Professional Documents
Culture Documents
𝑚𝑜𝑙 𝐴 𝑚𝑜𝑙 𝐵
XA = XB =
𝑚𝑜𝑙 𝐴+𝑚𝑜𝑙 𝐵 𝑚𝑜𝑙 𝐴+𝑚𝑜𝑙 𝐵
Jumlah fraksi mol kedua zat adalah satu. Fraksi mol tidak memiliki dimensi
(satuan), hal ini sesuai dengan persamaan diatas di mana satuannya saling
meniadakan (Chang, 2003).
2. Fasa
Materi terdiri dari tiga wujud, yaitu cair, padat, dan gas. Setiap wujud ini
disebut fasa, yang merupakan bagian homogen suatu sistem yang bersentuhan
dengan bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Perubahan fasa yaitu
peralihan dari satu fasa ke fasa lain, terjadi apabila energi ditambahkan atau
dilepaskan. Perubahan fasa merupakan perubahan fisis yang ditandai dengan
perubahan dalam keteraturan molekul. Molekul-molekul dalam wujud padat
memiliki keteraturan tertinggi, dan molekul-molekul dalam fasa gas memiliki
keacakan tertinggi (Chang, 2003).
Perubahan fasa terjadi pada temperature dan tekanan tertentu. Es adalah fasa
stabil dari air pada temperatur di bawah 0oC dan tekanan 1 bar, tetapi pada
temperatur di atas 0oC dan tekanan 1 bar, air cair lebih stabil. Hal ini menunjukan
bahwa potensial kimia es lebih rendah dari pada potensial kimia cairan pada
temperatur di bawah 0oC (Atkins, 1996).
Komponen adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan
pelarut dalam larutan biner. Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P. Gas,
atau campuran gas adalah fasa tunggal, kristal adalah fasa tunggal dan dua cairan
yang dapat campur secara total membentuk fasa tunggal. Es adalah fasa tunggal
(P = 1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil.
Campuran es dan air adalah sistem dua fasa (P = 2) walaupun sulit untuk
menentukan batas antara fasa-fasanya. Sistem biner terdiri atas pasangan cairan
campur sebagian yaitu cairan yang tidak bercampur dalam semua proporsi pada
semua temperatur. Sistem biner fenol – akuades merupakan sistem yang
memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan akuades pada
temperatur tertentu dan tekanan tetap. Kelarutan adalah jumlah maksimum zat
yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Pelarut umumnya merupakan
suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Sistem disebut biner
karena terdiri atas dua komponen yaitu fenol dan akuades. Sistem biner fenol –
akuades tergolong fasa padat – cair, fenol berupa padatan dan akuades berupa
cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan
salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau akuades. Temperatur
mempengaruhi komposisi kedua fasa pada kesetimbangan. Kemampuan
bercampurnya fenol – akuades akan bertambah apabila temperatur dinaikkan
(Atkins, 1996).
Diagram fasa adalah diagram yang menggambarkan daerah-daerah tekanan
dan temperatur di mana berbagai fasa bersifat stabil.
3. Derajat Kebebasan
Derajat kebebasan adalah jumlah variabel intensif yang dapat dipilih agar
keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan. Variabel intensif dapat berupa
temperatur, tekanan, dan konsentrasi. Derajat kebebasaan dirumuskan
F= C + 2− P
Untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas (F)
sama dengan jumlah komponen (C) ditambah 2 dikurangi jumlah fasa (P) (Atkins,
1996).
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau variabel
ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau variabel-
variabel intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah
variabel intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu
system disebut derajat kebebasan dari sistem tersebut (Atkins,1999)
4. Ikatan hidrogen
Hidrogen (H) apabila berikatan dengan atom lain (X), terutama F, O, N,
atau Cl sedemikian hingga ikatan X–H benar-benar polar. H mengandung muatan
parsial positif, sehingga dapat berinteraksi dengan atom lain yang kaya elektron
(Y), membentuk ikatan hidrogen, ditulis sebagai
X−̵ ̵ ̵ H ̵ ̵ ̵ Y
Jarak H–Y ikatan hidrogen umumnya jauh lebih panjang dari ikatan kovalen H–Y
yang normal. Ikatan hidrogen menjadi kuat apabila jarak X terhadap Y pendek,
dan jarak X–H serta H–Y hampir sama besarnya (Cotton, 1989).
Energi rata-rata satu ikatan hidrogen cukup besar untuk satu interaksi dipol-
dipol yaitu hingga 40 kJ/mol. Jadi, ikatan hidrogen merupakan suatu gaya yang
kuat dalam menentukan stuktur dan sifat-sifat banyak senyawa. Bukti awal
adanya ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih senyawa. Pada
umumnya, titik didih sederet senyawa dalam golongan yang sama meningkat
dengan meningkatnya massa molar. Tetapi senyawa hidrogen unsur-unsur
golongan 5A, 6A, dan 7A (NH3, H2O, HF) tidak mengikuti kecenderungan
tersebut. Dalam setiap deret ini, senyawa yang paling ringan (NH3, H2O, HF)
memiliki titik didih tertinggi, bertentangan dengan dugaan berdasarkan massa
molar. Alasannya adalah adanya ikatan hidrogen yang meluas antara molekul-
molekul dalam senyawa tersebut (Chang, 2003).
Gambar 2.Titik didih senyawa hidrogen untuk unsur golongan 5A, 6A, dan 7A
5. Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah yang
terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas.
Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap,
biasanya 1 atm (seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara
eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada
tekanan tertentu dengan variasi suhu (Atkins,1999)
Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit
cairan A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan
bergerak kea rah kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari
titik C ke titik D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B).
Di titik D diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1.
(Rohman,2004)
Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan yang
berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain
meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada
akhirnya bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu
kelarutan kritis (Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna dalam
berbagai komposisi (Atkins,1999)
Persentase (%) T1 T2
16,67 53 57
28,57 60 58
37,5 70 65
44,44 73 66
45,45 80 65
50 75 60
50 78 63
54,54 78 62
55,56 74 55
62,5 70 49
71,43 56 35
83,33 50 32
90
80 80 78 78
73 75 74
70 70 70
65 66
65 63 62
60 60
58 60
57 55 56
53
50 49 50
T
40
35
30 32
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
%Volume
H. Perhitungan :
Derajat Kebebasan
𝐹 =𝐶−𝑃+1
Saat Dipanaskan terdapat 1 Fasa
𝐹 =2−1+1
𝐹=2
Saat Didinginkan terdapat 2 Fasa
𝐹 =2−2+1
𝐹=1
Tabung A
Volume ( mL ) Temperatur ( ̊C )
No Volume Fenol
Fenol Aquades T1A T2A
1 2 10 16,67 57 57
2 4 10 28,57 60 58
3 6 10 37,50 70 65
4 8 10 44,44 73 66
5 10 10 50 75 60
6 12 10 54,54 78 62
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙
%Volume Fenol = × 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
2
%Volume Fenol = × 100% = 16,67%
12
4
%Volume Fenol = × 100% = 28,57%
14
6
%Volume Fenol = × 100% = 37,50%
16
8
%Volume Fenol = × 100% = 44,44%
18
10
%Volume Fenol = × 100% = 50%
20
12
%Volume Fenol = × 100% = 54,54%
22
Tabung B
Volume ( mL ) Temperatur ( ̊C )
No Volume Fenol
Fenol Aquades T1B T2B
1 10 2 83,33 50 32
2 10 4 71,43 56 35
3 10 6 62,50 70 49
4 10 8 55,56 74 55
5 10 10 50,00 78 63
6 10 12 45,45 80 65
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙
%Volume Fenol = × 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
10
%Volume Fenol = × 100% = 83,33%
12
10
%Volume Fenol = × 100% = 71,43%
14
10
%Volume Fenol = × 100% = 62,50%
16
10
%Volume Fenol = × 100% = 55,56%
18
10
%Volume Fenol = × 100% = 50,00%
20
10
%Volume Fenol = × 100% = 45,45%
22
I. Daftar Pustaka :
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cotton, F. A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Jakarta: JICA.