Professional Documents
Culture Documents
1. Outline
1.1. Metode Fabrikasi
1.2. Welding Standard
1.3. Tipe Sambungan Las
1.4. Plastic Instability
2. Pembahasan
2.1.2. Casting
Casting adalah proses manufaktur di mana solid dilebur, dipanaskan sampai suhu yang
tepat (kadang-kadang dilakukan untuk memodifikasi komposisi kimianya), dan kemudian
dituangkan ke dalam rongga atau cetakan, yang berisi dalam bentuk yang tepat selama pembekuan.
Dengan demikian, dalam satu langkah, bentuk sederhana atau kompleks dapat dibuat dari logam
yang dapat dilelehkan. Produk yang dihasilkan dapat memiliki hampir semua konfigurasi yang
diinginkan. Selain itu, ketahanan terhadap tegangan kerja dapat dioptimalkan, arah sifat dapat
dikendalikan, dan penampilan yang memuaskan dapat diproduksi.
Bagian cor berbagai ukuran dari fraksi sebesar satu inci dan fraksi sebesar 1 ounce (seperti
gigi individu pada ritsleting), hingga lebih dari 30 kaki (seperti baling-baling besar dan frame
buritan kapal laut). Casting telah menandai keuntungan dalam produksi bentuk kompleks, bagian
yang memiliki bagian berongga atau rongga internal, bagian yang mengandung permukaan
lengkung yang beraturan (kecuali yang terbuat dari lembaran logam tipis), bagian yang sangat
besar dan bagian-bagian yang terbuat dari logam yang sulit dibuat dengan mesin. Karena
keunggulan yang tersebut, pengecoran adalah salah satu yang paling penting dari proses
manufaktur.
Saat ini, hampir tidak mungkin untuk mendesain apapun yang tidak dapat dicetak oleh satu
atau lebih dari proses pengecoran yang tersedia. Namun, seperti dalam semua teknik manufaktur,
hasil terbaik dan ekonomis dapat dicapai jika desainer memahami berbagai pilihan dan
menyatukan proses yang paling tepat dengan cara yang paling efisien. Berbagai proses dibedakan
terutama dalam bahan cetakan (apakah pasir, logam, atau bahan lainnya) dan metode penuangan
(gravitasi, vakum, tekanan rendah, atau tekanan tinggi). Semua proses memberikan persyaratan
bahwa bahan mengeraskan bahan dengan cara yang sesuai yang dapat memakimalkan sifastnya,
sekaligus mencegah cacat potensial, seperti rongga penyusutan, porositas gas, dan inklusi
terperangkap.
Casting adalah proses fabrikasi dimana logam yang benar-benar cair dituangkan ke
dalam cetakan yang memiliki bentuk yang diinginkan. Setelah pemadatan, logam akan
menyerupai bentuk cetakan tapi mengalami beberapa penyusutan. Penggunaan metode
casting dianjurkan untuk bentuk yang besar atau rumit dan paduan yang memiliki
daktilitas yang tinggi. Salah satu keuntungan dari metode fabrikasi casting adalah
metode ini merupakan yang terekomis dibandingkan dengan metode fabrikasi lainnya.
Terdapat pula beberapa teknik casting yang biasanya dapat dibedakan berdasarkan
bahan cetakan dan metode penuangannya. Bahan cetakan yang umumnya dipakai
untuk metode casting adalah pasir dan logam, sedangkan metode penuangan yang
digunakan secara umum adalah gravitasi, vakum, tekanan rendah, dan tekanan tinggi.
Gambar 2. Casting
2.1.3. Forging
Forging merupakan suatu proses dimana sebuah logam dipanaskan dan dibentuk dengan
deformasi plastic dengan mengaplikasikan gaya tekan yang sesuai dengan sifat logam tersebut.
Biasanya gaya tekan tersebut dilakukan dengan menggunakan palu yang bertenaga (penempaan)
atau dengan sebuah alat penekan (Pressing Machine).
Proses forging ini meng haluskan struktur butiran dan mengembangkan sifat fisik dari
logam yang diproses. Dengan desain yang tepat, aliran butiran (grain flow) dapat diorientasikan
pada arah dari tekanan-tekanan utama yang ditemui di kegunaan nyata. Aliran butiran (grain flow)
merupakan suatu arah dari susunan kristal yang didapatkan selama proses deformasi plastic. Sifat
fisik (seperti kekuatan (strength), ductility, dan ketangguhan (toughness)) akan lebih baik setelah
di-forging dibandingkan dengan logam yang belum diproses atau logam dasar yang memiliki arah
kristal yang masih berantakan. Logam dapat di-forging dengan suhuyang panas (di atas suhu
rekristalisasi) ataupun dingin.
Forging menghasilkan suatu bagian logam menjadi memiliki kekuatan yang tinggi per rasio
beratnya, sehingga sering digunakan untuk mendesain kerangka pesawat terbang. Logam yang di-
forging akan :
Bertambah panjang, cross-section berkurang, yang disebut dengan mengulur logam
(drawing-out the metal)
Panjang berkurang, cross-section bertambah, yang disebut dengan upsetting the metel.
Berubah panjangnya, berubah cross-sectionnya, dengan cara “memeras”-nya pada closed
impression dies
Forging
Forging adalah proses pembentukan logam secara plastis dengan memberikan gaya
tekanan pada logam yang akan dibentuk. Gaya tekanan yang diberikan dapat secara
manual atau mekanis seperti hidrolisis dan pneumatis. Serta perangkat pada metode
forging bisa secara manual atau menggunakan mesin forging khusus. Forging dapat
membantu meningkatkan sifat fisik, ketangguhan logam dan dapat menghasilkan
kekuatan yang tinggi per rasio beratnya.
Gambar 3. Forging
2.1.4. Machining
Proses machining adalah pembuatan benda kerja dengan cara menghilangkan
material yang tidak diinginkan dari benda kerja dengan cara memotongnya secara mekanis
sesuai dengan dimensi dan bentuk yang diinginkan. Secara garis besar proses machining
dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan bagian yang berputar, yaitu turning dan
milling.
Turning adalah proses machining dimana yang berputar adalah benda kerjanya.
Proses turning digunakan untuk membentuk benda menjadi silinder menggunakan alat
pemotong dengan mata potong tunggal.
Gambar 4. Turning
Milling adalah proses maching dimana yang berputar adalah alat pemotongnya
dalam hampir semua arah untuk mendapatkan bentuk dan dimensi yang diingkan. Alat
pemotong yang digunakan di proses milling bervariasi dari mata potong tunggal hingga
mata potong banyak.
Gambar 5. Milling
2.1.5. Brazing
Brazing adalah suatu proses penyambungan logam pengisinya yang ditempatkan di
antara dua permukaan dan temperatur yang dibangkitkan cukup untuk melelehkan logam
pengisi tanpa melelhkan benda yang akan disambungkan. Oleh karena itu, brazing
termasuk proses proses ikatan dalam keadaan cair dengan padat.
Proses brazing ini mampu dilakukan untuk material berbentuk kawat, ring, dan
batang. Pada proses ini dapat terjadi difusi antara logam pengisi dengan benda kerja yang
akan disambungkan.
Gambar 6. Brazing
2.1.6. Soldering
Soldering merupakan proses penyambungan dua benda kerja atau lebih, namun
tidak terjadi fusi antara benda kerja yang disambung tersebut. Logam filler (disebut solder)
dicairkan dengan temperatur yang lebih rendah dari temperatur logam filler. Cairan logam
filler selanjutnya mengisi celah dan pori-pori pada kedua permukaan benda kerja yang
saling menempel. Solder memiliki dua karakteristik penting yaitu tegangan permukaan
yang rendah dan kemampuan perembesan yang tinggi.
Beberapa kelebihan dari soldering adalah energi yang dibutuhkan relatif rendah
dibandingkan dengan brazing dan pengelasan, variasi metode pemanasan beragam, hasil
sambungan memiliki konduktivitas listrik dan panas yang baik, mampu menghasilkan
sambungan yang kedap udara dan kedap air, dan mudah diperbaiki dan dikerjakan ulang.
Sedangkan kelemahan soldering meliputi kekuatan sambungan yang lemah dan
sambungan memiliki kemungkinan menjadi lemah atau cair apabila diaplikasikan pada
temperatur yang tinggi.
Gambar 7. Soldering
Kode Deskripsi
ASME BPVC Section I Rules for Construction of Power Boilers
ASME BPVC Section II Part C: Specifications for Welding Rods,
Electrodes, and Filler Metals
ASME BPVC Section III Rules for Constructions of Nuclear Facility
Components-Subsection NCA-General
Requirements for Division 1 and Division 2
ASME BPVC Section IV Rules for Construction of Heating Boilers
ASME BPVC Section V Nondestructive Examination
ASME BPVC Section VIII Rules for Construction of Pressure Vessels
Division 1 and Division 2
ASME BPVC Section IX Welding and Brazing Qualifications
ASME B16.25 Buttwelding ends
ASME B31.1 Power Piping
ASME B31.3 Process Piping.
2. Pipe
B. Fillet Welds
1. Plate
AWS A2.4 Standard symbols for welding, brazing, and non-destructive examination
Specification for carbon steel electrodes and rods for gas shielded arc
AWS A5.18
welding
T joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe sambungan ini
banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor dan jenis konstruksi
lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk sambungan fillet adalah
double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat
tebal.
Corner joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T Joint,
namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada sambungan ini
materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua jenis corner
joint, yaitu close dan open.
Gambar 14. Corner Joint
Merupakan sambungan las yang dibentuk bila dua anggota sambungan diposisikan
saling menumpuk satu sama lain. Sambungan ini lebih kuat dibandingkan dengan
sambungan tumpul, tetapi mengakibatkan terjadinya penambahan berat. Umumnya
digunakan selama proses perbaikan dan untuk menambah panjang material standar ke
panjang yang diperlukan.
Sambungan tekuk umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk
menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan
kesejajaran (alignment) awal. Merupakan sambungan las yang dibentuk bila sisi dua
anggota sambungan akan disambung. Sisi yang dilas selalu dalam bentuk sejajar satu
sama lain. Jenis pengelasan ini sering dipakai dalam menyambung struktur penopang
dan struktur baja yang pendek.
Gambar 16. Edge Joint