You are on page 1of 14

CEKUNGAN BENGKULU

Cekungan Bengkulu merupakan cekungan yang terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera.
Cekungan ini merupakan salah satu jenis cekungan busur muka (foreaarc) dari beberapa cekungan
forearc yang berjejer di pantai barat Pulau Sumatera. Pembentukan cekungan berkaitan dengan suatu
proses subduksi merupakan salah satu fitur dari margin continental. Seting ini dicirikan dengan
kehadiran palung laut dalam, busur vulkanik aktif, dan gap arch-trench yang memisahkan keduanya.
Area pengendapan paling penting yang terdapat pada seting subduksi adalah palung laut dalam,
cekungan fore-arc yang terletak di dalam gap arch-trench, dan cekungan back-arc, atau disebut juga
cekungan marginal, yang terletak di belakang busur vulkanik pada suatu sistem arc-trench
(Underwood dan Moore, 1995; Dickinson, 1995; Marsaglia, 1995 dalam Boggs, 2006).

Gambar 1. Elemen struktur pada daerah Sumatera yeng menunjukkan cekungan depan busur berumur tersier (Barber et. al, 2005
dalam (Frankowicz 2011), lokasi Cekungan Bengkulu ditandai dengan lingkaran benrwarna biru )

Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini
adalah volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya
kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin
Bengkulu sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada.

Gambar 2. Representasi skematik dari struktur cekungan pada zona palung dan fore-arc pada suatu setting subduksi (Dickinson,
W.R., 1995)

Stratigrafi Cekungan Bengkulu

Gambar 3. Korelasi stratigrafi daerah lepas pantai dan darat di Cekungan Bengkulu (modifikasi dari Yulihanto drr., 1995 dalam
(Heryanto 2007) )

Tatanan stratigrafi yang terdapat Cekungan Bengkulu terdiri atas batuan yang mempunyai
kisaran umur dari Tersier – Kuarter. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bengkulu (Gafoer dkk, 1992),
terdapat delapan formasi batuan yang menyusun Cekungan Bengkulu bagian darat, dimana urutannya
dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

a. Formasi Hulusimpang

Formasi Hulusimpang terdiri dari lava, breksi gunungapi dan tuf terubah, bersusunan andesit sampai
basal. Secara stratigrafi satuan batuan ini menjemari dengan Formasi Seblat dan ditindih tak selaras
oleh Formasi Bal. Diperkirakan satuan ini diendapkan pada Oligosen Akhir – Miosen Awal di
lingkungan peralihan darat – laut dangkal.

b. Formasi Seblat

Formasi Seblat berumur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Bagian bawah satuan batuan ini terdiri dari
batupasir yang sebagian karbonan, batupasir tufan kayu terkersikkan dan lensa-lensa konglomerat.
Bagian tengah terdiri atas perselingan batugamping dan batulempung. Bagian atas terdiri dari serpih
dengan sisipan batulempungtufan, napal dan konglomerat. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut
dengan kondisi turbidit

c. Formasi Bal

Formasi Bal tersusun dari breksi gunungapi epiklastika dengan sisipan batupasir gunungapi
epiklastika bersusunan dasit. Satuan batuan ini diendapkan di lingkungan fluviatil dan darat pada
Miosen Tengah.

d. Formasi Lemau

Bagian bawah Formasi Lemau terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan yang mengandung
moluska. Bagian atas terdiri dari batupasir dan batupasir tufan dengan sisipan batugamping dan
batulempung. Bagian bawah satuan batuan ini menjemari dengan Formasi Bal ditindih selaras oleh
Formasi Simpangaur. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal pada Miosen Tengah –
Miosen Akhir.

e. Formasi Simpangur

Formasi Simpangaur berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal. Bagian bawah satuan ini terdiri atas
breksi dan konglomerat dengan sisipan batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulanau dan
batulempung yang mengandung moluska air tawar. Satuan ini menindih selaras Formasi Lemau dan
ditindih tak selaras oleh Formasi Bintunan.
f. Formasi Bintunan

Formasi Bintunan terdiri dari konglomerat aneka bahan, breksi, batulempungtufan mengandung
lapisan tipis lignit. Secara stratigrafi satuan batuan ini menindih tak selaras Formasi Simpangaur.
Satuan ini diendapkan pada lingkungan peralihan yang berair payau pada Plio-Plistosen.

Selanjutnya diendapakan material vulkanik hasil dari gunung api yang berkembang. Material
vulkanik ini terbagi kedalam dua satuan, yaitu :

g. Satuan Batuan Gunungapi Andesit-Basal

Satuan ini terdiri dari lava bersusunan andesit sampai basal, tuf dan breksi lahar dari Bukit Daun.

h. Satuan Breksi Gunungapi

Satuan ini terdiri dari breksi gunungapi lava, tuf bersusunan andesit-basalt.

Evolusi Tektonik

Evolusi cekungan yang terjadi pada Daerah Bengkulu meliputi fase pre-rift, syn-rift, transgresif, dan
regresif (inversion).

a. Fase pre-rift
Fase Pre-Rift pada Cekungan Bengkulu terjadi pada Paleosen – Awal Eosen, dimana pada
fase ini muncul rekahan-rekahan yang kemudian memicu terjadinya pembukaan dan
perenggangan pada basement rock, yang merupakan batuan Pra-Tersier, terdiri dari kompleks
batuan Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan batuan
karbonat
b. Fase syn-rift
Fase Syn-Rift pada Cekungan Bengkulu terjadi pada Awal Eosen – Oligosen, dimana pada
fase ini terjadi pengendapan Formasi Lahat dari Paleosen – Tengah Oligosen. Formasi Lahat
ini merupakan Formasi tertua di Cekungan Bengkulu, yang terendapkan pada lingkungan
Fluvial-Lacustrine.
c. Fase transgresif
Fase Transgressive pada Cekungan Bengkulu terjadi pada Akhir Oligosen-Pliosen. Pada fase
ini terjadi pengendapan Formasi Talang akar, Hulusimpang, Seblat, Gumai, Air Benakat,
Muara Enim, Lemau, Simpang Aus, dan Eburna. Lingkungan pengendapan sedimen berupa
Darat, Transisi, Laut Dangkal, hingga laut dalam. Sda Pada Miosen Tengah Bukit Barisan
Terangkat dan menyebabkan Cekungan Bengkulu terpisah dengan Cekungan Sumatra Selatan
menjadi “Fore Arc Basin”. Hal ini ditandai oleh adanya perbedaan stratigrafi neogen antara
kedua cekungan tersebut. Cekungan Bengkulu menjadi semakin dalam akibat posisinya
terapit Sesar Sumatra dan Sesar Mentawai, dan Cekungan Sumatra Selatan semakin
mendangkal.
d. Fase regresif (inversion)
Pada fase ini terjadi pengendapan Formasi Bintunan dengan lingkungan pengendapan berupa
darat – transisi dan terjadi pada Kala Pleistosen.
CEKUNGAN SAVU
Cekungan savu, terletak pada fore arc Sunda-Banda, pada batas dari lempeng Eurasia, perubahan
dari subduksi lempeng kerak samudera hindia dengan kerak benua eurasia menjadi kolisi lempeng
benua Australia dengan sundaland, luas dari Cekungan Savu mengecil ke timur, dibatasi oleh pulau
sumba dibagian barat, bagian utara dibatasi oleh pulau Flores dengan busur gunung api yang masih
aktif, dan alor, bagian selatan dibatasi dengan pulau Roti.

Gambar 4. Lokasi serta setting tektonik yang terdapat pada cekungan savu (Rigg, 2011)

Berikut merupakan kolom stratigrafi dari cekungan Savu :

Gambar 5. Stratigrafi cekungan Savu, serta korelasinya dengan penampang


seismik (Rigg, 2011)
Penjelasan :
Unit 1 :
Merupakan lapisan batuan tertua pada cekungan savu, terendapkan pada zaman kapur hingga
neogen (miosen bawah).

Litologi penyusun bertutur-turut batulanau serta batupasir dengan perselingan material


vulkanik, berumur kapur, diinterpretasikan berada pada lingkungan submarine fan.

Kemudian diatasnya secara tidak selaras diendapkan batuan berumur paleosen berupa
batugamping, batupasir, dan aglomerat vulkanik, dengan lingkungan pengendapan shallow
marine-non marine.

Diatasnya lagi terendapkan batugamping nummulites dari kala eosin-oligosen.

Peristiwa fault block, dengan orientasi utara-selatan, pada bagian utara dari cekungan savu,
menyebabkan terjadinya subsidens dari bagian atas unit 1,

Unit 2 :
Terendapkan setelah terjadi fase ekstensional dari unit 1, pada kala miosen (Langhian-
Tortonian), litologi penyusun pada unit ini banyak terdiri dari material vulkanik, seperti pumis,
lava, terendapkan dengan mekanisme arus turbit, pada unit ini material karbonat jarang
terbentuk akibat aktifitas rifting dengan, yang menyebabkan kecepatan penurunan/subsidens,
melewati kedalaman CCD (Carbonate Compensation Depth), sehingga litologi karbonat tidak
lagi terbentuk, diinterpretasi sumber sedimen berasal dari selatan, yang bergerak kearah utara

Unit 3 :

Terendapkan pada kala miosen (tortonian) – kala pliosen dengan litologi penyusun berupa
foraminiferal chalk, dan napal, serta lumpur vulkanogenik, kemunculan material karbonat
mencirikan pendangkalan CCD, dapat disebabkan oleh ruang akomodasi yang berkurang
disebabkan tingkat subsidens yang menurun. Pada bagian tengah unit ini terdapat endapan
vulkanik, dengan mekanisme pengendapan aliran massa

Unit 4

Batas unit 3 dan 4, tidak terlalu jelas, sumber material dari unit 4, berasal dari selatan, dan
pengontrol pergerakan sedimen ini disebabkan oleh adanya patahan pada slope yang terdapat
pada unit 3
Gambar 6. Penampang seismic cekungan savu pada bagian sumba ridge.
(Rigg, 2011)

Persebaran lapisan dari unit 4, dapat lebih terlihat dan dibagi menjadi beberapa subunit, dalam
salah line seismic bagian tengah dari cekungan savu.

Gambar 7. Penampang seismic pada bagian tengah dari cekungan savu. (Rigg, 2011)

Unit 4 terbentuk pada awal pliosen, sebagai hasil dari transportasi sedimen kearah utara akibat
proses uplift. Dengan sedimen mencirikan lingkungan delta

Evolusi Tektonik
A. Fase pre rift,
Batuan dasar dari cekungan savu berasal dari kerak benua Australia yang kemudian menuatu
dengan sundaland pada pertengahan kapur (Hall et al. 2009), yang kemudian terendapkan
material vulkanik pada paleosen-eosen, menandai aktivitas vulkanisme akibat akyivitas
subduksi, kemudian aktivitas subduksi berhenti, saat oligosen sehingga karbonat dapat
berkembang.

B. Fase Syn-Rift.
Fase ini ditenggarai oleh aktivitas rollback dari palung banda dan jawa. Sehingga proses
subsidens berjalan dengan sangat cepat, pada bagian fore arc, pada fase ini, terendapkan unit
2 yang terdiri dari turbidit vulkaniklastik serta endapan slump. Serta unit 3 terdiri dari
foraminiferal chalk, dan napal, serta lumpur vulkanogenik, dan sebagian unit 4. fase ini terjadi
dari miosen hingga pliosen

C. Fase post rift


Dapat dilihat pada beberapa lapisan teratas dari unit 4.

D. Fase inversi sebagian.


Fase ini dapat teramati pada sebagian sisi dari cekungan, seperti pada savu thrust,dan roti
thrust pada bagian selatan dari cekungan, akibat proses kolisi pada sumba ridge. Fase
inversi sebagian ini terjadi sekitar 2-3 Ma (Pliosen)

Gambar 8. Perkembangan geometri serta kondisi tektonik cekungan savu dari miosen
tengah-resen. (Rigg, 2011)
Gambar 9. Rekaman seismik dan deliniasinya pada bagian cekungan yang mengalami
inversi sebagian
Gambar 10.. Perbandingan kolom tektonostratigrafi antara Cekungan Bengkulu dengan Cekungan Savu
PERBEDAAN CEKUNGAN MENURUT ASPEK STRATIGRAFI DAN
TEKTONIKNYA

Cekungan Bengkulu terletak pada sisi barat dari Pulau Sumatera. Sumatera sendiri berada
pada bagian barat Paparan Sunda, yang merupakan perkembangan dari bagian selatan lempeng
benua Eurasia. Tumbukan dengan lempeng India dan Indo-Australia menyebabkan terjadinya
rotasi baik searah meupun berlawan jarum jam menyebabkan perubahan arah baik dari pola
struktur maupun pergerakan lempeng. Cekungan-cekungan yang ada di Sumatera
pembentukannya sebagian besar dipengaruhi oleh Sesar Sumatera yang merupakan sesar geser
sinistral. Pada Cekungan Bengkulu, sesar ini menjadi salah satu pemicu yang membentuk
cekungan. Selain Sesar Sumatera, terdapat juga Sesar Mentawai yang arahnya sejajar sejajar
dengan Sesar Sumatera. Kombinasi dua sesar ini diduga membentuk wilayah rendahan melalui
mekanisme pull-apart basin yang menghasilkan beberapa cekungan yang ada di barat Pulau
Sumatera seperti Cekungan Bengkulu dan Mentawai. Tektonik yang bekerja juga berperan dalam
evolusi cekungan yang membentuk cekungan Bengkulu. Batuan berumur pra tersier yang menjadi
basement mengalami rekahan-rekahan yang memicu terjadinya pembukaan cekungan, periode ini
terjadi pada Paleosen – Eosen Awal. Pengendapan batuan terus berlanjut yang membentuk
Formasi Hulusimplang dan Seblat yang seiring dengan penurunan cekungan / fase syn-rift pada
umur Eosen Awal – oligosen. Periode selanjutnya aktivitas tetonik menurun yang menyebabkan
cekungan memasuki fase post-rift dan mengendapkan Formasi Lemau dan Simpang Aur.
Cekungan yang sudah terbentuk kemudian mengalami inversi bersamaan dengan pengendapan
Formasi Bintunan pada Kala Pleistosen. Cekungan Bengkulu memiliki hubungan yang erat
dengan Cekungan Sumatera Selatan. Jika dilihat dari stratigrafinya, terlihat Cekungan Bengkulu
mengalami pemisahan dengan Cekungan Sumatera Selatan. Urutan litologinya menunjukkan jika
Cekungan Bengkulu terletak pada posisi yang lebih dalam. Pada saat yang sama, di Cekungan
Sumatera Selatan lebih banyak diendapkan sedimen-sedimen regresif (Formasi Air
Benakat/Lower Palembang dan Muara Enim/Middle Palembang) karena cekungan sedang
mengalami pengangkatan dan inversi.

Dasar Cekungan Savu berasal kerak benua Australia yang menyatu dengan paparan sunda pada
pertengahan kapur, kemudian pada umur yang sama hingga oligosen terendapkan unit 1, batuan
pada unit 1 merupakan batuan pre rift, aktivitas rollback dari palung banda dan jawa,
mengakibatkan proses subsidens berjalan cepat pada cekungan depan busur. Fase ini disebut juga
fase synrift, pada fase ini terendapkan unit 2 yang memiliki komponen vulkanik, karbonat tidak
berkembang pada unit 2, karena kecepatan subsidens melewati kedalaman CCD, kemudian
aktivitas subsidens berkurang sehingga unit 3 dengan komponen karbonat dapat terendapkan,
masih dalam fase syn rift, unit 4 dengan penyusun sedimen delta terendapkan, namun aktivitas
subsidens berkurang, sehingga bagian teratas dari unit 4 terendapkan pada fase post rift. aktivitas
subduksi yang perlahan menjadi kolisi antara banda dengan Australia pada kala paleosen,
menyebabkan terbentuknya beberapa lipatan serta sesar sungkup pada beberapa unit lapisan dari
cekungan savu, terutama pada bagian selatan dari cekungan
Daftar Pustaka

Frankowicz, Edyta. 2011. "Tectono-stratigraphic Evolutionof the Smeulue forearc basin, NW Sumatera." In
Berita Sedimentologi, by Indonesian Association of Geologist, 22. Jakarta: Indonesian
sedimentologist Forum.

Heryanto, Rachmat. 2007. "Kemungkinan Keterdapatan Hidrokarbon di Cekungan Bengkulu." Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 2 No. 3 September 2007 119 - 131.

James W.D.Rigg, Robert Hall. 2011. "Structural and Stratigraphic Evolution of The Savu Basin Indonesia."
London: The Geological Society of London.

S, Kusnama, Andi Mangga, and D Sukarna. 1992. "Tertiary Stratigraphy and Tectonic Evolution of Southern
Sumatera." Geological Society of Malaysia - Circum-Pacfic for Energy and Mineral Resources. Kuala
Lumpur: Geological Society of Malaysia . 143 - 152.

You might also like