Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
III.1 Analisa Perhitungan Rangka Atap Baja Terminal Penumpang Sorong 30-39
BAB V . LAMPIRAN 97
Blue Print Gambar Kerja (Shop Drawing) Gedung Terminal Penumpang Sorong 102-111
1
BAB I
TINJAUAN UMUM
Analisa dan desain struktur rangka atap baja baru yang dibuat dengan membongkar struktur
atap yang lama, kemudian ditinjau kelayakan struktur gedung eksisting terhadap balok dan
kolom beton untuk memeriksa apakah masih aman atau tidak dengan menggunakan SAP
2000 V14.
I.2 Perhitungan dengan SAP 2000
Program komputer rekayasa (SAP2000, GT-Strudl, ANSYS, dll) berbeda dengan program
komputer umum (EXCEL, AutoCAD, Words, dll) , karena pengguna dituntut untuk
memahami latar belakang metoda maupun batasan dari program tersebut. Developer
program secara tegas menyatakan tidak mau bertanggung jawab untuk setiap kesalahan
yang timbul dari pemakaian program. Umumnya manual yang melengkapi program cukup
lengkap , bahkan terlalu lengkap (baca: sangat tebal) sedangkan semakin hari program yang
dibuat menjadi semakin mudah digunakan tanpa harus membaca manual maka mempelajari
secara mendalam materi manual program sering terabaikan.
b. Baja profil
Digunakan baja BJ 50
Tabel 2.1 Tegangan Putus dan Tegangan Leleh Baja
2
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Kuat tekan beton K-225 atau 225x0.83/10 = 18.675 Mpa (asumsi, seharusnya
menggunakan uji hammer tes ataupun core drill agar mendekati estimasi
yang aktual dilapangan)
Tegangan Karakteristik : f’c = 19 Mpa
Modulus Elastisitas : Ec = 24860 Mpa
Tulangan Utama : fy = 420 MPa Es = 200000 MPa
Tul. Sengkang : fy = 420 MPa Es = 200000 Mpa
Ukuran balok dan kolom diambil dari pengukuran aktual dilapangan dimana ukuran
kolom lantai 1 dan 2 adalah 300 x 500 mm, kolom bulat diameter 500 mm dan ditengah
kolom diameter 700 mm sedangkan balok lantai 1 dan 2 adalah 250x350 mm, 250x600
mm, 300x600 mm dan 300x700 mm dan tebal plat beton lantai 1 dan 2 adalah 12 cm
3
I.4 Pembebanan
Beban-beban yang digunakan pada desain yaitu :
Pf = ƛ.l.gf/4
Diketahui :
ƛ=2m
l = 3,5 m
gf = 6.6 kg/m2 (berat GRC tebal 6 mm per m2, gantungan plafon, ME dan yang
lainnya)
4
Gambar Analisa Beban Plafon (3D)
5
Gambar Analisa Beban Plafond (potongan)
6
I. 4.1.3. Beban mati tambahan (SIDL) terdiri dari ME, keramik, spesi semen, dll :
lantai 1 dan lantai 2, SIDL = 175 kg/m2
8
I.4.1.1 Beban Dinding
Beban dinding ½ bata adalah 250 kg/m2
Untuk Lantai 1 tinggi 4 m menjadi 250 kg/m2 x 4 m = 1000 kg/m’ (beban garis)
dan untuk lantai 2 tinggi 4.85 m menjadi 250 kg/m2 x 4,85 m = 1212,5 kg/m’
(beban garis) dan untuk balkon tinggi 1,25 m menjadi 250 kg/m2 x 1,25 m =
312,5 kg/m’ dan elevasi 8,85 m tinggi 0,5 m menjadi 250 kg/m2 x 0,5 m = 125
kg/m’.
9
I.4.2. Beban Hidup (LL)
Beban hidup dinyatakan dengan beban LL = 50 kg pada setiap tiga titik buhul (rangka
Kuda – kuda) dimana diasumsikan beban hidup waktu pemasangan dan perbaikan atap.
Dan beban hidup untuk lantai Lantai 1 dan 2 ada;ah 250 kg/m2.
10
Gambar Analisa Beban Hidup Atap 3 D
11
Gambar Analisa Beban Hidup 3D
12
I.4.3. Beban Angin
Beban angin yang digunakan adalah 40 kg/m2 yang bekerja berlawanan dengan atap
yang bersebelahan atau atap (hisap dan tekan) pada permukaan, dimana diasumsikan
daerah tersebut jaraknya kurang dari 5 km dari laut.
13
Gambar Analisa Beban Angin Atap 3D
14
I.4.4 Beban Gempa ( Earthquake Load )
Sorong termasuk dalam zona gempa wilayah 4.Besarnya beban gempa dasar nominal
horizontal akibat gempa menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Rumah dan Gedung (SNI– 1726 – 1998 ), dinyatakan sebagai berikut :
C ⋅I
V= R Wt ……………………………………………………………………….. 2.1
dimana :
V = beban gempa dasar nominal (beban gempa rencana)
W
t = kombinasi dari beban mati dan beban hidup vertikal yang direduksi
C = faktor respons gempa, yang besarnya tergantung dari jenis tanah dasar (Tabel 2.1)
dan waktu getar struktur (Gambar2.1)
Karena besarnya beban gempa sangat dipengaruhi oleh berat dari struktur
bangunan, maka perlu dihitung berat dari masing-masing lantai bangunan. Berat
dari bangunan dapat berupa beban mati yang terdiri dari berat sendiri material-
material konstruksi dan elemen-elemen struktur, serta beban hidup yang
diakibatkan oleh hunian atau penggunaan bangunan. Karena kemungkinan
terjadinya gempa bersamaan dengan beban hidup yang bekerja penuh pada
bangunan adalah kecil, maka beban hidup yang bekerja dapat direduksi besarnya.
Berdasarkan standar pembebanan yang berlaku di Indonesia, untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa pada struktur bangunan gedung, beban
hidup yang bekerja dapat dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,3.
15
I.4.4.2 Jenis tanah dasar
Untuk menentukan harga c harus diketahui terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur
bangunan berdiri. Untuk menentukan jenis tanah menggunakan rumus tegangan geser
tanah sebagai berikut :
τ = c + ∑ σ i tg φ ………………………..……………………...…………… 2.2
σ I = γ i . hi ………………………………………………………………………... 2.3
dimana :
2
τ = tegangan geser tanah (kg / cm )
c = nilai kohesi tanah pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau
2
σ i = tegangan normal masing – masing lapisan tanah (kg / cm )
3
γi = berat jenis masing – masing lapisan tanah (kg / cm )
h i = tebal masing – masing lapisan tanah (cm)
φ = sudut geser pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau.
Kedalaman minimal untuk menentukan jenis tanah adalah 5 meter. Ada tiga jenis tanah
untuk menentukan nilai c tersebut, yaitu seperti yang tertetara dalam tabel 2.1.
16
I.4.4.3 Faktor respons gempa (C)
Setelah dihitung waktu getar dari struktur bangunan pada arah-X (Tx) dan arah-Y (Ty),
maka harga dari Faktor Respons Gempa (C) dapat ditentukan dari Diagram spektrum
respons gempa rencana.
I = I1 I2 ...................................................................................................................... 2.4
Dimana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan
dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung.
Sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari gedung
tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 2.2
17
Gambar 2.8 Spektrum respons untuk masing-masing daerah gempa
18
Besarnya beban gempa rencana yang direncanakan untuk berbagai kategori bangunan
gedung, tergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur bangunan selama
umur rencana yang diharapkan. Karena gedung perkantoran merupakan bangunan yang
memiliki fungsi biasa, serta dengan asumsi probabilitas terjadinya gempa tersebut
selama kurun waktu umur rencana gedung adalah 10%, maka berlaku I1 = 1,0.
Gedung-gedung dengan jumlah tingkat sampai 10, karena berbagai alasan dan tujuan
pada umumnya mempunyai umur kurang dari 50 tahun, sehingga I2 < 1 karena periode
ulang gempa tersebut adalah kurang dari 500 tahun. Gedung-gedung dengan jumlah
tingkat lebih dari 30, monumen dan bangunan monumental, mempunyai masa layan yang
panjang, bahkan harus dilestarikan untuk generasi yang akan datang, sehingga I2 > 1
karena periode ulang gempa tersebut adalah lebih dari 500 tahun. Pada contoh ini,
bangunan perkantoran direncanakan mempunyai umur rencana 50 tahun, dengan
demikian I2 = 1. Untuk bangunan gedung perkantoran dari Tabel 2.2 didapatkan harga I
= 1.
Tabel 2.2 Faktor keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
Faktor Keutamaan
Kategori gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
1,4 1,0 1,4
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan 1,6 1,0 1,6
beracun.
Cerobong, tangki di atas menara 1.5 1,0 1,5
Sumber : Himawan – SNI Gempa 2003 : Beben Gempa Pada Bangunan Gedung hal 9
19
I.4.4.5 Faktor reduksi gempa (R)
Jika Ve adalah pembebanan maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat
diserap oleh struktur bangunan gedung yang bersifat elastik penuh dalam kondisi di
ambang keruntuhan, dan Vn adalah pembebanan gempa nominal akibat pengaruh
gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan struktur bangunan gedung,
maka berlaku hubungan sebagai berikut :
V e
Vn = R ……………………………………………………………………………. 2.5
R disebut Faktor Reduksi Gempa yang besarnya dapat ditentukan menurut persamaan:
Pada persamaan di atas, f1 adalah Faktor Kuat Lebih Beban dan Bahan yang
terkandung di dalam sistem struktur dan µ (mu) adalah Faktor Daktilitas Struktur
bangunan gedung. Faktor Daktilitas Struktur adalah perbandingan atau rasio antara
simpangan maksimum dari struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat
mencapai kondisinya di ambang keruntuhan, dengan simpangan struktur gedung pada
saat terjadinya pelelehan yang pertama pada elemen struktur. Rm adalah Faktor
Reduksi Gempa Maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang
bersangkutan. Pada Tabel 2.3 dicantumkan nilai R untuk berbagai nilai µ yang
bersangkutan, dengan ketentuan bahwa nilai µ dan R tidak dapat melampaui nilai
maksimumnya.
20
Tabel 2.3 Parameter daktilitas struktur gedung
Sumber : Himawan – SNI Gempa 2003 : Beben Gempa Pada Bangunan Gedung hal 10
kebutuhan, tetapi harganya tidak boleh diambil lebih besar dari nilai Faktor Daktilitas10
21
Secara lebih detail, pembebanan gempa pada struktur diatur dalam SNI 1926-2002.
Gaya gempa merupakan gaya inersia pada struktur yang bergantung pada massa
struktur dan percepatan tanah yang bekerja pada struktur (Ingat Hukum Newton II, F
= m.a ). Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 diatur
mengenai reduksi beban hidup yang digunakan sebagai sumber massa gempa sebagai
berikut :
Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mengaktifkan beban
gempa, maka harus dibuat terlebih dahulu load case dari beban tersebut. Beban
gempa dibagi menjadi dua, yaitu beban gempa EX (arah utama sumbu X koordinat
global) dan beban gempa EY (arah utama sumbu Y koordinat global). Load case
untuk gempa arah X sebagai berikut :
22
Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam koordinat
global. Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan struktur (gedung
parkir, I = 1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2) dan R adalah faktor
reduksi gaya gempa (Struktur Rangka Pemikul Momen Menegah, maks nilai R = 5,5).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai ordinat respon spektrum SNI
1726-2002 merupakan nilai pseudo percepatan struktur (Sa) yang telah
dinormalisasi dalam satuan g. Untuk menjadikannya komponen dari gaya luar yang
bekerja pada struktur maka nilai C harus dikalikan satuan gravitasi. Nilai I/R
merupakan nilai modifikasi berdasarkan peraturan kegempaan Indonesia. Untuk
semua mode, redaman diasumsikan memiliki nilai konstan yaitu 5 %.
23
I.5 Kombinasi Pembebanan
DCON1 = 1.4(Dead+Plafond+ Dinding)
DCON2 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding)+1.6LL
DCON3 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) + 1.6Wind+LL
DCON4 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) – 1.6Wind+LL
DCON5 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) + 0.8Wind
DCON6 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) - 0.8Wind
DCON7 = 0.9(Dead+Plafond+ Dinding) + 1.6Wind
DCON8 = 0.9(Dead+Plafond+ Dinding) - 1.6Wind
DCON9 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) + LL + Ex
DCON10 = 1.2(Dead+Plafond+ Dinding) + LL + Ey
DCON11 = 0.9(Dead+Plafond+ Dinding) + LL + Ex
DCON12 = 0.9(Dead+Plafond+ Dinding) + LL + Ey
24
BAB II.
PROSEDURE PERENCANAAN
Program SAP2000 menyediakan fitur dan modul terintegrasi yang lengkap untuk desain struktur
baja dan beton bertulang. Pengguna diberi kemudahan untuk membuat, menganalisis, dan
memodifikasi model struktur yang direncanakan dengan memakai user interface yang sama.
Dalam lingkungan pemakaian yang interaktif maka dapat dievalusi penampang struktur
berdasarkan design-code internasional seperti: U.S.A (ACI 1999, AASHTO 1997), Canadian
(CSA 1994), British (BSI 1989), European (CEN 1992), dan New Zealand (NZS 3101-95).
Fasilitas perancangan berdasarkan design-code yang baku ternyata tidak terlalu kaku karena
pengguna mempunyai peluang untuk merubah parameter-parameter tertentu untuk disesuaikan
dengan peraturan perencanaan lokal. Sebagai contoh, telah diketahui bahwa peraturan
perencanaan beton yang digunakan di Indonesia merupakan derivasi dari ACI 1989 sehingga
dengan sedikit penyesuaian.
SAP2000 dapat digunakan untuk perancangan struktur beton bertulang berdasar
peraturan Indonesia (SK SNI T-15-1991-03).
II.2 Identifikasi elemen Balok dan Kolom
Program SAP2000 adalah program analisa struktur yang didasarkan dari metode elemen hingga ,
dalam hal tersebut struktur balok atau kolom diidealisaikan sebagai elemen FRAME. Tetapi
dalam desain, penampang balok memerlukan tahapan yang berbeda dari penampang kolom
sehingga pada saat pemasukan data untuk frame section perlu informasi khusus apakah
penampang tersebut digolongkan sebagai balok atau sebagai kolom.
25
Catatan : elemen balok jika hanya menerima lentur dan geser, sedangkan
kolom adalah balok yang menerima gaya aksial yang signifikan, yaitu
jika gaya aksial ultimate >> 0.1f’c Ag (ACI 10.3.3)
Dalam mendesain tulangan lentur sumbu mayor, tahapan yang dilakukan adalah mencari momen
terfaktor maksimum (untuk kombinasi beban lebih dari satu) dan menghitung kebutuhan tulangan
lenturnya. Penampang balok didesain terhadap momen positif Mu+ dan momen negatif Mu-
maksimum dari hasil momen terfaktor envelopes yang diperoleh dari semua kombinasi
pembebanan yang ada. Momen negatif pada balok menghasilkan tulangan atas, dalam kasus
tersebut maka balok selalu dianggap sebagai penampang persegi. Momen positif balok
menghasilkan tulangan bawah, dalam hal tersebut balok dapat direncanakan sebagai penampang
persegi atau penampang balok-T.
26
Untuk perencanaan tulangan lentur, pertama-tama balok dianggap sebagai penampang
tulangan tunggal, jika penampang tidak mencukupi maka tulangan desak ditambahkan
sampai pada batas tertentu.
Dalam perancangan tulangan geser , tahapannya meliputi perhitungan gaya geser yang
dapat ditahan beton Vc, kemudian menghitung nilai Vs yaitu gaya geser yang harus
dipikul oleh tulangan baja dan selanjutnya jumlah tulangan geser (sengkang) dapat
ditampilkan.
Perencanaan struktur tahan gempa memerlukan persyaratan tertentu dan hal tersebut tetap
dapat dilakukan SAP2000 jika memakai Code ACI, Canadian, atau New Zealand.
II.3.2Tahapan Desain
Perancangan balok lentur dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
Menentukan Momen Terfaktor Maksimum
Momen terfaktor maksimum untuk tulangan
lentur maupun gaya geser terfaktor untuk
sengkang / tulangan geser diperoleh dari
berbagai kombinasi pembebanan (Load
Combination) dari hasil kombinasi Load
Case yang dikalikan dengan faktor beban
sesuai dengan peraturan perencanaan yang
digunakan.
Menu di samping dapat diakses dari : Define
– Load Combination – Add New Combo.
Agar dapat dikombinasi, jangan lupa
mendefinisikan terlebih dahulu Load Case
dengan cara : Define – Static Load Case –
Gambar 2. Menu Kombinasi Beban Add New Load.
27
Gambar 4. Mendefinisikan Penampang Balok T
Menu diatas dapat diakses dari : Define – Frame Sections – Add Tee. Untuk penampang
kotak maupun lingkaran cara mendefinisikan sama hanya pilihan terakhirnya adalah Add
Rectangular dan Add Circle.
Informasi data untuk penulangan pada kotak dialog di atas akan ditampilkan dipojok kiri
bawah jika material yang dipilih adalah CONC (concrete) . Data material untuk concrete
secara default sudah disediakan oleh program, tetapi tentu saja perlu disesuaikan dengan
mutu beton / baja tulangan yang digunakan, untuk itu digunakan menu : Define – Material –
CONC – Modify / Show Material.
Catatan : jangan lupa Satuan Unit yang digunakan, yang terlihat pada bagian pojok kanan
bawah dari tampilan program SAP2000.
Selanjutnya penampang dihitung sebagai penampang tulangan tunggal, tetapi jika ternyata
tidak mencukupi (over-reinforced section) maka program akan mencoba menambahkan
Karena peraturan di Indonesia (SK SNI T-15-1991-03) mengacu peraturan Amerika (ACI
318-89) maka detail perhitungan yang dilakukan program mirip dengan perencanaan umum
yang berlaku di Indonesia. Meskipun demikian tentu saja ada perbedaan yaitu pada faktor
beban (dapat dirubah pada saat memasukkan beban kombinasi) dan faktor reduksi
28
kekuatan harus disesuaikan .
Faktor reduksi kekuatan dapat diubah melalui menu : Option – Preferences – Concrete
– Strength Reduction Factor seperti berikut:
Dengan cara yang sama seperti diatas untuk elemen baja profil maupun pipa baja.
29
BAB III
Metode Analisa dan Perhitungan.
Metode analisa dan perhitungan memakai SAP 2000, dimana akan diverifikasi struktur
atap rangka baja baru terhadap struktur beton gedung eksisting apakah masih layak atau
tidak.
Mula – mula dibuat pemodelan struktur dengan SAP 2000 dengan memakai beban yang
telah disebutkan diatas.
III.1 Analisa Perhitungan Rangka Atap Baja Terminal Penumpang Sorong
III.1.2 Pemodelan struktur
30
III.1.3 Momen, Torsi, Geser dan Joint Reaction yang terjadi dalam SAP 2000 R14
31
Frame Momen (M33) 3D
32
Frame Shear (S22) 3D
33
Frame Shear (S33) 3D
34
Frame Torsi 3D
35
Frame Joint Reaction 3D
36
III.1.4 Analisa Rangka Batang Struktur Baja
37
Mula – mula dianalisa untuk perhitungan rangka baja yang dimodifikasi apakah apakah
aman (memenuhi syarat struktur) terhadap rangka baja itu sendiri
38
Gambar Analisa Rangka Baja Teras (Potongan 2)
39
III.2 PEMERIKSAAN STRUKTUR
III.2.1 Pemeriksaan Struktur Baja
Struktur baja diperiksa satu persatu dengan program SAP 2000 apakah memenuhi standar
keamanan atau tidak dan ditampilkan secara random
40
41
42
43
44
45
46
47
48
III.2.2 Pemeriksaan Beton Gedung Eksisting
49
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 1)
50
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 2)
51
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 3)
52
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 4)
53
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 5)
54
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 6)
55
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 7)
56
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 8)
57
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 9)
58
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 10)
59
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 11)
60
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 12)
61
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 13)
62
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 14)
63
64
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 15)
65
Gambar Analisa Beton Gedung Eksisting (Potongan 16)
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Dari hasil pemeriksaan kolom diatas maka ditarik kesimpulan bahwa semua kolom
dan balok eksisting masih kuat untuk menopang struktur atap yang baru.
82
a. Tegangan Ijin Baja BJ-37 :
Baut, fyb = 660 MPa
fub = 830 MPa
Pelat, fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
b. Beban Tarik Ru kanan = 20.03 kN dan Ru kiri = 21.32 kN (data dari
SAP 2000) bidang horisontal (tarik)
c. Rencana Baut :
Dicoba baut diameter d = 20 mm,
diameter lobang d1 = 20 mm + 2 mm = 22 mm.
83
c.4. Susunan baut :
Sambungan pelat dengan pengikat baut
Keterangan : S1 = 2d = 40 mm,
S = 300 mm,
U = 300 mm
EVALUASI:
a. Baut
Jumlah daya dukung 4 buah baut :
Ru = 4.Rn = 4.(213.15)
= 853.6 kN
= 853.6 kN > 144.77 kN (memenuhi)
b. Pelat
b.1. Cek luas penampang minimum dan shear leg .
Luas penampang bruto :
Ab = (380).(380) = 144400 mm2
Syarat luas penampang minimum :
84
Amin = 85% Ab = (0,85).(144400) = 122740 mm2
Luas penampang netto :
Anetto = Ab – 2.d1.tp = 144400 – 2.(40).(16)
= 143120 mm2 > 122740 mm2 (memenuhi)
Shear leg :
x = 3/2 = 1,5 mm
L = 4S = 4.(300) = 1200 mm
Koefisien reduksi :
U = 1 – x/L = 1 – 1,5/1200 = 0,999 > 0,9
U = 1,0 (SNI 03-1729-2002, Psl. 10.2.5)
Maka :
Ae = Anetto
= 143120 mm2
Evaluasi (
jb.2. Cek daya dukung pelat pada daerah sambungan .
Ru = .Anetto.fu = (0,75).(143120).(370)
= 39715800 N = 39715.8 kN
= 39715.8 kN > 115.243 kN (memenuhi)
Karena tegangan leleh base metal ≤ 413 – 448 Mpa maka dipakai
electroda E70xx
Dimana E – Electroda 70 – tensile strength of electroda (ksi) = 482 Mpa
Xx – type of coating
Digunakan sebagai las sudut keliling dengan metode SMAW (Shilded
Metal Arc Welding), dalam proses ini busur las melintasi celah antara
electroda dan logam dasar, pengelasan terjadi dengan pemanasan bagian
yang terhubung dan meyetorkan bagian electroda kelogam dasar yang
mencair. Las SMAW biasanya digunakan secara manual dilapangan.
86
ΦRn = 0.9 x 370 x 350 x 16/1000 = 1864.8 kN (tension yield)
Kuat Tarik Plat Baja
φRn = 0,75 x Ae x Fu
dimana : Ae = U A (Luas Penampang Tarik Efektif)
Ae = Ag = 350 x 16 = 5600 mm
Fu = tegangan tarik ultimit plat = 370 Mpa
Maka :
φRn = 0.75x5600x370/1000 = 1554 kN ≥ 21.319 kN ……(ok)
Maka Beban tarik dapat ditahan oleh sambungan tersebut sebesar
1666.42 kN ≥ 21.319 kN….(ok)
DETAIL B
87
88
Batang 1 (pipa steel carbon 5” tebal 4.78 mm), tebal las 4 mm
Lw = 3.14 x 139.8 = 438.972 mm
Kuat Geser Las = φ x 0.707 x a x 0.6 x FExx x Lw
= 0.75 x 0.707 x 4 x 0.6 x 482 x 438.972/1000
= 269.3 kN
Tegangan kritis pada las
F2x = M22.y/I = 84730.88 N.mm x (139.8/2)/23098211 = 0.3 N/mm (Dari SAP
2000 M22)
F2y = M22.x/I = 84730.88 N.mm x (139.8/2)/ 23098211 = 0.3 N/mm
Fv = (F2x 2 + F2y 2)0.5 = (0.3 2 + 0.3 2)0.5 = 0.424 kN
269.3 kN ≥ 0.424 kN …………(ok)
89
Untuk Selanjutnya semua sambungan dilas seperti yang dihitung diatas dengan
tebal las 4 mm untuk pipa 6” dan 6 mm untuk pipa 8” dan 10”
90
III.5 PERENCANAAN PONDASI DAN ANGKUR UNTUK TERAS
Semua pembebanan diambil dari data SAP 2000 sebagai hasil perhitungan struktur atas
(steel structure).
Pipa 10”
Pedestal
g
D
Footing
h
b B
Beton
f'c = 30 Mpa = 300 kg/cm2
C =2.4t/m3=0.0024kg/cm3
p = 6 cm selimut beton
Baja Tulangan
fy = 400 Mpa = 4,000 kg/cm2
t=0.025untuk pedestal
91
Tanah
s =1.6t/m3=0.00160kg/cm3
qult = 30.0 t/m2
=0.75faktor reduksi untuk geser
H = 21.7kg M = 44 kg m
1 m
0.4 m
1.5 m
92
Momen Guling = 2645.7x1.5/2+21.7x(0.4/2+0.55) = 2000.55 kgm = 2.0 tm
A = As fy / 0.85 f'c b
= 1.15 cm
Mn=As fy (d - a/2)
1,290,355.78 kgcm > 448,877.20 kgcm OK!
93
Motode perencanaan pedestal seperti pada modul perencanaan kolom pendek
94
95
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil perhitungan dengan SAP 2000 menyimpulkan bahwa kekuatan gedung eksisting (Kolom
dan Balok beton) masih memadai untuk menahan struktur atap yang baru.
Semua hasil hitungan diatas adalah sesuai dengan standar perhitungan kekuatan (Building Code,
SKSNI, ASTM, ASCI dll) dimana hanya dibandingkan dengan penulangan hasil SAP 2000 dan
gambar kerja (shop drawing), tidak diambil pengukuran langsung dengan lendutan yang terjadi
karena kendala masih utuhnya bangunan eksisting
Karena balok dan kolom masih layak untuk memikul beban struktur atap yang baru maka
dianggap pondasi eksisting masih sangat layak (aman)
Untuk pekerjaan pengelasan diharapkan menggunakan tukang las yang profesional (bersertifikat)
dan selalu diawasi dengan supervisor yang juga bersertifikat, juga untuk jaminan kualitas las
akan diuji dengan standar NDT (Non Destructive Test) misalnya ultrasonic dan lain sebagainya.
96
BAB V
LAMPIRAN
Gambar Denah dan Potongan Gedung Terminal Penumpang Sorong
Blue Print Gambar Kerja (Shop Drawing) Gedung Terminal Penumpang Sorong
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111