You are on page 1of 14

I. No.

Percobaan :3
II. Judul : Konstanta kesetimbangan
III. Tanggal Percobaan : Senin, 04 April 2016, pukul 13.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan : 1. Mengetahui kostanta kesetimbangan suatu reaksi
dan memperhatikan bahwa konstanta
kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaksi
V. Tinjauan Pustaka
Kebanyakan reaksi antara dua atau lebih zat bereaksi untuk membentuk
produk yang akan bereaksi kembali membentuk zat aslinya. Misalnya zat A dan B
mungkin bereaksi membentuk zat C dan D yang akan bereaksi bersama
membentuk kembali zat A dan B (Bahl, dkk., 2002: 497).
A+B→C+D
A+B←C+D
Sebuah reaksi yang arah reaksinya maju dan mundur sekaligus disebut reaksi
reversibel.
Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi maju sama
dengan laju reaksi balik sama besar, dimana konsentrasi reaktan dan produk tetap
tidak berubah seiring berjalannya waktu. Keadaan dari kesetimbangan dinamik ini
ditandai dengan adanya suatu konstanta kesetimbangan yang bergantung pada
jenis spesi yang bereaksi, konstanta kesetimbangan dapat dinyatakan dalam
molaritas (pada larutan) atau tekanan parsial (pada gas). Konstanta kesetimbangan
memberi arah akhir dari suatu reaksi reversibel dan konsentrasi dari campuran
kesetimbangan (Chang, 2003: 65).

Reaksi kesetimbangan umumnya berlangsung dalam sistem tertutup.


Berdasarkan wujud zat-zat kesetimbangan kimia dibedakan menjadi:
1. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan dengan zat-zat yang
membentuk kesetimbangan mempunyai fasa (wujud) yang sama.
2. Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan kimia dengan zat-zat yang
membentuk kesetimbangan (fasa) yang berbeda.
Ciri-ciri umum proses kesetimbangan:
1. Sistem tidak memproleh materi dari lingkungannya dari tanpa kehilangan
(memberikan) materi ke lingkungan.
2. Sistem adalah dinamik. Dua proses yang berlawanan berlangsung pada saat
yang sama
3. Sistem yang dapat diukur dan diamati adalah konstan, sebab kedua proses
berlangsung dalam laju yang sama sehingga, konsentrasi zat-zat konstan. Sifat
ini disebut sifat makroskopik.
4. Pada suhu tertentu, kesetimbangan mencapai suatu nilai yang konstan dari
ungkapan yang menyangkut konsentrasi zat-zat yang bereaksi.
5. Nilai yang konstan dari ungkapan yang berkaitan dengan konsentrasi dalam
suatu sistem pada kesetimbangan merupakan ukuran sampai seberapa jauh
suatu reaksi sebelum mencapai kesetimbangan.
6. Nilai yang konstan ini disebut tetapan kesetimbangan (Achmad, 1992: 142).

Dari persamaan reaksi yang umum,


aA + bB → cC + dD
Pada keadaan kesetimbangan diperoleh nilai yang sama untuk ungkapan yang
disebut perbandingan konsentrasi.
Q (berasal dari quosien konsentrasi)
[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏

Lambang Q digunakan untuk nilai perbandingan konsentrasi (quosien konsentrasi)


pada setiap keadaan. Nilai perbandingan konsentrasi Q, untuk reaksi
kesetimbangan disebut tetapan kesetimbangan dengan lambang K.

Dalam sistem pada kesetimbangan,

Q=K

Dalam sistem bukan kesetimbangan,

Q≠K

Jadi tetapan kesetimbangan untuk reaksi


aA + bB ↔ cC + dD
[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
𝐾=
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏

Besarnya tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada temperatur tertentu hanya


dapat ditentukan dengan eksperimen dan tidak dapat diramal dari persamaan
reaksi. Besarnya tetapan kesetimbangan berubah jika temperatur berubah. Pada
temperatur tertentu, mungkin terdapat banyak campuran reaksi. Setiap reaksi
mempunyai konsentrasi pereaksi yang berbeda dalam keadaan setimbang.

Suatu reaksi dapat dinyatakan lebih dari satu persamaan. Besarnya tetapan
kesetimbangan bergantung pada persamaan reaksi. Dengan demikian persamaan
reaksi harus diketahui untuk menyatakan kesetimbangan reaksi.

Menurut Le Chatelier, suatu sistem kesetimbangan akan tetap


mempertahankan posisinya jika tidak terdapat perubahan yang mengakibatkan
terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan konsentrasi
Jika konsentrasi reaktan ditambah/diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan
bergerak kearah produk. Demikian sebaliknya jika konsentrasi reaktan
diperkecil, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan.
2. Perubahan volume
Jika volume diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke jumlah
koefisien zat yang besar. Jika volume diperkecil, maka reaksi kesetimbangan
akan bergeser ke jumlah koefisien yang kecil. Namun, perubahan volume tidak
mempengaruhi reaksi kesetimbangan jika jumlah koefisien produk dan reaktan
yang sama.
3. Perubahan tekanan
Merupakan kebalikan dari perubahan volume. Jika tekanan diperbesar, maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser ke jumlah koefisien zat yang kecil.
Demikian pula sebaliknya.
4. Perubahan suhu
Jika suhu dinaikkan, reaksi akan bergeser ke arah endoterm. Sedangkan jika
suhu diturunkan, reaksi akan bergeser ke arah eksoterm. Perubahan suhu
mengakibatkan perubahan harga tetapan kesetimbangan.
5. Katalis
Penambahan katalis tidak akan menggeser arah kesetimbangan karena katalis
hanya berfungsi mempercepat laju reaksi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat penentuan konstanta kesetimbangan


kimia adalah:
a. Jika zat-zat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas, yang dimasukkan
dalam persamaan kesetimbangan hanya zat-zat yang berbentuk gas saja sebab
konsentrasi zat pada tetap dan nilainya tidak terhitung dalam harga Kc.
Contoh:
C (s) + CO (g) ↔ 2CO (g)
[𝐶𝑂2 ]2
𝐾=
[𝐶𝑂2 ]
b. Jika kesetimbangan zat padat dan larutan yang dimasukkan dlam perhitungan
Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.
Contoh:
Zn (s) + Cu2+ (aq) ↔ Zn2+ (aq) + Cu (s)
[𝑍𝑛2+ ]
𝐾=
[𝐶𝑢2+ ]
c. Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya tergolong
dalam salah satu reaktan atau hasilnya konsentrasi pelarut itu tidak
dimasukkan dalam Kc
Contoh:
CH3COO- (aq) + H2O (l) ↔ CH3COOH (aq) + OH- (aq)
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝑂𝐻 − ]
𝐾=
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂− ]
VI. Alat dan Bahan
A. Alat-alat
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Pipet volume 5 mL 1 buah
3. Erlenmeyer bertutup 4 buah
B. Bahan-bahan
1. NaOH 2N
2. Indikator PP
3. Etanol absolut
4. HCl 2N
5. Asam asetat
VII. Alur Kerja

HCl 2 N 5 mL + 1 HCl 2 N 5 mL + 2 HCl 2 N 5mL + 3 HCl 2 N 5 mL + 4


mL Etanol + 4 mL mL Etanol + 3 mL mL Etanol + 2 mL mL Etanol + 1 mL
CH3COOH CH3COOH CH3COOH CH3COOH

- Dimasukkan ke - Dimasukkan - Dimasukkan ke - Dimasukkan


erlenmeyer ke erlenmeyer erlenmeyer ke erlenmeyer
bertutup 1 bertutup 2 bertutup 3 bertutup 4

- Masing-masing erlenmeyer ditutup


- Diletakkan pada suhu kamar atau diletakkan di
ruang yang variasi temperaturnya kecil (± 1
minggu/minimal 3 hari)
- Dicatat suhu ruangnya (31oC)
- Dititrasi masing-masing campuran secara cepat
dengan 2 N NaOH dan indikator PP 2 tetes
- Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam
asetat

V NaOH 1 V NaOH 2 V NaOH 3 V NaOH 4


Larutan blanko

5 mL HCl 2 N

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


- Ditambahkan indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 2 N

V NaOH
VIII. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan


Perc.
1.  Sebelum: CH3COOH(aq) + Berdasarkan hasil
HCl 2N 5 HCl 2 N 5 HCl 2 N 5 HCl 2 N 5 percobaan didapat harga
HCl
mL +1mL mL +2mL mL +3mL mL +4mL  HCl : larutan tak C2H5OH(aq) konstanta Kesetimbangan
Etanol +4 Etanol +3 Etanol +2 Etanol +1
berwarna (Kc) adalah 1,5281
mL mL mL mL
CH3COO CH3COO CH3COO CH3COO  Etanol: larutan tak CH3COC2 (aq) +
H H H H berwarna
 CH3COOH :larutan O
- Dimasukka - Dimasukka - Dimasukka - Dimasukka
n ke n ke n ke n ke tak berwarna
erlenmeyer erlenmeyer erlenmeyer erlenmeyer NaOH(aq)
bertutup 1 bertutup 2 bertutup 3 bertutup 4
 Sesudah:
CH3CONa(aq) +
- Masing-masing erlenmeyer ditutup
- Diletakkan pada suhu kamar atau diletakkan di  HCl + CH3COOH +
O
ruang yang variasi temperaturnya kecil (± 1 Etanol : larutan tidak C H OH(aq)
2 5
minggu/minimal 3 hari) berwarna
- Dicatat suhu ruangnya (31oC)  HCl + Etanol +
- Dititrasi masing-masing campuran secara cepat Kc CH3COOC2H5 :
Indikator PP :
dengan 2 N NaOH dan indikator PP 2 tetes
- Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam larutan tidak
asetat berwarna 4,2 x 10-2
 HCl + Etanol +
Indikator PP +
V NaOH V NaOH V NaOH V NaOH dititrasi : larutan
1 2 3 4
berwarna pink soft
 V1 : 36,1 mL
 V2 : 16,7 mL
 V3 : 7,7 mL
 V4 : 3,4 mL
2. Larutan Blanko  Sebelum: HCl(aq) + NaOH(aq) → Bedasarkan hasil
 HCl : larutan tak percobaan yang didapat
5 mL HCl 2 N NaCl (aq) +H2O(l)
berwarna mol blanko adalah 0,006
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
 Indikator PP : mol
- Ditambahkan indikator PP larutan tidak
- Dititrasi dengan NaOH 2 N berwarna
 NaOH: larutan tak
V NaOH berwarna
 HCl + Indiktor PP
: larutan tidak
berwarna
 Sesudah :
 HCl + Indikator PP
: larutan tidak
berwarna
 HCl + Indikator PP
+ dititrasi NaOH
:pink soft
 V NaOH : 3 mL
 Bau : ammonia
IX. ANALISIS PEMBAHASAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konstanta kesetimbangan


suatu reaksi dan mempertahankan bahwa konstanta kesetimbangan tidak
bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Pada percobaan pertama, membuat
larutan blanko sebagai pembanding untuk keempat larutan yang akan dibuat.
Pertama-tama dimasukkan 5 ml larutan HCl 2 N tidak berwarna ke dalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan 1 tetes indikator PP maka larutan tetap tidak
berwarna. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 2 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan ketika setelah 3 hari pembuatan
larutan untuk percobaan esterifikasi atau ketika akan melakukan titrasi terhadap
keempat larutan yang telah dibuat dan digunakan sebagai pembanding. Volume
yang dibutuhkan dalam titrasi antara HCl dan NaOH adalah 3 ml.Indikator PP
digunakan dalam titrasi ini karena indikator PP yang tidak berwarna memiliki
trayek pH antara 8,3-10,0 yang bersifat basa akan mempermudah menentukan
titik ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen tercapai ketika mol
ekivalen H+ = mol ekivalen OH- dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya
perubahan warna larutan yang semula tidak berwarna menjadi merah muda.
Reaksi antara larutan HCl dan NaOH dapat dituliskan dalam persamaan reaksi:

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(aq)

Pada erlenmeyer 1, dimasukkan 5 ml larutan HCl 2 N tidak berwarna ke


dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 4 ml larutan asam asetat glasial tidak
berwarna, maka larutan tetap tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 1 ml etanol
ke dalam larutan tersebut dan erlenmeyer segera ditutup rapat menggunakan
plastik. Pada erlenmeyer 2, dimasukkan 5 ml larutan HCl 2 N tidak berwarna ke
dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 ml larutan asam asetat glasial tidak
berwarna, maka larutan tetap tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 2 ml etanol
ke dalam larutan tersebut dan erlenmeyer segera ditutup rapat menggunakan
plastik. Pada erlenmeyer 3, dimasukkan 5 ml larutan HCl 2 N tidak berwarna ke
dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 ml larutan asam asetat glasial tidak
berwarna, maka larutan tetap tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 3 ml etanol
ke dalam larutan tersebut dan erlenmeyer segera ditutup rapat menggunakan
plastik. Dan pada erlenmeyer 4, dimasukkan 5 ml larutan HCl 2 N tidak berwarna
ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 1 ml larutan asam asetat glasial
tidak berwarna, maka larutan tetap tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 4 ml
etanol ke dalam larutan tersebut dan erlenmeyer segera ditutup rapat
menggunakan plastik. Setelah keempat larutan tersebut sudah dibuat, disimpan
dalam ruangan yang variasi temperaturnya kecil selama 3 hari.

Tujuan pembuatan 4 larutan dengan konsentrasi asam asetat glasial dan


etanol yang berbeda-beda adalah untuk membuktikan bahwa konstanta
kesetimbangan suatu reaksi tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Pada
penambahan larutan asam asetat glasial dan etanol dalam larutan HCl akan terjadi
reaksi esterifikasi pembentukan etil asetat yang ditunjukkan dengan persamaan
reaksi:

CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) +H2O(l)

Sedangkan tujuan larutan HCl 2 Ndengan jumlah yang sama dalam larutan
tersebut adalah sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi. HCl akan
mengalami ionisasi sehingga ion H+ akan bebas dan mempercepat reaksi
pembentukan etil asetat dan mempercepat mencapai keadaan setimbang dengan
cara menurunkan energi aktivasi. Keempat larutan yang ada dalam erlenmeyer
segera ditutup rapat menggunakan plastik setelah dilakukan penambahan etanol
supaya etanol yang ada dalam larutan tidak menguap sehingga dapat
mempengaruhi reaksi yang terjadi.Keempat larutan yang telah dibuat disimpan
dalam ruangan yang memiliki variasi temperatur kecil bertujuan untuk
mempertahankan suhu dalam tabung agar suhu tidak berubah-ubah selama reaksi
esterifikasikarena reaksi reversible dapat berjalan sempurna jika suhunya konstan.
Larutan juga disimpan selama 3 hari karena reaksi esterifikasi berjalan sangat
lambat meskipun sudah ditambahkan larutan HCl 2 N sebagai katalis.

Kemudian setelah disimpan selama 3 hari, keempat larutan tersebut dititrasi


menggunakan larutan NaOH 2 N. Pada erlenmeyer 1, ditambahkan 1 tetes
indikator PP tidak berwarna kemudian segera dititrasi sampai titik ekivalen dan
titik akhir titrasi tercapai. Volume yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan dalam
erlenmeyer 1 adalah 36,1 ml. Pada erlenmeyer 2, ditambahkan 1 tetes indikator
PP tidak berwarna kemudian segera dititrasi sampai titik ekivalen dan titik akhir
titrasi tercapai. Volume yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan dalam
erlenmeyer 2 adalah 16,7 ml. Pada erlenmeyer 3, ditambahkan 1 tetes indikator
PP tidak berwarna kemudian segera dititrasi sampai titik ekivalen dan titik akhir
titrasi tercapai. Volume yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan dalam
erlenmeyer 3 adalah 7,7 ml.Pada erlenmeyer 4, ditambahkan 1 tetes indikator PP
tidak berwarna kemudian segera dititrasi sampai titik ekivalen dan titik akhir
titrasi tercapai. Volume yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan dalam
erlenmeyer 4 adalah 3,4 ml.

Tujuan Indikator PP digunakan dalam titrasi ini karena indikator PP yang


tidak berwarna memiliki trayek pH antara 8,3-10,0 yang bersifat basa akan
mempermudah menentukan titik ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik
ekivalen titrasi telah tercapai jika mol ekivalen H+= mol ekivalen OH- dan titik
akhir yang ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang semula tidak
berwarna menjadi merah muda.

Reaksi antara CH3COOC2H5dan NaOH dapat dituliskan dalam persamaan


reaksi:

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) →CH3COONa(aq)+CH3CH2OH(aq)

Melalui perhitungan, diperoleh mol ekivalen larutan blanko sebesar 0,006


mol. Sehingga nilai konstanta kesetimbangan (Kc) etil asetat pada erlenmeyer
1,2,3, dan 4masing-masing adalah 0,04348, 0,9957, 1,0515, dan 4,0221. Dan nilai
konstanta kesetimbangan (Kc) etil asetat rata-rata adalah 1,5281. Dan persamaan
konstanta kesetimbangan etil asetat adalah

[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐂𝟐 𝐇𝟓 ]
𝐊𝐜 =
[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐇][𝐂𝟐 𝐇𝟓 𝐎𝐇]

X. DISKUSI

Dari percobaan yang telah dilakukan dan melalui perhitungan, diperoleh nilai
konstanta kesetimbangan etil asetat pada erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 masing-masing
adalah 0,04348, 0,9957, 1,0515, dan 4,0221.Dan nilai konstanta kesetimbangan
(Kc) etil asetat rata-rata adalah 1,5281.Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai Kc
secara teoritis yaitu 4,2 x 10-2. Pada erlenmeyer 1 nilai Kc etil asetat mendekati
nilai Kc secara teoritis dibandingkan dengan nilai Kc pada erlenmeyer yang lain.
Sehingga menurut data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa konstanta
kesetimbangan suatu reaksi masih dipengaruhi oleh konsentrasi awal reaksi.

Ketidaksesuaian nilai Kc hasil percobaan dengan teori dapat dipengaruhi


oleh (1) Ketika menutup erlenmeyer yang sudah ditambahkan etanol kurang cepat
dan kurang rapatsehingga dimungkinkan etanol menguap, (2) Penyimpanan
larutan yang kurang sempurna. Penyimpanan larutan hanya dilakukan selama 3
hari, sehingga dimungkinkan reaksi esterifikasi belum sempurna karena reaksi
esterifikasi berjalan sangat lambat meskipun sudah ditambahkan larutan HCl 2 N
sebagai katalis. Selain itu, penyimpanan larutan di ruang yang dianggap memiliki
suhu kamar konstan dan tidak diketahui nilai suhu ruang tersebut secara pasti
sehingga dimungkinkan suhu yang ada dalam ruang penyimpanan tersebut tidak
konstan dan mempengaruhi jalannya reaksi reversibel, (3) Penggunaan buret yang
kurang sesuai tingkat ketelitannya untuk percobaan ketika melakukan titrasi
sehingga mempengaruhi untuk menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi.
Beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi ketidaksesuaian nilai Kc etil asetat
hasil percobaan dengan nilai Kc secara teoritis.

XI. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


konstanta kesetimbangan suatu reaksi masih bergantung pada konsentrasi awal
reaksiyang ditunjukkan dengannilai konstanta kesetimbangan etil asetat hasil
percobaan tidak sesuai dengan nilai Kc secara teoritis, pada erlenmeyer 1, 2, 3,
dan 4 nilai Kc masing-masing adalah 0,04348, 0,9957, 1,0515, dan 4,0221
sehingga nilai konstanta kesetimbangan (Kc) etil asetat rata-rata percobaan
sebesar 1,5281.
XII. TUGAS
1. Buat tabel hasil pengamatan dan hasil perhitungan konsentrasi masing-masing
komponen dalam campuran di atas.
V NaOH Mol Mol Mol
Kc
(ml) CH3COOH C2H5OH CH3COOC2H5
Erlenmeyer 1 36,1 0,070 0,017 0,0038 0,04348
Erlenmeyer 2 16,7 0,0525 0,0343 0,0251 0,9957
Erlenmeyer 3 7,7 0,035 0,0515 0,0256 1,0515
Erlenmeyer 4 3,4 0,0175 0,0686 0,0167 4,0221

2. Apakah fungsi HCl dalam campuran di atas.


Jawab:Sedangkan tujuan larutanHCl 2 N dengan jumlah yang sama dalam larutan
tersebut adalah sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi. HCl akan mengalami
ionisasi sehingga ion H+ akan bebas dan mempercepat reaksi pembentukan etil asetat
mempercepat mencapai keadaan setimbang dengan cara menurunkan energi aktivasi.
3. Tuliskan persamaan reaksi dan mekanisme reaksi esterifikasi di atas.
Jawab:
Persamaan reaksi esterifikasi:
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) +H2O(l)
Mekanisme reaksi esterifikasi:

4. Tentukan nilai Kc pada suhu pengamatan.


[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐂𝟐 𝐇𝟓 ]
𝐊𝐜 =
[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐇][𝐂𝟐 𝐇𝟓 𝐎𝐇]
Kc erlenmeyer 1= 0,04348
Kc erlenmeyer 2= 0,9957
Kc erlenmeyer 3= 1,0515
Kc erlenmeyer 4= 4,0221
XIII. Daftar Pustaka
A., Robert, dkk. Kimia Fisika Versi S1 Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Achmad, Hiskia. 1992. Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika I. Bandung: jurusan Kimia
FMIPA UPI.
Tjahjani, Siti, dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya: FMIPA-
UNESA.

You might also like