Professional Documents
Culture Documents
Identitas Jurnal
1. Judul :
Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Frekuensi Kejang Pada Pasien Epilepsi Di
Rsud Dr. Moewardi Surakarta
2. Penulis :
Resky Aulia Nisa
3. Departemen Penulis :
Universitas Muhammadiyah Surakarta
4. Jenis penelitian :
Deskriptif
5. Tujuan Penelitian :
Untuk menjelaskan hubungan antara Kualitas Tidur dengan frekuensi kejang pada
pasien epilepsi di RSUD Dr. Moewardi.
6. Metodologi Penelitian :
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional didapatkan 44
pasien, terdiri dari 22 pasien dengan kualtas tidur yang baik dan 22 pasien dengan
kualitas tidur yang buruk. Pengambilan sampel dengan menggunakan cara non
random sampling.
7. Teknik Penelitian :
Cross sectional
B. Ringkasasan jurnal
3. Comparation :
Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan timbal balik antara kualitas
tidur dan epilepsi, yang salah satunya menyatakan bahwa tidak ada hubungannya
antar kurang tidur terhadap frekuensi kejang namun beberapa penelitian lainnya
menyatakan bahwa kantuk siang hari yang berlebihan akibat gangguan tidur dapat
memperburuk kejang pada pasien epilepsi Kualitas hidup orang yang mengalami
epilepsi menurut asosiasi brasil epilepsi (ABE), overprotection, rendah diri,
terisolasi,depresi, dan kecemasan merupakan beban tambahan dan menciptakan
hambatan untuk kehidupan yang aktif.
Ketika kualitas tidur terganggu maka kualitas hidup yang sudah menjadi beban
tambahan pada penderita epilepsi dapat menimbulkan gangguan psikologis salah
satu nya stres dan depresi karena lingkungan sosial nya yang sudah mengintimidasi
terlebih dahulu. Walaupun sebenarnya secara signifikan hal tersebut tidak
mempengaruhi terhadap frekuensi serangan epilepsi tersebut.
4. Outcome :
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa kualitas tidur yang buruk
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya bangkitan kejang pada penderita epilepsy,
dan kualitas tidur yang baik juga dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita
epilepsy.
Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan frekuensi kejang >1, yang mana
dapat meningkatkan risiko sebesar 10 kali terutama pada pasien epilepsy dengan
kontrol kejang yang buruk