You are on page 1of 101

Katalog : 1103003.

53

Provinsi Nusa Tenggara Timur

.id
go
.
b ps
tt.
//n
s:
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
ht
tp
s:
//n
tt.
bp
s.
go
.id
DATA STRATEGIS
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016

ISSN : 2527-8517
Nomor Publikasi : 53550.1708
Katalog BPS : 1103003.53

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm


Jumlah Halaman : ix + 90 halaman

.id
Naskah : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
go
s.
bp

Penyunting : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


tt.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Tim


//n
s:
tp

Gambar Kulit : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


ht

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Diterbitkan Oleh : © Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dicetak Oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggunakan


© Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Data Strategis
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2016 Tim Penyusun
ISSN : 978-602-6786-04-3
No. Publikasi
Katalog BPS
: 53553.1502
: 1103003.53
DATA STRATEGIS
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Diproduksi : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pengarah : Dr. Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si
Penanggung Jawab : Sofan, S.Si, M.Si
Editor : Sofan, S.Si, M.Si Pengarah :
Penulis : Heri Drajat Raharja, SST, M.Si
Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si
Sari Ayutyas, SST
Layout : Sari Ayutyas, SST

Penanggung Jawab :
Kupang : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2016
xii + 99 halaman; 17,6 x 25 cm Matamira B. Kale, S.Si, M.Si

.id
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, go
Editor :dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku
ini untuk tujuan komersil tanpa izin dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur
Heri Drajat Raharja, SST, M.Si
s.
bp
tt.

Penulis:
//n

Sari Ayutyas, SST


s:
tp
ht

Desain/Layout:
Sari Ayutyas, SST
Data Strategis Nusa Tenggara Timur 2016 merupakan
publikasi yang diterbitkan dalam rangka mewujudkan dan
menjamin hak masyarakat memperoleh informasi publik.
Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang
Statistik, BPS bertanggung jawab atas perstatistikan di
Indonesia. Oleh karena itu penyediaan data makro sebagai
hasil dari kegiatan statistik merupakan tanggung jawab BPS
sesuai tuntutan perundang-undangan. Dengan semakin
terpenuhinya kebutuhan masyarakat pengguna data,
diharapkan masyarakat dengan penuh kesadaran memberikan
dukungan terhadap kegiatan-kegiatan perstatistikan BPS.

.id
Dari sekian banyak data yang disajikan BPS, terdapat
beberapa data yang diseminasinya ditunggu berbagai pihak, go
diantaranya oleh pemerintah, akademisi, pebisnis, bahkan
s.
bp

masyarakat umum. BPS menyebut data yang ditunggu


tt.

tersebut sebagai Data Strategis yang terdiri dari pertumbuhan


//n

ekonomi, inflasi, statistik kemiskinan, statistik


s:

ketenagakerjaan dan statistik pertanian


tp

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan


ht

kerjasama semua pihak, baik secara langsung maupun tidak


langsung, yang telah ikut berpartisipasi hingga tersusunnya
buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat kepada
segenap penggunanya.

Kupang, Oktober 2017


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si


KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix

1. Pendahulan 2
2. Produk Domestik Regional Bruto 5
2.1 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha 6
2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 8

.id
2.3 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha 10
2.4 Struktur PDRB Menurut Pengeluaran
go 11
s.
2.5 Tinjauan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 11
bp

3. Angka Inflasi 18
tt.

4. Statistik Kemiskinan 23
//n

4.1 Metode Penghitungan Kemiskinan 24


s:

4.2 Sumber Data 25


tp
ht

4.3 Indikator Kemiskinan 25


4.4 Perkembangan Kemiskinan 26
4.5 Perubahan Garis Kemiskinan 27
5. Statistik Ketenagakerjaan 31
5.1 Komposisi Penduduk 33
5.2 Profil Penduduk Usia Kerja (PUK) 34
5.3 PUK Menurut Jenis Kegiatan Utama 35
5.4 Angkatan Kerja 35
5.5 Bukan Angkatan Kerja 36
5.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 37
5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 38
5.8 Profil Penduduk yang Bekerja (Pekerja) 38
5.9 Profil Penduduk yang Bekerja (Pekerja) Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 v
5.10 Profil Penduduk yang Bekerja (Pekerja) Menurut 42
Status Pekerjaan Utama
5.11 Profil Penduduk yang Bekerja (Pekerja) Menurut 44
Pendidikan
5.12 Profil Penduduk yang Menganggur (Penganggur) 44
6. Statistik Pertanian 47
6.1 Tanaman Pangan 48
6.1.1 Tanaman Padi 48
6.1.2 Tanaman Palawija 49

.id
6.1.3 Hortikultura go 50
6.2 Perkebunan 52
s.
bp

6.2.1 Kelapa 53
6.2.2 Jambu Mete 53
tt.
//n

6.2.3 Kemiri 53
s:

6.3 Peternakan 54
tp

6.4 Perikanan 55
ht

6.5 Kehutanan 57
7. Indeks Pembangunan Manusia 59
7.1 Alasan Penggunaan IPM Metode Penghitungan Baru 60
7.2 Keunggulan IPM Metode Penghitungan Baru 60
7.3 Implementasi IPM Metode Penghitungan Baru 61
7.3.1 Ketersediaan Data 61
7.3.2 Cakupan Indikator 61
7.4 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru 62

Penjelasan Teknis 66

vi Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Tabel 2.1 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2012- 7
2016
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha 9
(Persen), 2012-2016
Tabel 2.3 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp), 10
2012-2016
Tabel 2.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran 12
(Milyar Rp), 2012-2016
Tabel 2.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran 12

.id
(Milyar Rp), 2012-2016 go
Tabel 2.6 Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, 2012-2016 14
s.
bp

Tabel 2.7 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,


2012-2016 15
tt.
//n

Tabel 2.8 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, 2012-2016 16


s:

Tabel 3.1 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi NTT Menurut 20


tp

Kelompok Pengeluaran, 2015-2016


ht

Tabel 4.1 Garis Kemiskinan NTT, September 2015-September 2016 27


Tabel 5.1 Kelompok Umur dan Dependency Ratio (DR) Menurut 33
Jenis Kelamin dan Daerah, Juni 2016
Tabel 5.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 34
2013-2016
Tabel 5.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan dan Jenis 35
Kelamin, 2016
Tabel 5.4 Angkatan Kerja (AK) Menurut Jenis Kelamin dan 35
Daerah, 2013-2016
Tabel 5.5 Bukan Angkatan Kerja (BAK) Menurut Jenis Kelamin 36
dan Daerah, 2013-2016

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 vii


Tabel 5.6 Indikator TPAK, 2013-2016 37
Tabel 5.7 Indikator TPT, 2013-2016 38
Tabel 5.8 Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 39
2013-2016
Tabel 5.9 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan 40
Jenis Kelamin, 2016
Tabel 5.10 Status Pekerjaan Utama Penduduk yang Bekerja 42
Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2016
Tabel 5.11 Tingkat Pendidikan Penduduk yang Bekerja Menurut 44

.id
Jenis Kelamin dan Daerah, 2016
go
Tabel 5.12 Tingkat Pendidikan Penganggur Menurut Jenis Kelamin 45
s.
dan Daerah, 2016
bp

Tabel 6.1 Perkembangan Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan 48


tt.

Produksi Padi, 2013-2015


//n

Tabel 6.2 Perkembangan Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan 49


s:
tp

Produksi Tanaman Palawija, 2014-2015


ht

Tabel 6.3 Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (kuintal), 50


2014-2016
Tabel 6.4 Perkembangan Produksi Buah-Buahan (ton), 2014-2016 51
Tabel 6.5 Perkembangan Produksi Tanaman Obat-Obatan (kg), 52
2014-2016
Tabel 6.6 Populasi Ternak/ Unggas dan Perubahannya, 2015-2016 55
Tabel 6.7 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Laut Menurut 55
Kategori Usaha, 2015-2016
Tabel 6.8 Produksi Perikanan Laut di Provinsi NTT (ton), 2015- 56
2016
Tabel 7.1 IPM dan Ranking IPM Menurut Kabupaten/ Kota, 2016 64

viii Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Gambar 2.1 Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 13
2010 Menurut Pengeluaran, 2012-2016
Gambar 3.1 Laju Inflasi/ Deflasi NTT, 2016 20
Gambar 4.1 Persentase Penduduk Miskin (P0) Nasional dan Provinsi 26
NTT, 2010-2016
Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTT, 27
2010-2016
Gambar 4.3 Perkembangan Indeks Kedalaman (P1), 2015-2016 28
Gambar 4.4 Perkembangan Indeks Keparahan (P2). 2015-2016 29

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 ix


BAB I
PENDAHULUAN

DATA
.id
STRATEGIS go
s.
bp
tt.

PERTUMBUHAN EKONOMI
//n
s:
tp

INFLASI
ht

STATISTIK KEMISKINAN

STATISTIK KETENAGAKERJAAN

STATISTIK PERTANIAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


Bab1. Pendahuluan

Sumber Gambar : republika.co.id

Buku ini berisi data strategis yang dihasilkan Badan Pusat Statsitik
Provinsi Nusa Tenggara Timur, disertai penjelasan praktis. Kriteria data

.id
strategis yang dimaksud paling tidak mencakup pengertian tidak ada institusi
go
lain yang menyusun data tersebut, banyak digunakan untuk berbagai kajian,
s.
bp

menggambarkan fenomena dan bahkan mempengaruhi kondisi sosial


tt.

ekonomi, dan kemunculannya dinantikan berbagai pihak.


//n

Cakupan pengguna data strategis sangat luas, mulai dari pemerintah,


s:

pebisnis, akademisi, kalangan internasional, hingga masyarakat umum. Data


tp

dasar mulai dari jumlah penduduk, konsumsi per kapita, nilai tambah sektoral
ht

dan berujung pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data harga dan
perubahannya yang berujung pada angka inflasi. Data produksi primer antara
lain tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kependudukan
dan ketenagakerjaan mencakup aspek demografis lainnya. Data strategis
seperti kriteria yang telah disebutkan mencakup pertumbuhan ekonomi,
inflasi, statistik kemiskinan, statistik ketenagakerjaan, statistik pertanian dan
indeks pembangunan manusia. Data strategis tersebut yang disajikan dalam
buku ini. Pada setiap data yang disajikan diberi penjelasan praktis, agar
pembaca dapat memahami dengan lebih baik. Buku ini juga merupakan media
sosialisasi statistik produk BPS untuk pengambil kebijakan pada kalangan

2 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab1. Pendahuluan

Buku ini disajikan secara sistematis dalam 7 (bab). Pada bab


pendahuluan, pembaca dapat mencermati latar belakang dan tujuan
diterbitkannya buku ini, serta jenis data yang termuat di dalamnya.
Selanjutnya pada Bab II disajikan data terkini tentang PDRB. Data ini
menggambarkan kinerja ekonomi, dan derivasi data ini dapat digunakan untuk
melihat pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi sektoral, peningkatan harga
barang/jasa secara keseluruhan, dan memberi gambaran seberapa jauh
pembangunan ekonomi yang telah dicapai, struktur perekonomian,
kemampuan penduduk untuk menikmati hasil pembangunan.

.id
Pada bab III pembaca dapat memanfaatkan data inflasi yang merupakan
go
salah satu indikator dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang
s.
dikonsumsi masyarakat. Sementara dalam bab IV disajikan statsitik
bp

kemiskinan. Ketersediaan data kemiskinan yang akurat merupakan aspek


tt.

penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan.


//n

Pada bab V pembaca dapat mengikuti perkembangan data


s:
tp

ketenagakerjaan yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk di


ht

suatu wilayah. Isu penting dalam ketenagakerjaan, disamping angkatan kerja


dan strukturnya, seperti pengangguran.
Pada bab VI berikut mengenai “Statistik Pertanian” mengantarkan
pembaca untuk mencermati penyajian angka produksi tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Data ini dapat digunakan
untuk bahan perencanaan dan kebijakan yang terkait dengan ketahanan pangan
wilayah.
Pada bab VII yang merupakan materi terakhir dari buku ini memuat data
indeks pembangunan manusia yang merupakan salah satu indikator untuk
melihat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah, serta perbandingan
antar wilayah, baik level provinsi maupun kabupaten/kota.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 3


BAB II
PDRB

84,17
(triliun rupiah)

.id
go
PDRB
s.
bp

NTT
tt.
//n
s:
tp
ht

NTT menyumbang
Laju 0,66% terhadap
Pertumbuhan PDRB Indonesia
PDRB ADHK
NTT 2016

5,18
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Sumber Gambar : iapnews.com

.id
go
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah secara umum
s.
bp

dapat didefinisikan sebagai nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan
tt.

di suatu wilayah (provinsi, kabupaten/kota) dalam periode waktu tertentu (1


//n

tahun atau triwulan). Sesuai dengan pengertian tersebut maka PDRB suatu
s:

wilayah menunjukkan ukuran atau skala perekonomian dari wilayah yang


tp

bersangkutan dalam periode pengamatan.


ht

PDRB dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan struktur


ekonomi suatu wilayah. Dalam rangkaian kegiatan pembangunan, khususnya
di bidang ekonomi, PDRB memiliki peran penting, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Ada dua sistem penilaian yang
disajikan dalam publikasi ini yaitu, Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB atas dasar harga berlaku adalah
PDRB yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada masing-
masing tahun penghitungan. Harga konstan atau harga tetap adalah harga pada
tahun tertentu yang diperlakukan sebagai tahun dasar perhitungan. Dalam
publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010. Dengan demikian
PDRB atas dasar harga konstan yang disajikan dalam publikasi ini adalah
5 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

2.1 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha


Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat NTT masih didominasi
oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hal ini dapat terlihat
dari besarnya peranan lapangan usaha tersebut terhadap pembentukan PDRB
NTT. Pada tahun 2016, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
memberikan sumbangan terbesar terhadap struktur ekonomi NTT (28,89
persen), kemudian diikuti oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib (12,67 persen); lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (11,07
persen); lapangan usaha konstruksi (10,81 persen); lapangan usaha jasa

.id
pendidikan (9,63 persen); lapangan usaha informasi dan komunikasi (6,98
go
persen); dan lapangan usaha transportasi dan pergudangan (5,38 persen).
s.
Sementara itu, peranan lapangan usaha lainnya masing-masing di bawah lima
bp

persen.
tt.
//n

Kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan penyumbang


s:

terbesar nilai PDRB di NTT. Kategori ini mencakup subkategori pertanian,


tp

kehutanan, dan perikanan yang terdiri dari golongan tanaman pangan, tanaman
ht

hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, dan jasa pertanian dan


perburuan; sub kategori usaha kehutanan dan penebangan kayu; dan sub
kategori perikanan. Kategori ini masih menjadi tumpuan dan harapan dalam
penyerapan tenaga kerja. Jika dirinci per golongan, golongan peternakan
merupakan penyumbang terbesar terhadap kategori pertanian yaitu tercatat
sebesar 32,81 persen dari seluruh nilai tambah pertanian. Golongan peternakan
mengalami pertumbuhan sebesar 7,79 persen pada tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun 2015 sebesar 5,88 persen. Pada tahun 2016 semua subkategori
pada kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami
pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan ekonomi pada kategori ini
paling besar dialami oleh subkategori perikanan yaitu sebesar 5,71 persen,
kemudian diikuti oleh subkategori kehutanan dan penebangan kayu sebesar
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 6

1,77 persen dan subkategori pertanian, peternakan, perburuan dan jasa


pertanian sebesar 1,54 persen.
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.1 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2012-2016


Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pertanian, Kehutanan, dan
A 30,11 29,80 29,86 29,88 28,89
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 1,40 1,46 1,44 1,41 1,39
C Industri Pengolahan 1,25 1,24 1,23 1,23 1,23
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,04 0,05 0,06 0,07
Pengadaan Air, Pengelolaan
E 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 10,41 10,35 10,36 10,38 10,81
Perdagangan Besar dan Eceran;
G Reparasi Mobil dan Sepeda 10,81 10,71 10,65 10,86 11,07

.id
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 5,04 go 5,21 5,21 5,23 5,38
Penyediaan Akomodasi dan
s.
I 0,58 0.60 0,62 0,64 0,70
Makan Minum
bp

J Informasi dan Komunikasi 8,07 7,60 7,50 7,19 6,98


tt.

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,66 3,90 3,94 3,93 4,00


//n

L Real Estate 2,71 2,78 2,72 2,70 2,62


s:

M,N Jasa Perusahaan 0,30 0,31 0,31 0,31 0,31


tp

Administrasi/Pemerintahan,
ht

O Pertahanan dan Jaminan Sosial 12,28 12,38 12,25 12,30 12,67


Wajib
P Jasa Pendidikan 8,93 9,26 9,55 9,59 9,63
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 2,12 2,09 2,07 2,08 2,10
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,21 2,22 2,19 2,15 2,10
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Lapangan Usaha, 2012 –2016

7 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha


Perekonomian Nusa Tenggara Timur pada tahun 2016 bertumbuh lebih
baik dibandingkan dua tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Nusa
Tenggara Timur tahun 2016 mencapai 5,18 persen, sedangkan tahun 2015
sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha Pengadaan Listrik, Gas sebesar 14,61 persen. Seluruh lapangan usaha
yang lain pada tahun 2016 mencatat pertumbuhan yang positif (tabel 2.2).
Adapun lapangan usaha-lapangan usaha lainnya berturut-turut mencatat
pertumbuhan yang positif, di antaranya lapangan usaha Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum sebesar 14,46 persen; lapangan usaha Jasa

.id
Keuangan dan Asuransi sebesar 8,47 persen; lapangan usaha Konstruksi
go
sebesar 8,46 persen; lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
s.

Mobil dan Sepeda Motor sebesar 6,77 persen; lapangan usaha Jasa Informasi
bp

dan Komunikasi mencatat sebesar 6,76 persen; lapangan usaha Transportasi


tt.
//n

dan Pergudangan sebesar 6,73 persen; lapangan usaha Jasa Kesehatan dan
s:

Kegiatan Sosial sebesar 6,19 persen; lapangan usaha Pertambangan dan


tp

Penggalian sebesar 5,66 persen; lapangan usaha Administrasi Pemerintahan,


ht

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 5,63 persen; lapangan usaha
Industri Pengolahan sebesar 4,98 persen; lapangan usaha Jasa Pendidikan
sebesar 4,18 persen; lapangan usaha Jasa Lainnya sebesar 3,55 persen;
lapangan usaha Real Estate sebesar 3,41 persen; lapangan usaha Jasa
Perusahaan sebesar 2,83 persen; lapangan Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 2,23; dan lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,38 persen.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 8


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen),

2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan
A 2,98 2,72 3,61 3,40 2,23
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 6,18 5,03 7,28 4,83 5,66
C Industri Pengolahan 6,00 4,86 3,37 5,23 4,98
D Pengadaan Listrik dan Gas 9,48 7,44 19,89 14,37 14,61
Pengadaan Air, Pengelolaan
E 4,87 6,66 4,82 2,07 0,38
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 7,11 5,24 5,20 5,22 8,46
Perdagangan Besar dan Eceran;

.id
G Reparasi Mobil dan Sepeda 6,51 7,45 5,08 6,07 6,77
Motor go
H Transportasi dan Pergudangan 4,61 5,55 6,55 5,28 6,73
s.
bp

Penyediaan Akomodasi dan


I 5,94 7,34 6,25 6,17 14,46
Makan Minum
tt.

J Informasi dan Komunikasi 7,11 6,11 7,65 7,14 6,76


//n

K Jasa Keuangan dan Asuransi 10,84 11,72 6,44 5,76 8,47


s:

L Real Estate 6,14 5,47 1,43 3,85 3,41


tp

M,N Jasa Perusahaan 5,83 5,12 4,90 4,61 2,83


ht

Administrasi/Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 7,13 7,33 5,93 6,81 5,63
Wajib
P Jasa Pendidikan 5,78 6,49 5,86 4,27 4,18
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 5,57 5,99 3,67 5,52 6,19
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,30 3,84 4,38 3,72 3,55
Produk Domestik Regional Bruto 5,46 5,41 5,05 5,03 5,18
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Lapangan Usaha, 2012 –2016

9 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

2.3 PDRB Per kapita Menurut Lapangan Usaha


Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di
daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita. Pada tahun 2016,
PDRB per kapita Nusa Tenggara Timur mencapai 16,18 juta Rupiah.
Tabel 2.3 PDRB Per kapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp), 2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan
A 3,39 3,69 4,06 4,45 4,67
Perikanan

B Pertambangan dan Penggalian 0,16 0,18 0,20 0,21 0,22

C Industri Pengolahan 0,14 0,15 0,17 0,18 0,20

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,005 0,005 0,007 0,009 0,011

.id
Pengadaan Air, Pengelolaan
E
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,01 go 0,01 0,01 0,01 0,01
s.
F Konstruksi 1,17 1,28 1,41 1,54 1,75
bp

Perdagangan Besar dan Eceran;


G Reparasi Mobil dan Sepeda 1,22 1,33 1,45 1,62 1,79
tt.

Motor
//n

H Transportasi dan Pergudangan 0,57 0,65 0,71 0,78 0,87


s:

Penyediaan Akomodasi dan


tp

I 0,06 0,07 0,08 0,10 0,11


Makan Minum
ht

J Informasi dan Komunikasi 0,91 0,94 1,02 1,07 1,13

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,41 0,48 0,54 0,59 0,65

L Real Estate 0,31 0,34 0,37 0,40 0,42

M,N Jasa Perusahaan 0,03 0,04 0,04 0,05 0,05

Administrasi/Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,38 1,53 1,67 1,83 2,05
Wajib
P Jasa Pendidikan 1,01 1,15 1,30 1,43 1,56

Jasa Kesehatan dan Kegiatan


Q 0,24 0,26 0,28 0,31 0,34
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 0,25 0,27 0,30 0,32 0,34
Produk Domestik Regional Bruto 11,27 12,38 12,60 14,88 16,18
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Lapangan Usaha, 2012 –2016

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 10


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

2.4 Struktur PDRB Menurut Pengeluaran


Perubahan struktur ekonomi Provinsi NTT akibat pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2010-2016, tidak terlepas dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir.
Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan
internasional.
Data yang ada menunjukkan bahwa setiap komponen pengeluaran
mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar

.id
produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik NTT
go
digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (rumah tangga,
s.
bp

LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik


tt.

(dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan


//n

inventori, ekspor dan impor). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing


s:

komponen pengeluaran itu akan diuraikan berikut.


tp
ht

2.5 Tinjauan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran


Kondisi perekonomian NTT menunjukkan tanda pemulihan, setelah
krisis yang melanda ekonomi dunia sejak tahun 2008. Hal ini terlihat dari
PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus
menunjukkan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK), serta pertumbuhan pada total PDRB.
Nilai PDRB NTT (ADHB) selama periode tahun 2012-2016
menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016
nilai PDRB ADHB NTT sebesar 84,17 triliun rupiah, meningkat dari tahun
2015 yang sebesar 76,19 triliun tupiah. Nilai PDRB ADHB terbesar berasal
dari komponen pengeluaran rumah tangga (64,25 triliun rupiah), kemudian
11 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.4 PDRB ADHB Menurut Pengeluaran (Miliar Rp), 2012-2016


Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**
Konsumsi Rumah
42 639,9 47 342,1 50 692,5 57 361,6 64 246,5
Tangga
Konsumsi LNPRT 1 646,8 1 868,3 2 323,8 2 539,4 2 636,9
Konsumsi Pemerintah 15 958,5 17 083,0 19 486,1 21 765,7 22 518,3
PMTB 18 234,0 20 620,3 26 660,3 30 996,1 35 725,0
Perubahan Inventori 3 134,5 1 164,3 1 024,3 967,6 458,3
Ekspor 7 933,4 9 506,7 6 930,5 14 390,5 13 382,9
Impor 34 654,0 36 259,5 38 617,0 51 830,1 54 795,2
Total PDRB 54 893,1 91 325,3 68 500,4 76 190,9 84 172,6

.id
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
s.
bp

Nilai PDRB NTT (ADH konstan) selama periode tahun 2012-2016


tt.

menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai


//n

tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan volume. Nilai PDRB ADHK NTT
s:

pada tahun 2016 sebesar 59,77 triliun rupiah.


tp
ht

Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**

Konsumsi Rumah
37 702,4 39 795,2 42 109,4 44 723,1 47 762,5
Tangga

Konsumsi LNPRT 1 613,3 1 709,9 1 961,6 2 049,6 2 057,9


Konsumsi Pemerintah 12 496,8 15 186,5 15 528,9 16 775,9 16 716,3
PMTB 15 844,4 17 614,8 22 196,0 24 832,3 26 088,1
Perubahan Inventori 2 795,4 979,3 794,5 673,5 297,7
Ekspor 4 579,9 4 708,9 5 347,4 10 359,7 5 439,7
Impor 27 168,9 28 489,4 33 829,8 42 582,2 38 586,5
Total PDRB 48 863,2 51 505,2 54 108,0 56 831,9 59 775,7
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara Tabel 2.5
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 12
Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Melalui pendekatan penghitungan ADHK, PDRB masing-masing tahun


dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau
secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen
pengeluaran ADHK menggambarkan volume konsumsi akhir. Selama kurun
waktu 2012-2016, gambaran tentang perkembangan ekonomi NTT
berdasarkan ADHB dan ADHK dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016

Menurut Pengeluaran, 2012-2016

13 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.6 Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, 2012-2016

Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**

Konsumsi Rumah
77,68 77,20 74,00 75,29 76,33
Tangga
Konsumsi LNPRT 3,00 3,05 3,39 3,33 3,13
Konsumsi Pemerintah 29,07 27,86 28,45 28,57 26,75
PMTB 33,22 33,62 38,92 40,68 42,44
Perubahan Inventori 5,71 1,90 1,50 1,27 0,54
Ekspor 14,45 15,50 10,12 18,89 15,90
Impor 63,13 59,13 56,38 68,02 65,10

.id
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka Sementara
go
** Angka Sangat Sementara
s.
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
bp
tt.

Berdasarkan Tabel 2.6 terlihat bahwa selama periode 2012-2016, produk


//n

yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi


s:

kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 74 persen). Impor masih
tp
ht

mempunyai peran yang cukup besar, karena sekitar 56 sampai dengan 68


persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Di sisi
lain, pengeluaran untuk kapital (PMTB) juga mempunyai peran relatif besar
dengan kontribusi sekitar 33 sampai dengan 42 persen. Proporsi konsumsi
akhir pemerintah berada pada rentang 26-29 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik bruto cukup besar.
Pada tahun 2012-2016 transaksi ekspor dan impor NTT menunjukkan
bahwa konstribusi nilai ekspor cenderung mengalami peningkatan, kecuali
pada tahun 2014 dan 2016, dimana kontribusi nilai ekspor mengalami
penurunan. Sementara itu, peranan komponen perubahan inventori adalah
yang terkecil (0,54 persen).

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 14


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.7 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, 2012-2016

Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**

Konsumsi Rumah
5,07 5,55 5,82 6,21 6,80
Tangga

Konsumsi LNPRT 20,55 5,99 14,72 4,49 0,41


Konsumsi Pemerintah 5,91 12,52 2,25 8,03 (0,36)
PMTB 7,61 11,17 26,01 11,88 5,06
Perubahan Inventori 56,66 (64,97) (18,87) (15,22) (55,80)
Ekspor 21,07 2,82 13,56 93,75 (47,49)
Impor 13,58 4,86 18,75 25,87 (9,38)

.id
Total PDRB 5,46 5,41 5,05 5,03 5,18

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
s.
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2012-2016
bp

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah
tt.

pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi


//n

(economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang


s:
tp

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi NTT dari tahun 2012 s.d 2016 secara rata-
ht

rata mencapai 5,03 persen sampai dengan 5,46 persen. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2012, yakni sebesar 5,46 persen, sebaliknya yang terendah
terjadi pada tahun 2014 dan 2015 (5,03 persen).
Jika dilihat berdasarkan komponen pengeluaran, pada tahun 2016
komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah komponen konsumsi
rumah tangga (6,80 persen). Komponen dengan laju pertumbuhan terendah
adalah komponen ekspor.

15 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 2. Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 2.8 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, 2012-2016


Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**

Konsumsi Rumah
113,10 118,96 120,38 128,26 134, 51
Tangga

Konsumsi LNPRT 102,08 109,27 118,46 123,90 128,14


Konsumsi Pemerintah 118,24 112,49 125,48 129,74 134,71
PMTB 115,08 117,06 120,11 124,82 136,94
Ekspor 173,22 201,89 129,60 138,91 246,02
Impor 127,55 127,27 114,15 121,72 142,01
Total PDRB 112,34 119,07 126,60 134,06 140,81

.id
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
go
Sumber : Data PDRB Provinsi NTT Menurut Pengeluaran, 2011 –2016
s.
bp

Indeks implisit PDRB menggambarkan tingkat perubahan harga yang


tt.

terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan
//n

pemerintah) maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri). Indeks


s:

implisit PDRB 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang berarti bahwa


tp

terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan dari tahun ke tahun
ht

pada sisi produsen.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 16


BAB III
Inflasi

2,48%
16
20
h un
Ta
.id
TT go
siN
s.

l a
nf
bp

I
tt.
//n
s:
tp
ht

Inflasi terbesar pada


8,83%
kelompok pengeluaran
Makanan Jadi
Bab 3. Angka Inflasi

Sumber Gambar : bisnisaceh.com

Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang

.id
dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang
go
harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang yang
s.
harganya turun. Resultante (rata–rata tertimbang) dari perubahan harga
bp

bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang waktu (bulanan) disebut
tt.

inflasi (apabila naik) dan deflasi (apabila turun).


//n

Secara umum hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam satu


s:
tp

indeks harga yang dikenal dengan indeks harga konsumen (IHK) atau
ht

consumer price index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi,
sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung
menggunakan rumus:

INF = inflasi (atau deflasi) pada waktu (bulan atau tahun) t


IHK = indeks harga konsumen
Tujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang
menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Tujuan
tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai sebagai
informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi makro
maupun mikro, baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat korporasi, angka
18 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 3. Angka Inflasi

Dalam lingkup yang lebih luas (makro) angka inflasi


menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian. Secara spesifik
kegunaan angka inflasi antara lain untuk :

1. Indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage–in dexation),


2. Penyesuaian nilai kontrak (contractal payment),
3. Eskalasi nilai proyek (project escalation),
4. Penentuan target inflasi (inflation targeting),
5. Indeksasi anggaran pendapatan dan belanja negara (budget
indexation),

.id
6. Sebagai pembagi PDRB, pendapatan regional (GDRP deflator),
7. go
Sebagai proksi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living),
s.
8. Indikator dini tingkat bunga, valas, dan indeks harga saham.
bp
tt.

Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya


//n

disebut deflasi. IHK umum tertinggi terjadi pada bulan Desember (128,12)
s:

sedangkan yang terendah terjadi pada bulan September (124,48). Jika


tp
ht

diperhatikan kelompok komoditasnya, IHK untuk makanan jadi, minuman,


rokok dan tembakau pada bulan Desember (144,46) merupakan yang tertinggi,
diikuti IHK bulan Desember untuk transportasi dan komunikasi (130,11). IHK
paling rendah pada kelompok Kesehatan, pada bulan Desember 2016 nilai
IHK pada kelompok ini sebesar 115,73.
Pada tahun 2016, NTT mengalami inflasi sebesar 2,48 persen lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 4,92 persen.
Inflasi ini dipicu oleh naiknya harga semua kelompok komoditas pengeluaran
kecuali kelompok komoditas transport, komunikasi dan jasa keuangan.
Menurut kelompok pengeluran, inflasi tertinggi di tahun 2016 terjadi pada
kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar
8,83 persen, diikuti kelompok bahan makanan sebesar 3,86 persen, dan
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 19
Bab 3. Angka Inflasi

Tabel 3.1 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi NTT Menurut Kelompok
Pengeluaran, 2015-2016
IHK Inflasi (%)
Kelompok Pengeluaran Desember Desember
2015 2016
2015** 2016*
Bahan Makanan 122,03 126,74 8,95 3,86

Makanan Jadi, dll 132,74 144,46 8,50 8,83

Perumahan, dll 122,69 123,63 3,16 0,77


Sandang 120,42 125,04 5,71 3,84
Kesehatan 112,66 115,73 5,32 2,72
Pendidikan, dll 123,60 126,99 5,91 2,82

.id
Transport, dll 133,48 130,11 -1,04 -2,52
go
NTT 125,02 128,12 4,92 2,48
s.
Nasional 122,99 122,99 3,35 3,02
bp
tt.

** 2015-2016 (2012=100)
//n

Sumber : Statistik Indeks Harga Konsumen dan Inflasi NTT, 2017


s:

Gambar 3.1 Laju Inflasi/ Deflasi NTT 2016


tp
ht

Sumber : Statistik Indeks Harga Konsumen dan Inflasi NTT, 2016

20 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 3. Angka Inflasi

Laju inflasi bulanan di Nusa Tenggara Timur dan Nasional sepanjang


tahun 2016 adalah seperti yang disajikan di grafik. Inflasi tertinggi terjadi pada
bulan Desember 2016, hal ini diakibatkan tingginya inflasi pada kelompok
bahan makanan, akibat naiknya harga-harga bahan makanan.
Di awal tahun 2016, NTT mengalami inflasi sebesar 0,74 persen,
kemudian diikuti oleh kenaikan angka inflasi pada bulan-bulan berikutnya.
Puncak kenaikan inflasi terjadi pada bulan Desember 2016 yang mencapai
1,92 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan yang
bertepatan dengan liburan sekolah, hari raya Natal serta Tahun Baru.
Selama tahun 2016, NTT mengalami lima kali deflasi, yakni pada bulan

.id
Februari sebesar 0,33 persen, bulan Maret sebesar 0,76 persen disebabkan
go
karena menurunnya harga komoditas bahan makanan seiring dengan
s.
bp

membaiknya kondisi cuaca dari bulan sebelumnya. Deflasi bulan Juli 0,32
tt.

persen disebabkan karena adanya penurunan harga komoditas bahan makanan


//n

setelah hari raya Idul Fitri. Deflasi bulan Agustus sebesar 0,80 persen, dan
s:

bulan September 0,17 persen disamping disebabkan karena menurunnya harga


tp

komoditas bahan makan juga disebabkan karena menurunnya harga tiket


ht

pesawat setelah mengalami kenaikan sehubungan dengan musim liburan


sekolah serta hari raya Idul Fitri bulan sebelumnya.
Dilihat dari andil yang diberikan oleh masing-masing kelompok
pengeluaran, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau memberikan andil tertinggi terhadap inflasi NTT di tahun 2016
yaitu sebesar 8,83 persen, diikuti kelompok bahan makanan sebesar 3,86
persen, kelompok sandang 3,84 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan
olah raga 2,82 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,72 persen dan kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan andil sebesar 0,77
persen. Sedangkan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan
memberikan andil negatif sebesar 2,52 persen
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 21
BAB IV
Statistik Kemiskinan

Jumlah
.id
Penduduk go
s.

Miskin NTT
bp

1.150,08 ribu
tt.

Pesentase Penduduk Miskin NTT


//n

jiwa

22,01%
Perkotaan+Pedesaan
s:

2016
tp
ht
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Sumber Gambar : scazda.wordpress.com

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang


menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek

.id
penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah
go
tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan
s.
bp

yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap


tt.

kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta


//n

menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki


s:

kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya (reliable) dapat


tp
ht

menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan


perhatian pada kondisi hidup orang miskin.
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Konsep ini
tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara–negara lain seperti:
Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam dan Gambia. Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan
maupun non makanan yang bersifat mendasar. Menurut pendekatan ini,
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata–rata pengeluaran per
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 23
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan


Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM
merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari, sedangkan GKNM merupakan
kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Penduduk miskin dapat juga dihitung melalui pendekatan lain, seperti
yang dilakukan oleh Bank Dunia yang menghitung jumlah penduduk miskin
berdasarkan pengeluaran per kapita setara dengan US$1 dan US$2 PPP
(Puchasing Power Parity/ Paritas Daya Beli).
BPS melakukan penghitungan jumlah dan pesentase penduduk miskin

.id
pertama kali pada tahun 1984 yang mencakup periode 1976–1981 dengan
go
menggunakan data survei sosial ekonomi nasional (Susenas) modul konsumsi.
s.
Sejak itu, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah
bp

dan pesentase penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan
tt.
//n

perdesaan. Kemudian mulai tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan data
s:

jumlah dan persentase penduduk miskin setiap tahun. Hal ini bisa terwujud
tp

karena sejak tahun 2003 BPS mengumpulkan data susenas panel modul
ht

konsumsi setiap bulan februari atau maret.


Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD) digunakan untuk
memperkirakan proporsi pengeluaran masing–masing komoditi pokok non
makanan. Disamping data kemiskinan yang dihitung dari data Susenas (data
kemiskinan makro), BPS juga mengeluarkan data rumah tangga sasaran (RTS)
berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk 2005 (PSE05) untuk
keperluan bantuan langsung tunai (BLT), yang juga disebut sebagai data
kemiskinan mikro.
4.1 Metode Penghitungan Kemiskinan
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan
24
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index, yaitu


persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
 Metode yang digunakan adalah menghitung GK, yang terdiri daru dua
komponen, yaitu GKM dan GKBM. Penghitungan Garis Kemiskinan
dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
 GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disertakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

.id
 GKBM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
go
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non
s.
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
bp

komoditi di perdesaan.
tt.
//n

4.2 Sumber Data


s:

Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan


tp

adalah data Susenas. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei
ht

SPKKD, yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing


-masing komoditi pokok bukan makanan.
4.3 Indikator Kemiskinan
Indikator yang sering digunakan adalah Persentase Penduduk Miskin
(P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2). Persentase Penduduk Miskin (P0) adalah persentase penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan (GK). Indeks Kedalaman Kemiskinan
(Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi
nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 25
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan


gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.
4.4 Perkembangan Kemiskinan

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2017

Persentase penduduk miskin di NTT pada September 2016 mengalami


penurunan sebesar 1,02 poin dari keadaan tahun 2010. Pada september 2016
sebanyak 22,01 persen penduduk di NTT tercatat sebagai penduduk miskin.
Angka tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan adanya
penurunan. Pada september 2014 persentase penduduk miskin NTT sebesar
19,60 persen, kemudian meningkat menjadi 22,58 persen pada september
2015, dan kembali menurun pada september 2016 menjadi 22,01 persen.
Dibanding kemiskinan Nasional, kemiskinan NTT masih jauh lebih tinggi
dibanding rata-rata Nasional sebesar 10,70 persen per september 2016. Upaya
ekstra dari pemerintah sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah penduduk
26 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin NTT, 2010-2016

.id
go
s.
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
bp

4.5 Perubahan Garis Kemiskinan


tt.
//n

Tabel 4.1 Garis Kemiskinan NTT, September 2015-September 2016


s:

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)


tp

Daerah/Tahun
Makanan Bukan Makanan Total
ht

Perkotann

September 2015 265 296 109 059 374 355

September 2016 277 266 112 395 389 661


Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 4,51 3,06 4,09
Perdesaan
September 2015 240 102 50 261 290 363
September 2016 254 257 56 039 310 296
Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 5,90 11,50 6,86
Kota+Desa
September 2015 245 160 62 064 307 224
September 2016 258 985 68 018 327 003
Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 5,64 9,59 6,44
Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 27
Bab 4. Statistik Kemiskinan

Selama September 2015-September 2016, Garis Kemiskinan naik


sebesar 6,44 persen, yaitu dari Rp. 307.224,00 per kapita per bulan pada
September 2015 menjadi Rp. 327.003,00 per kapita per bulan pada September
2016.
Gambar 4.3 Perkembangan Indeks Kedalaman (P1), 2015-2016

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan rata


-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan.
P1-Indeks Kedalaman Kemiskinan menunjukkan penurunan
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap batas kemiskinan pada
periode 2015-2016. Pada periode 5 tahun terakhir (2010-2016) menunjukkan
bahwa penurunan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Provinsi
NTT dengan garis kemiskinan relatif lebih jauh bila dibandingkan jarak rata-

28 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 4. Statistik Kemiskinan

Gambar 4.4 Perkembangan Indeks Keparahan (P2), 2015-2016

.id
go
s.
bp

Sumber : Publikasi Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi NTT, 2016
tt.
//n

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan


s:
tp

gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.


ht

Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di


antara penduduk miskin.
Indeks Keparahan NTT tahun 2015 sempat mengalai kenaikan, akan
tetapi kembali turun pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa
ketimpangan atau gap pengeluaran diantara penduduk miskin semakin
menyempit pada periode tersebut.
Walaupun cenderung menurun, Indeks Keparahan penduduk miskin di
NTT lebih besar dibanding penduduk miskin secara nasional (periode 2010
sampai dengan 2016), artinya distribusi pengeluaran penduduk miskin di NTT
memiliki ketimpangan yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 29


BAB V
Statistik Ketenagakerjaan

Dependency Ratio
NTT 2016

65,99 .id
go
s.
bp
tt.

Penduduk Usia Kerja


//n

NTT 2016
s:

3.402.075
tp
ht

jiwa
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Sumber Gambar : slideshare.net

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, disamping keadaan

.id
angkatan kerja (economically active population) dan struktur ketenagakerjaan,
go
adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk
s.
dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang
bp

tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu


tt.

menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring
//n

dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak


s:

hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga


tp
ht

menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan


kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu
data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan
tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu
tertentu.

Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut, BPS telah melaksanakan


pengumpulan dan penyajian data kependudukan dan ketenagakerjaan melalui
berbagai kegiatan sensus dan survei, antara lain: Sensus Penduduk (SP),
Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas
merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data
ketenagakerjaan dengan pendekataan tumah tangga.
31 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Sakernas dilakukan secara triwulanan pada Februari, Mei, Agustus dan


November 2016. Standar internasional untuk periode referensi adalah satu hari
atau satu minggu yang disebut dengan periode pendek (a short recent
reference period). Periode referensi didalam survei ini satu minggu (yang
lalu). Kerangka sampel yang digunakan adalah daftar rumah tangga dalam
setiap blok sensus sampel hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP2010).
Pemilihan kerangka sampel dilakukan dalam tiga tahap: tahap pertama
memilih 30.000 kelompok blok sensus atau wilayah pencacahan (wilcah)
secara Probability Proportional to Size (PPS) dengan size jumlah rumah
tangga SP2010, tahap kedua memilih dua blok sensus pada setiap blok sensus

.id
terpilih secara PPS Sistematic dengan size jumlah rumah tangga SP2010, dan
go
tahap ketiga memilih 10 tumah tangga secara sitematik.
s.
Jumlah sampel triwulanan sebanyak 5.000 blok sensus atau 50.000
bp

rumah tangga sampel dimana setiap blok sensus terdiri dari 10 rumah tangga
tt.
//n

sampel dengan sistem rotasi. Angka triwulanan untuk penyajian hingga tingkat
s:

provinsi, kecuali triwulan III (Agustus) terjadi penambahan sampel tiga kali
tp

dari 5.000 blok sensus menjadi 15.000 blok sensus sehingga total jumlah
ht

sampel pada Agustus sebanyak 20.000 blok sensus atau 200.000 rumah tangga
yang memungkinkan penyajiannya hingga tingkat kabupaten/kota. Banyaknya
sampel 180 blok sensus pada setiap triwulanan dan 720 Blok Sensus atau
7.200 rumah tangga pada triwulan III (Agustus) yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota proporsional dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010.
Konsep dan definisi yang digunakan mengacu pada konsep ketenagakerjaan
yang berlaku secara internasional (ILO Concept Approach).

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 32


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.1 Komposisi Penduduk


Komposisi penduduk memiliki hubungan yang kuat dengan kesempatan
kerja. Rasio antara mereka yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 65
tahun terhadap penduduk usia produktif 15-64 tahun menentukan rasio
ketergantungan berbasis umur atau Dependency Ratio (DR), yaitu jumlah
orang yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif. DR terendah
44, namun idealnya sebesar 50 yaitu 100 orang umur produktif menanggung
50 orang umur non produktif atau 2 orang produktif menanggung 1 orang non
produktif. Penduduk NTT pertengahan tahun (Juni) 2016 sebesar 5,20 juta
orang, 3,13 juta orang usia produktif dan 2,07 juta usia non produktif atau DR

.id
sebesar 65,99. DR ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar
go
67,74, namun masih cukup tinggi. Setiap 100 orang penduduk umur produktif
s.
di NTT, menanggung 66 orang umur non produktif. DR laki-laki 67,58 dan
bp

DR perempuan 64,46. DR penduduk perkotaan 57,12 dan DR penduduk


tt.

pedesaan 69.38. Tiap pencari nafkah harus menyokong sejumlah besar orang
//n

dan oleh karenanya memerlukan penghasilan yang lebih besar untuk dapat
s:
tp

keluar dari kemiskinan, utamanya laki-laki dan di perdesaan.


ht

Tabel 5.1 Kelompok Umur dan Dependency Ratio (DR) Menurut Jenis
Jenis Kelamin Daerah
Kelamin dan Daerah, Juni 2016 Total
Umur Laki-Laki Perempuan Kota Desa

Absolut % Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %

0-14 921 064 35,73 892 135 33,98 362 876 32,07 1 450 323 35,62 1 813 199 34,85

15-64 1 538 356 59,67 1 596 518 60,81 720 070 63,65 2 414 804 59,30 3 134 874 60,25

65+ 118 533 4,60 136 908 5,21 48 405 4,28 207 036 5,08 255 441 4,91

0-14
1 039 597 40,33 1 029 043 39,19 411 281 36,35 1 657 359 40,70 2 068 640 39,75
dan 65+

Total 2 577 953 100,00 2 625 561 100,00 1 131 351 100,00 4 072 163 100,00 5 203 514 100,00

DR 67,58 64,46 57,12 69.38 65,99

Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016


33 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.2 Profil Penduduk Usia Kerja


Penduduk Usia Kerja (PUK) adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke
atas, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13
Tahun 2003. Jumlah PUK mengacu pada hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) yang dilakukan triwulanan yaitu Februari, Mei, Agustus dan
November. Kondisi tahun 2013-2016 diwakili oleh Agustus 2013-2016 karena
dianggap lebih mendekati kondisi pertengahan tahun.

Tahun
PUK 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %

.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 558 416 48,83 1 592 960 48,84
go
1 628 065 48,86 1 662 622 48,87 2,18
s.
Perempuan 1 633 332 51,17 1 668 379 51,16 1 704 335 51,14 1 739 453 51,13 2,12
bp

L+P 3 191 748 100,00 3 261 339 100,00 3 332 400 100,00 3 402 075 100,00 2,15
tt.

Daerah
//n

Kota 649 969 20,36 667 059 20,45 754 201 22,63 787 953 23,16 6,72
s:
tp

Desa 2 541 779 79,64 2 594 280 79,55 2 578 199 77,37 2 614 122 76,84 0,95
ht

K+D 3 191 748 100,00 3 261 339 100,00 3 332 400 100,00 3 402 075 100,00 2,15

Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016

Rata-rata pertumbuhan PUK per tahun selama 2013-2016 sebesar 2,15


persen. PUK tahun 2016 sebanyak 3,40 juta orang terdiri dari PUK
perempuan 1,74 juta orang atau 51,13 persen sedangkan laki-laki sebanyak
1,66 juta atau 48,87 persen. Meskipun PUK perempuan lebih banyak
dibanding laki-laki tetapi rata-rata pertumbuhan PUK perempuan lebih rendah
yaitu 2,12 persen dibanding laki-laki yang sebesar 2,18 persen. Dirinci
menurut daerah, pada tahun 2016 sebagian besar PUK tinggal di pedesaan
yaitu 2,61 juta orang atau 76,84 persen sedangkan di perkotaan 0,79 juta
orang atau 23,16 persen. Namun demikian, pertumbuhan PUK di perkotaan

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 34


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.3 Penduduk Usia Kerja (PUK) Menurut Jenis Kegiatan Utama


Kegiatan utama PUK terbagi atas Angkatan Kerja (AK) yang aktif
secara ekonomi baik bekerja maupun mencari pekerjaan; dan Bukan Angkatan
Kerja (BAK) yang tidak aktif secara ekonomi baik sedang sekolah atau sibuk
dengan pekerjaan rumah tangga atau alasan lainnya.

L+P
Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan
Jumlah %
Angkatan Kerja 1 324 755 1 028 893 2 353 648 69,18
Bukan Angkatan Kerja 337 867 710 560 1 048 427 30,82
Total PUK 1 662 622 1 739 453 3 402 075 100,00

.id
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
go
5.4 Angkatan Kerja
s.
bp

Angkatan kerja pada dasarnya merujuk pada kelompok penduduk yang


tt.

berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan
//n

ekonomi produktif. Dalam hal ini terdiri dari mereka yang bekerja yang sudah
s:

terserap dalam pasar kerja dan yang siap terjun kedalam pasar kerja meskipun
tp
ht

Tabel 5.4 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-2016

Tahun
PUK 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 244 946 57,33 1 274 336 56,70 1 311 858 56,85 1 324 755 56,29 2,10
Perempuan 930 225 42,77 973 102 43,30 995 879 43,15 1 028 893 43,71 3,42
L+P 2 175 171 100,00 2 247 438 100,00 2 307 737 100,00 2 353 648 100,00 2,66

Daerah
Kota 365 880 16,82 388 987 17,31 440 178 19,07 506 468 21,52 11,51
Desa 1 809 291 83,18 1 858 451 82,69 1 867 559 80,93 1 847 180 78,48 0,71
K+D 2 175 171 100,00 2 247 438 100,00 2 307 737 100,00 2 353 648 100,00 2,66
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016

35 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.5 Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang pada periode
referensi tidak mempunyai/melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sedang
sekolah, mengurus rumah tangga atau karena alasan lainnya (pensiun,
penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan
lain).
Tabel 5.5 Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-

Tahun
BAK 2013 2014 2015 2016 Δ%

.id
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin go
Laki-Laki 313 470 30,84 318 624 31,43 316 207 30,86 337 867 32,23 2,58
s.
Perempuan 703 107 69,16 695 277 68,57 708 456 69,14 710 560 67,77 0,36
bp

L+P 1 016 577 100,00 1 013 901 100,00 1 024 663 100,00 1 048 427 100,00 1,04
tt.

Daerah
//n

Kota 284 089 27,95 278 072 27,43 314 023 30,65 281 485 26,85 0,15
s:

Desa 732 488 72,05 735 829 72,57 710 640 69,35 766 942 73,15 1,65
tp

K+D 1 016 577 100,00 1 013 901 100,00 1 024 663 100,00 1 048 427 100,00 1,04
ht

Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016

Bukan Angkatan Kerja tahun 2016 sebesar 1,05 juta orang. Rata-rata
pertumbuhan BAK 1,04 persen per tahun. Tidak seperti AK laki-laki yang
lebih banyak daripada perempuan, BAK perempuan lebih 2 kali lebih banyak
dibanding laki-laki. BAK laki-laki 0,34 juta orang atau 32,23 persen dan
perempuan 0,71 juta orang atau 67,77 persen. Di perkotaan BAK bertambah
0,15 persen per tahun, sedangkan di perdesaan 1,65 persen per tahun. Proporsi
BAK yang tinggal di perdesaan lebih besar dibanding dengan di perkotaan.
Untuk daerah perdesaan terdapat 0,77 juta orang atau 73,15 persen, sedangkan
di perkotaan hanya 0,28 juta orang atau 26,85 persen atau BAK di perdesaan
hampir 3 kali lipat BAK di perkotaan.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 36


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan jumlah


penduduk yang bersedia secara aktif melakukan kegiatan ekonomi di suatu
wilayah. TPAK diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah AK dan
PUK. Angkatan kerja terdiri atas mereka yang terserap dalam pasar kerja atau
bekerja dan yang tidak atau belum terserap disebut penganggur.
Tabel 5.6 Indikator TPAK, 2013-2016

Tahun
TPAK Rata-Rata
2013 2014 2015 2016

.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 79,89 80,00 go
80,58 79,68 80,04
Perempuan 56,95 58,33 58,43 59,15 58,22
s.
L+P 68,15 68,91 69,25 69,18 68,87
bp

Daerah
tt.

Kota 56,29 58,31 58,36 64,28 59,31


//n

Desa 71,18 71,64 72,44 70,66 71,48


s:

K+D 68,15 68,91 69,25 69,18 68,87


Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
tp
ht

TPAK NTT tahun 2016 sebesar 69,18 persen, dengan kata lain 100
orang PUK sekitar 69 orang termasuk AK atau dari 10 orang PUK terdapat 7
orang AK. TPAK laki-laki tahun 2016 sebesar 79,68 persen sedangkan TPAK
perempuan lebih rendah yaitu 59,15 persen. Secara umum, selama tahun 2013-
2016 masih terlihat kesenjangan antara TPAK laki-laki dan perempuan dimana
TPAK laki-laki lebih tinggi 1,4 kali dibanding perempuan.
Menurut daerah tempat tinggal, TPAK tahun 2016 di perdesaan 70,66
persen sedangkan di perkotaan 64,28 persen. Secara umum tahun 2013-2016
TPAK di perdesaan lebih tinggi 1,2 kali dibanding di perkotaan. Hal ini
dimungkinkan karena penduduk di kota cenderung banyak yang menunda
untuk terjun ke pasar kerja karena bersekolah, sementara di perdesaan orang
cenderung langsung terjun ke pasar kerja karena dorongan masalah ekonomi
37 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah rasio antara jumlah


penganggur terbuka terhadap angkatan kerja, memberikan indikasi tentang
besarnya tingkat pengangguran dari suatu angkatan kerja. Dilihat dari jenis
kelamin, TPT perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini
menggambarkan bahwa kesempatan kerja untuk perempuan cenderung lebih

Tabel 5.7 Indikator TPT, 2013-2016


Tahun
TPAK Rata-Rata
20123 2014 2015 2016

.id
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2,81 3,23 go
3,19 2,88 3,03

Perempuan 3,84 3,30 4,68 3,73 3,89


s.
bp

L+P 3,25 3,26 3,83 3,25 3,40

Daerah
tt.

Kota 7,40 8,05 8,80 5,56 7,45


//n

Desa 2,41 2,25 2,66 2,62 2,49


s:

K+D 3,25 3,26 3,83 3,25 3,40


tp

Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016


ht

TPT NTT tahun 2016 sebesar 3,25 persen yang berarti dari 100 orang
angkatan kerja terdapat 3 sampai 4 orang yang menganggur. Rata-rata TPT
selama periode 2013-2016 sebesar 3,40 persen, dengan TPT di perkotaan lebih

5.8 Profil Penduduk Yang Bekerja (Pekerja)

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud


memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling
sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam
tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Melakukan
pekerjaan dalam konsep bekerja adalah melakukan kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang atau jasa termasuk orang yang memanfaatkan profesinya
untuk keperluan rumah tangga sendiri dianggap bekerja.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 38
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Tabel 5.8 Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Daerah, 2013-2016
Tahun
Bekerja 2013 2014 2015 2016 Δ%
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 209 972 57,49 1 233 196 56,72 1 270 023 57,23 1 286 547 56,50 2,07
Perempuan 894 535 42,51 941 032 43,28 949 268 42,77 990 521 43,50 3,47
L+P 2 104 507 100,00 2 174 228 100,00 2 219 291 100,00 2 277 068 100,00 2,66

Daerah
Kota 338 811 16,10 357 667 16,45 401 427 18,09 478 296 21,00 12,32
Desa 1 765 696 83,90 1 816 561 83,55 1 817 864 81,91 1 798 772 79,00 0,63
K+D 2 104 507 100,00 2 174 228 100,00 2 219 291 100,00 2 277 068 100,00 2,66

.id
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
Banyaknya penduduk yang bekerja pada tahun 2016 sebanyak 2,28 juta
go
orang. Pertumbuhan jumlah orang bekerja rata-rata sebesar 2,66 persen per
s.
bp

tahun. Pertumbuhan pekerja perempuan 3,47 persen, lebih tinggi dibanding


tt.

laki-laki 2,07 persen. Pekerja laki-laki sebanyak 1,29 juta orang atau 56,50
//n

persen dan perempuan 0,99 juta orang atau 43,50 persen. Perbedaan antara
s:

penduduk bekerja laki-laki dan perempuan masih cukup besar yaitu 13 persen.
tp

Sebagaimana dijelaskan bahwa ada stereotip budaya dan sosial yang diduga
ht

menyebabkan masih adanya ketidaksetaraan menurut gender, yang membatasi


sebagian besar tenaga kerja perempuan dalam pasar kerja disamping beban
berlebih akibat peran reproduktif yang membatasi kemampuan perempuan
untuk melakukan kerja produktif yang ekonomis. Namun pertumbuhan pekerja
perempuan juga sudah semakin membesar dibanding dengan pertumbuhan
pekerja laki-laki. Hal ini menunjukkan seiring berjalannya waktu terdapat
pergeseran stereotip tentang bekerja. Perempuan sudah mulai memiliki peran
penting dan berpengaruh dalam dunia kerja. Bila kita pilah menurut tipe
daerah tempat tinggal, penduduk bekerja di daerah perdesaan lebih tinggi yaitu
79 persen dibanding perkotaan 21 persen. Pekerja di perkotaan bertumbuh
12,32 persen per tahun jauh di atas pertumbuhan pekerja di perdesaan yang
39 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.9 Profil Penduduk Yang Bekerja (Pekerja) Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama

Indikator ini penting untuk mengetahui sektor-sektor yang banyak


menyerap tenaga kerja. Perubahan kontribusi sektor dalam menyerap tenaga
kerja dalam suatu kurun waktu tertentu memberikan gambaran perubahan
struktur perekonomian daerah. Lapangan usaha/pekerjaan ialah bidang
kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja,
atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja.
Klasifikasi lapangan usaha menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) 2009 yang membagi lapangan pekerjaan kedalam sembilan

.id
go
Tabel 5.9 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin,
s.
2016
bp

Lapangan Pekerjaan Laki-Laki Perempuan L+P


tt.

Utama Jumlah % Jumlah % Jumlah %


//n

Pertanian, Perkebunan,
s:

Kehutanan, Perburuan, dan 688 410 53,51 525 650 53,07 1 214 060 53,32
Perikanan
tp

Pertambangan dan
ht

24 599 1,91 4 652 0,47 29 251 1,28


Penggalian
Industri 48 263 3,75 119 213 12,04 167 476 7,36
Listrik, Gas, dan Air
9 354 0,73 0 0 9 354 0,41
Minum
Konstruksi 101 372 7,88 2 079 0,21 103 451 4,54
Perdagangan, Rumah
87 291 6,78 144 698 14,61 231 989 10,19
Makan dan Jasa Akomodasi
Transportasi, Perdagangan,
122 943 9,56 3 890 0,39 126 833 5,57
dan Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real
Estate, Usaha Persewaan, 13 979 1,09 6 827 0,69 20 806 0,91
dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan,
190 336 14,79 183 512 18,53 373 848 16,42
Sosial, dan Perorangan
Total Profil Ketenagakerjaan
Sumber : Publikasi 1 286 547 dan
100,00 990 521 NTT,
Pengangguran 100,00
2016 2 277 068 100,00

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 40


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Bila dilihat menurut sektor, empat sektor menempati posisi teratas yaitu
pertanian, jasa, perdagangan dan industri. Tenaga kerja mayoritas terserap di
pertanian 1,21 juta orang atau 53,32 persen, diikuti sektor jasa 0,37 juta orang
atau 16,42 persen, perdagangan sebesar 0,23 juta orang atau 10,19 persen, dan
industri 0,17 juta orang atau 7,36 persen. Sektor lainnya seperti transportasi,
konstruksi, pertambangan dan lembaga keuangan dibawah 5 persen dan sektor
yang menyerap tenaga kerja terendah adalah sektor listrik, gas dan air minum.
Berdasarkan jenis kelamin, pekerja perempuan lebih banyak dibanding
laki-laki pada tiga sektor yaitu jasa, perdagangan dan industri. Bahkan pada
sektor industri tenaga kerja perempuan mendominasi 3,2 kali dibanding laki-

.id
laki. Pekerja perempuan di sektor industri sebanyak 119,2 ribu penduduk
go
perempuan atau 71,18 persen dari seluruh pekerja di sektor industri sedangkan
s.
laki-laki 48,2 ribu atau 28,82 persen. Industri yang umum terdapat di NTT
bp

adalah industri tenun ikat yang dilakukan para perempuan secara tradisional
tt.

dan menjadi keahlian yang diwariskan secara turun temurun bagi perempuan
//n

NTT.
s:
tp

Jika diringkas sembilan sektor lapangan pekerjaan utama menjadi tiga


ht

sektor; sektor primer (agriculture) untuk sektor pertanian, sektor sekunder


(manufacturing) yang terdiri dari empat sektor: pertambangan dan penggalian,
industri, listrik, gas dan air, konstruksi, dan sektor tersier atau services yang
terdiri dari empat sektor: perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa maka
sektor primer masih menempati urutan teratas dimana mayoritas tenaga kerja
terserap di sektor primer sebesar 1,21 juta orang atau 53,32 persen, diikuti
sektor tersier 0,75 juta orang atau 33,09 persen dan sektor sekunder sebesar
0,31 juta orang atau 13,59 persen. Sektor tersier memiliki trend yang semakin
meningkat dalam kurun waktu 2014-2016, sebaliknya pada tahun 2016 sektor
pertanian mengalami penurunan. Pekerja laki-laki di sektor primer tahun 2016
sebesar 0,69 juta orang atau 56,70 persen sedangkan perempuan 0,52 juta

41 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.10 Profil Penduduk Yang Bekerja (Pekerja) Menurut Status Pekerjaan

Utama

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan,


terdiri dari: berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak
dibayar, berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, buruh/karyawan/
pegawai, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Status pekerjaan
utama dari penduduk yang bekerja dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan kegiatan formal dan informal. Dari tujuh kategori status pekerjaan
utama, pendekatan kegiatan formal mencakup kategori berusaha dengan
dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, selain itu dimasukkan

.id
go
Tabel 5.10 Status Pekerjaan Utama Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis
s.
bp

Jenis Kelamin Daerah


tt.

Lapangan Total
Pekerjaan Laki—Laki Perempuan Kota Desa
//n

Utama
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
s:

Formal 358 606 27,87 215 269 21,73 241 943 50,58 331 932 18,45 573 875 25,20
tp

Berusaha
ht

Dibantu Buruh 32 161 2,50 6 111 0,62 18 478 3,86 19 794 1,10 38 272 1,68
Tetap
Buruh/
Karyawan/ 326 445 25,37 209 158 21,12 223 465 46,72 312 138 17,35 535 603 23,52
Pegawai
Informal 927 941 72,13 775 252 78,27 236 353 49,42 1 466 840 81,55 1 703 193 74,80
Berusaha
218 024 16,95 164 655 16,62 83 886 17,54 298 793 16,61 382 679 16,81
Sendiri
Berusaha
Dibantu Buruh
Tidak Tetap/ 490 546 38,13 179 868 18,16 73 161 15,30 597 253 33,20 670 414 29,44
Buruh Tidak
Dibayar
Pekerja Bebas 62 054 4,82 17 364 1,75 24 843 5,19 54 575 3,03 79 418 3,49
Pekerja
Keluarga Tidak 157 317 12,23 413 365 41,73 54 463 11,39 516 219 28,70 570 682 25,06
Dibayar

Total 1 286 547 100,00 990 521 100,00 478 296 100,00 1 798 772 100,00 2 277 068 100,00
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 42


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Pekerja formal sebesar 0,57 juta orang atau 25,20 persen atau dengan
kata lain satu dari empat pekerja di NTT merupakan pekerja formal. Tidak
seperti pekerja formal, pekerja informal masih cukup tinggi di NTT yaitu
74,80 persen atau 7-8 dari 10 pekerja di NTT merupakan pekerja informal.
Pekerja informal terbanyak di perdesaan sebesar 81,55 persen, sedangkan
pekerja formal terbanyak di perkotaan yaitu sebesar 50,58 persen.
Pekerja laki-laki dalam kegiatan formal sebanyak 0,36 juta orang dan
pekerja perempuan sebanyak 0,21 juta orang atau pekerja laki-laki 1,6 kali
pekerja perempuan. Status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
terbesar adalah pekerja laki-laki yaitu 32 ribu orang dan perempuan hanya 6

.id
ribu orang atau laki-laki lebih banyak 5 kali lipat dibanding perempuan.
go
Demikian pula untuk buruh /karyawan/pegawai laki-laki 0,32 juta orang dan
s.
bp

perempuan 0,21 juta orang atau pekerja laki-laki yang berstatus buruh/
tt.

karyawan/pegawai 1,5 kali lipat pekerja perempuan.


//n

Pekerja formal yang tinggal di perkotaan sebanyak 0,24 juta orang dan
s:

di perdesaan sebanyak 0,33 juta orang. Sebagian besar pekerja pada kegiatan
tp

formal bekerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan/


ht

pegawai yaitu sebanyak 0,53 juta orang. Di NTT pekerja informal mencapai
1,70 juta orang atau 74,80 persen dari total pekerja, diperdesaan mencapai
1,46 juta orang sedangkan di perkotaan ada 236 ribu orang atau pekerja
informal di perdesaan lebih banyak 6,21 kali dibanding perkotaan. Pekerja
informal di perdesaan terbanyak yaitu berstatus berusaha dibantu buruh tidak
tetap sejumah 597 ribu orang.

43 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

5.11 Profil Penduduk Yang Bekerja (Pekerja) Menurut Pendidikan

Di dalam pasar kerja, nilai tukar terpenting bukan Dollar, juga bukan
Yen, Yuan, Poundsterling, atau Rupiah, tapi kemampuan dan keterampilan.
Seperti nilai tukar, kemampuan bisa meningkat atau terapresiasi dan menurun
atau terdepresiasi. Pendidikan berperan penting dalam peningkatan nilai tukar
tenaga kerja melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan, dengan
pendidikan yang baik, dapat mewujudkan tenaga kerja yang memiliki nilai

Tabel 5.11 Tingkat Pendidikan Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis


Kelamin dan Daerah, 2016
Jenis Kelamin Daerah

.id
Tingkat Total
Laki-Laki Perempuan Kota Desa
Pendidikan
Absolut % Absolut % Absolut %
go Absolut % Absolut %
s.
<=SD 694 844 54,01 585 273 59,09 137 928 28,84 1 142 189 63,50 1 280 117 56,22
bp

SMP 182 069 14,15 111 485 11,26 69 903 14,62 223 651 12,43 293 554 12,89
tt.

SMA UMUM 201 309 15,65 118 598 11,97 116 917 24,44 202 990 11,28 319 907 14,05
//n

SMA
82 680 6,43 45 537 4,60 46 746 9,77 81 471 4,53 128 217 5,63
KEJURUAN
s:

DIPLOMA I/II/
25 891 2,01 36 741 3,71 22 558 4,72 40 074 2,23 62 632 2,75
tp

III
ht

S1/S2/S3 99 754 7,75 92 887 9,38 84 244 17,61 108 397 6,03 192 641 8,46

Total 1 286 547 100,00 990 521 100,00 478 296 100,00 1 798 772 100,00 2 277 068 100,00

Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016

5.12 Profil Penduduk Yang Menganggur (Penganggur)

Pengangguran mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka


yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan. Semakin tinggi tingkat
pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang
ditimbulkannya contohnya kriminalitas. Sebaliknya semakin rendah tingkat
pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat.
Penganggur didefinisikan sebagai mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
(discouraged worker), dan sudah diterima bekerja tapi belum mulai bekerja.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 44
Bab 5. Statistik Ketenagakerjaan

Tabel 5.12 Tingkat Pendidikan Penganggur Menurut Jenis Kelamin dan


Daerah, 2016
Jenis Kelamin Daerah
Tingkat Total
Laki-Laki Perempuan Kota Desa
Pendidikan
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %

<=SD 6 669 17,45 6 732 17,54 2 650 9,41 10 751 22,21 13 401 17,50
SMP 4 176 10,93 4 697 12,24 1 912 6,79 6 961 14,38 8 873 11,59
SMA UMUM 6 858 17,95 10 163 26,49 6 661 23,64 10 360 21,40 17 021 22,23

SMA
9 263 24,24 4 871 12,69 6 744 23,94 7 390 15,27 12 134 18,46
KEJURUAN
DIPLOMA I/II/
0 0 2 648 6,90 1 734 6,16 914 1,89 2 648 3,46
III
Universitas 11 242 29,42 9 261 24,13 8 471 30,07 12 032 24,86 20 503 26,77

.id
Total 38 208 100,00 38 372 100,00 28 172 100,00 48 408 100,00 76 580 100,00

go
Sumber : Publikasi Profil Ketenagakerjaan dan Pengangguran NTT, 2016
s.
Penganggur di NTT tahun 2016 sebanyak 76 ribu orang, dengan
bp

penganggur berpendidikan SMA ke atas sebesar 70,91 persen. Jika dipilah


tt.

menurut jenis kelamin maka akan didapatkan komposisi serupa, penganggur


//n

berpendidikan SMA ke atas sekitar 71 persen dan penganggur perempuan


s:
tp

berpendidikan SMA ke atas berkisar 70 persen. Bila ditinjau menurut daerah


ht

tempat tinggal, penganggur yang berpendidikan SMA ke atas di kota sekitar


83 persen, sedangkan di desa sekitar 64 persen.

45 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


BAB VI
Statistik Pertanian

Produksi Padi Sawah Meningkat

17,58%
.id
Produksi Padi Ladang Meningkat go
s.

3,62%
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Produksi Jagung Meningkat

5,87%
Bab 6. Statistik Pertanian

Sumber Gambar : st2013.bps.go.id

Data statistik pertanian (padi, palawija, hortikultura, perkebunan,

.id
peternakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan salah satu indikator
go
ketersediaan pangan wilayah. Perhitungan produksi padi dan palawija secara
s.
bp

nasional dilakukan oleh BPS bekerjasama dengan Departemen Pertanian untuk


tt.

melaksanakan cara perhitungan produksi tanaman pangan yang sama agar


//n

diperoleh hasil yang seragam dan tepat sehingga dapat digunakan secara
s:

nasional. Tujuan penyediaan data produksi padi dan palawija secara


tp

berkesinambungan adalah untuk menyediakan informasi yang akurat dan


ht

terkini bagi kebutuhan pemerintah dan masyarakat umum.


Diharapkan data tersebut dapat digunakan untuk bahan perencanaan/
perumusan kebijakan berkaitan dengan ketahanan pangan nasional, sekaligus
sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan
sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan.
Data pokok untuk menghitung produksi padi dan palawija adalah data
luas panen dan produktivitas. Disamping itu untuk mengkoreksi hasil
penghitungan luas panen diperlukan pula data luas lahan rusak/poso, luas
tanam dan luas baku lahan sawah. Secara sederhana penghitungan produksi
padi atau palawija merupakan hasil perkalian antara luas panen dengan
produktivitas.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 47
Bab 6. Statistik Pertanian

6.1 Tanaman Pangan

Pengusahaan tanaman pangan bertujuan untuk mewujudkan kondisi


terpenuhinya kebutuhan pangan dengan gizi yang cukup bagi penduduk untuk
menjalani hidup yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Seiring dengan
bertambahnya penduduk dan perubahan pola makan penduduk di NTT maka
ketersediaan pangan harus ditingkatkan, baik dalam jumlah, kualitas maupun
keragamannya. Terkait dengan hal ini, maka masalah utama pembangunan
pangan di NTT adalah optimalisasi pemanfaatan sumber daya domestik dan
peningkatan kapasitas produksi pangan daerah agar produksi pangan domestik
dapat tumbuh seiring dengan perkembangan kebutuhan pangan yang terus

.id
meningkat.
go
6.1.1 Tanaman Padi
s.
bp

Dilihat dari lahan tempat pengusahaannya, padi dibedakan menjadi padi


tt.

sawah dan padi ladang. Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa produksi, luas panen
//n

dan produktivitas padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang. Hal ini
s:
tp
ht

Tabel 6.1 Perkembangan Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi


Padi , 2013-2015
Luas Panen Rata-Rata Produksi Produksi (Ton)
Uraian Perkembangan Kw/ Perkembangan Perkembangan
Hektar GKG
(%) Ha (%) (%)
Padi Sawah
2013 157 117 15,20 37,15 -4,67 583 632 9,82
2014 172 136 9,56 38,48 3,58 662 365 13,49
2015 188 092 9,27 41,41 7,61 778 808 17,58
Padi Ladang
2013 65 352 2,58 22,00 -16,13 146 035 -12,61
2014 74 614 14,17 21,89 -0,50 163 364 11,87
2015 78 150 4,74 21,66 -1,05 169 280 3,62
Sumber : Publikasi Statistik Pertanian, 2016

48 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 6. Statistik Pertanian

6.1.2 Tanaman Palawija

Jagung merupakan salah satu komoditi palawija lokal yang sangat


potensi di NTT di mana sebagian besar penduduknya mengusahakan komoditi
ini. Untuk tahun 2015 dengan luas panen 273,19 ribu hektar, produksi jagung
NTT meningkat dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 674,11 ribu ton menjadi
685,08 ribu ton. Komoditi terbesar kedua untuk wilayah NTT adalah ubi kayu.
Ubi kayu merupakan salah satu pangan pengganti yang sering dikonsumsi
masyarakat NTT. Dari 637,32 ribu ton produksi di tahun 2015, sejumlah
61,98 ribu ton (9,73%) dihasilkan Kabupaten Sikka dan 53,93 ribu ton (8,46
Tabel 6.2 Perkembangan Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi

.id
go
Luas Panen Rata-Rata Produksi Produksi (Ton)
s.
Uraian Perkembangan Kw/ Perkembangan Perkembangan
bp

Hektar GKG
(%) Ha (%) (%)
tt.

Jagung
//n

2014 257 025 -4,94 25,18 -3,78 647 108 -8,55


2015 273 194 6,25 25,08 -0,40 685 081 5,87
s:
tp

Kedelai
ht

2014 2 790 56,92 9,71 3,08 2 710 61,79


2015 3 563 27,71 10,15 4,53 3 615 33,39
Kacang Tanah
2014 14 046 1,20 10,60 -8,38 14 886 -7,29
2015 12 231 -12,92 8,68 -18,11 10 620 -28,66
Kacang Hijau
2014 10 548 -11,13 8,65 1,29 9 121 -10,04
2015 11 130 5,52 8,73 0,92 9 717 6,53
Ubi Kayu
2014 68 836 -13,05 106,1 3,54 677 578 -16,47
2015 60 557 -12,03 105,2 -0,85 637 315 -5,94
Ubi Jalar
2014 8 177 -18,16 73,42 -7,08 60 033 -23,95
Sumber
2015 : Publikasi Statistik Pertanian,
8 701 6,412016
69,81 -4,92 60 746 1,19

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 49


Bab 6. Statistik Pertanian

6.1.3 Hortikultura
Perkembangan produksi sayur-sayuran periode 2014-2016 umumnya
meningkat. Jenis sayur-sayuran yang paling paling banyak produksinya di
tahun 2016 adalah labu siam yaitu sebesar 146.411 kuintal. Produksi buah-
buahan di NTT pada periode lima tahun terakhir ini menunjukkan kenaikan
yang cukup memuaskan. Jenis buah-buahan yang produksinya paling besar di

Tabel 6.3 Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (kuintal), 2014-2016

Jenis Sayuran-Sayuran 2014 2015 2016


Bawang Merah 22 286 20 821 23 904

.id
Bawang Putih 1 793 2 374 2 733
Bawang Daun go
2 538 2 894 6 246
Kentang 7 451 1 925 6 972
s.
bp

Kubis 10 865 12 212 15 284


Kembang Kol 3 729 3 427 4 354
tt.

Petsai/ Sawi 61 197 48 870 60 424


//n

Wortel 18 081 13 101 20 753


s:

Lobak 272 56 0
tp
ht

Kacang Merah 3 978 2 244 2 457


Kacang Panjang 22 149 18 362 23 681
Cabe Besar 17 077 12 783 17 679
Cabe Rawit 26 066 24 353 39 090
Tomat 40 306 44 418 48 748
Terung 57 553 57 256 75 393
Buncis 16 741 23 876 25 239
Ketimun 22 675 22 748 43 357
Labu Siam 69 952 102 283 146 411
Kangkung 47 115 42 190 60 405
Bayam 17 761 20 881 27 215
Melinjo 1 580 815 1 905
Petai : Publikasi Statistik Pertanian, 2016
Sumber 931 1 032 1 491

50 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 6. Statistik Pertanian

Tabel 6.4 Perkembangan Produksi Buah-Buahan (ton), 2015-2016

Jenis Buah-Buahan 2014 2015 2016


Advokat 11 211 10 483 10 178
Belimbing 1 053 789 769
Duku 8 15 14
Durian 968 1 816 1 690
Jambu Biji 4 469 4 753 3 817
Jambu Air 1 170 1 241 955
Jeruk Keprok 1 813 15 832 14 684
Jeruk Besar 4 433 3 816 2 431
Mangga 63 872 55 870 88 998

.id
Manggis 30 8 5
Nangka 20 383 go 20 636 20 922
Nenas 6 788 4 931 5 227
s.
bp

Pepaya 56 363 66 686 63 208


Pisang 129 878 108 298 140 825
tt.

Rambutan 2 499 4 588 5 426


//n

Salak 9 88 1 139 1 107


s:

Sawo 948 1 051 845


tp
ht

Markisa 113 47 37
Sirsak 2 820 2 208 2 153
Sukun 4 483 2 683 2 462
Apel 18 22 20
Sumber
Anggur : Publikasi Statistik Pertanian,38
2016 1 -

Sama seperti tahun sebelumnya, tanaman pisang memberikan kontribusi


terbesar pada produksi buah-buahan di NTT. Produksi pisang tahun 2016
terbanyak terdapat di Kabupaten Manggarai Timur 34.541,1 ton (24,53
persen), menyusul Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 29.343,3 ton (20,84
persen) dan Kabupaten Malaka sebanyak 15.851,6 ton (11,26 persen).
Tanaman mangga merupakan tanaman dengan produksi terbedar kedua yaitu
sebanyak 88.997,6 ton. Tanaman ketiga produksi terbesar adalah tanaman
pepaya. Produksi pepaya tahun 2016 adalah sebsar 63.208 ton
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 51
Bab 6. Statistik Pertanian

Tabel 6.5 Perkembangan Produksi Tanaman Obat-Obatan (Kg), 2014-2016


. Jenis Sayuran-Sayuran 2014 2015 2016
Jahe 992 829 1 978 063 2 060 222
Laos/ Lengkuas 497 934 681 290 760 559
Kencur 52 440 93 646 806 880
Kunyit 824 724 791 374 1 743 823
Lempuyang 903 19 318 388
Temulawak 205 219 182 069 61 775
Temuireng 17 172 16 441 1 170
Temukunci 204 17 015 509
Dlingo 29 073 3 050 1
Kapulaga 123 20 412 117

.id
Mengkudu 4 030 14 206 6 834
Mahkota Dewa
go
13 960 5 572 12 473
s.
Keji Beling 30 6 26
bp

Sambiloto 3 102 2 279 146


tt.

Lidah Buaya 1904 278 756


Sumber : NTT Dalam Angka 2015, 2016, dan 2017
//n

6.2 Perkebunan
s:
tp

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang
ht

banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Hasil sub sektor

perkebunan juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan, selain itu

dapat berperan sebagai pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan sub sektor

perkebunan di NTT yang meliputi perkebunan besar dan perkebunan rakyat

sampai akhir tahun 2016 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor

pertanian. Namun demikian hasil dari sub sektor ini diharapkan dapat

menunjang pendapatan asli NTT dan penggerak perekonomian daerah karena

komoditi perkebunan merupakan bahan baku bagi sektor industri seperti

komoditi cengkeh, kelapa, kopi, kakao, dan sebagainya. Komoditi yang

memiliki produksi yang besar di NTT pada tahun 2016 adalah kelapa, jambu
52 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 6. Statistik Pertanian

6.2.1 Kelapa

Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat yang banyak diusahakan

masyarakat petani di NTT. Hal ini terlihat bahwa produksi kelapa di NTT

selama 4 tahun terakhir 2013-2016 mengalami peningkatan rata-rata 0,91

persen per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya produksi

kelapa yang terjadi di Pulau/Daratan Timor, Alor dan Flores masing-masing

sebesar 0,16 persen; 5,52 persen; dan 1,60 persen. Produksi kelapa tahun 2016

terbanyak di Kabupaten Sikka yakni lebih dari 10 ribu ton.

6.2.2 Jambu Mete

.id
Komoditi jambu mete mempunyai prospek yang cukup cerah, baik
go
s.
sebagai pendudukng peningkatan devisa maupun peningkatan pendapatan
bp

masyarakat. Perkembangan produksi jambu mete dalam kurun waktu 4 tahun


tt.

terakhir rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,83 persen per tahun.


//n
s:

Peningkatan ini terjadi di seluruh daratan di NTT. Pada tahun 2016 komoditi
tp

jambu mete terbanyak di daratan Flores dengan produksi sebanyak 32.263 ton
ht

(65,25 persen) dari total produksi seluruh NTT dan menyebar hampir merata

di daratan Flores.

6.2.3 Kemiri

Komodiri kemiri mempunyai banyak khasiat sebagai bahan pembuatan

obat-obatan juga sebagai bumbu dapur. Oleh karena itu budidaya komoditi ini

terus meningkat akibat semakin banyaknya permintaan terhadap kemiri. Hal

ini terlihat dari hasil produksi kemiri yang menempati urutan ketiga setelah

kelapa dan jambu mete. Produksi komoditi ini terbanyak di daratan Flores

dengan produksi sebanyak 14.763 ton atau 53,53 persen dari total produksi

seluruh NTT dan menyebar hampir merata di daratan Flores. Dalam kurun
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 53

waktu 4 tahun terakhir di NTT terjadi peningkatan produksi kemiri dengan


44,81
persen Bab 6. Statistik Pertanian

6.3 Peternakan
Seiring dengan meningkatnya pendapatan penduduk, peran sub sektor
peternakan terasa semakin penting, karena penduduk yang semula lebih
banyak mengkonsumsi karbohidrat bergeser kearah konsumsi daging, telur
dan susu, akibatnya kebutuhan daging terus meningkat. Untuk mencukupi
kebutuhan tersebut dilakukan impor dari Australia berupa daging beku
maupun ternak hidup, sehingga menguntungkan Australia. Untuk menyikapi
hal ini Pemerintah berusaha meningkatkan produksi ternak dalam negeri
melalui program swasembada daging pada tahun 2015.
Data dari Dirjen Peternakan menunjukkan populasi semua jenis ternak di

.id
NTT selama setahun terakhir meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada
go
Kerbau (11,24 persen), diikuti sapi (9,45 persen) dan Kambing (1,88 persen).
s.
Hal yang sama juga terjadi di komoditi ternak Kuda, Babi, Ayam Kampung
bp

dan Itik, pada tahun 2016 komoditi yang memiliki pertumbuhan paling rendah
tt.

adalah komoditi ternak ayam kampung, hanya tumbuh 0,73 persen dari tahun
//n
s:

2015.
tp

Dilihat dari penyebaran menurut pulau, terlihat sebagian besar sapi


ht

potong terkonsentrasi di Pulau Timor, diikuti Flores, Sumba dan Alor. Sumba
Timur memiliki potensi sebagai daerah pengembangan sapi karena memiliki
lahan bahan pakan ternak yang berupa padang savanna yang luas, dan terdapat
berbagai jenis rumput yang bergizi tinggi, namun populasi sapi di Sumba
Timur baru mencapai 6,65 persen dari populasi sapi potong di NTT dan
menduduki peringkat kelima. Kabupaten dengan populasi sapi potong
terbanyak adalah Kabupaten Kupang yang mencapai 22,06 persen, diikuti
TTS, TTU dan Malaka. Populasi sapi potong terendah berada di Kabupaten
Sumba Barat. Jenis ternak besar berikutnya adalah kerbau dengan tingkat
pertumbuhan populasi sebesar 11,24 persen dan jumlah populasi sebanyak
156.927 ekor. Penyebaran ternak kerbau terkonsentrasi di Pulau Sumba yaitu

54 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 6. Statistik Pertanian

Tabel 6.6 Populasi Ternak/ Unggas dan Perubahannya, 2015-2016

Jenis Ternak 2015 2016 Pertumbuhan per tahun (%)


Sapi 899 577 984 551 9,45
Kerbau 141 075 156 927 11,24
Kuda 111 047 112 557 1,36
Kambing/ Domba 691 852 704 853 1,88
Babi 1 812 449 1 845 408 1,82
Ayam Kampung 10 585 385 10 662 627 0,73
Itik/ Itik Manila 322 923 344 942 6,82
Sumber : Publikasi Statistik Pertanian, 2016

.id
6.4 Perikanan
go
Daerah NTT merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
s.
bp

potensi sumber daya kelautan cukup banyak dan bervariasi. Namun selama ini
tt.

potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi ini nampak


//n

dari kontribusi sub sektor perikanan terhadap perekonomian masyarakatnya


s:
tp

dan juga penyerapan tenaga kerjanya. Pada tahun 2016, jumlah rumah tangga
ht

perikanan sebanyak 32.621 rumah tangga atau menurun 13,87 persen

Tabel 6.7 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Laut Menurut Kategori

Kategori Usaha 2015 2016 Pertumbuhan per tahun (%)


Tanpa Perahu 4 828 1 365 -71,73
Perahu Tanpa Motor 13 302 10 393 -21,87
Motor Tempel 5 516 5 625 1,98
Kapal Motor 7 115 7 619 7,08
<5 GT 4 291 4 467 4,10
5 GT ke atas 2 824 3 152 11,61
Jumlah 37 876 32 621 -13,87
Sumber : Publikasi Statistik Pertanian, 2016

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 55


Bab 6. Statistik Pertanian

Usaha perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan dan budi daya


perikanan. Kedua kegiatan tersebut umumnya dilakukan secara simultan oleh
nelayan/rumah tangga. Melihat kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan
perikanan belum banyak diminati oleh masyarakat. Sementara itu permintaan
terhadap hasil perikanan diperkirakan terus meningkat sejalan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya volume ekspor hasil

Tabel 6.8 Produksi Perikanan Laut di NTT (ton), 2015-2016


Pulau/ Daratan 2015 2016 Pertumbuhan per tahun (%)
Sumba 17 21 23
Timor 22 30 36

.id
Alor 23 39 69
Flores 56 86
go 53
s.
Jumlah 118 176 49
bp

Sumber : Publikasi Statistik Pertanian, 2016


tt.

Jumlah armada perikanan di NTT selama 3 tahun terakhir rata-rata


//n

mengalami penurunan. Di tahun 2014-2016 jumlah armada perahu tanpa,


s:

motor mengalami penurunan sebesar 18,67 persen namun ada penambahan


tp

armada kapal motor lebih dari 5 GT sebanyak 28,89 persen.


ht

Sementara itu dari kegiatan budidaya perikanan tercatat pada tahun 2016
ada sebanyak 37 ribu rumah tangga yang mengusahakan budidaya perikanan.
Perkiraan total produksi pada tahun yang sama mencapai 1,8 ton.
Usaha perikanan laut di NTT masih lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan perahu tanpa motor yaitu sebanyak 10.393 rumah tangga,
walaupun jumlah ini mengalami penurunan 21,87 persen dibanding tahun
sebelumnya. Menurunnya jumlah rumah tangga usaha perikanan laut pada
tahun 2016, tidak mempengaruhi jumlah produksi perikanan laut di NTT,
jumlah produksi di tahun 2016 justru malah meningkat sekitar 49 persen dari
tahun 2015. Alat penangkap ikan terbanyak yang digunakan nelayan NTT
adalah pukat cincin yaitu sebanyak 6.929 buah dan yang paling sedikit
56 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 6. Statistik Pertanian

6.5 Kehutanan

Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan

penting dalam ekosistem dan peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar

maupun di luar kawasan hutan tersebut. Hutan mempunyai fungsi ganda yaitu

sebagai pengatur dan penyeimbang kelestarian lingkungan hidup, serta meru-

pakan sumber devisa negara. Pemerintah selalu berusaha untuk menjaga keles-

tarian lingkungan hutan serta memperbaiki kerusakannya, melalui konservasi,

rehabilitasi, reboisasi dan investasi hutan.

Kontribusi sub sektor kehutanan di NTT relatif kecil terhadap PDRB

.id
NTT yaitu sebesar 0,15 persen. Hasil hutan lain dari jenis kayu-kayuan, arang
go
s.
dan pohon untuk tahun 2016 didominasi oleh kayu rimba campuran (5.978 m 3)
bp

dan kayu jati (5.690 m3).


tt.

Hasil hutan lain berupa non kayu, kulit dan daun didominasi kemiri dan
//n
s:

asam. Secara umum pada tahun 2016, produksi kehutanan mengalami pening-
tp

katan hampir di seluruh komoditi, hal ini perlu mendapat perhatian dari
ht

pemerintah, mengingat luas hutan di NTT yang mencapai 1.784.751 Ha.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 57


BAB VII
Indeks Pembangunan Manusia

IPM NTT
63,13
.id
MENINGKAT DI go
TAHUN 2016
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

NTT
RANKING
32 DARI
34
PROVINSI
Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

.id
Sumber Gambar : mrunal.org go
s.
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan
bp

-pilihan yang dimiliki oleh manusia (Human Development Report, 1990).


tt.

Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk


//n

berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk


s:

mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup
tp
ht

secara layak. Pengukuran indeks pembangunan manusia memiliki manfaat


sebagai instrumen kebijakan fiskal dan juga sebagai ukuran kinerja pemerintah
daerah.
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia
dilakukan sejak tahun 1990 untuk level propinsi dan tahun 1996 untuk level
kabupaten. Publikasi IPM dilakukan setiap tahun dengan bersumber data
Survei Sosial Ekonomi Nasional.
IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun
melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor.
59 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

Untuk mengukur dimensi kesehatan dengan menggunakan metode


penghitungan baru IPM, digunakan angka harapan hidup waktu lahir (e0).
Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan
indikator rata-rata lama sekolah/Mean Years of Schooling (MYS) dan rata-rata
harapan lama sekolah/Expected Years of Schooling (EYS). Adapun untuk
mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang
mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
7.1 Alasan Penggunaan IPM Metode Penghitungan Baru di Indonesia

.id
 United Nations Development Program (UNDP) sudah mengubah
go
metodologi sejak tahun 2010 dan sudah mengalami revisi di tahun
s.
2011.
bp

 Negara Asia lain, seperti India dan Filiphina telah memulai


tt.

mengaplikasikan metode baru mulai tahun 2011.


//n
s:

 Tersedianya data Angka Harapan Hidup saat lahir (e0) hasil


tp

proyeksi SP2010.
ht

 Perubahan penimbang (weight) dalam Susenas: MYS dan EYS.


 Perubahan proksi indikator daya beli.
7.2 Keunggulan IPM Metode Penghitungan Baru
 Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan
dengan baik. (a). PNB menggantikan PDB, hal ini lebih dapat
menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. (b).
Angka Melek Huruf tidak digunakan lagi karena tidak dapat
membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik (angka
melek huruf sebagian daerah sudah tinggi).
 Capaian yang rendah pada salah satu komponen tidak dapat
ditutupi oleh komponen lain yang capainnya lebih tinggi. Hal ini

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 60


Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

7.3 Implementasi IPM Metode Penghitungan Baru di Indonesia


7.3.1 Ketersediaan Data
 Angka harapan hidup waktu lahir (SP2010, Proyeksi Penduduk).
 Angka harapan lama bersekolah dan rata-rata lama sekolah
(susenas).
 PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, diproksi dengan pengeluaran per kapita
disesuaikan (PPP, IDR) menggunakan data susenas.
 Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan standar
UNDP untuk keterbandingan global, kecuali proksi daya beli.

.id
7.3.2 Cakupan Indikator

go
Rata-rata lama sekolah (MYS): penduduk usia 25 tahun ke atas
s.
(asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir).
bp

 Rata-rata harapan lama sekolah (EYS): penduduk 7 tahun ke atas


tt.
//n

(disesuaikan dengan program wajib belajar 9 tahun yang dimulai


s:

pada usia 7 tahun, kelemahannya tidak dapat meng-cover anak


tp

sekolah yang masuk SD pada usia 5 atau 6 tahun


ht

61 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

7.4 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010
(data empiris yaitu di Tolikara-Papua.
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan
hingga 2025 (akhir RPJN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan
tahun 2025

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 62


Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia NTT Metode Baru 2016

Angka Harapan
Hidup Saat Lahir 66,04
(Tahun)

Harapan Lama Sekolah


12,97

.id
(Tahun)
go
Rata-Rata LamaSekolah
7,02
s.
(Tahun)
bp
tt.

Pengeluaran Per
//n

Rp. 7.112.000,-
Kapita
s:

Disesuaikan
tp

(Ribu Rupiah/Orang/Tahun)
ht

63,13

63 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Bab 7. Indeks Pembangunan Manusia

Tabel 7.1 IPM dan Ranking IPM Menurut Kabupaten/ Kota, 2016

Kabupaten/ Kota IPM Ranking

Sumba Barat 61,85 10


Sumba Timur 63,22 5
Kupang 62,39 8
Timor Tengah Selatan 60,37 16
Timor Tengah Utara 61,54 12
Belu 61,04 14
Alor 58,99 18
Lembata 62,81 6

.id
Flores Timur 61,90 9
Sikka
go
62,42 7
s.
Ende 65,74 2
bp

Ngada 65,61 3
tt.

Manggarai 61,67 11
//n

Rote Ndao 59,28 17


s:
tp

Manggarai Barat 60,63 15


ht

Sumba Barat Daya 58,52 19


Sumba Tengah 61,31 13
Nagekeo 63,93 4
Manggarai Timur 57,50 21
Sabu Raijua 54,16 22
Malaka 58,29 20
Kota Kupang 78,14 1

Provinsi NTT 63,13 32


Sumber: Publikasi IPM NTT, 2016

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 64


Penjelasan
Teknis

.id
go
s.
bp
tt.

Data Strategis dapat


//n

memberikan gambaran
s:
tp

tentang fenomena yang


ht

terjadi di suatu daerah


Penjelasan Teknis

A. Produk Domestik Regional Briuto (PDRB)


A.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik
sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangu-
nan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-
masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang
bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada
masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa
yang akan datang.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas

.id
lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan
go
hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekono-mi dari sektor
s.
primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan
bp

ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan


tt.

tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.


//n

Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu


s:

disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan


tp

sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang


ht

ekonomi. Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai


bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh
berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.
Penghitungan statistik neraca nasional yang digunakan di sini mengikuti buku
petunjuk yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa yang dikenal sebagai
“Sistem Neraca Nasional”. Namun, penerapan statistik neraca nasional tersebut telah
disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi Indonesia. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi) menggambarkan kemampuan suatu
wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk
menyusun PDRB digunakan 2 pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan.
Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber
kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB
66 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016
Penjelasan Teknis

Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai


tambah tersebut. Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai
tambah dari seluruh lapangan usaha yang mencakup kategori Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan
Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi
dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan;
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan;
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto maupun agregat turunannya disajikan dalam

.id
2 (dua) versi penilaian, yaitu atas dasar “harga berlaku” dan atas dasar “harga
go
konstan”. Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan
s.
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya
bp

didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Dalam publikasi ini digunakan
tt.

harga tahun 2010 sebagai dasar penilaian. Laju pertumbuhan Produk Domestik
//n

Regional Bruto diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Laju
s:

pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n
tp

terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun
ht

ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan menunjukkan


perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu
sebelumnya.
Harga Berlaku adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa
yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun sedang berjalan.
Harga Konstan adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa
yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tetap di satu tahun dasar.
Tahun Dasar adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan
sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat
digambarkan seri data dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang
terjadi.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 67


Penjelasan Teknis

A.2 Kegunaan PDRB


Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke
tahun.

.id
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
go
struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu
s.
wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar
bp

menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.


tt.

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB
//n

per satu orang penduduk.


s:

5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
tp

pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.


ht

A.3 Perubahan Tahun Dasar PDRB


Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan
global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis
finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara
China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional
dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu
diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional.
Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan
perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun
dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008)
melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT).

68 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan dengan penghitungan


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil
penghitungan.
A.4 Implementasi SNA 2008 dalam PDRB Tahun Dasar 2010
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya dan 44 diantaranya
merupakan revisi utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDRB
tahun dasar 2010 diantaranya:
Konsep dan Cakupan: Perlakuan Work-in Progress (WIP) pada Cultivated
Biological Resources (CBR): Merupakan penyertaan pertumbuhan aset alam hasil
budidaya manusia yang belum di panen sebagai bagian dari output lapangan usaha
yang bersangkutan seperti : nilai tegakan padi yang belum di panen, nilai sapi perah

.id
yang belum menghasilkan, nilai pohon kelapa sawit atau karet yang belum berbuah/
dipanen. go
s.
Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Services
bp

Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured


tt.

(FISIM)
//n

Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price).
s:

Merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen sebelum adanya
tp

intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk. Valuasi ini hanya untuk
ht

penghitungan PDB, sedangkan PDRB menggunakan harga produsen.


Klasifikasi: Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Internasional Standard
Classification (ISIC rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS
mengadopsi kedua klasifikasi tersebut sebagai Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
A.5 Perbandingan

Indonesia 2009
(KBLI 2009) dan
Klasifikasi Baku
Komoditi
Indonesia 2010
(KBKI 2010).
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 69
Penjelasan Teknis

A.6 Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha dan


Pengeluaran Tahun 2000 dan 2010

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

70 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

A.7 PDRB Penggunaan


A.7.1 Pengertian Pendapatan Regional
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

.id
menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
go
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi.
s.
PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
bp

pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam
tt.

publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan
//n

mencerminkan struktur ekonomi terkini.


s:

Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-


tp

angka PDRB, yaitu:


ht

 Menurut Pendekatan Produksi


Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1.
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3.
Industri Pengolahan; 4. Pengadaan Listrik dan Gas; 5. Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; 8. Transportasi dan
Pergudangan; 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 10. Informasi dan
Komunikasi; 11. Jasa Keuangan dan Asuransi; 12. Real Estat; 13. Jasa
Perusahaan; 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 71


Penjelasan Teknis

 Menurut Pendekatan Pendapatan


PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan
pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
 Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1)
pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir

.id
lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran konsumsi
go
akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan
s.
inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
bp

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang


tt.

sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
//n

dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
s:
tp
ht

72 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

A.7.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional


Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain adalah:
 PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
 PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke
tahun.
 Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur

.id
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-
sektor ekonomi yang mempunyai go
peran besar menunjukkan basis
s.
perekonomian suatu negara.
bp

 PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan


tt.

jasa digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan


//n

dengan pihak luar negeri.


s:

 Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan


tp

dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ht

ekonomi.
 PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 73


Penjelasan Teknis

A.7.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga


Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas
barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga
didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam
suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki
harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama,
utamanya kelompok makanan dan perumahan.
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu
region. Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut
COICOP (Classifications of Individual Consumption by Purpose). Namun karena

.id
keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali menjadi hanya
7 COICOP, yaitu: go
s.
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
bp

2. Pakaian dan Alas Kaki


tt.

3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga


//n

4. Kesehatan dan Pendidikan


s:

5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya


tp

6. Hotel dan Restoran


ht

7. Lainnya
A.7.4 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul
sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan
dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang
tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak
mengikuti harga pasar yang berlaku). LNPRT merupakan bagian dari lembaga non
profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani
rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumah tangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga

74 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;


Pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang
punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
Setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan
usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
Kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan
kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
Istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.

.id
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga,
go
serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini
s.
adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga,
bp

yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan


tt.

sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga


//n

keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.


s:

A.7.5 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah


tp

Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan


ht

nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi
pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan
penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan
nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat
dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:
1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya
seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-
barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 75
Penjelasan Teknis

2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,


perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut
biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan
yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-
komoditi (pendapatan jasa).
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah
daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD).

.id
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-
go
Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah
s.
Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari
bp

pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah


tt.

Provinsi bersangkutan.
//n

A.7.6 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)


s:

PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada


tp

suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal
ht

mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang


modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri
(termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset
sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal
mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang
modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana
alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan
mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan
bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi
barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai
barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu

76 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

periode.
PMTB terdiri dari :
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property
products), dan sebagai-nya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,

.id
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
A.7.7 Perubahan Inventori go
s.
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai
bp

oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi
tt.

barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih
//n

tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses
s:

pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih
tp

dikuasai oleh pihak produsen.


ht

Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan
proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau
bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi
faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya
bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur
spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis
utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 77


Penjelasan Teknis

menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan


untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula
pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan
dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum

.id
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli; go
s.
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
bp

selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).


tt.

e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
//n

eceran untuk tujuan dijual;


s:

f. Ternak untuk tujuan dipotong;


tp

g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
ht

bakar atau persediaan; dan


h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
gula pasir, dan gandum.
A.7.8 Ekspor Impor Barang Serta Jasa
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi
(baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara
residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan
jasa lainnya

78 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

c. Net Ekspor antar daerah


- Ekspor antar daerah
 Impor antar daerah
B. INFLASI
B.1 Konsep dan Definisi Inflasi
Indeks Harga Konsumen adalah indikator ekonomi yang digunakan untuk
mengukur perkembangan harga dari sejumlah barang dan jasa (paket komoditas) yang
dibayar oleh konsumen/rumahtangga, khususnya konsumen di perkotaan. IHK hanya
mengukur perubahan harga dan bukan tingkat harga. Indeks Harga Konsumen
menunjukkan tingkat perubahan relatif dan sebagai indikator dari tingkat harga
barang-barang pada waktu tertentu dibanding tingkat harga barangbarang tersebut

.id
pada tahun dasar. Selain digunakan untuk melihat perkembangan harga (inflasi/
go
deflasi), Indeks Harga Konsumen juga sering digunakan sebagai proxi Indeks Biaya
s.
Hidup (IBH) atau sebagai indikator untuk mengukur besarnya perubahan biaya hidup.
bp

Harga Konsumen, adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual


tt.

(pedagang eceran) dan pembeli (konsumen) secara eceran dengan pembayaran tunai.
//n

Eceran yang dimaksud adalah membeli sesuatu barang atau jasa dengan
s:

menggunakan satuan terkecil untuk dipakai/dikonsumsi bukan untuk diperdagangkan


tp

kembali.
ht

Pedagang eceran, adalah pihak atau seseorang yang menjual barang atau jasa
kepada pembeli untuk dikonsumsi sendiri, bukan untuk diperdagangkan kembali.
Tempat lokasi pedagang eceran sebagai responden dari harga konsumen tidak hanya
di areal pasar atau sekitar pasar, tetapi juga diluar areal pasar, seperti swalayan/
supermarket, toko-toko dan sebagainya.
Relatif harga (RH), adalah rasio perbandingan harga suatu komoditi pada
suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya.
Nilai konsumsi (NK), adalah jumlah nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga
selama sebulan untuk memperoleh suatu komoditi untuk dikonsumsi. Nilai konsumsi
suatu komoditi merupakan perkalian antara harga komoditi dengan kuantitas
(banyaknya) yang dikonsumsi.
Diagram timbang, adalah diagram yang menunjukkan persentase nilai

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 79


Penjelasan Teknis

konsumsi tiap jenis barang atau jasa terhadap total rata-rata pengeluaran rumah
tangga.
Inflasi atau deflasi, adalah dinamika perubahan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Inflasi/deflasi pada dasarnya merupakan persentase
perbandingan IHK pada periode tertentu dengan IHK pada periode sebelumnya.
Persentase positif yang artinya terjadi kenaikan indeks dibandingkan bulan
sebelumnya disebut inflasi, sedangkan persentase negatif atau terjadi penurunan
indeks disebut deflasi.
B.2 Metodologi
B.2.1 Pengumpulan Data Harga Konsumen
Pengumpulan data harga konsumen untuk penghitungan IHK di Kota Kupang

.id
mencakup harga 341 jenis komoditas barang dan jasa yang umumnya dikonsumsi
go
oleh masyarakat Kota Kupang, dan setiap jenis komoditas barang dan jasa dipantau
s.
dua atau tiga jenis merk atau kualitas yang merupakan spesifikasi dari komoditas
bp

tersebut. Pencacahan dilakukan di lokasi pasar tradisional, swalayan dan outlet


tt.

terpilih.
//n

Di Kota Kupang, pencacahan dilakukan pada tiga pasar tradisional yaitu Pasar
s:

(Inpres) Kasih Naikoten I, Pasar Oeba, dan Pasar Oebobo. Demikian juga untuk pasar
tp

swalayan dan outlet dipilih pada daerah yang berdekatan dengan pasar-pasar tersebut,
ht

antara lain, supermarket, toko bahan bangunan, toko emas perhiasan, toko alat
elektronik, toko alat rumah tangga, toko suku cadang kendaraan, toko kendaraan
bermotor, toko bahan pelumas, rumah makan/warung dan sebagainya. Selain itu juga
pengamatan harga dilakukan pada 68 rumah tangga sampel tarif sewa rumah, 12
rumah tangga sampel tarif kontrak rumah, 34 rumah tangga sampel tarif/upah
pembantu rumah tangga, dan 28 sekolah/universitas sampel tarif uang sekolah.
Penentuan pasar sebagai tempat pemantauan data harga konsumen didasarkan pada:
a. pasar tersebut relatif besar dan oleh masyarakat dipakai sebagai patokan atau
pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/merk dari pasar lainnya
b. terletak di daerah kota.
c. komoditas relatif banyak dan dapat ditemui
d. banyak masyarakat berbelanja di sana, dan

80 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

e. waktu keramaian berbelanja panjang.


Responden data harga konsumen adalah pedagang yang menjual barang dan
jasa kebutuhan rumah tangga secara eceran. Penentuan pedagang sebagai responden
data harga konsumen berdasarkan beberapa kriteria, antara lain berdagang pada
tempat yang tetap/permanen/tidak berpindah-pindah, menjual berbagai macam
komoditas, kontinuitas pencacahan data harga terjamin, mudah diwawancarai, jujur
dan bersahabat.
Pemilihan jenis barang dan jasa untuk Kota Kupang dilakukan berdasarkan
hasil Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2012.
Kriteria pemilihan jenis barang dan jasa dalam paket komoditas adalah :
a. jenis barang dan jasa tersebut mempunyai persentase nilai konsumsi terhadap total

.id
konsumsi rumah tangga ≥ 0,02 persen
go
b. barang dan jasa tersebut dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
s.
c. data harganya dapat dipantau secara terus menerus dalam jangka waktu yang relatif
bp

lama.
tt.

Sedangkan pemilihan kualitas/merk dari suatu barang dan jasa yang akan
//n

diamati setiap saat adalah kualitas/merk yang banyak digemari oleh masyarakat
s:

setempat atau banyak dikonsumsi oleh masyarakat, dan juga memperhatikan


tp

kesinambungan peredarannya. Waktu pencacahan atau observasi data harga


ht

konsumen untuk setiap komoditas disesuaikan dengan tingkat fluktuasi perubahan


harga dari mingguan, dua mingguan dan bulanan. Komoditas yang tingkat
fluktuasinya sangat tinggi seperti harga beras dipantau setiap minggu, demikian
seterusnya hingga harga yang fuktuasinya rendah dipantau bulanan.
B.2.2 Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah
rumus Laspeyres yang telah dimodifikasi (Modified Laspeyres). Penggunaan rumus
ini mengacu pada manual Organisasi Buruh Dunia (Internasional Labour
Organisation/ILO). Pengelompokan IHK didasarkan pada klasifikasi internasional
baku yang tertuang dalam Classification of Individual Consumption According to
Purpose (COICOP) yang diadaptasi untuk kasus di Indonesia menjadi Klasifikasi
Baku Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 81


Penjelasan Teknis

C. Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.
Penduduk Miskin
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskian
Garis kemiskinan (GK), terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM).

.id
GK = GKM + GKNM
go
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
s.
perkotaan dan perdesaan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata
bp

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.


tt.

Garis Kemiskinan Makanan


//n

Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan


s:

minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari.Patokan
tp

ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Pakte komoditi kebutuhan
ht

dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan,


daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,
dll). Ke-52 jenis komoditi ini merupakan komoditi-komoditi yang paling banyak
dikonsumsi oleh orang miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70
persen dari total pengeluaran orang miskin.
Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM)
Garis kemiskinan nonmakanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.Paket komiditi kebutuhan dasar
nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi perkotaan dan 47 jenis komoditi di
pedesaan.
D. Ketenagakerjaan
Konsep/ definisi ketengarakerjaan yang digunakan BPS merujuk pada

82 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

rekomendasi International Labour Organization (ILO) sebagaimana tercantum dalam


buku “Surveys of Economically Active Population, Employment, Unemployment
and Underemployment” An ILO Manual on Concepts and Method, ILO 1992.
Hal ini dimaksudkan terutama agar data ketenagakerjaan yang dihasilkan dari
berbagai survey di Indonesia dapat dibandingkan secara internasional, tanpa
mengesampingkan kondisi ketenagakerjaan spesifik Indonesia. Menurut konsep
Labor Force Framework, penduduk dibagi dalam beberapa kelompok.Kelompok –
kelompok tersebut dapat digambarkan dalam Diagram Ketenagakerjaan seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
Penduduk
Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama

.id
enam bulan atau lebih dana atau mereka yang berdomisili kuarng dari 6 bulan tetapi
go bertujuan untuk
s.
menetap.
bp

Usia Kerja
tt.

Indonesia
//n

menggunakan batas
s:

bawah usia kerja


tp

(economically active
ht

population) 15 tahun
(meskipun dalam
survey dikumpulkan
informasi mulai dari
usia 10 tahun) dan
tanpa batas usia kerja.
Di negara lain,
penentuan batas
bawah dan batas atas usia kerja bervariasi sesuai dengan kebutuhan/situasinya.
Beberapa contoh :
Batas bawah : Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada
(14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun).

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 83


Penjelasan Teknis

Batas atas : Denmark, Swedia, Norwegis, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia,
Mexico (65 tahun), banyak Negara seprti Indonesia tidak ada batas atas.
Angkatan Kerja
Konsep angkutan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh
penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia
kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun semntara tidak bekerja, dan
penganggur.
Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam
secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.Kegiatan bekerja ini mencakup, baik

.id
yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu
go
sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya.
s.
Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang lalu juga digunakan oleh
bp

banyak Negara antara lain Pakistan, Filipina, Bulgaria, Polandia, Romania, Federasi
tt.

Rusia, dan lainnya.


//n

Pengangguran
s:

Definis baku untuk Penganggur adalah mereka yang tidak mempenyuai


tp

pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Definisi ini
ht

digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000, sedangkan sejak
tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai
berikut:
Penganggur adalah mereka yang sedangmencari pekerjaan, atau mereka yang
mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan
kerja), dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
(sebelumnya dikategorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka
tak bekerja (jobless).Penganggur dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut
sebagai penganggur terbuka (open unemployment).
Secara spesifik, penganggur terbuka dalam Sakernas, terdiri dari:
1. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,

84 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

2. Meraka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,,


3. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa
tidak mungkin mendapat pekerjaan, dan
4. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah
diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.
Aktivitas/kegiatan ekonomi
Aktivitas/kegiatan ekonomi yang digunakan merujuk pada the United Nations
System of National Accounts (SNA). Penduduk usia kerjadikategorikan sebagai
bekerja/mempunyai pekerjaan jika yang bersangkutan bekerja (meskipun hanya
bekerja satu jam dalam periode referensi) atau mempunyai pekerjaan tetapi sementara
tidak bekerja.

.id
Sejalan dengan the labour force framework, definisi internasional untuk
go
bekerja didasarkan pada periode referensi yang pendek (satu minggu atau satu hari); a
s.
snapshot picture or the employment situation at a given time.
bp

Setengah Penganggur
tt.

Penduduk yang bekerja kuarng dari jam kerja normal(dalam hal ini 35 jam
//n

seminggu, tidak termasuk yang sementara tidak bekerja) dikategorikan sebagai


s:

setengah penganggur.
tp

Setengah Penganggur Terpaksa


ht

Mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Setengah Penganggur Sukarela
Mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu/part time worker).
Jumlah Jam Kerja
Jumlah jam kerja seleruhnya yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk
jam istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal – hal diluar pekerjaan)
selama seminggu yang lalu.
Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 85


Penjelasan Teknis

suatu unit usaha/kegiatan. Status pekerjaan terbagi menjadi :


Berusaha sendiri
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
Buruh/karyawan/pegawai
Pekerja bebas di pertanian
Pekerjaan bebas di non pertanian
Pekerja keluarga/tak dibayar
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara
ekonomi di suatu negara atau wilayah.

.id
TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
go
penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran angkatan kerja terhadap
s.
jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relative dari pasokan
bp

tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang – barang jasa
tt.

dalam suatu perekonomian. Cara perhitungan TPAK adalah:


//n
s:

TPAK =
tp

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


ht

TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam
kelompok pengangguran. TPT diukur sebagai persentase jumlah penganggur terhadap
jumlah angkatan kerja. Cara penghitungan TPT adalah:

TPT =
Data ketenagakerjaan diperoleh melalui kegiatan survei sakernas.
Periode Referensi
Dalam survey rumah tangga atau individu, periode referensi yang pendek (a
short recent reference period) akan meminimumkan kesalahan responden dalam
mengingat (recall) dan juga mengurangi masalah (statistik) yang timbul oleh karena
perpindahan penduduk dan perubahan status aktivitas, pekerjaan dan karakteristik
penduduk lainnya.

86 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

Standar internasional untuk periode referensi yang pendek adalah satu hari atau
satu minggu.Periode referensi satu minggu (yang lalu) paling banyak diterapkan di
Negara – negara yang melaksanakan survei angkatan kerja nasioanl, termasuk
Indonesia.
The One Hour Criterion
Kriteria satu jam digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup semua jenis
pekerjaan yang mungkin ada pada satu negara, termasuk di dalamnya adalah
pekerjaan dengan waktu singkat (short time work), pekerja bebas, stand by work dan
pekerjaan yang tak beraturan lainnya.
Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran
yang digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerjaan secara

.id
total (lack of work) sehingga jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan
go
maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan
s.
secara total.Disamping itu, juga untuk memastikan bahwa pada satu tingkat agregasi
bp

tertentu input tenaga kerja total berkaitan langsung dengan produksi total. Hal ini
tt.

diperlukan terutama ketika dilakukan joint analysis antara statistic ketenagakerjaan


//n

dan statistik produksi.Berdasarkan argument teknis, ILO merekomendasikan untuk


s:

memperhatikan the one hour criterion, yaitu digunakan konsep/definisi satu jam
tp

dalam periode referensi tertentu untuk mennetukan seseorang dikategorikan sebagai


ht

employed (bekerja).
BPS menggunakan konsep/definisi “bekerja paling sedikit 1 jam dalam
seminggu yang lalu” untuk mengkategorikan seseorang (currently economically
active population) sebagai bekerja, tanpa melihat lapangan usaha, jabatn, maupun
status pekerjaan.
E. Statistik Pertanian
Tata cara pengumpulan, pengolahan dan penghitungan produksi padi dan
palawija yang digunakan saat ini secara nasional mengacu pada Buku Pedoman
pengumpulan dan pengolahan data tanaman pangan yang telah disempurnakan oleh
Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian Tahun 2007.
Blok Sensus
Blok sensus adalah satuan wilayah kerja petugas pencacah yang merupakan

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 87


Penjelasan Teknis

bagian dari suatu desa/keluarahan, mencakup sekitar 80 – 120 rumah tangga dan
dibatasi oleh batas – batas alam atau batas – batas lainnya yang jelas seperti sungai,
tanggul, pantai, rel kereta api dan sebagainya.
Alat Ubinan
Alat ubinan adalah alat yang digunakan dalam pengukuran produktivitas
tanaman padi/palawija (survei ubinan)., berupa batang dari bahan stainless steel
berukuran 21/2 m x 21/2. Tanaman padi/palawija yang berada dalam plot alat ubinan
tersebut dipanen, dibersihkan dan selanjutnya di timbang.
Luas Panen
Luas panen adalah luas tanaman padi/palawija yang dipanen pada suatu wilayah
(kecamatan) dalam periode pengumpulan data (bulanan), dan merupakan luas bersih

.id
(tidak termasuk luas galengan/pematangan).
go
Data pokok tanaman padi dan palawija yang dikumpulkan adalah luas panen dan
s.
produktivitas (hasil per hektar) yang selanjutnya digunakan untuk penghitungan
bp

produksi.Produksi padi atau palawija merupakan hasil perkalian antara luas panen
tt.

dengan produktivitas (hasil/hektar). Data pendukung lainnya yang juga dikumpulkan


//n

antara lain adalah luas poso/rusak, luas tanam dan luas baku lahan sawah.
s:

Pengumpulan Data Luas Tanaman/Panen


tp

Pengumpulan data luas panen dilakukan setiap bulan oleh Mantri Pertanian/
ht

Kepala cabang Dinas Kecamatan (KCD) melalui Survei Pertanian (SP).


Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan area kecamatan di seluruh
wilayah Indonesia.Pengumpulan data luas panen yang di tingkat kecamatan tersebut
didasarkan pada hasil pengumpulan data dari seluruh kelurahan di kecamatan
bersangkutan.
Pengumpulan data luas tanam/panen pada tingkat desa/kelurahan didasarkan
pada:
Sistem blok pengairan
Untuk yang berpengairan teknis, biasanya sawah dalam desa kelurahan dibagi
dalam blok – blok pengairan, kemudian tanggal penanaman ditentukan untuk
setiap blok pengairan, sehingga luas tanaman dapat diperkirakan dari volume air
yang disalurkan.

88 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


Penjelasan Teknis

Laporan petani kepada Kepala Desa/Lurah


Luas tanam,an didasarkan atas catatn di desa/keluarahan yang berasal darlaporan
petani dan atau kelompok tani/kontak tani.
Banyaknya bibit/benih yang digunakan
Berdasarkan banyaknya bibit/benih yang digunakan dalam satu desa/kelurahan,
petugas dapat menaksir luas tanaman.
Eye estimate (pandangan mata)
Penaksiran dengan pandangan mata berdasarkan luas baku lahan dilakukan
petugas desa/kelurahan yang sudah berpengalaman di wilayah tugasnya.
Sumber informasi lainnya
Sumber informasi lainnya yang dapat digunakan sebagai dasar atau rujukan

.id
dalam memperoleh data luas adalah penyuluh pertanian lapangan (PPL), petugas
pengawas benih, dan lain – lain. go
s.
Pengumpulan data produktivitas
bp

Pengumpulan data produktivitas (hasil per hektar) tanaman padi dan palawija
tt.

dilakukan melalui survei ubinan. Periode pengumpulan data dilakukan setiap


//n

subround (caturwulan/empat bulanan) dengan petugas lapangan adalah Mantri


s:

Statistik/Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dan KCD.


tp

Metode pengambilan sampel ubinan dilakukan dalam dua tahap (two stage sampling),
ht

sebagai berikut:
Tahap I
Memilih sejumlah blok sensus secara pps (proportional probability to size)
dengan size banyaknya rumah tangga padi/palawija. Pada blok sensus terpilih
kemudian dilakukan pendaftaran (listing) rumah tangga untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan kegiatan penanaman padi dan palawija.
Tahap II
Berdasarkan hasil listing tumah tangga pada tahap I, dipilih sejumlah petak yang
akan dipanen pada subround tertentu. Pada ternak terpilih, kemudian dilakukan
permanen pada plot pengamatan/plot ubinan berukuran 21/2 m x 21/2.
Perhitungan produksi
Perhitungan produksi padi dan palawija dilakukan oleh BPS Provinsi menurut

Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 89


Penjelasan Teknis

.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

subround (SR) sesuai dengan periode pengumpulan datanya. Produksi merupakan


hasil perkalian antara luas panen dan produktivitas (hasil per hektar).
Produksi SR-1 (Januari – April) = Luas Panen SR – 1 x Produktivitas SR – 1
Produksi SR – 2 (Mei – Agustus) = Luas Panen SR – 2 x Produktivitas SR – 2
Produksi SR – 3 (September – Desember) = Luas Panen SR – 3 x Produktivitas
SR – 3
Produksi Januari – Desember = Produksi (SR – 1 + SR – 2 + SR – 3)
Luas Panen Januari – Desember = Luas Panen (SR – 1 + SR – 2 + SR – 3)
Produktivitas Januari – Desember = Produksi Januari – Desember dibagi Luas
Panen Januari – Desember

90 Data Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016


.id
go
s.
bp
tt.
//n
s:
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Jl. R.Suprapto No.5 Kupang 85111
Telp.: (0380) 826289, 821755-Fax. (0380) 833124
Homepage: ntt.bps.go.id; E-mail: bps5300@bps.go.id

You might also like