan 65+
Total 2 577 953 100,00 2 625 561 100,00 1 131 351 100,00 4 072 163 100,00 5 203 514 100,00
Tahun
PUK 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 558 416 48,83 1 592 960 48,84
go
1 628 065 48,86 1 662 622 48,87 2,18
s.
Perempuan 1 633 332 51,17 1 668 379 51,16 1 704 335 51,14 1 739 453 51,13 2,12
bp
L+P 3 191 748 100,00 3 261 339 100,00 3 332 400 100,00 3 402 075 100,00 2,15
tt.
Daerah
//n
Kota 649 969 20,36 667 059 20,45 754 201 22,63 787 953 23,16 6,72
s:
tp
Desa 2 541 779 79,64 2 594 280 79,55 2 578 199 77,37 2 614 122 76,84 0,95
ht
K+D 3 191 748 100,00 3 261 339 100,00 3 332 400 100,00 3 402 075 100,00 2,15
L+P
Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan
Jumlah %
Angkatan Kerja 1 324 755 1 028 893 2 353 648 69,18
Bukan Angkatan Kerja 337 867 710 560 1 048 427 30,82
Total PUK 1 662 622 1 739 453 3 402 075 100,00
.id
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
go
5.4 Angkatan Kerja
s.
bp
berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan
//n
ekonomi produktif. Dalam hal ini terdiri dari mereka yang bekerja yang sudah
s:
terserap dalam pasar kerja dan yang siap terjun kedalam pasar kerja meskipun
tp
ht
Tabel 5.4 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-2016
Tahun
PUK 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 244 946 57,33 1 274 336 56,70 1 311 858 56,85 1 324 755 56,29 2,10
Perempuan 930 225 42,77 973 102 43,30 995 879 43,15 1 028 893 43,71 3,42
L+P 2 175 171 100,00 2 247 438 100,00 2 307 737 100,00 2 353 648 100,00 2,66
Daerah
Kota 365 880 16,82 388 987 17,31 440 178 19,07 506 468 21,52 11,51
Desa 1 809 291 83,18 1 858 451 82,69 1 867 559 80,93 1 847 180 78,48 0,71
K+D 2 175 171 100,00 2 247 438 100,00 2 307 737 100,00 2 353 648 100,00 2,66
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang pada periode
referensi tidak mempunyai/melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sedang
sekolah, mengurus rumah tangga atau karena alasan lainnya (pensiun,
penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan
lain).
Tabel 5.5 Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-
Tahun
BAK 2013 2014 2015 2016 Δ%
.id
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin go
Laki-Laki 313 470 30,84 318 624 31,43 316 207 30,86 337 867 32,23 2,58
s.
Perempuan 703 107 69,16 695 277 68,57 708 456 69,14 710 560 67,77 0,36
bp
L+P 1 016 577 100,00 1 013 901 100,00 1 024 663 100,00 1 048 427 100,00 1,04
tt.
Daerah
//n
Kota 284 089 27,95 278 072 27,43 314 023 30,65 281 485 26,85 0,15
s:
Desa 732 488 72,05 735 829 72,57 710 640 69,35 766 942 73,15 1,65
tp
K+D 1 016 577 100,00 1 013 901 100,00 1 024 663 100,00 1 048 427 100,00 1,04
ht
Bukan Angkatan Kerja tahun 2016 sebesar 1,05 juta orang. Rata-rata
pertumbuhan BAK 1,04 persen per tahun. Tidak seperti AK laki-laki yang
lebih banyak daripada perempuan, BAK perempuan lebih 2 kali lebih banyak
dibanding laki-laki. BAK laki-laki 0,34 juta orang atau 32,23 persen dan
perempuan 0,71 juta orang atau 67,77 persen. Di perkotaan BAK bertambah
0,15 persen per tahun, sedangkan di perdesaan 1,65 persen per tahun. Proporsi
BAK yang tinggal di perdesaan lebih besar dibanding dengan di perkotaan.
Untuk daerah perdesaan terdapat 0,77 juta orang atau 73,15 persen, sedangkan
di perkotaan hanya 0,28 juta orang atau 26,85 persen atau BAK di perdesaan
hampir 3 kali lipat BAK di perkotaan.
Tahun
TPAK Rata-Rata
2013 2014 2015 2016
.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 79,89 80,00 go
80,58 79,68 80,04
Perempuan 56,95 58,33 58,43 59,15 58,22
s.
L+P 68,15 68,91 69,25 69,18 68,87
bp
Daerah
tt.
TPAK NTT tahun 2016 sebesar 69,18 persen, dengan kata lain 100
orang PUK sekitar 69 orang termasuk AK atau dari 10 orang PUK terdapat 7
orang AK. TPAK laki-laki tahun 2016 sebesar 79,68 persen sedangkan TPAK
perempuan lebih rendah yaitu 59,15 persen. Secara umum, selama tahun 2013-
2016 masih terlihat kesenjangan antara TPAK laki-laki dan perempuan dimana
TPAK laki-laki lebih tinggi 1,4 kali dibanding perempuan.
Menurut daerah tempat tinggal, TPAK tahun 2016 di perdesaan 70,66
persen sedangkan di perkotaan 64,28 persen. Secara umum tahun 2013-2016
TPAK di perdesaan lebih tinggi 1,2 kali dibanding di perkotaan. Hal ini
dimungkinkan karena penduduk di kota cenderung banyak yang menunda
untuk terjun ke pasar kerja karena bersekolah, sementara di perdesaan orang
cenderung langsung terjun ke pasar kerja karena dorongan masalah ekonomi
37 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan
.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2,81 3,23 go
3,19 2,88 3,03
Daerah
tt.
TPT NTT tahun 2016 sebesar 3,25 persen yang berarti dari 100 orang
angkatan kerja terdapat 3 sampai 4 orang yang menganggur. Rata-rata TPT
selama periode 2013-2016 sebesar 3,40 persen, dengan TPT di perkotaan lebih
Tabel 5.8 Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-2016
Tahun
Bekerja 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 209 972 57,49 1 233 196 56,72 1 270 023 57,23 1 286 547 56,50 2,07
Perempuan 894 535 42,51 941 032 43,28 949 268 42,77 990 521 43,50 3,47
L+P 2 104 507 100,00 2 174 228 100,00 2 219 291 100,00 2 277 068 100,00 2,66
Daerah
Kota 338 811 16,10 357 667 16,45 401 427 18,09 478 296 21,00 12,32
Desa 1 765 696 83,90 1 816 561 83,55 1 817 864 81,91 1 798 772 79,00 0,63
K+D 2 104 507 100,00 2 174 228 100,00 2 219 291 100,00 2 277 068 100,00 2,66
.id
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
Banyaknya penduduk yang bekerja pada tahun 2016 sebanyak 2,28 juta
go
orang. Pertumbuhan jumlah orang bekerja rata-rata sebesar 2,66 persen per
s.
bp
laki-laki 2,07 persen. Pekerja laki-laki sebanyak 1,29 juta orang atau 56,50
//n
persen dan perempuan 0,99 juta orang atau 43,50 persen. Perbedaan antara
s:
penduduk bekerja laki-laki dan perempuan masih cukup besar yaitu 13 persen.
tp
Sebagaimana dijelaskan bahwa ada stereotip budaya dan sosial yang diduga
ht
Utama
.id
go
Tabel 5.9 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin,
s.
2016
bp
Pertanian, Perkebunan,
s:
Kehutanan, Perburuan, dan 688 410 53,51 525 650 53,07 1 214 060 53,32
Perikanan
tp
Pertambangan dan
ht
Bila dilihat menurut sektor, empat sektor menempati posisi teratas yaitu
pertanian, jasa, perdagangan dan industri. Tenaga kerja mayoritas terserap di
pertanian 1,21 juta orang atau 53,32 persen, diikuti sektor jasa 0,37 juta orang
atau 16,42 persen, perdagangan sebesar 0,23 juta orang atau 10,19 persen, dan
industri 0,17 juta orang atau 7,36 persen. Sektor lainnya seperti transportasi,
konstruksi, pertambangan dan lembaga keuangan dibawah 5 persen dan sektor
yang menyerap tenaga kerja terendah adalah sektor listrik, gas dan air minum.
Berdasarkan jenis kelamin, pekerja perempuan lebih banyak dibanding
laki-laki pada tiga sektor yaitu jasa, perdagangan dan industri. Bahkan pada
sektor industri tenaga kerja perempuan mendominasi 3,2 kali dibanding laki-
.id
laki. Pekerja perempuan di sektor industri sebanyak 119,2 ribu penduduk
go
perempuan atau 71,18 persen dari seluruh pekerja di sektor industri sedangkan
s.
laki-laki 48,2 ribu atau 28,82 persen. Industri yang umum terdapat di NTT
bp
adalah industri tenun ikat yang dilakukan para perempuan secara tradisional
tt.
dan menjadi keahlian yang diwariskan secara turun temurun bagi perempuan
//n
NTT.
s:
tp
Utama
.id
go
Tabel 5.10 Status Pekerjaan Utama Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis
s.
bp
Lapangan Total
Pekerjaan Laki—Laki Perempuan Kota Desa
//n
Utama
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
s:
Formal 358 606 27,87 215 269 21,73 241 943 50,58 331 932 18,45 573 875 25,20
tp
Berusaha
ht
Dibantu Buruh 32 161 2,50 6 111 0,62 18 478 3,86 19 794 1,10 38 272 1,68
Tetap
Buruh/
Karyawan/ 326 445 25,37 209 158 21,12 223 465 46,72 312 138 17,35 535 603 23,52
Pegawai
Informal 927 941 72,13 775 252 78,27 236 353 49,42 1 466 840 81,55 1 703 193 74,80
Berusaha
218 024 16,95 164 655 16,62 83 886 17,54 298 793 16,61 382 679 16,81
Sendiri
Berusaha
Dibantu Buruh
Tidak Tetap/ 490 546 38,13 179 868 18,16 73 161 15,30 597 253 33,20 670 414 29,44
Buruh Tidak
Dibayar
Pekerja Bebas 62 054 4,82 17 364 1,75 24 843 5,19 54 575 3,03 79 418 3,49
Pekerja
Keluarga Tidak 157 317 12,23 413 365 41,73 54 463 11,39 516 219 28,70 570 682 25,06
Dibayar
Total 1 286 547 100,00 990 521 100,00 478 296 100,00 1 798 772 100,00 2 277 068 100,00
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
Pekerja formal sebesar 0,57 juta orang atau 25,20 persen atau dengan
kata lain satu dari empat pekerja di NTT merupakan pekerja formal. Tidak
seperti pekerja formal, pekerja informal masih cukup tinggi di NTT yaitu
74,80 persen atau 7-8 dari 10 pekerja di NTT merupakan pekerja informal.
Pekerja informal terbanyak di perdesaan sebesar 81,55 persen, sedangkan
pekerja formal terbanyak di perkotaan yaitu sebesar 50,58 persen.
Pekerja laki-laki dalam kegiatan formal sebanyak 0,36 juta orang dan
pekerja perempuan sebanyak 0,21 juta orang atau pekerja laki-laki 1,6 kali
pekerja perempuan. Status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
terbesar adalah pekerja laki-laki yaitu 32 ribu orang dan perempuan hanya 6
.id
ribu orang atau laki-laki lebih banyak 5 kali lipat dibanding perempuan.
go
Demikian pula untuk buruh /karyawan/pegawai laki-laki 0,32 juta orang dan
s.
bp
perempuan 0,21 juta orang atau pekerja laki-laki yang berstatus buruh/
tt.
Pekerja formal yang tinggal di perkotaan sebanyak 0,24 juta orang dan
s:
di perdesaan sebanyak 0,33 juta orang. Sebagian besar pekerja pada kegiatan
tp
pegawai yaitu sebanyak 0,53 juta orang. Di NTT pekerja informal mencapai
1,70 juta orang atau 74,80 persen dari total pekerja, diperdesaan mencapai
1,46 juta orang sedangkan di perkotaan ada 236 ribu orang atau pekerja
informal di perdesaan lebih banyak 6,21 kali dibanding perkotaan. Pekerja
informal di perdesaan terbanyak yaitu berstatus berusaha dibantu buruh tidak
tetap sejumah 597 ribu orang.
Di dalam pasar kerja, nilai tukar terpenting bukan Dollar, juga bukan
Yen, Yuan, Poundsterling, atau Rupiah, tapi kemampuan dan keterampilan.
Seperti nilai tukar, kemampuan bisa meningkat atau terapresiasi dan menurun
atau terdepresiasi. Pendidikan berperan penting dalam peningkatan nilai tukar
tenaga kerja melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan, dengan
pendidikan yang baik, dapat mewujudkan tenaga kerja yang memiliki nilai
.id
Tingkat Total
Laki-Laki Perempuan Kota Desa
Pendidikan
Absolut % Absolut % Absolut %
go Absolut % Absolut %
s.
<=SD 694 844 54,01 585 273 59,09 137 928 28,84 1 142 189 63,50 1 280 117 56,22
bp
SMP 182 069 14,15 111 485 11,26 69 903 14,62 223 651 12,43 293 554 12,89
tt.
SMA UMUM 201 309 15,65 118 598 11,97 116 917 24,44 202 990 11,28 319 907 14,05
//n
SMA
82 680 6,43 45 537 4,60 46 746 9,77 81 471 4,53 128 217 5,63
KEJURUAN
s:
DIPLOMA I/II/
25 891 2,01 36 741 3,71 22 558 4,72 40 074 2,23 62 632 2,75
tp
III
ht
S1/S2/S3 99 754 7,75 92 887 9,38 84 244 17,61 108 397 6,03 192 641 8,46
Total 1 286 547 100,00 990 521 100,00 478 296 100,00 1 798 772 100,00 2 277 068 100,00
<=SD 6 669 17,45 6 732 17,54 2 650 9,41 10 751 22,21 13 401 17,50
SMP 4 176 10,93 4 697 12,24 1 912 6,79 6 961 14,38 8 873 11,59
SMA UMUM 6 858 17,95 10 163 26,49 6 661 23,64 10 360 21,40 17 021 22,23
SMA
9 263 24,24 4 871 12,69 6 744 23,94 7 390 15,27 12 134 18,46
KEJURUAN
DIPLOMA I/II/
0 0 2 648 6,90 1 734 6,16 914 1,89 2 648 3,46
III
Universitas 11 242 29,42 9 261 24,13 8 471 30,07 12 032 24,86 20 503 26,77
.id
Total 38 208 100,00 38 372 100,00 28 172 100,00 48 408 100,00 76 580 100,00
go
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
s.
Penganggur di NTT tahun 2016 sebanyak 76 ribu orang, dengan
bp
17,58%
.id
Produksi Padi Ladang Meningkat go
s.
3,62%
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
5,87%
Bab 6. Statistik Pertanian
.id
peternakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan salah satu indikator
go
ketersediaan pangan wilayah. Perhitungan produksi padi dan palawija secara
s.
bp
diperoleh hasil yang seragam dan tepat sehingga dapat digunakan secara
s:
.id
meningkat.
go
6.1.1 Tanaman Padi
s.
bp
sawah dan padi ladang. Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa produksi, luas panen
//n
dan produktivitas padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang. Hal ini
s:
tp
ht
.id
go
Luas Panen Rata-Rata Produksi Produksi (Ton)
s.
Uraian Perkembangan Kw/ Perkembangan Perkembangan
bp
Hektar GKG
(%) Ha (%) (%)
tt.
Jagung
//n
Kedelai
ht
6.1.3 Hortikultura
Perkembangan produksi sayur-sayuran periode 2014-2016 umumnya
meningkat. Jenis sayur-sayuran yang paling paling banyak produksinya di
tahun 2016 adalah labu siam yaitu sebesar 146.411 kuintal. Produksi buah-
buahan di NTT pada periode lima tahun terakhir ini menunjukkan kenaikan
yang cukup memuaskan. Jenis buah-buahan yang produksinya paling besar di
.id
Bawang Putih 1 793 2 374 2 733
Bawang Daun go
2 538 2 894 6 246
Kentang 7 451 1 925 6 972
s.
bp
Lobak 272 56 0
tp
ht
.id
Manggis 30 8 5
Nangka 20 383 go 20 636 20 922
Nenas 6 788 4 931 5 227
s.
bp
Markisa 113 47 37
Sirsak 2 820 2 208 2 153
Sukun 4 483 2 683 2 462
Apel 18 22 20
Sumber
Anggur : Publikasi Statistik Pertanian,38
2016 1 -
.id
Mengkudu 4 030 14 206 6 834
Mahkota Dewa
go
13 960 5 572 12 473
s.
Keji Beling 30 6 26
bp
6.2 Perkebunan
s:
tp
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang
ht
banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Hasil sub sektor
perkebunan juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan, selain itu
sampai akhir tahun 2016 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor
pertanian. Namun demikian hasil dari sub sektor ini diharapkan dapat
memiliki produksi yang besar di NTT pada tahun 2016 adalah kelapa, jambu
52 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 6. Statistik Pertanian
6.2.1 Kelapa
masyarakat petani di NTT. Hal ini terlihat bahwa produksi kelapa di NTT
sebesar 0,16 persen; 5,52 persen; dan 1,60 persen. Produksi kelapa tahun 2016
.id
Komoditi jambu mete mempunyai prospek yang cukup cerah, baik
go
s.
sebagai pendudukng peningkatan devisa maupun peningkatan pendapatan
bp
Peningkatan ini terjadi di seluruh daratan di NTT. Pada tahun 2016 komoditi
tp
jambu mete terbanyak di daratan Flores dengan produksi sebanyak 32.263 ton
ht
(65,25 persen) dari total produksi seluruh NTT dan menyebar hampir merata
di daratan Flores.
6.2.3 Kemiri
obat-obatan juga sebagai bumbu dapur. Oleh karena itu budidaya komoditi ini
ini terlihat dari hasil produksi kemiri yang menempati urutan ketiga setelah
kelapa dan jambu mete. Produksi komoditi ini terbanyak di daratan Flores
dengan produksi sebanyak 14.763 ton atau 53,53 persen dari total produksi
seluruh NTT dan menyebar hampir merata di daratan Flores. Dalam kurun
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 53
6.3 Peternakan
Seiring dengan meningkatnya pendapatan penduduk, peran sub sektor
peternakan terasa semakin penting, karena penduduk yang semula lebih
banyak mengkonsumsi karbohidrat bergeser kearah konsumsi daging, telur
dan susu, akibatnya kebutuhan daging terus meningkat. Untuk mencukupi
kebutuhan tersebut dilakukan impor dari Australia berupa daging beku
maupun ternak hidup, sehingga menguntungkan Australia. Untuk menyikapi
hal ini Pemerintah berusaha meningkatkan produksi ternak dalam negeri
melalui program swasembada daging pada tahun 2015.
Data dari Dirjen Peternakan menunjukkan populasi semua jenis ternak di
.id
NTT selama setahun terakhir meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada
go
Kerbau (11,24 persen), diikuti sapi (9,45 persen) dan Kambing (1,88 persen).
s.
Hal yang sama juga terjadi di komoditi ternak Kuda, Babi, Ayam Kampung
bp
dan Itik, pada tahun 2016 komoditi yang memiliki pertumbuhan paling rendah
tt.
adalah komoditi ternak ayam kampung, hanya tumbuh 0,73 persen dari tahun
//n
s:
2015.
tp
potong terkonsentrasi di Pulau Timor, diikuti Flores, Sumba dan Alor. Sumba
Timur memiliki potensi sebagai daerah pengembangan sapi karena memiliki
lahan bahan pakan ternak yang berupa padang savanna yang luas, dan terdapat
berbagai jenis rumput yang bergizi tinggi, namun populasi sapi di Sumba
Timur baru mencapai 6,65 persen dari populasi sapi potong di NTT dan
menduduki peringkat kelima. Kabupaten dengan populasi sapi potong
terbanyak adalah Kabupaten Kupang yang mencapai 22,06 persen, diikuti
TTS, TTU dan Malaka. Populasi sapi potong terendah berada di Kabupaten
Sumba Barat. Jenis ternak besar berikutnya adalah kerbau dengan tingkat
pertumbuhan populasi sebesar 11,24 persen dan jumlah populasi sebanyak
156.927 ekor. Penyebaran ternak kerbau terkonsentrasi di Pulau Sumba yaitu
.id
6.4 Perikanan
go
Daerah NTT merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
s.
bp
potensi sumber daya kelautan cukup banyak dan bervariasi. Namun selama ini
tt.
dan juga penyerapan tenaga kerjanya. Pada tahun 2016, jumlah rumah tangga
ht
Tabel 6.7 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Laut Menurut Kategori
.id
Alor 23 39 69
Flores 56 86
go 53
s.
Jumlah 118 176 49
bp
Sementara itu dari kegiatan budidaya perikanan tercatat pada tahun 2016
ada sebanyak 37 ribu rumah tangga yang mengusahakan budidaya perikanan.
Perkiraan total produksi pada tahun yang sama mencapai 1,8 ton.
Usaha perikanan laut di NTT masih lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan perahu tanpa motor yaitu sebanyak 10.393 rumah tangga,
walaupun jumlah ini mengalami penurunan 21,87 persen dibanding tahun
sebelumnya. Menurunnya jumlah rumah tangga usaha perikanan laut pada
tahun 2016, tidak mempengaruhi jumlah produksi perikanan laut di NTT,
jumlah produksi di tahun 2016 justru malah meningkat sekitar 49 persen dari
tahun 2015. Alat penangkap ikan terbanyak yang digunakan nelayan NTT
adalah pukat cincin yaitu sebanyak 6.929 buah dan yang paling sedikit
56 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 6. Statistik Pertanian
6.5 Kehutanan
Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan
maupun di luar kawasan hutan tersebut. Hutan mempunyai fungsi ganda yaitu
pakan sumber devisa negara. Pemerintah selalu berusaha untuk menjaga keles-
.id
NTT yaitu sebesar 0,15 persen. Hasil hutan lain dari jenis kayu-kayuan, arang
go
s.
dan pohon untuk tahun 2016 didominasi oleh kayu rimba campuran (5.978 m 3)
bp
Hasil hutan lain berupa non kayu, kulit dan daun didominasi kemiri dan
//n
s:
asam. Secara umum pada tahun 2016, produksi kehutanan mengalami pening-
tp
katan hampir di seluruh komoditi, hal ini perlu mendapat perhatian dari
ht
IPM NTT
63,13
.id
MENINGKAT DI go
TAHUN 2016
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
NTT
RANKING
32 DARI
34
PROVINSI
Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia
.id
Sumber Gambar : mrunal.org go
s.
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan
bp
mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup
tp
ht
.id
United Nations Development Program (UNDP) sudah mengubah
go
metodologi sejak tahun 2010 dan sudah mengalami revisi di tahun
s.
2011.
bp
proyeksi SP2010.
ht
.id
7.3.2 Cakupan Indikator
go
Rata-rata lama sekolah (MYS): penduduk usia 25 tahun ke atas
s.
(asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir).
bp
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010
(data empiris yaitu di Tolikara-Papua.
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan
hingga 2025 (akhir RPJN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan
tahun 2025
Angka Harapan
Hidup Saat Lahir 66,04
(Tahun)
.id
(Tahun)
go
Rata-Rata LamaSekolah
7,02
s.
(Tahun)
bp
tt.
Pengeluaran Per
//n
Rp. 7.112.000,-
Kapita
s:
Disesuaikan
tp
(Ribu Rupiah/Orang/Tahun)
ht
63,13
Tabel 7.1 IPM dan Ranking IPM Menurut Kabupaten/ Kota, 2016
.id
Flores Timur 61,90 9
Sikka
go
62,42 7
s.
Ende 65,74 2
bp
Ngada 65,61 3
tt.
Manggarai 61,67 11
//n
.id
go
s.
bp
tt.
memberikan gambaran
s:
tp
.id
lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan
go
hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekono-mi dari sektor
s.
primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan
bp
.id
2 (dua) versi penilaian, yaitu atas dasar “harga berlaku” dan atas dasar “harga
go
konstan”. Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan
s.
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya
bp
didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Dalam publikasi ini digunakan
tt.
harga tahun 2010 sebagai dasar penilaian. Laju pertumbuhan Produk Domestik
//n
Regional Bruto diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Laju
s:
pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n
tp
terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun
ht
.id
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
go
struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu
s.
wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar
bp
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB
//n
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
tp
.id
yang belum menghasilkan, nilai pohon kelapa sawit atau karet yang belum berbuah/
dipanen. go
s.
Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Services
bp
(FISIM)
//n
Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price).
s:
Merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen sebelum adanya
tp
intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk. Valuasi ini hanya untuk
ht
Indonesia 2009
(KBLI 2009) dan
Klasifikasi Baku
Komoditi
Indonesia 2010
(KBKI 2010).
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 69
Penjelasan Teknis
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht
.id
menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
go
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi.
s.
PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
bp
pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam
tt.
publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan
//n
.id
lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran konsumsi
go
akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan
s.
inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
bp
sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
//n
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
s:
tp
ht
.id
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-
sektor ekonomi yang mempunyai go
peran besar menunjukkan basis
s.
perekonomian suatu negara.
bp
dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ht
ekonomi.
PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.
.id
keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali menjadi hanya
7 COICOP, yaitu: go
s.
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
bp
7. Lainnya
A.7.4 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul
sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan
dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang
tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak
mengikuti harga pasar yang berlaku). LNPRT merupakan bagian dari lembaga non
profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani
rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumah tangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga
.id
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga,
go
serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini
s.
adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga,
bp
nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi
pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan
penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan
nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat
dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:
1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya
seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-
barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 75
Penjelasan Teknis
.id
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-
go
Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah
s.
Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari
bp
Provinsi bersangkutan.
//n
suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal
ht
periode.
PMTB terdiri dari :
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property
products), dan sebagai-nya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
.id
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
A.7.7 Perubahan Inventori go
s.
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai
bp
oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi
tt.
barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih
//n
tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses
s:
pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih
tp
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan
proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau
bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi
faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya
bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur
spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis
utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
.id
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli; go
s.
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
bp
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
//n
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
ht
.id
pada tahun dasar. Selain digunakan untuk melihat perkembangan harga (inflasi/
go
deflasi), Indeks Harga Konsumen juga sering digunakan sebagai proxi Indeks Biaya
s.
Hidup (IBH) atau sebagai indikator untuk mengukur besarnya perubahan biaya hidup.
bp
(pedagang eceran) dan pembeli (konsumen) secara eceran dengan pembayaran tunai.
//n
Eceran yang dimaksud adalah membeli sesuatu barang atau jasa dengan
s:
kembali.
ht
Pedagang eceran, adalah pihak atau seseorang yang menjual barang atau jasa
kepada pembeli untuk dikonsumsi sendiri, bukan untuk diperdagangkan kembali.
Tempat lokasi pedagang eceran sebagai responden dari harga konsumen tidak hanya
di areal pasar atau sekitar pasar, tetapi juga diluar areal pasar, seperti swalayan/
supermarket, toko-toko dan sebagainya.
Relatif harga (RH), adalah rasio perbandingan harga suatu komoditi pada
suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya.
Nilai konsumsi (NK), adalah jumlah nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga
selama sebulan untuk memperoleh suatu komoditi untuk dikonsumsi. Nilai konsumsi
suatu komoditi merupakan perkalian antara harga komoditi dengan kuantitas
(banyaknya) yang dikonsumsi.
Diagram timbang, adalah diagram yang menunjukkan persentase nilai
konsumsi tiap jenis barang atau jasa terhadap total rata-rata pengeluaran rumah
tangga.
Inflasi atau deflasi, adalah dinamika perubahan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Inflasi/deflasi pada dasarnya merupakan persentase
perbandingan IHK pada periode tertentu dengan IHK pada periode sebelumnya.
Persentase positif yang artinya terjadi kenaikan indeks dibandingkan bulan
sebelumnya disebut inflasi, sedangkan persentase negatif atau terjadi penurunan
indeks disebut deflasi.
B.2 Metodologi
B.2.1 Pengumpulan Data Harga Konsumen
Pengumpulan data harga konsumen untuk penghitungan IHK di Kota Kupang
.id
mencakup harga 341 jenis komoditas barang dan jasa yang umumnya dikonsumsi
go
oleh masyarakat Kota Kupang, dan setiap jenis komoditas barang dan jasa dipantau
s.
dua atau tiga jenis merk atau kualitas yang merupakan spesifikasi dari komoditas
bp
terpilih.
//n
Di Kota Kupang, pencacahan dilakukan pada tiga pasar tradisional yaitu Pasar
s:
(Inpres) Kasih Naikoten I, Pasar Oeba, dan Pasar Oebobo. Demikian juga untuk pasar
tp
swalayan dan outlet dipilih pada daerah yang berdekatan dengan pasar-pasar tersebut,
ht
antara lain, supermarket, toko bahan bangunan, toko emas perhiasan, toko alat
elektronik, toko alat rumah tangga, toko suku cadang kendaraan, toko kendaraan
bermotor, toko bahan pelumas, rumah makan/warung dan sebagainya. Selain itu juga
pengamatan harga dilakukan pada 68 rumah tangga sampel tarif sewa rumah, 12
rumah tangga sampel tarif kontrak rumah, 34 rumah tangga sampel tarif/upah
pembantu rumah tangga, dan 28 sekolah/universitas sampel tarif uang sekolah.
Penentuan pasar sebagai tempat pemantauan data harga konsumen didasarkan pada:
a. pasar tersebut relatif besar dan oleh masyarakat dipakai sebagai patokan atau
pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/merk dari pasar lainnya
b. terletak di daerah kota.
c. komoditas relatif banyak dan dapat ditemui
d. banyak masyarakat berbelanja di sana, dan
.id
konsumsi rumah tangga ≥ 0,02 persen
go
b. barang dan jasa tersebut dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
s.
c. data harganya dapat dipantau secara terus menerus dalam jangka waktu yang relatif
bp
lama.
tt.
Sedangkan pemilihan kualitas/merk dari suatu barang dan jasa yang akan
//n
diamati setiap saat adalah kualitas/merk yang banyak digemari oleh masyarakat
s:
C. Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.
Penduduk Miskin
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskian
Garis kemiskinan (GK), terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM).
.id
GK = GKM + GKNM
go
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
s.
perkotaan dan perdesaan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata
bp
minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari.Patokan
tp
ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Pakte komoditi kebutuhan
ht
.id
enam bulan atau lebih dana atau mereka yang berdomisili kuarng dari 6 bulan tetapi
go bertujuan untuk
s.
menetap.
bp
Usia Kerja
tt.
Indonesia
//n
menggunakan batas
s:
(economically active
ht
population) 15 tahun
(meskipun dalam
survey dikumpulkan
informasi mulai dari
usia 10 tahun) dan
tanpa batas usia kerja.
Di negara lain,
penentuan batas
bawah dan batas atas usia kerja bervariasi sesuai dengan kebutuhan/situasinya.
Beberapa contoh :
Batas bawah : Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada
(14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun).
Batas atas : Denmark, Swedia, Norwegis, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia,
Mexico (65 tahun), banyak Negara seprti Indonesia tidak ada batas atas.
Angkatan Kerja
Konsep angkutan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh
penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia
kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun semntara tidak bekerja, dan
penganggur.
Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam
secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.Kegiatan bekerja ini mencakup, baik
.id
yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu
go
sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya.
s.
Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang lalu juga digunakan oleh
bp
banyak Negara antara lain Pakistan, Filipina, Bulgaria, Polandia, Romania, Federasi
tt.
Pengangguran
s:
pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Definisi ini
ht
digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000, sedangkan sejak
tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai
berikut:
Penganggur adalah mereka yang sedangmencari pekerjaan, atau mereka yang
mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan
kerja), dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
(sebelumnya dikategorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka
tak bekerja (jobless).Penganggur dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut
sebagai penganggur terbuka (open unemployment).
Secara spesifik, penganggur terbuka dalam Sakernas, terdiri dari:
1. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,
.id
Sejalan dengan the labour force framework, definisi internasional untuk
go
bekerja didasarkan pada periode referensi yang pendek (satu minggu atau satu hari); a
s.
snapshot picture or the employment situation at a given time.
bp
Setengah Penganggur
tt.
Penduduk yang bekerja kuarng dari jam kerja normal(dalam hal ini 35 jam
//n
setengah penganggur.
tp
Mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Setengah Penganggur Sukarela
Mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu/part time worker).
Jumlah Jam Kerja
Jumlah jam kerja seleruhnya yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk
jam istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal – hal diluar pekerjaan)
selama seminggu yang lalu.
Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di
.id
TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
go
penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran angkatan kerja terhadap
s.
jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relative dari pasokan
bp
tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang – barang jasa
tt.
TPAK =
tp
TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam
kelompok pengangguran. TPT diukur sebagai persentase jumlah penganggur terhadap
jumlah angkatan kerja. Cara penghitungan TPT adalah:
TPT =
Data ketenagakerjaan diperoleh melalui kegiatan survei sakernas.
Periode Referensi
Dalam survey rumah tangga atau individu, periode referensi yang pendek (a
short recent reference period) akan meminimumkan kesalahan responden dalam
mengingat (recall) dan juga mengurangi masalah (statistik) yang timbul oleh karena
perpindahan penduduk dan perubahan status aktivitas, pekerjaan dan karakteristik
penduduk lainnya.
Standar internasional untuk periode referensi yang pendek adalah satu hari atau
satu minggu.Periode referensi satu minggu (yang lalu) paling banyak diterapkan di
Negara – negara yang melaksanakan survei angkatan kerja nasioanl, termasuk
Indonesia.
The One Hour Criterion
Kriteria satu jam digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup semua jenis
pekerjaan yang mungkin ada pada satu negara, termasuk di dalamnya adalah
pekerjaan dengan waktu singkat (short time work), pekerja bebas, stand by work dan
pekerjaan yang tak beraturan lainnya.
Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran
yang digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerjaan secara
.id
total (lack of work) sehingga jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan
go
maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan
s.
secara total.Disamping itu, juga untuk memastikan bahwa pada satu tingkat agregasi
bp
tertentu input tenaga kerja total berkaitan langsung dengan produksi total. Hal ini
tt.
memperhatikan the one hour criterion, yaitu digunakan konsep/definisi satu jam
tp
employed (bekerja).
BPS menggunakan konsep/definisi “bekerja paling sedikit 1 jam dalam
seminggu yang lalu” untuk mengkategorikan seseorang (currently economically
active population) sebagai bekerja, tanpa melihat lapangan usaha, jabatn, maupun
status pekerjaan.
E. Statistik Pertanian
Tata cara pengumpulan, pengolahan dan penghitungan produksi padi dan
palawija yang digunakan saat ini secara nasional mengacu pada Buku Pedoman
pengumpulan dan pengolahan data tanaman pangan yang telah disempurnakan oleh
Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian Tahun 2007.
Blok Sensus
Blok sensus adalah satuan wilayah kerja petugas pencacah yang merupakan
bagian dari suatu desa/keluarahan, mencakup sekitar 80 – 120 rumah tangga dan
dibatasi oleh batas – batas alam atau batas – batas lainnya yang jelas seperti sungai,
tanggul, pantai, rel kereta api dan sebagainya.
Alat Ubinan
Alat ubinan adalah alat yang digunakan dalam pengukuran produktivitas
tanaman padi/palawija (survei ubinan)., berupa batang dari bahan stainless steel
berukuran 21/2 m x 21/2. Tanaman padi/palawija yang berada dalam plot alat ubinan
tersebut dipanen, dibersihkan dan selanjutnya di timbang.
Luas Panen
Luas panen adalah luas tanaman padi/palawija yang dipanen pada suatu wilayah
(kecamatan) dalam periode pengumpulan data (bulanan), dan merupakan luas bersih
.id
(tidak termasuk luas galengan/pematangan).
go
Data pokok tanaman padi dan palawija yang dikumpulkan adalah luas panen dan
s.
produktivitas (hasil per hektar) yang selanjutnya digunakan untuk penghitungan
bp
produksi.Produksi padi atau palawija merupakan hasil perkalian antara luas panen
tt.
antara lain adalah luas poso/rusak, luas tanam dan luas baku lahan sawah.
s:
Pengumpulan data luas panen dilakukan setiap bulan oleh Mantri Pertanian/
ht
.id
dalam memperoleh data luas adalah penyuluh pertanian lapangan (PPL), petugas
pengawas benih, dan lain – lain. go
s.
Pengumpulan data produktivitas
bp
Pengumpulan data produktivitas (hasil per hektar) tanaman padi dan palawija
tt.
Metode pengambilan sampel ubinan dilakukan dalam dua tahap (two stage sampling),
ht
sebagai berikut:
Tahap I
Memilih sejumlah blok sensus secara pps (proportional probability to size)
dengan size banyaknya rumah tangga padi/palawija. Pada blok sensus terpilih
kemudian dilakukan pendaftaran (listing) rumah tangga untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan kegiatan penanaman padi dan palawija.
Tahap II
Berdasarkan hasil listing tumah tangga pada tahap I, dipilih sejumlah petak yang
akan dipanen pada subround tertentu. Pada ternak terpilih, kemudian dilakukan
permanen pada plot pengamatan/plot ubinan berukuran 21/2 m x 21/2.
Perhitungan produksi
Perhitungan produksi padi dan palawija dilakukan oleh BPS Provinsi menurut
.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht