Professional Documents
Culture Documents
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang
provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa
rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah,
dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
3. Pohon masalah
Resiko mencederai diri dan lingkungan, orang lain, isolasii sosial,HDR Effect
C Kekerasan
Resiko Perilaku Core problem
5. Gejala Klinis
Menurut (Lilik, 2011), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
a Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan
jalan mondar-mandir.
b Verbal : bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak,
mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata
kotor, suara keras dan ketus.
c Perilaku : melempar atau memukul benda atau orang lain,
menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain,merusak
lingkungan, dan amuk atau agresif.
d Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu,
dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
sarkasme.
f Spiritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik
pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak
perduli dan kasar.
g Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
h Perhatian: Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
- Data Mayor:
Subjektif:
1. mengatakan pernah melakukan tindakan kekerasan
2. informasi dari keluarga tindak kekerasan yang pernah
dilakukan oleh pasien
Objektif:
1. ada tanda jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
- Data Minor:
Subjektif:
1. mendengar suara-suara
2. merasa orang lain mengancam
3. menganggap orang lain jahat
Objektif:
1. Tampak tegang saat bercerita
2. Pembicaraan kasar ketika menceritakan marahnya
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes (2000), Pemeriksaan diagnostik pada pasien RPK
adalah :
a Psikoterapeutik
b Lingkungan terapeutik
c Kegiatan hidup sehari-hari
d Pendidikan kesehatan
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
Menurut Depkes (2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi,
ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi,
waham, dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada
penderita skizofrenia, mania depresif, gangguan personalitas,
psikosa involution, psikosa masa kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma
gilles de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada
gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk
dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan
berat. Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan
koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih,
gelisah.
3) Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya
gejala skizofrenia.
8. Komplikasi
Akibat perilaku kekerasan yang dilakukan oleh individu yaitu
dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya,orang lain
maupun lingkungannya,seperti menyerang orang lain,bahkan sampai
mencederai, memecah perabot, dan membakar rumah.
a. Hal-hal yang dapat dilakukan apabila Mempunyai Keluarga dengan
Perilaku kekerasan
1) Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung
potensi dan minat bakat anggota keluarga yang mengalami
perilaku kekerasansehingga diharapkan dapat meminimalisir
kejadian perilaku kekerasan.
2) Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan
pihak-pihak terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW
dalam membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi
tindakan kekerasan.
3) Mengadakan kontrol khusus dengan perawat /dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga
yang mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi
kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga terutama
orangtua.
b. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
1) Mencegah terjadinya perilaku amuk :
a) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar
anggota keluarga
b) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota
keluarga yang berada dalam kesulitan
c) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
d) Menjalin keterbukaan
e) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
f) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan
berusaha memperbaiki kekurangan tersebut
g) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi
kesempatan pada anggota keluarga untuk mengugkapkan
perasaannya untuk membantu kien dalam menyelesaikan
masalah yang konstruktif.
h) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan
minum obat anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan
mendiskusikan tentang pentingnya minum obat dalam
mempercepat penyembuhan.
i) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih di rumah sakit.
j) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan pasien untu
mengendalikan marah.
k) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan
anggota keluarga risiko pelaku kekerasan.
l) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar
meminimalisir kesempatan melakukan perilaku kekerasan
2) Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan pasien :
a) Menarik nafas dalam
b) Memukul-mukul bantal
c) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan pasien
mengucapkan apa yang tidak disukai pasien
d) Melakukan kegiatan keagamaan seperti sembahyang.
e) Mendampingi pasien dalam minum obat secara teratur.
3) Bila Pasien dalam PK
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk
membantu membawa pasien ke rumah sakit jiwa terdekat.
Sebelum dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri pasien
dan penolong.
b. Faktor Fisik
1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, diagnosa medis, pendidikan, dan
pekerjaan.
2) Keturunan
Apakah keluarga memiliki penyakit yang sama dengan pasien.
3) Proses Psikologis
a) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah pasien pernah merasa sakit/kecelakaan, apakah sakit
tersebut mendadak/menahun dan meninggalkan cacat.
b) Makan minum pasien
c) Istirahat tidur
d) Pola BAB/BAK
e) Latihan
f) Pemeriksaan Fisik
Fungsi sistem : pernapasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
genitourinary, integument, paru udara.
Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, faktor tubuh
(kaku, lemah, rileks, lemas).
4) Faktor Emosional (pasien merasa tidak aman, merasa terganggu,
dendam, jengkel).
5) Faktor Mental (cenderung mendominasi, cerewet, kasar,
meremehkan, dan suka berdebat)
6) Latihan (menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran).
4. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas
pasien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah di rencanakan, perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan
kondisi pasien pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya
antara perawat dengan pasien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan.
Pasien Keluarga
SP 1. SP 1.
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan 1. Mengidentifikasi masalah yang
gejala serta akibat perilaku kekerasan. dirasakan keluarga dalam merawat
2. Melatih cara fisik 1 : tarik nafas pasien.
dalam. 2. Menjelaskan tentang perilaku
3. Memasukan dalam jadwal harian kekerasan :
pasien. a. Penyebab.
b. Akibat.
c. Cara merawat.
3. Melatih cara merawat.
4. RTL keluarga / jadwal untuk
merawat pasien.
SP 2. SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (
1 ). SP 1 ).
2. Melatih cara fisik 2 : pukul kasur / 2. Melatih ( simulasi ) 2 cara lain
bantal. untuk merawat pasien.
3. Memasukan dalam jadwal harian 3. Melatih langsung ke pasien.
pasien. 4. RTL keluarga / jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
SP 3. SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2.
1 dan SP 2 ). 2. Melatih langsung ke pasien.
2. Melatih secara sosial / verbal. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga
3. Menolak dengan baik. untuk merawat pasien.
4. Meminta dengan baik.
5. Mengungkapkan dengan baik.
6. Memasukan dalam jadwal harian
pasien.
SP 4. SP 4.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1. Mengevaluasi SP 1, 2, & 3.
1, 2 & 3 ). 2. Melatih langsung ke pasien.
2.Melatih secara spiritual. 3. RTL keluarga.
a. Berdoa. a. Follow Up.
b. Sembahyang. b. Rujukan.
3. Memasukan dalam jadwal harian
pasien.
SP 5.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP
1, 2, 3, & 4 ).
2. Melatih patuh obat :
a. Meminum obat secara teratur dengan
prinsip 5B.
b. Menyusun jadwal minum obat secara
teratur.
3. Memasukan dalam jadwal harian
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon
pasien dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil evaluasi yang
diharapkan adalah:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan yang dilakukakannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
g. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
DAFTAR PUSTAKA
Nama Pembimbing / CT :