Professional Documents
Culture Documents
IKA
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
RSMH
1
1
1 –5
PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis
22 Februari 2012
merah, bagian tengah pucat, memucat bila ditekan, disertai rasa gatal,
urtikaria lesi jaringan subkutan, submukosa tidak berbatas tegas,
hidup penderita.
Etiologi
Mekanisme imun
Angiodema herediter
Aspirin
Liberator histamin, yaitu zat yang dapat menyebabkan pelepasan histamin seperti obattiate, obat
pelemas otot, obat vasoaktif & makanan (putih telur, tomat, lobster).
Fisik
Urtikaria kolinergik
Urtikaria panas
Urtikaria solar
Urtikaria & angioedema tekanan
Angioedema getar
Urtikaria akuagenik
Miscellaneous
Urtikaria Papular
Etiologi : gigitan serangga (nyamuk, lebah, dll)
Pruritus bifasik : papular wheal
Reaksi hipersensitivitas tipe I & IV
Urtikaria pigmentosa
Mastositosis sistemik
Keganasan
Ketidakseimbangan sistem endokrin
Faktor psikogenik
Patogenesis
Patogenesis:
Sel mediator mediator2 (histamin) :
- Dilatasi pembuluh darah eritema
-
permeabilitas kapiler
edema (eksudasi cairan & sel)
- Dilatasi kapiler eritema
- pe permeabilitas kapiler ekstravasasi cairan & sel
(eosinofil) udema lokal, gatal
- Vaskuler subkutan angioedema (periorbita & perioral)
Histologis : degranulasi sel mast kutan / subkutan pelepasan
mediator2 (histamin, lekotrin) dilatasi pembuluh darah dermal /
Histamin reseptor H pd organ sasaran (H1, H2, H3& H4)
Bentuk Klinis
Bentuk Klinis (Klasifikasi)
(Klasifikasi)
Papul udematous, datar, merah muda/terang, 2-5 mm papul atau
plak batas tegas, datar bbrp lesi berkonfluensi plak dgn tepi
polisiklik
Bayi :
- Gatal tidak terlalu berat
- Urtikaria purpurik (urtikaria hemorhagik) bayi & anak
kecil DD : vaskulitis
Angioedema:
Udema subkutan & atau submukosa
faring
A berulang tanpa U HAE atau AAE
Lesi A + U
- Beberapa lesi menghilang, dapat timbul lesi baru khronik
- Bayi & anak lesi menghilang dalam beberapa hari
Anafilaktik idiopatik
aritmia jantung
Makanan, Obat-obatan, Zat aditif, Hobi
Inhalasi, Penyakit infeksi akut/kronis
Faktor2 eksaserbasi serangan
Pemeriksaan fisik
gambaran yang khas, bentuk lesi tipe urtikari Linier (
Kriteria Diagnosis
Anamnesia
Pemeriksaan Fisik
Diffrential
Urtikaria Anak :
diagnosis
Eritema multiforme
Urtikaria pigmentosa
Gigitan serangga
Eritema Anulare
Angioedema
Selulitis
Erisipelas
Dermatitis kontak
SLE
Penunujang
Basic Tests
If vasculitis is suspected :
differential
Antinuclear antibody
Erythrocyte sedimentation
Skin biopsy
rate
Urinalysis
CH50
autoantibodies
Anti-FceR autoantibody
(if available)
Riwayat U. fisik
Condition
Test
Cholinergic urticaria
Exercise, mecholyl challenge ID
Dermographism
Ice challenge
HAE periksa kadar C4, C1 INH (antigenik & fungsional)
Pada penderita dengan pengalaman serangan akut saluran napas atas
Tatalaksana
sering dilengkapi dengan epinefrin injeksi
Eliminasi kenali faktor pencetus dan faktor-faktor yang
mengeksaserbasi serangan
Tabir surya urtikaria solar (panjang gelombang 285-320
nm)
U. dingin hindari mandi/ berenang di air dingin
Antihistamin diberikan antihistamin penghambat reseptor
histamine H1
Adregenik mula-mula diberikan larutan adrenalin (1:1000)
dengan dosis 0,01 ml/kgBB/kali subkutan (maksimum 0,3 ml)
dilanjutkan dengan
pemberian antihistamin penghambat
reseptor
histamine H1
Kortikosteroid diberikan bila tidak memberikan respon yang baik
Edukasi
Meyakinkan penderita/keluarga:
U/A remisi spontan ( hari, bulan, tahun)
U/A tidak menyebabkan cacat
U/A dapat dikontrol dengan satu atau kombinasi obat-obatan
Komplikasi
Komplikasi dan
Prognosis
Urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja
terjadi obstruksi jalan nafas karena edema laring dan sekitarnya, atau
Prognosis
Daftar
Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008.
kepustakaan
2. Behrman,N, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics.
Lain-lain
(Algaritma,
Protokol,
Prosedur,
Standing Order)
SINDROM STEVENS-JOHNSON
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
2
1
1 –4
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis
22 Februari 2012
berbentuk target lesion dan kelainan pada lebih dari satu mukosa
Etiologi
Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan
Infeksi
Virus
Herpes simplex, Mycoplasma
pneumoniae, vaksinia
Jamur
Koksidioidomikosis, Histoplasma
Bakteri
Streptokokus, Staphylococcus,
Haemolyticus, Mycobacterium
tuberculosis, Salmonela
Parasit
Malaria
Obat
Salisilat, Sulfa, Penisilin, Etambutol,
Kontraseptif
Makanan
Coklat
Fisik
Udara dingin, sinar matahari, sinar X
Lain-lain
Penyakit kolagen, keganasan,
kehamilan
Patogenesis
Patogenesis
(struktur sel atau jaringan sel yang rusak dan terbebas akibat infeksi,
terlihat sebagai kelainan klinis lokal di kulit dan mukosa dapat pula
inflamasi lainnya.
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang
Bentuk Klinis
berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai
(Klasifikasi)
muntah, pegal otot dan atralgia. Setelah itu akan timbul lesi kulit,
a.
Kelainan kulit
b.
Kelainan mukosa
Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering ialah konjungtivitis
kataralis. Selain itu juga dapat berupa blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata
biasanya edema dan sulit dibuka. Pada kasus berat dapat terjadi erosi dan perforasi kornea.
dan kejang.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kelainan yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata serta
hubungannya dengan faktor penyebab. Secara klinis terdapat lesi
berbentuk target, iris, atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam
Diffrential diagnosis
1. Nekrolisis epidermal toksik (NET)
Pada NET kelainan kulit yang utama adalah epidermis terlepas dari
pada kulit yang eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser,
bula, erosi dan purpura seperti SSJ. Kelainan pada mata dan
Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencari hubungannya
Penunujang
dengan faktor penyebab serta untuk penatalaksanaan secara umum.
2.
Biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi.
3.
Histopatologik biopsi kulit. Biasanya tidak diperlukan, bila
pemeriksaan
histopatologik untuk membedakan. Pada
yang baik maka bahan biopsi kulit harus diambil dari lesi baru
o
Rawat di PICU
Tatalaksana
o
Hentikan faktor penyebab
o
Antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi. Dipilih
o
Topikal :
-
Kulit
: kompres NaCl 0,9%
-
Mulut
: kumur-kumur antiseptik
-
Mata
: lubrikasi dengan air mata buatan
o
Infus/transfusi. Bila terd
darrow
glukosa. Bila
terda
darah
o
Konsultasi dengan bagian lain sesuai kebutuhan /keadaan
Edukasi
Harus dicegah kontak ulang dengan faktor penyebab.
Komplikasi dan
terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Pada kasus berat dengan berbagai
Prognosis
komplikasi atau dengan pengobatan terlambat dan tidak memadai,
serta sepsis.
1. Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi
Daftar kepustakaan
Lain-lain (Algaritma,
Protokol, Prosedur,
Standing Order)
PURPURA HENOCH-SCHONLEIN
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
1 –3
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Klinis
22 Februari 2012
Definisi
Purpura Henoch Schonlein adalah sindroma klinis yang disebabkan
Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui.
Faktor-faktor yang
diduga berperanan:
infeksi traktus
Patogenesis
Deposit kompleks imun yang mengandung IgA dan aktivasi
leukositoklatik.
Bentuk Klinis
makuloeritematosa, berlanjut menjadi purpura, tanpa adanya
(Klasifikasi)
Angioedema pada muka (kelopak mata, bibir) pada 20% kasus, dan ekstremitas (punggung,
tangan, kaki) pada 40 kasus,
Artralgria atau artritis migran mengenai sendi besar ekstremitas bawah, tidak menimbulkan
deformitas yang menetap.
Nyeri abdomen dapat berupa kolik abdomen yang berat dan perdarahan gastrointestinalis pada 35-
85% kasus, kadang-kadang dapat perforasi usus dan intususepsi ileoileal atau ileokolonal
pada 2-3% kasus.
Kriteria Diagnosis Gejala klinis yang spesifik yaitu ruam purpurik pada kulit, terutama di
bokong dan ekstremitas bawah dengan satu atau lebih gejala berikut : nyeri obdema, atau
perdarahan gastrointestinalis, artralgia atau artritis dan hematuria atau nefritis.
Langkah Diagnosis :
2. Lakukan pemeriksaan
laboratorium dan penunjang
untuk
telusuri komplikasi.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorium trombosit bisa normal atau
Penunujang
meningkat, membedakan purpura yang disebabkan trombositopenia,
Tatalaksana
Suportif dan simptomatis. Kontrol nyeri dapat dengan analgesik
- maintenance predinson
100-200 mg (oral)
selang
sehari,
- Tappering off predinon 25 mg/bulan terapi selasai minimal
dalam 6 bulan.
Prognosis
Ginjal : gagal ginjal akut/kronis.
Daftar kepustakaan 1. Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008.
Leung, Donald YM, Sampson HA, Geha R. Pediatric Allergy Principles and Practice.
Pennsylvania WB Saunders. 2010.
Cassidy, Petty RE, Laxer RM. Textbook Pediatric Rheumatology. Philadelphia: Elsevier
Saunders. 2010
Lain-lain (Algaritma,
Protokol, Prosedur,
Standing Order)
ARTRITIS REUMATOID JUVENIL
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
1 –5
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Etiologi
Penyebab pasti ARJ masih belum diketahui. Beberapa faktor
Patogenesis
Patogenesis ARJ sering dikaitkan dengan imunopatogenesis
memproduksi autoantibodi
Tahap lanjut
Fase kronis, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjol
Bentuk Klinis
terbanyak pada sendi jari, biasanya simetris, dapat juga pada
(Klasifikasi)
sendi lutut, pergelangan kaki dan siku.
serositis, limpadenopati).
Kriteria Diagnosis
Sendi yang terkena artritis terasa hangat dan biasanya tidak terlihat
gejala inflamasi: gerakan sendi yang terbatas, nyeri atau sakit pada
pergerakan dan panas. Pada anak kecil yang lebih menonjol adalah
Artritis (bengkak atau efusi; adanya dua atau lebih tanda : keterbatasan gerak, nyeri sendi, dan
panas pada sendi) pada satu sendi atau lebih
Gejala klinis yang menyokong kecurigaan ARJ : kaku sendi pada pagi hari, ruam reumatoid,
demam intermiten, perikarditis, uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul reumatoid,
tenosinovitis. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan antibodi antinuklear(ANA), faktor reumatoid (RF),
serta peningkatan titer komplemen C3 dan C4.
Langkah Diagnosis :
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis ARJ semata-mata berdasarkan klinis.
Tatalaksana
Dasar pengobatan suportif bukan kuratif. Pengobatan secara terpadu untuk
mengontrol manifestasi klinis dan mencegah deformitas
dengan melibatkan dokter anak, ahli fisioterapi, latihan kerja, praktek sosial, bila perlu
konsultasi pada ahli bedah dan psikiatri. Medikamentosa :
Asam Astil Salisat (AAS) dosis 75-90 mg/kgBB/hari peroral, dibagi3-4 dosis, diberikan
bersama makanan, selama 1-2 tahun setelah gejala klinis menghilang.
AINS lain : sebagian besar tidak boleh diberikan pada anak. Pemberiannya hanya untuk
mengontrol nyeri, kekakuan dan inflamasi pada anak tertentu yang tidak responsif terhadap
AAS atau sebagai pengobatan inisial, misalnya :
Tolmetin : dosis inisial 20 mg/kgbb/hari, kemudian 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberi
bersama makanan atau antasid.
Analgesik lain : Asetaminofen dosis 10-15 mg/kgBB/kali, setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan,
jangan diberikan lebih 5 kali perhari untuk mengontrol nyeri atau demam terutama pada
penyakit sistemik (pemberian > 10 hari memerlukan pengawasan yang ketat, tidak boleh
diberikan untuk waktu lama karena dapat menimbulkan kelainan ginjal.
Obat anti rematik kerja lambat = Slow Acting Anti Rheumatic Drugs (SAARDs) hanya
diberikan pada poliartristik progresif yang tidak menunjukkan perbaikan dengan AINS,
contoh : Hidroksi klorokuin, garam emas (gold salt), Penisilamin dan sulfa salazin.
- Hidroksi klorokuin (dapat dipakai sebagai obat tambahan AINS), dosis 6-7 mg/kgBB/hari,
setelah 8 minggu turunkan jadi 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, jika setelah terapi 6 bulan
tidak ada perbaikan obat dihentikan
Garam emas bisa dipakai jika penderita tidak responsif terhadap pengobatan AAS/AINS lain
setelah 6 bulan. Pengobatan dengan AAS/AINS lain diteruskan selama
dankemudiandosisditingkatkansampai0,75-1
kemudian stop.
Obat lain
yang bisa
dipergunakan adalah
azatioprin,
siklofosfamid dan klorambusil.
Edukasi
Evaluasi luas manifestasi klinis, periksa mata, terutama pada ARJ
Indikasi Pulang
Klinis inaktif, komplikasi terdeteksi dan telah ditanggulangi
Gangguan
pertumbuhan
dan perkembangan akibat
penutupan
Komplikasi
epifisis dini.
atau fraktur.
Prognosis
70-90% sembuh tanpa kecacatan, 10% dapat terjadi cacat sampai
dewasa.
2008.
2. Behrm, N, Kliegman, Jenson. 2008. Nelson Textbook of
Protokol, Prosedur,
Standing Order)
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Kode ICD : L93.0
DEPARTEMEN IKA
(LES)
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
1
1 –4
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Definisi
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit sistemik evolutif yang
mengenai satu atau lebih organ tubuh, ditandai oleh inflamasi luas
Etiologi
Merupakan penyakit autoimun dengan berbagai faktor penyebab
dan faktor infeksi. Jika salah satu faktor tidak ada, maka penyakit
Patogenesis
Autoantibodi berikatan dengan autoantigen membentuk kompleks
di tempat tersebut.
Bentuk Klinis
sendiri atau bersama-sama. Manifestasi klinis pada masing-masing
(Klasifikasi)
Ruam berbentuk sayap kupu-kupu, (Butterfly rash) terdapat didaerah muka (eritema malar)
dapat berupa eritema simpel, atau erupsi makulopapular dengan squamasi halus berwarna
kemerahan, erupsi dapat juga mengenai cuping hidung, pangkal hidung, daerah leher atau bahu
yang terbuka, periorbita, frontal atau darah telinga luar.
Lupus diskoid
Lesi vaskulitis (berupa eritem pada tangan, edema periungual, makuloeritematosa kulit dan
pulpa jari jemari).
Erupsi populoeritematosa disseminata non spesifik terutama dianggota gerak, kulit fotosensitif,
alopesia, non sikatrik,
sindroma Raynaud.
Kelainan selaput mukosa : berupa ulserasi nasal dan oral.
aseptik.
Manifestasi hematologik
: limfadenopati superfisial atau lebih
Kriteria Diagnosis
Dasar Diagnosis:
dari :
Lupus diskoid
Fotosensitivitas
Artritis
Sitopenia
Langkah Diagnosis
Sel LE
antibodi Antinuklear (ANA)
Anti ds DNA (anti DNA natif)
Autoantibodi lain (anti SM, RF, antifosfolid, antihiston, dll)
Titer komplemen C3, C4 dan CH5O
Titer IgM, IgG dan IgA
Krioglobulin
Masa pembekuan
Uji coombs
Elekroforesis protein
Kreatin dan ureum darah
Protein urine (total protein dalam 24 jam)
Telusuri komplikasi.
Dasar Diagnosis:
Langkah Diagnosis
Sel LE
Masa pembekuan
Uji coombs
Elekroforesis protein
4. Telusuri komplikasi.
Edukasi
Awasi infeksi sekunder. Infeksi, timbul akibat efek kortikoterapi,
penyakit lupus.
Prognosis
Prognosis penyakit lupus telah membaik dengan angka survival
3. Cassidy, Petty
RE, Laxer RM. Textbook Pediatric
Rheumatology. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2010
ALERGI MAKANAN
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
6
1
1 –4
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis
22 februari 2012
Etiologi
Terdapat 3 faktor penyebab alergi makanan, yaitu:
Faktor genetik
Pajanan alergen
Dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan
Eleminasi telur, susu dan ikan pada ibu menyusui selama 3 bulan
pertama mengurangi sensitivitas selam 3 bulan berikutnya dan
menurunkan dermatitis atopik 6 bulan berikutnya.
Pajanan alergen tergantung juga pada kebiasaan dan norma
kehidupan setempat
Faktor pencetus bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya gejala alergi, dapat
berupa faktor fisik, faktor psikis atau beban latihan.
Patogenesis
Makanan merupakan pajanan alergen gangguan integritas
cepat.
1.
Reaksi hipersensitivitas tipe I fase lambat
2.
Reaksi hipersensitivitas tipe II
3.
Reaksi hipersensitivitas tipe III
4.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV
Bervariasi berdasarkan target organ:
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
o
Pada saluran cerna dapat berupa gatal pada bibir, mulut, faring,
o
Pada saluran nafas dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk
kronik berulang.
o
Pada kulit dapat berupa urtikaria, angiodema atau dermatitis
atopik.
o
Pada kardiovaskular dapat menimbulkan reaksi anafilaksis,
berupa:
(food
dependentexercise
inducedanaphylaxis)
gejala
anafilaksis timbul setelah makan suatu alergen dan kemudian diikuti latihan fisik.
Bervariasi berdasarkan target organ:
Pada saluran cerna dapat berupa gatal pada bibir, mulut, faring, sembab tenggorokkan, muntah-
muntah, nyeri perut, kembung,
o Pada saluran nafas dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk kronik berulang.
-
Kriteria Diagnosis
Dasar diagnosis
o Diagnosis alergi makanan adalah diagnosis klinis yang dibuktikan dengan eleminasi dan
provokasi makanan.
o Makanan tersangka dieleminasi selama 2-3 minggu→ hilang atau berkurang, dilakukan
provokasi makanan yang dicurigai:
Jika makanan berupa cairan/makanan lunak dapat diberikan bersama dengan cairan juice
(seperti air jeruk) atau disembunyikan dalam bubur.
Jika anak usia > 6 tahun, maka bahan makanan dihaluskan jadi bubur→ masukkan dala
dinaikkan tiap-tiap 30 menit, jika tidak ada gejala setelah dosis 8 gram berarti makanan tersebut
bukan alergen penyebab. Provokasi tidak dilakukan jika gejala yang timbul
anafilaksis dan edema laring.
Diagnosis dapat didukung melalui pemeriksaan:
Uji kulit dapat dilakukan uji gores (scratch test), uji suntik intra dermal (intra dermal test), dan
uji tusuk (prick test).
Darah tepi: eosinofil >5% atau >500/ml, cenderung alergi. Jika leukosit < 5000/ml disertai
neutropenia <30%, sering ditemukan pada alergi makanan.
Hemoglobin dan hematokrit yang rendah sering ditemui pada susu sapi.
Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik,
Eliminasi dan provokasi makanan yang dicurigai.
Pemeriksaan Penunjang
Diffrential diagnosis
-
Penyakit Infeksi pada organ yang sama
-
Penyakit Alergi karena penyebab lain.
Tatalaksana
Menghentikan makanan penyebab dan memberikan makanan
Jika terjadi sitopenia atau vaskulitis diberikan kortikosteroid, dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis. Jika klinis telah membaik ditapering secara sepat, biasanya 3 hari.
Jika terjadi asma bronkial, diberikan bronkodilator (seperti teofilin, salbutamol) SP asma
bronkial.
Anafilaksis :
Penderita dibaringkan terlentang, kepala dalam posisi ekstensi , jika perlu oksigen. Beri
adrenalin 1:1000, dosis 0,01 cc/kgBB/kali IM
Jika terjadi obstruksi jalan nafas dipasang alat nafas buatan (Gudel) atau trakeostomi. Tanda-
tanda vital dimonitor terus (TD, Nadi, RR).
Jika tidak ada perbaikan tanda-tanda vital (TD masih rendah) pasang IVFD dengan Ringer
laktat atau NaCl 0,9% atau glukosa 5%, dikocor
diberi hodrokortison 7-10 mg/kgBB I.V, dilanjutkan 5 mg/kgBB (tiap 6 jam I.V).
Pengobatan selanjutnya ditujukan pada komplikasi yang terjadi jika perlu dirawat di ICU.
Edukasi
Hindari makanan penyebab alergi
Pada alergi makanan tertentu seperti susu sapi dan telur boleh
Failure to thrive
Prognosis
o Pada prinsipnya alergi tidak dapat disembuhkan
o
Alergi
makanan yang
mulai
timbul
pada
usia 3
tahun
o
Anak
yang mengalami
alergi
pada
usia 15
tahun
keatas
Daftar kepustakaan
1.
Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi
Leung, Donald YM, Sampson HA, Geha R. Pediatric Allergy Principles and Practice.
Pennsylvania WB Saunders. 2010.
Lain-lain (Algaritma,
Protokol, Prosedur,
Standing Order)
bertambahnya usia.
ALERGI SUSU SAPI
DEPARTEMEN
IKA
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
RSMH
7
1
1 –4
PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Klinis
22 februari 2012
Definisi
gabungan keduanya
Etiologi
Protein Susu Sapi
Jumlah
Berat
residu
Protein
Konsentrasi
asam
Molekul
(Konsentrasi % protein susu)
(g/dl)
amino
(kDa)
per
molekul
Whey
β-laktoglobulin
3 –4
18,3
162
(20%)
α-laktalbumin
1 –1,5
14,2
123
(~ 5g/dl)
Immunoglobulin
0,6 –1,0
150
Casein
albumin serum
(80%)
bovin
0,1 –0,4
66,3
582
(~30g/dl)
laktoferin
0,09
76,1
703
αS1-
12 –15
23,6
199
αS2-
3 –4
25,2
207
β-
9 –11
24.0
209
κ-
3 –4
19.0
169
Patogenesis 1. Mekanisme pertahanan spesifik dan nonspesifik saluran cerna bayi belum
sempurna
Berdasarkan klasifikasi hipersensitivitas Gell dan Combs:
Bentuk Klinis
Kulit: Urtikaria/angioedema, kemerahan kulit, pruritus dan dermatitis
(Klasifikasi)
atopi.
berdarah
rinokonjungtivitis
sendiri.
Adanya gejala klinis pada kulit, saluran napas dan saluran cerna.
sapi.
alergi makanan dan alergi obat pada keluarga dan penderita sendiri.
Pemeriksaan FIsik Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan: pada kulit tampak kekeringan
kulit, urtikaria, dermatitis atopik, siemen crease, geographic tongue, mukosa hidung pucat dan
wheezing (mengi).
Diffrential
Tipe Reaksi
Gejala yang
Diagnosa Banding yang
diagnosis
muncul
dipikirkan
IgE mediated
Sistem Respirasi
Rinokonjungtivitis
Masalah pernapasan primer
Asma
Edema laring
Kulit
Dermatitis atopik
Alergi makanan
Urtikaria
Alergi lingkungan
Angioedema
Penyakit atopik primer
Gastrointestinal
Sindrom alergi
Alergi lingkungan atau
oral
makan, Infeksi, gangguan
Kolik , Diare
malrotasi, celiac disease,
cystic fibrosis
Tipe Reaksi
Gejala yang
Diagnosa Banding yang
muncul
dipikirkan
NonIgE Mediated
Pernapasan
Pulmonary
-
hemosiderosis
(Heiner Syndrome)
Kulit
Dermatitis kontak
Alergi makanan atau
Dermatitis atopik
lingkungan
Atopi primer
Refluks
Gastrointestinal
Refluks fisiologis,
gastroesofageal
pengosongan lambung
Enteropati tansien
Protein-losing
enteropathy
hiperkalsemia, Hirschprung
Sindrom
disease, hipotiroid, gangguan
enterokolitis
fungsi gastrointestinal
Kolitis
Konstipasi
Failure to thrive
Pemeriksaan
Darah tepi: hitung jenis eosinofil >3%, atau jumlah eosinofil total
Penunujang
>300/ml.
Tatalaksana Nutrisi:
Tatalaksana
- Penghindaran susu sapi harus ketat supaya toleransi dapat cepat
Diberikan susu hipoalergenik: susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino. Jika tidak tersedia /
kendala biaya maka bayi > 6 bulan dapat diberi formula kedele (jelaskan pada orang tua kemungkinan reaksi
silang).
Tatalaksana Medikamentosa:
Reaksi kulit ringan: antihistamin peroral ( hidroksin 1 mg/kg bb/kali, 2 kali sehari, atau difenhidramin 1
mg/kg bb/kali 4 kali sehari, atau golongan alkilamin seperti chlortrimeton 0,35 mg/kg bb/hari dibagi 3 dosis.
Angioedema: HCl epinefrin (adrenalin) larutan 1:1000 :0,01 cc /kg bb (maksimal 0,3 cc) subkutan, jika perlu
diulang 2 kali selang 15 menit dilanjutkan peroral.
Vaskulitis: prednison, 1-2mg/kg BB/hari. Klinis membaik kemudian ditapering off secara cepat, biasanya 3 hari
Edukasi
Hindari susu sapi penyebab alergi. Jika makan makanan jadi baca label
komposisinya
Komplikasi
o Failure to thrive
Prognosis
Baik
Daftar
Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008.
kepustakaan
2. Behrman,N, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics.
Lain-lain
(Algaritma,
Protokol,
Prosedur,
Standing Order)
ALERGI OBAT
DEPARTEMEN
IKA
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
RSMH
8
1 –3
PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Klinis
22 februari 2012
Definisi
Efek samping obat merupakan reaksi toksik dan reaksi interaksi obat
Etiologi
Reaksi
Mekanisme
Klinis
Waktu Reaksi
Patogenesis
Imun
Tipe I
Kompleks IgE-obat
Urtikaria,
Menit sampai
(diperantara
berikatandgn sel
angioedema,
jam setelah
i IgE)
mast melepaskan
bronkospasme,
paparan
histamine dan
muntah, diare,
mediator lain
anafilaksis
Tipe II
Antibodi IgM atau
Anemia
Variasi
(sitotoksik)
IgG spesifik
hemolitik,
terhadap sel hapten-
neutropenia,
obat
trombositopenia
Tipe III
Deposit jaringan
Serum sickness,
1-3 minggu
(kompleks
dari kompleks
demam, ruam,
setelah paparan
imun)
antibodi-obat
artralgia,
dengan aktivasi
limfadenopati,
komplemen
vaskulitis,
urtikaria
Tipe IV
Presentasi molekul
Dermatitis
2-7 hari setelah
(lambat,
diperantarai
oleh seluler)
pelepasan sitokin
Bentuk Klinis
Anafilaksis
(Klasifikasi)
Erupsi kulit
Kelainan
hematologic
Kelaianan
pulmonal
fibrosis paru
Kelainan hepatic
Reaksi kolestasis, destruksi hepatoseluler
Kelainan renal
sindrom nefrotik
Vaskulitis sistemik
Limfadenopati
Kriteria Diagnosis
Anamnesis :
Riwayat terapi obat sebelumnya
Pemeriksaan FIsik
Gambaran
lesi kulit, dideskripsikan secara akurat mengenai
Lesi makulopapular di jari tangan dan kaki atau distribusi serpiginosa di lateral telapak kaki
Lesi target yang terdiri dari papulaeritematosa di sentral dengan cincin di perifer yang edema dan
eritematosa menunjukkan eritema pigmentosa
Variasi lesi papul eritematosa atau area pigmentosa sampai lesi papulovesikuler bulosa atau urtikaria dapat
menunjukkan erupsi obat fikstum
Lesi papulovesikuler dan berskuama dengan adanya riwayat obat topikal dapat menunjukkan dermatitis
kontak
Ruam ekzema pada area yang terpapar matahari lebih mengarah pada reaksi fotoalergik
Diffrential
Alergi karena penyebab lain
diagnosis
Pemeriksaan
Uji in vivo
Penunujang
-
uji tusuk kulit
-
uji provokasi
Uji in vitro
Tipe I
Uji kulit, RAST, serum
Penghentian obat, epinefrin,
triaptase
antihistamin, kortikosteroid
sistemik, bronkodilator,
Tipe II
Uji Coombs direk dan
Penghentian obat,
indirek
kortikosteroid sistemik,
Tipe III
Laju endap darah, C-
Penghentian obat,
reactive protein,
antiinflamasi non-steroid,
kompleks imun,
antihistamin, atau
komplemen,
kortikosteroid sistemik atau
autoantibodi, biopsi
plasmafaresis bila berat
jaringan,
imunofluoresens
Tipe IV
Patch testing,
Penghentian obat,
pemeriksaan proliferasi
kortikosteroid topikal,
limfosit
antihistamin atau
berat
Tatalaksana
Penghentian pemakaian obat yang dicurigai menyebabkan alergi, lalu
Edukasi
Beritahukan kepada pasien untuk selalu mengingat nama obat yang
obat tersebut.
Komplikasi
Dapat terjadi perlekatan kulit, kontraktur, simblefaron, atau
Prognosis
Baik, meskipun penghentian obat telah dilakukan, namun erupsi obat
masih dapat muncul secara lambat, serta dapat memburuk.
Daftar
Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008.
kepustakaan
2. Behrman,N, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi
ke 18. Philadelphia WB Saunders Co 2008.
Leung, Donald YM, Sampson HA, Geha R. Pediatric Allergy Principles and Practice.
Pennsylvania WB Saunders. 2010.
DEPARTEMEN
IKA
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
RSMH
9
1
1 –4
PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Klinis
22 Februari 2012
Definisi
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV): adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus HIV, yang menyerang sel imun tubuh,
lentivirus. Ada 2 tipe yaitu HIV1 & HIV 2, yang walaupun strukturnya
HIV masuk sel melalui molekul CD4 pada permukaan sel seperti sel
Patogenesis
TCD4 dan sel makrofag
terjadi penurunan jumlah dan gangguan
fungsi sel TCD4 melalui efek sitopatik langsung dan efek sitopatik
tidak langsung.
- Lisis dan kematian sel TCD4 yang terjadi karena proses replikasi
virus dalam sel TCD4
- Interaksi antara molekul Gp 120 HIV dan molekul CD4 intra sel
perifer menurun
berkurang.
Cara penularan
Pada bayi dan anak, penularan HIV melalui ibu hamil yang mengidap
HIV, dapat juga terjadi intrapartum dan melalui ASI, transfusi darah
yang mengandung HIV atau produk darah yang berasal dari donor yang
Faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
- Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah
berulang-ulang
- Bayi atau anak yang terpapar denagn alat suntik/ tusuk bekas yang
tidak steril
Bentuk Klinis
Bervariasi sesuai tahapan penyakit :
(Klasifikasi)
- kategori N : asimptomatik
Kriteria Diagnosis
Dasar diagnosis
- Memantau bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HIV positif
penderita
- Pada bayi baru lahir, jika antibodi HIV positif tanpa gejala, harus
-
Diagnosis infeksi HIV pada bayi; adanya antibodi spesifik IgG
-
Pemeriksaan darah tepi : anemia, lekositopenia, limfopenia dan
trombositopenia
-
Limfosit CD4 menurun, CD8 meningkat sehingga rasio
CD4/CD8 menurun
Fungsi sel T menurun respons proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen menurun, adanya anergi.
Indikasi Rawat Penderita HIV atau AIDS dengan infeksi berat dan keganasan, untuk
mengatasi infeksi atau gejala simtomatis.
Tatalaksana
Memperbaiki kondisi penderita untuk mencegah infeksi opotunistik, mengobati infeksi
yang terjadi dan mencegah penularan infeksi HIV
Pada penderita asimtomatik, dijelaskan bahwa penyakitnya dapat menulari orang sekitarnya,
dapat berkembang menjadi berat dan juka penderita wanita dijelaskan bahwa jika hamil
kemungkinan besar anaknya akan menderita HIV juga.
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit AIDS. Vaksin untuk pencegahan juga
belum.
Bila keluarga sudah siap dan patuh belum siap, kepatuhan buruk resistensi ART
Rekomendasi ART:
Lini pertama: 2 NRTI + 1 NNRTI Zidovudin pilihan utama; bila Hb< 8 gr/dl Abacavir atau Stavudin
Evaluasi klinis (tiap bulan selama 4 bulan, kemudian per 2-3 bulan + bila ada gejala)
-
BB dan TB (tiap bulan selama 4 bulan, kemudian per 2-3
bulan)
-
Kepatuhan minum obat
Tindakan lanjut
Edukasi
Pencegahan :
Komplikasi
Komplikasi pada organ spesifik : Lymphocytic Interstitial
Prognosis
Penyakit infeksi HIV berakibat fatal, 75% meninggal dalam 3 tahun
kepustakaan
2. Behrman,N, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics.
DEPARTEMEN
IKA
No Dokumen
No.Revisi
Halaman :
RSMH
10
1
1 –4
PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek
Tanggal Revisi
Klinis
22 Februari 2012
Definisi
Reaksi alergi sistemik berat terhadap stimulus apapun, dengan onset
Etiologi
Makanan (tersering), Sengatan lebah atau serangga,Obat-obatan,Karet
lateks
Kacang tanah, Ikan laut/ sea food, Kerang, Telur, Susu sapi, Biji-
bijian
anafilaktoid:
Patogenesis
sebelumnya
membentuk IgE gE spesifik, antigen tersebut berikatan
silang dengan molekul IgE spesifik yang terikat pada sel mast dan
basofil sel mast dan basofil teraktifasi dan mengalami degranulasi
mediator yang terkandung dilepaskan pada saat degranulasi, seperti
prostaglandin dan
Leukotrin mediator ini beraksi pada reseptor
vaskuler, konstriksi otot polos dan lain-lain menyebabkan gejala
anafilaksis
Reaksi anafilaktoid
misal : - Aspirin dan NSAID reaksi terjadi karena inhibisi
siklooksigenase
- Kontras radiologi menyebabkan pelepasan
sebelumnya membentuk IgE gE spesifik, antigen tersebut berikatan
silang dengan molekul IgE spesifik yang terikat pada sel mast dan
basofil sel mast dan basofil teraktifasi dan mengalami degranulasi
mediator yang terkandung dilepaskan pada saat degranulasi, seperti
prostaglandin dan Leukotrin mediator ini beraksi pada reseptor
vaskuler, konstriksi otot polos dan lain-lain menyebabkan gejala
anafilaksis
Reaksi anafilaktoid
siklooksigenase
- Kontras radiologi menyebabkan pelepasan
Bentuk Klinis
Tergantung organ dan derajat beratnya serangan, penderita harus
(Klasifikasi)
dimonitor status respirasi dan kardiovaskuler
Kulit
Reaksi lokal
Oral
Pruritus pada bibir, lidah, palatum, edema pada bibir dan lidah, rasa seperti logam di mulut
Saluran Nafas (organ syok utama)
Laring: pruritus dan rasa sesak pada tenggorokan, disfagia, disfonia, serak, batuk kering, gatal
pada saluran telinga luar
Apabila lidah dan orofaring terkena bisa terjadi sumbatan saluran nafas atas
Kardiovaskuler
Pingsan/sinkop, nyeri dada, disritmia, hipotensi
Takikardia kompensata karena penurunan tonus pembuluh darah
Gastrointestinal
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan secara klinis, perlu dicari riwayat penggunaan
Langkah diagnosis anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik
Diffrential
Pada reaksi sistemik ringan dan sedang: urtikaria dan angioedema
diagnosis
Tatalaksana
Evaluasi segera keadaan jalan nafas dan jantung, bila pasien mengalami henti jantung-paru,
harus dilakukan resusitasi
kardiopulmoner.
Adrenalin (epinefrin)
Intubasi dan trakeostomi: bila terdapat sumbatan jalan nafas bagian atas oleh edema
Torniket: kalau anafilaksis terjadi karena suntikan pada ekstremitas atau sengatan/gigitan hewan
berbisa maka dipasang torniket proksimal di daerah suntikan atau tempat gigtan tersebut
Oksigen: diberikan pada penderita yang mengalami sianosis, sesak atau penderita dengan
mengi.
Vasopresor
Kortikosteroid, walaupun kortikosteroid tidak menolong pada penatalaksanaan akut reaksi
anafilaksis, kortikosteroid berguna untuk mencegah gejala berulang
Pengobatan suportif
Edukasi
Jelaskan pada anak agar menghindari faktor penyebab, misalnya
Prognosis
Bonam
1.
Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi anak.
Daftar
3.
Leung, Donald YM, Sampson HA, Geha R. Pediatric Allergy