You are on page 1of 11

AGAMA

“ KELAHIRAN ATAU PERSALINAN MENURUT AGAMA”

DOSEN PENGAMPU :

DR.NOOR RACHMAT,MA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. FARIDAH SITI MUQLIAROH


2. GABRIELIYA SABATINI
3. GADIS SEPTIANI WULANDARI
4. GIBRALTAR JALA AMAZONA
5. HAINA RAESITA
6. HANA AYAKEDING
7. HAURA ZAHRA
8. ILIZA FITRIA
9. IRMA AYU WIJAYANTI
10. ISTARIL JANNAH

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

AKADEMI KEBIDANAN RSPAD GATOT SOEBROTO


Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KELAHIRAN ATAU PERSALINAN MENURUT AGAMA”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas Makalah Agama Akademi
Kebidanan RSPAD GATOT SOEBROTO.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar selanjutnya menjadi lebih
baik. Harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................
C. TUJUAN........................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN
B. MASA KEHAMILAN.................................................................................................
1. Memberikan Perhatian sepenuhnya saat istri hamil.....................................................
2. Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami.........................................
3. Wanita Hamil Berhak Atas Nafkah yang Memadai (Memenuhi Syarat Kesehatan dan
Gizi)........................................................................................................................................
C. TANDA-TANDA PERSALINAN.................................................................................
D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN..................
E. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM...........................................................................
1. Anak-anak berhak atas nafkah yang ma’ruf (baik secara kesehatan dan sosial)...........

BAB III

PENUTUP............................................................................................................................
KESIMPULAN....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama minggu akhir kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami perubahan yang
mempersiapkan diri ibu untuk menghadapi persalinan dan memberi makan bayi. Payu dara
akan memproduksi banyak kolostrum. Rahim akan menjadi ebih sensitif dan berkontraksi
lebih sering, baik spontan atau sebagai respon terhadap aktivitas dan gangguan ringan seperti
gangguan berjalan, bersin dan benturan pada perut.

Sebelum persalinan dimulai leher rahim akan melebar 1 atau 2 cm (atau bahkan lebih jika
ibu hamil sudah pernah melahirkan). Jaringan ikat dan tulen rawan pada panggul akan rileks,
memungkinkan gerakan sendi yang lebih besar. Agar tulang pinggul terbuka selama
persalinan dan kelahiran untuk memberi bayi ruang lebih banyak pada jalan lahir. Pada saat
bersamaan, sekresi vagina meningkat dan jaringan dinding vagina menjadi lebih elastis.

Kesiapan bayi ibu untuk hidup diluar tubuh ibu bertepatan dengan kemampuannya
memperproduksi berbagai substansi yang akan memberi umpan balik pada peredaran darah
ibu dan mempermainkan peran penting dalam memicu perubahan yang mengawali
persalinan. Kesiapan ibu sendiri baik secara fisik maupun emosional untuk menghadpi
persalinan juga penting. Biasanya, saat waktu yang tepat ibu maupun bayi tiba, persalinan
akan dimulai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian kehamilan dan persalinan ?
2. Bagaimana masa melahirkan?
3. Bagaimana tanda- tanda persalinan?
4. Bagaimana pandangan islam tentang kehamilan dan persalinan ?
5. Bagaimana hak- hak dalam islam

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kehamilan dan persalinan
2. Untuk mengetahui masa kelahiran
3. Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan
4. Untuk mengetahui pandangan islam tentang kehamilan dan persalinan
5. Untuk mengetahui hak-hak anak dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan dan persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersamaan keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita janin yang tumbuh didalamnya.
Kehamilan juga bisa diartikan proses reproduksi yang memerlukan perawatan secara khusus
agar berlangsung dengan baik.
Persalinan adalah proses membuka menipis nya serviks, dan janin turun kedalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin ktuban di dorong keluar melalui jalan lahir.

Kehamilan dan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakan kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

B. MASA KEHAMILAN
1. Memberikan Perhatian sepenuhnya saat istri hamil
Seorang suami wajib memberikan perhatian yang lebih terhadap istrinya yang mulai
menunjukkan kehamilannya.

Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya
dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan
(beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon
kepada allah, tuhan mereka (seraya berkata), “Jika engkau memberi anak kami yang shaleh,
tentunya kami akan selalu bersyukur.” (surah Al-A’raf : 189)
2. Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami
Wanita berhak mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan yang berkaitan
dengan fungsi reproduksinya. Hak ini mutlak mengingat resiko yang sangat besar bagi kaum
ibu dalam menjalankan fungsi reproduksinya. Mulai dari menstruasi, berhubungan seks,
mengandung, melahirkan maupun menyusui.

Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak mendapatkan berbagai
perlindungan dari suaminya. Islam telah menempatkan laki-laki (suami) sebagai pemimpin
dan pelindng dalam rumah tangga:

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan yang shaleh
adalah mereka yang taat (kepada Allah SWt) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada,
karena allah telah menjaga (mereka) (QS:An-Nisa : 34)
Sebagai pemimpin tentu saja seorang suami harus bertanggung jawab atas
keselamatan istrinya. Terutama ketika wanita dalam masa kehamilan yang menyebabkan
dirinya lemah dan semakin lemah secara fisik.

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-


tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun……… (S.Luqman;14)

Perlindungan yang diberikan suami kepada istrinya meliputi berbagai aspek.


Perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga dengan tidak memperlakukan istri dengan
cara kasar. Perlindungan dari kelaparan, perlindungan dari penyakit dan lain-lain.

3. Wanita Hamil Berhak Atas Nafkah yang Memadai (Memenuhi Syarat Kesehatan dan
Gizi).
Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membutuhkan makanan dengan
gizi yang cukup.Bahkan dianjurkan seorang ibu hamil untuk makan dua kali lebih banyak
dari biasanya. Dalam hal ini Islam telah mewajibkan sang suami untuk memberikan nafkah
yang layak dan memnuhi standar gizi sesuai dengan kemampuan suami itu sendiri.

Artinya: “ Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut


kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi dari harta yang
diberikan Allah kepadanya.(QS:At-Talaq: 7)

Bagi suami yang memiliki kemampuan secara ekonomi tidak boleh berlaku pelit atas istrinya.
Allah swt telah menegaskan supaya mereka memberikan nafkah sesuai dengan
kemampuannya..
C. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda-tanda persalinan menjadi 3 kategori yaitu tanda kemungkinan persalinan, tanda
awal bersalin dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami semua persalinan
itu atau sebagian.
Tanda kemungkinan persalinan :
1. Sakit pinggang
2. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan hilang timbul tiba-tiba
3. Kram pada perut bagian bawah
4. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman dipaha.
5. Tinja yang lunak
6. Buang air beberapa kali dan beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut dan gangguan
pencernaan.
7. Desakan untuk berbenah
8. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak aktivitas dan
keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN


1. Kehamilan
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada juga
perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan berkembang
dari masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam berketurunan adalah
dengan cara berhubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah
mulia dan ikatan suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah
dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui
hal tersebut.

Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan
darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan
…”(QS. Ar-rum: 30)

Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat meningkatkan
rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya. Kelahiran anak melewati proses
yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu menunggu kelahiran buah hatinya dengan
penuh harap dan bahagia. Proses keibuan pun tumbuh secara alami di samping harus aktifitas
sehari-hari. Secara tak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya selama
proses kehamilan berlangsung.

Kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya, tonggak awal dari
keharmonisan rumah tangga. Anak tumbuh sehat dan penuh perhatian dari kedua orang
tuanya. Kasih sayang itulah kunci dari keharmonisan rumah tangga. Menjadikan sebuah
keluarga kokoh dan bahagia. Selain itu, kasih sayang itu sendiri merupakan anugerah Sang
Pencipta.

Allah SWT berfirman:

Artinya:” Di antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah dijadikan bagimu pasangan


dari golongan kamu sendiri, supaya kamu merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antara kamu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum:……..)
Kasih sayang itu pulalah yang membuat anak tidak dapat melupakan kedua orang
tuanya. Bahkan ketika mereka meninggal dunia sekalipun. Sebagai rasa bakti anak kepada
orang tua Islam menganjurkan mereka untuk selalu berdoa:

Artinya: “ Ya Allah, ampunilah dosa ku dan dosa kedua orang tuaku, sebagaimana
mereka telah mendidikku di waktu kecil.”

2. Persalinan
Dalam rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian
manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah
penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan
lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Pelayanan dasar yang ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan
pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus
beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih
lengkap seperti di rumah sakit. Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan
sarana transportasi.
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup. Menurut survei kesehatan dan rumah tangga 2001 penyebab langsung
kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan
yaitu pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium (8%), partus
macet (5%), abortus (5%), dan lain-lain.
Oleh karena itu pelayanan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan
persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Quran mengabdikan
perjuangan ibu selama kehamilan, “ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah
dan bertambah-tambah....”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui
sabda Rasulullah SAW yang artinya, “..... wanita yang meninggal karena melahirkan adalah
syahid....”(H.R. Ahmad).
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada khalifah sebagai pemimpin
umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayan bersalin (atenatal, bersalin dan nifas)
berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis.
Bila keuangan negara tidak cukup, maka khalifah akan menarik sejumlah uang dari
orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu
pada 3 prinsip dasar:
1. Kesederhanaan aturan
2. Kecepatan pelayanan
3. Standar layanan bersalin berkualitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk
tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata
diseluruh wilayah negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (rumah
sakit). Dalam ranah fiqih, menjadi tenaga medis (dokter kandungan, bidan, dan perawat)
adalah fardhu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi
tersebut. Karena itu negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk
menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat.
Dalam sejarah masa keemasan Islam layanan bersalin yang memadai dari banyaknya
rumah sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga
pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan ruang
untuk bersalin. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan oleh negara yang
menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua itu benar-benar
direalisasikan secara nyata.
Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping
didirikan rumah sakit terbesar dikota Baghdad, dan beberapa rumah sakit kecil, juga didirikan
rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah pendidikan kebidanan.
Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawih
yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhalifahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses
(permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikam problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang
terkait, baik medis maupun non medis, dan termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara
merata.
E. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM

1. Anak-anak berhak atas nafkah yang ma’ruf (baik secara kesehatan dan sosial)
Dalam Islam nafkah kepada anak telah ditegaskan pada beberapa tempat dalam Al Quran:
a. Air Susu Ibu (ASI)
Merupakan makanan pokok dan paling bagus bagi anak terutama ketika hari-hari pertama
kelahirannya, Islam telah menegaskan kepada orang tua agar memberi ASI yang cukup
kepada anaknya hingga usia 2 tahun:
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Seorang ibu mengandung anak dan menyapi (memberikan air susu) kepada
anaknya selama 30 bulan (Q.S. Ahqaf: 15)
Dalam ayat diatas disebutkan masa 30 bulan diperlukan seorang ibu daam mengandung
anak dan menyusuinya.
Ayat ini juga bisa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan diantara suami istri jika
ternyata seorang istri melahirkan pada usia kandungan 6 bulan sejak pertama kali
berhubungan intim, dalam keadaan seperti ini seorang suami tidak boleh menuduh istrinya
telah berhubungan intim sebelumnya dengan orang lain, karena usia kandungan 6 bulan
tersebut diakui keberadaannya didalam agama islam.
b. Makanan yang cukup
Disamping ASI seorang anak membutuhkan makanan tambahan seiring dengan
bertambahnya usia. Orang tua harus menyediakan makanan yang cukup dan bergizi supaya
anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Dalam masalah nafkah islam memberika tanggung
jawab tersebut kepada suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga, firman Allah SWT:
Artinya: ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian dengan ma’ruf (Q.S Al
Baqarah 233)
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus memberikan kepada istrinya, tetapi
sebenarnya secara tersirat dapat dikatakan bahwa memberikan nafkah kepada istri pasti juga
akan ikut dimakan oleh anak terutama yang masih bayi. Ma’ruf dalam ayat diatas berarti
layak dan sesuai dengan kemampuan, jika seorang ayah mempunyai kemampuan dibidang
ekonomi maka ia harus memberikan nafkah berupa makanan kepada anaknya dengan standar
yang sesuai dengan penghasilannya, demikian juga dengan yang miskin, akan memberikan
nafkah sesuai kemampuannya.
c. Pakaian yang layak
Disamping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan sehari-hari seperti
pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa rentan terhadap berbagai
penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan menjaga kesehatan pakaian yang digunakan
bayi sangat penting dalam menjaga kesehatan anak tersebut, dalam hal ini Al Qur’an telah
mewajibkan orang tua supaya memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik
(ma’ruf).
d. Tempat tinggal yang memadai
Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan bersih sesuai dengan
kemampuan seorang ayah, islam mengakui kesederhanaan dalam hidup tetapi sederhana tidak
identik dengan kumuh dan jorok. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: kebersihan adalah bagian dari iman
Allah SWT berfirman:
Artinya: tempatkan mereka di tempat tinggal yang kamu tempati.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Kami bersedia menerima kritikan, saran, dan masukan dari semua pihak
untuk perbaikanya makalah ini.

KESIMPULAN

Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh
menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan dengan memberikan
anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan
merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan
keselamatanibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang
wanitameninggal dunia ketika hamil atau melahirkan. Dari rahim seorang ibu akan lahir
generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun peradaban.
Mengingat persaalinan dan masa nifas sasngatlah penting, maka ketersediaan layanan
berkualitas dan terjangkau bagi se;uruh lapisan lapisan masyarakat merupakan kebutuhan
mendasar yang harus dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Suryati, Y. 2010. Makalah Persalinan dalam Agama Islam.

http:// www.ibudanbalita.net //. Makalahpersalinandalamagamaislam.com. Diakses 29


November 2014 jam 13.00 WIB.

Dwijayanti, M.R. 2012. Topik Kehamilan. http://www.vemale.topikkehamilan.com. Diakses


27 November 2014 jam

You might also like