You are on page 1of 12

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 15 No.

1, Juni 2018, 1-66


ISSN: 1829-6327, E-ISSN: 2442-8930
Terakreditasi No: 677/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN SEMBILAN JENIS TANAMAN UNTUK


AGROFORESTRI DI NAMBO, JAWA BARAT

Land Suitability Assessment of Nine Species for Agroforestry in Nambo, West Java

Tigor Butarbutar1*, Ismatul Hakim2, Niken Sakuntaladewi2, Hariatno Dwiprabowo2,


Lukas Rumboko2 dan/and Setiasih Irawanti2
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Jalan Gunung Batu No.5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia.Telp. 0251-8633234.Fax.0251-8638111
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijkan dan Perubahan Iklim
Jalan Gunung Batu No.5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia 16618.Telp.0251-8633944.Fax.0251-8634924
*
Email: tigtars@yahoo.co.id

Tanggal diterima: 26 April 2017; Tanggal direvisi: 11 Desember 2017; Tanggal disetujui: 18 April 2018

ABSTRACT
One of the weakness of agroforestry practices in West Java was that the pattern of species mixing was not
based on site characteristics such as soil, climate, and topography and caused low production. This research
was conducted to ascertain the land suitability classes for nine species, which are: Tectona grandis,
Swietenia mahagony, Artocarpus integra, Nephelium lappaceum, Areca catechu, Musa sp., Zea mays,
Capsicum sp. and Pennisetum purpureum, along with their optimum combination. The research was located
in two sites (Acacia mangium) and community mixed plantation in Nambo village, Klapanunggal sub-
district, Bogor regency, West Java using the “Minimum Limiting Factor" method. The results showed that
the land suitability class in A. mangium site and mixed plantation site for species of: T. grandis, S.
mahagoni, N. lappaceum, A. catechu, Musa sp., Z. mays, Capsicum sp., and P. purpureum belong to
marginal suitable; where as A. integra belongs to not suitable (N). The best combination in both sites consist
of one tree species with one Multi Purpose Tree species and one food crop or P. purpureum.
Keywords: Rainfall and marginal, site, slope, suitability

ABSTRAK
Salah satu kelemahan praktik agroforestri di Jawa Barat adalah pemilihan dan pencampuran jenis belum
didasarkan pada karakteristik tapak seperti tanah, iklim dan topografi yang menyebabkan produksi rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan sembilan jenis tanaman yaitu jati (Tectona
grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), nangka (Artocarpus integra), rambutan (Nephelium lappaceum),
pinang (Areca catechu), pisang (Musa sp.), jagung (Zea mays), cabe (Capsicum sp.) dan rumput gajah
(Pennisetum purpureum) serta kombinasi jenis yang optimal. Penelitian dilakukan pada dua tapak (Acacia
mangium dan tanaman campuran) hutan kemasyarakatan di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor,Jawa Barat, dengan metode faktor pembatas minimum. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelas kesesuaian lahan pada tapak A. mangium dan tanaman campuran untuk jati, mahoni, rambutan,
pinang pisang, jagung, cabe dan rumput gajah termasuk ke dalam kategori sesuai marginal sedangkan nangka
termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. Kombinasi jenis yang paling memungkinkan adalah campuran 1
jenis tanaman kayu, 1 jenis tanaman serbaguna dan 1 jenis tanaman pangan atau rumput gajah.
Kata kunci: Curah hujan dan marginal, kesesuaian, lereng, tapak

I. PENDAHULUAN analisis kesesuaian lahan akan menyebab-


kan produksi yang tidak optimum, demi-
Pengembangan agroforestri di ber- kian pula sebaliknya (Butarbutar, 2015;
bagai wilayah yang tidak didasarkan pada Rahim, Hasnain, & Shamsi, 2010). Oleh

17
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

sebab itu, optimalisasi produktivitas (Pennisetum purpureum Schumach.),


agroforestri di berbagai wilayah telah serta kombinasi jenis yang optimal.
dilakukan melalui pemilihan jenis pohon,
antara lain tanaman berkayu, tanaman II. METODOLOGI
serbaguna atau Multy Purpose Tree
Species (MPTs), tanaman perkebunan, A. Lokasi Penelitian
tanaman pertanian (pangan), dan tanaman
pakan ternak berdasarkan analisis ke- Penelitian dilaksanakan pada tahun
sesuaian lahan (Asmarhansyah Badayos, 2014 di kawasan Hutan Produksi di Desa
Sanchez, Cruz, & Florece, 2017; Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabu-
Butarbutar, 2015; Wang, Zhong, Gao, Xi, paten Bogor. Kawasan tersebut termasuk
& Zhang, 2015; dan Wicaksono, Putra, & ke dalam Blok Hutan Cibedil, Kelompok
Muhartini, 2015). Penilaian kesesuaian Hutan Gunung Karang, RPH Gunung
lahan untuk pengembangan agroforestri Karang, BKPH Jonggol KPH Bogor.
ditunjukkan untuk mengetahui kesediaan Kondisi iklim di Kecamatan Klapa-
zat hara, keadaan topografi, altitude dan nunggal termasuk tipe A dengan jumlah
karakteristik lahan lainnya di lokasi- curah hujan per tahun sebesar 3.500-
lokasi yang dikembangkan (Ahmad, & 4.000 mm (60,06% luas wilayah),
Goparaju, 2017). sedangkan curah hujan per tahun di
Kawasan hutan di sekitar Desa bagian utara sebesar 3.000-3.500 mm
Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabu- (39,39%) dan di bagian selatan sebesar
paten Bogor, Jawa Barat, merupakan 4.000-4.500 mm (0,54%).Tanah di lokasi
areal Perum Perhutani Jawa Barat yang penelitian termasuk ke dalam jenis
termasuk tidak produktif (bonita rendah podsolik dan latosol. Vegetasi di dua
untuk kelas perusahaan Pinus merkusii tapak penelitian masing-masing adalah
Jungh et de Vriese). Pada saat penelitian tapak tanaman A. mangium (AM) umur 7
dilakukan, peruntukan lahan ditunjukkan tahun (tahun tanam 2007) dan tapak
untuk pengembangan hutan kemasya- tanaman campuran (TC) dengan vegetasi
rakatan berupa areal agroforestri, areal jenis Falcataria molucana (Miq.)
persawahan, hutan tanaman Acacia Barneby & Grimes., Leucaena
mangium Wild. dan belukar. Pertum- leucocephala (Lam.) de Wit., A. integra
buhan tanaman agroforestri yang ada dan lain-lain.
seperti sengon dan nangka belum terlihat
maksimal, sehingga peningkatan produk- B. Metode
tivitas lahannya perlu diawali dengan Penelitian dilaksanakan pada dua
penilaian kesesuaian lahan untuk tapak AM dan TC dengan tahapan:
berbagai jenis tanaman yang diinginkan. (1) Deskripsi profil tapak AM dan TC
Penelitian ini bertujuan mengetahui untuk mengetahui kualitas lahan,
kesesuaian lahan untuk sembilan jenis yaitu kemiringan, batuan permukaan,
tanaman penghasil kayu, tanaman serba- tumbuhan bawah, drainase, kedalam-
guna, tanaman pangan dan tanaman an perakaran dan lain-lain.
pakan ternak, yaitu jati (Tectona grandis (2) Pengambilan contoh tanah terganggu
L.), mahoni daun besar (Swietenia lapisan atas (A) dan lapisan bawah
macrophylla King.), nangka (Artocarpus (B) dari masing-masing tapak di atas.
integra Merr.), rambutan (Nephelium (3) Analisis rutin tanah dilakukan di
lappaceum L.), pinang (Areca catechu Laboratorium Tanah Balai Penelitian
L.), pisang (Musa sp.) dan tanaman Tanah Bogor.
palawija seperti jagung (Zea mays L.),
cabe (Capsicum sp.), dan rumput gajah

18
Analisis Kesesuaian Lahan Sembilan Jenis Tanaman
untuk Agroforestri Di Nambo, Jawa Barat
Tigor Butarbutar, Ismatul Hakim, Niken Sakuntaladewi,
Hariatno Dwiprabowo, Lukas Rumboko dan Setiasih Irawanti
C. Analisis Data 1. Deskripsi profil tanah
Penilaian kesesuaian lahan untuk Hasil deskripsi profil tanah di dua
sembilan jenis tanaman (penghasil kayu, lokasi dengan tebal lapisan A termasuk
MPTs, pangan, dan ternak) dilakukan tipis, tekstur liat berat dengan konsistensi
menggunakan metode Simple Limitation (sangat lengket, sangat plastis dan teguh)
Method atau Faktor Pembatas Sederhana dan drainase agak buruk menunjukkan
untuk jenis jati (T. grandis), mahoni (S. secara fisik areal penelitian termasuk
macrophylla), nangka (A. integra), tidak subur dan lahan yang sulit untuk
rambutan (N. lappaceum), pinang (A. diolah untuk tanaman budidaya. Hasil
catechu), pisang (Musa sp.), dan tanaman deskripsi profil tanah di areal penelitian
palawija seperti jagung (Z. mays), cabe secara detail disajikan pada Tabel 1.
(Capsicum sp.), dan rumput gajah (P.
purpureum); (Ritung,Wahyuanto, Agus, 2. Analisis sifat fisik dan kimia tanah
& Hidayat, 2007). Penilaian dilakukan Hasil analisis laboratorium sifat
dengan menggunakan empat kelas ke- fisik kimia tanah (pH H2O, pH KCl,
sesuaian lahan yang dikategorikan se- tekstur, bahan organic C, N, C/N; P-
bagai S1 (sesuai), S2 (sesuai moderat), S3 tersedia, Ca-tersedia; (Ca, K,Mg dan Na)
(sesuai marginal), dan N (tidak sesuai). tertukar; Total Kation Tukar, Kapasitas
Setiap kelas terdiri atas sub-kelas yang Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan
berhubungan dengan faktor pembatas. Basa (KB) disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Dengan demikian, setiap kelas ber- Tabel 2 menunjukkan keasaman
hubungan dengan satu atau lebih faktor tanah termasuk sangat asam sampai agak
pembatas, tetapi faktor dominan diletak- masam pada tapak A. mangium dan
kan terlebih dahulu. Faktor dominan masam di tapak tanaman campuran. Nilai
adalah faktor pembatas yang paling
pH KCl yang lebih rendah dari pH H2O
menyebabkan kelas kesesuaian lahan menunjukkan masih terdapat keasaman
menjadi kelas terendah. Kemudian, pe- potensial berupa Al3+. Tekstur tanah dise-
nentuan kombinasi jenis hutan tanaman luruh lokasi untuk semua lapisan ter-
campuran dilakukan dengan meng- masuk lempung berliat dengan persentase
gabungkan jenis-jenis yang mempunyai
liat berkisar 38-58%. Tekstur lempung
kelas kesesuaian yang minimal sama atau berliat termasuk berat jika dikaitkan
di atasnya. Jumlah jenis kombinasi dengan pengolahan lahan dan per-
(campuran) dilakukan dengan prinsip 1 tumbuhan akar tanaman. Kandungan
jenis tanaman kayu, 1 jenis tanaman bahan organik yang dicirikan oleh C-
MPTs, dan 1 jenis tanaman pangan atau organik termasuk sedang di lapisan atas
pakan ternak, sehingga jumlah jenis yang pada ketiga profil dan sangat rendah pada
dikombinasikan maksimal tiga jenis. lapisan B profil pada tapak A. mangium
dan tapak tanaman campuran. Kandungan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN C-organik di lapisan atas lokasi belukar
termasuk sangat rendah. Kandungan
A. Hasil bahan organik yang termasuk sangat
Hasil penelitian terdiri dari empat rendah sampai rendah ini menunjukkan
bagian yaitu deskripsi profil tanah, kehidupan mikroorganisma tanah ter-
analisis sifat fisik dan kimia tanah dan masuk rendah yang mengakibatkan pro-
analisis kesesuaian lahan. ses pembentukan lapisan atas yang subur
(lapisan A) menjadi lambat. Kemudian
tingkat pelapukan yang dicirikan oleh
nilai C/N <10 (rendah) menunjukkan

19
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

tingkat pelapukan yang relatif baik Kandungan Na-tertukar untuk seluruh


(standar C/N <12, termasuk baik). Sifat- lapisan termasuk sangat rendah. Jumlah
sifat kimia tanah lainnya dapat dilihat kation tertukar tertinggi terdapat pada
pada Tabel 3. campuran, diikuti oleh lokasi A.
Berdasarkan Tabel 3, kandungan P- mangium dan terendah di lokasi tanaman
tersedia juga termasuk sangat rendah dan campuran. Nilai kejenuhan basa termasuk
pada lapisan B lokasi Acacia mangium tinggi sampai sangat tinggi, kecuali di
dan lapisan A lokasi campuran tidak lapisan B lokasi A. mangium rendah dan
terukur atau sangat rendah sekali. Ke- di lokasi campuran termasuk sedang.
mudian kandungan Ca-tertukar pada Secara umum berdasarkan deskripsi
seluruh lapisan termasuk sedang sampai profil di lapangan, hasil analisis sifat fisik
tinggi, demikian juga kandungan Mg- dan kimia tanah menunjukkan bahwa
tertukar termasuk sedang sampai tinggi kesuburan tanah relatif kurang subur baik
kecuali pada lapisan B di tapak A. di tapak A. mangium maupun tapak
mangium. Kandungan K-tertukar ter- tanaman campuran.
masuk rendah sampai sangat rendah.

Tabel (Table) 1. Deskripsi profil tanah di lokasi penelitian (Soil profile descriptionatre-
search area)
Profil/Deskripsi Tapak (Site) Tanaman campuran (Mixed
(profile/Description) Acacia mangium* plantation)/Agroforestri (Agroforestry)*
Tebal lapisan 10-12 cm 5-7 cm
(Layer thickness) A
Tebal lapisan 12-42 cm 7-40 cm
(Layer thickness) B
Batas lapisan Berombak berangsur (Gradually Berombak berangsur (Gradually wavy)
(Layer border) wavy)
Warna lapisan 7,5 YR 2,5/3 (Very dark brown) 7,5 YR 3/1 (Very dark grey)
(Layer colour) A
Warna lapisan 7,5 YR 4/4 (Brown) 7,5 YR 4/6 (Strong brown)
(Layer colour)B
Tekstur lapisan (Layer Liat berat (Heavy clay) Liat berat (Heavy clay)
texture) A
Tekstur lapisan (Layer Liat berat (Heavy clay) Liat berat (Heavy clay)
texture) B
Struktur lapisan (Layer Gumpal bersudut (Angular blocky) Gumpal bersudut (Angular blocky)
structure) A
Struktur lapisan (Layer Gumpal bersudut (Angular blocky) Gumpal bersudut (Angular blocky)
structure)B
Plastisitas lapisan (Layer Sangat lengket (Very sticky), sangat Sangat lengket (Very sticky). Plastis
plasticity) A plastis (very c dan teguh (firm) (Elastic), teguh (firm)
Plastisitas lapisan (Layer Sangat lengket (Very sticky), sangat Sangat lengket (Very sticky), plastis (very
plasticity)B plastis (very elastic), teguh (firm) elastic), teguh (firm)
Tebal serasah (Litter 5 cm 2 cm
thickness)
Jneis tumbuhan bawah Rumput berbagai jenis (Varying Rumput berbagai jenis (Varying grasses)
(Underground species) grasses), harimonting
(Rhodomyrtus tomentosa)
Ketinggian dari permukaan 215 m 210 m
laut (Altitude)
Kemiringan lahan (Land 50 % 50 %
slope)
Tipe liat (Type of clay) Montmorilonit * Montmorilonit*
Drainase (Drainage) Agak buruk (Slightly poor) Agak buruk (Slightly poor)
Keterangan (Remarks): * = Tipe liat yang kembang-susut (Swelling-shrinking clay )

20
Analisis Kesesuaian Lahan Sembilan Jenis Tanaman
untuk Agroforestri Di Nambo, Jawa Barat
Tigor Butarbutar, Ismatul Hakim, Niken Sakuntaladewi,
Hariatno Dwiprabowo, Lukas Rumboko dan Setiasih Irawanti
Tabel (Table) 2. Kelas sifat fisik dan kimia tanahdi areal penelitian (The physical and
chemical properties classes in research area)
pH Tekstur (Texture) Kelas Bahan organik (Organic matter)
tekstur
(Texture
Lokasi
class)
(Layer)
H2O KCl Pasir Debu Liat C (%) N (%) C/N
(sand) (silt) (clay)
(%) (%) (%)
Acacia/A 4,2 3,9 25 27 48 2,73 0,28 10
Lempung
Sangat Sedang Sedang Rendah
berliat
masam (Moderate) (Moderate) (Low)
(Clay
(Very
loam)
acid)
Acacia/B 6,2 5,7 15 28 57 0,92, 0,09 10
Lempung
Agak Sangat Sangat Rendah
berliat
masam rendah rendah (low)
(Clay
(Slightly (Very low) (Very low)
loam)
acid)
Campuran/A 4,8 23 39 38 Lempung 2,04 0,21 10
5,5Masa
berliat Sedang(Mod Sedang Rendah(
m
(Clay erate) (Moderate) Low)
(Acid)
loam)
Campuran/B 4,0 20 22 58 0,94 0,09 10
Lempung
4,5Masa Sangat Sangat Rendah
berliat(Cl
m (Acid) rendah rendah(ver (Low)
ay loam)
(Very low) y low)

Tabel (Table) 3. Kelas sifat kimia di areal penelitian (The other chemical properties class
in research area)
Lokasi/ P-tersedia Nilai tukar kation (Cation exchange) Jumlah KTK KB (BS)
lapisan (Available) (cmol/kg) (Sum) (CEC) (%)
(Location/ (ppm), Ca Mg K Na (cmol/ kg)
Layer) Bray 1
A. 2,4 7,77 1,34 0,08 0,05 9,24 10,58 87 Sangat
mangium/A Sangat Sedang Sedang Sangat Sangat tinggi
rendah (Moderate) (Moderate) rendah rendah (Very
(Very (Very (Very high)
low) low) low)
A.mangium/ - 3,18 0,54 0,05 0,04 3,81 14,23 >100
B Rendah Rendah Sangat Sangat Sangat
(Low) (Low) rendah rendah tinggi
(Very (Very (Very
low) low) high)
Campuran - 19,48 3,53 0,14 0,06 23,21 19,25 >100
(Mixed Tinggi Tinggi Rendah Sangat Sangat
species)/A (High) (High) (Low) rendah tinggi
(Very (Very
low) high)
Campuran 1,8Sangat 18,28 2,79 0,15 0,07 21,29 20,24 59
(Mixed rendah Tinggi Tinggi Rendah Sangat Sedang
species)/B (Very (High) (High) (Low) rendah (Moderate)
low) (Very
low)

21
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

3. Analisa kesesuaian lahan tanaman campuran, masing-masing untuk


jati dan mahoni termasuk ke dalam
Kelas kesesuaian lahan untuk sem-
kategori sesuai marginal dengan faktor
bilan jenis pada tapak A. mangium, yaitu
pembatas drainase, kedalaman tanah dan
untuk jati dan mahoni termasuk ke dalam
kategori sesuai marginal dengan faktor lereng (S3d,t, dan l); nangka termasuk ke
pembatas drainase, kedalaman tanah, pH, dalam kategori tidak sesuai (N);
dan lereng (S3d,s,pH dan lereng); nangka rambutan dan pinang termasuk ke dalam
kategori sesuai marginal dengan faktor
termasuk ke dalam kategori tidak sesuai
pembatas lereng, kedalaman tanah dan
(N); rambutan dan pinang termasuk ke
dalam kategori sesuai marginal dengan curah hujan (S3ch, l, dan t); pisang dan
faktor pembatas kedalaman tanah dan jagung termasuk ke dalam kategori sesuai
lereng(S3t dan l); pisang termasuk ke marginal dengan faktor pembatas curah
dalam kategori sesuai marginal dengan hujan dan lereng (S3ch dan l); cabe
faktor pembatas curah hujan, kedalaman termasuk ke dalam kategori sesuai
tanah, dan lereng (S3ch,t, dan l); jagung dan marginal dengan faktor pembatas curah
cabe termasuk ke dalam kategori sesuai hujan dan lereng (S3ch dan l); rumput
marginal dengan faktor pembatas curah gajah termasuk ke dalam kategori sesuai
hujan dan lereng (S3ch dan l); dan rumput marginal dengan faktor pembatas curah
gajah termasuk ke dalam kategori sesuai hujan (S3ch), seperti disajikan pada Tabel
marginal dengan faktor pembatas curah 4. Sementara itu, kesesuaian lahan
hujan (S3ch). Kelas kesesuaian lahan potensial dan kombinasi jenis dapat
dilihat pada Lampiran 1.
untuk sembilan jenis di atas pada tapak

Tabel (Table) 4. Penilaian kelas kesesuaian untuk masing-masing karakteristik lahanper


jenis di tapak A. Mangium (AM) dan tanaman campuran (TC) (Land
suitability classes assessment on each land characteristics and species at
AM and TCsites)*
Kualitas Karakteristik Hasil analisis (Analysis Kelas kesesuaian Jenis (Species)**
lahan (Land lahan (Land results) lahan (Land
quality) characteristic) suitability class)

Tapak (Site) Tapak (Site) Tapak (Site)


A. mangium Campuran/Mixed A.mangium Campuran/ A.mangium Campuran/
Mixed Mixed
Temperatur Temperatur 27,60 C 27,50 C S1 S1 1,2,3,4,5,9 1,2,3,4,5,7,9
(Temperature) rata-rata S2 S2 6,7,8 6,7,8
(Mean
temperature) S3 S3 - -
Ketersediaan Curah hujan 3.000-4.500 3000-4500 S1 S1 - -
air (Water (Rainfall) S2 S2 2,4,5 2,4,5
availability) (mm/tahun S3 S3 3,6,7,8,9 3,6,7,8,9
(mm/year)
Kelembaban
udara
(Humidity)
Lamanya 0 0 S1 S1 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7,8,9
bulan kering S2 S2 -
(Length of dry S3 S3
season)
Ketersediaan Drainase Agak Agak S1 S1 6,7,8 6,7,8
oksigen (Drainage) terhambat terhambat(Poor) S2 S2 3,4,5 3,4,5
(Oxygen (Poor) S3 S3 1,2 1,2
availability)
Keadaan media Tekstur Ah Ah S1 S1 1,3,4,5,6,7,8 1,3,4,5,6,7,8
perakaran (Texture) S2 S2 -
(Rhizosphere) S3 S3 -

22
Analisis Kesesuaian Lahan Sembilan Jenis Tanaman
untuk Agroforestri Di Nambo, Jawa Barat
Tigor Butarbutar, Ismatul Hakim, Niken Sakuntaladewi,
Hariatno Dwiprabowo, Lukas Rumboko dan Setiasih Irawanti
Tabel (Table) 4. Lanjutan (continued)
Bahan kasar 0 0 S1 S1
(Coarse S2 S2
material) (%) S3 S3
Kedalaman 55 60 S1 S1
tanah (Soil S2 S2 7,8 7,8
depth) (cm) S3 S3 1,2,4,5,6 1,2,4,5,6
N N 3 3
Retensi hara KTK liat 22,05- 50,66-34,90 S1 S1 3,4,6,7,8 3,4,6,7,8
(Nutrient) (CEC of clay) 24,96 S2 S2
(me/100 g S3 S3
liat); KTK
tanah x 100%
liat(CECof soil
x 100/% clay)
KB (BS) (%) 87->100 >100-59 S1 S1 3,4,6,7,8 3,4,6,7,8
S2 S2
S3 S3
pH 4,2-6,2 5,5-4,5 S1 S1 1,2,3,4,5
S2 S2 3,4,5,6,7,8 6,7,8
S3 S3 1,2
C-organik 1,4 1,1 S1 S1 3,4,5,6,7,8 3,4,5,6,7,8
(Organic) (%) S2 S2
S3 S3
Salinitas S1
(Salinity) (ds/m) S2
S3
Sodisitas Alkalinitas 0,54-1,05 0,26-0,32 S1 S1 1,2,3,4,5,6,7,8 1,2,3,4,5,6,7,8
(Solidicy) (Alkalinity) S2
ESP (%) S3
Bahaya
sulfidik (Sulfat
hazard)

Bahaya erosi Lereng (Slope) 50 50 S1 S1


(Erosion hazard) (%)
S2 S2
S3 S3 1,2,3,4,5,6,7,8 1,2,3,4,5,6,7,8
Bahaya erosi Sr Sr S1 S1 1,2,3,4,5,6,7,8 1,2,3,4,5,6,7,8
(Erosion S2 S2
hazard) S3 S3
Bahaya Genangan f0 f0 S1 S1 1,2,3,4,5,6,7,8 1,2,3,4,5,6,7,8
banjir(Flood (Puddle) S2 S2
hazards) S3 S3
Penyiapan Batuan 0 0 S1 S1 1,3,4,6,7,8 1,3,4,6,7,8
lahan (Land dipermukaan S2 S2
preparation) (Rock S3 S3
surface)(%)
Singkapan 0 0 S1 S1 1,3,4,6,7,8 1,3,4,6,8
batuan (Rock S2 S2
outcrop) (%) S3 S3
Keterangan (Remarks) : *= Berdasarkan (Based on)Djaenudin,Marwan, Subagyo, & Hidayat. (2003);**=
Brack (1928): 26,3oC-(0,01*elevasi*0,60C); 1=jati (T. grandis);2= mahoni (S.
macrophylla); 3= nangka (A. integra); 4= rambutan (N. lappaceum); 5= pinang (A.
catechu); 6= pisang (Musa sp.); 7= jagung (Z. mays); 8= cabe (Capsicum sp.), dan
9= rumput gajah (P. purpureum)

B. Pembahasan penilaian kesesuian lahan aktual di lokasi


penelitian (Tabel 4) menunjukkan bahwa
Hasil deskripsi profil tanah (Tabel kemiringan lereng dan curah hujan
1), analisa sifat fisik dan kimia tanah merupakan faktor pembatas minimum
(Tabel 2 dan 3) di kedua lokasi penelitian alami dan sulit dirubah. Usaha untuk
menunjukkan tanah termasuk sulit untuk meningkatkan kesesuaian lahan menjadi
diolah, tidak subur baik secara fisik lebih tinggi setingkat pada kedua tapak
maupun kimiawi. Disamping itu, hasil dapat dilakukan rehabilitasi kesuburan

23
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

fisik dan kimianya, tetapi dibutuhkan dengan mengembangkan pola campuran


biaya yang relatif mahal. Rehabilitsi yang sangat terbatas. Hal ini disebabkan
kesuburan sifat fisik dilakukan dengan oleh tanah dengan sifat-sifat yang sulit
penerapan teknik konservasi tanah dan air diolah karena bertekstur dan berstruktur
(baik secara mekanis maupun vegetatif), berat, tanah termasuk masam sampai
sedangkan secara kimia dengan penga- sangat masam, bahan organik termasuk
puran untuk menurunkan kemasam-an rendah sampai sangat rendah, dan P-
tanah, penambahan bahan organik untuk tersedia sangat rendah. Jenis palawija
meningkatkan kandungan nitrogen atau yang memungkinkan untuk ditanam pada
menambahkan pupuk NPK. Walangitan tahap awal untuk agroforestri adalah
(2014) mengemukakan bahwa teknik jagung atau cabe. Hasil analisis ke-
konservasi tanah berbasis tanaman sesuaian lahan menunjukkan bahwa
cengkeh pernah dilakukan pada sebagian karakteristik lahan seperti temperatur
daerah tangkapan Danau Tondano se- masih menunjukkan kelas S2 (agak
hingga lahan tersebut dapat dimanfaat- sesuai), sedangkan jumlah bulan kering,
kan untuk agroforestri. Sementara itu, drainase, kedalaman tanah, bahan
Boitt, Mundia, Pellikka, & Kapoi (2015) organik, KTK, KB, bahaya erosi, bahaya
menyebutkan bahwa faktor pembatas genangan, batuan di permukaan dan
alami kesesuaian lahan di pegunungan singkapan batuan termasuk S1 (sesuai).
Taiti, Kenya, antara lain curah hujan dan Setelah tanaman palawija dapat di-
temperatur, yang mana di wilayah lanjutkan dengan tanaman rumput gajah
temperatur tinggi dan curah hujan rendah di bawah tegakan yang relatif tahan
termasuk paling tidak sesuai (least naungan seperti A. mangium yang sudah
suitable). Demikian pula dengan Grant, tumbuh baik di lokasi penelitian. Jenis
Moffatt, Sethy, Grieve, & Convery pohon mahoni dan jati tidak akan dapat
(2012) yang menyebutkan bahwa salah optimal, jadi perlu dicoba jenis seperi
satu karakteristik lahan yang sesuai untuk Pinus merkusii yang relatif toleran
lokasi pengembangan pohon Endos- terhadap tanah masam. Penamaman
permum mendullosum di Espiritu Santo, MPTs seperti jenis-jenis pinang, nangka
Vanuatu, adalah lahan yang mempunyai dan rambutan tidak akan berproduksi
kemiringan ringan (gentle slope). maksimal, perlu dicoba dengan tanaman
Untuk mengembangkan pola MPTs yang relatif tahan terhadap tanah
tanaman di kondisi lahan yang sulit masam, bertekstur dan struktur tanah
diolah dan tidak subur baik secara fisik berat seperti pisang masih memungkin-
dan mekanis dibutuhkan kombinasi jenis kan.
yang sangat terbatas yaitu alternatif Akiefnawati & Rahayu (2016) juga
campuran masing-masing 1 jenis tanaman menyebutkan bahwa pembangunan agro-
kayu, 1 jenis tanaman MPts, 1 jenis forestri di Jambi dilakukan dengan pola
tanaman pangan atau pakan ternak dan tanam yang disesuaikan dengan ke-
jenis tanaman rumput, mengingat ke- miringan lahan. Urutan penanaman
sesuaian lahan untuk semua jenis tersebut mulai dari bagian puncak lereng
termasuk ke dalam kategori marjinal yang ditanam dengan jenis tanaman kayu
(agak sesuai) dengan faktor pembatas yang diikuti tanaman MPTs dari jenis
kemiringan lahan (kecuali untuk jenis A. karet, kemudian jenis tanaman MPTs lain
Integra) pada tapak A. mangium, (kayu manis), dan terakhir pada lereng
sedangkan di tapak tanaman campuran terbawah yang ditanami jenis rempah dan
termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. tanaman obat. Jarak tanam untuk jenis
Pembangunan agroforestri pada penghasil kayu adalah 5 x 5 m, karet 2,5
kondisi lahan seperti ini perlu dilakukan x 2,5 m, kayu manis 3 x 3 m, dan

24
Analisis Kesesuaian Lahan Sembilan Jenis Tanaman
untuk Agroforestri Di Nambo, Jawa Barat
Tigor Butarbutar, Ismatul Hakim, Niken Sakuntaladewi,
Hariatno Dwiprabowo, Lukas Rumboko dan Setiasih Irawanti
tanaman rempah atau tanaman obat 30 x curah hujan. Sementara itu, kombinasi
30 cm. Selain itu, pertimbangan jenis yang dapat dilakukan sangat
pemilihan jenis pohon menjadi penting terbatas dengan alternatif campuran
jika dicampur dengan tanaman sela masing-masing 1 jenis tanaman kayu, 1
karena distribusi cahaya melalui kanopi jenis tanaman MPTs, 1 jenis tanaman
dapat menjadi faktor pembatas pada pangan atau pakan ternak.
tanaman sela dibawah kanopi. Leroy et
al. (2009) menyebutkan bahwa cahaya B. Saran
yang sampai ke tanaman sela tergantung Pengembangan agroforestri pada
jumlah cahaya yang terintersepsi melalui tapak A. mangium dan tanaman
kanopi sebagai akibat struktur/arsitektur campuran yang termasuk ke dalam
kombinasi campuran pohon. Sebagai kategori sesuai marginal dan kombinasi
contoh, campuran A. mangium dan T. jenis yang sangat terbatas perlu diawali
grandis pada umur 1 dan 3 tahun, akan dengan skala uji coba dengan jenis-jenis
memperterlihatkan bahwa penutupan yang dikembangkannya.
kanopi A. mangium pada umur 3 tahun
lebih cepat, sehingga cahaya yang
didapatkan tanaman sela di bawah A. UCAPAN TERIMAKASIH
mangium tiga kali lebih rendah Penulis mengucapkan terima kasih
dibandingkan dengan tanaman dibawah kepada Balai Pengelolaan Sampah
T. grandis (Leroy et al., 2009). Regional Jawa Barat yang telah mem-
Pemilihan kombinasi tanaman juga biayai penelitian ini dan Bapak Edi
disebutkan oleh Markum et al. (2013) Bahtiar yang telah membantu pelaksana-
yang mana pola agroforestri dengan an penelitian.
campuran pohon jati dan mahoni, serta
MPTs (durian, alpukat, mangga, coklat DAFTAR PUSTAKA
dan kopi) di DAS Renggung Pulau
Lombok dapat meningkatkan pendapatan Ahmad, F., & Goparaju, L. (2017). Land
petani yang dilibatkan dengan skema evaluation in terms of agroforestri
hutan kemasyarakatan (HKm). suitability, an approach to improve
livelihood and reduce poverty: A
IV. KESIMPULAN DAN SARAN FAO based methodology by
geospatial solution: A case study of
A. Kesimpulan Palamu district, Jharkhand, India.
Ecological Questions,25, 67-84.
Kesesuaian lahan pada kawasan
http://dx.doi.org/10.12775/EQ.2017.
hutan di Desa Nambo untuk jenis jati (T.
006.
grandis), mahoni (S. macrophylla),
rambutan (N. lappaceum), pinang (A. Ahmad, F., Goparaju, L., & Qayum, A.
catechu), pisang (Musa sp.), jagung (Z. (2017). Agroforestri suitable analysis
mays), cabe (Capsicum sp.), dan rumput based upon nutrient availability
gajah (P. purpureum) termasuk ke dalam mapping: A GIS based suitability
kategori sesuai marginal (S3), baik pada mapping. AIMS Agriculture and
tapak A. mangium maupun tanaman Food, 2(2), 201-220.
campuran. Sebaliknya, kesesuaian lahan Akiefnawati, S., & Rahayu, S. (2016).
untuk jenis A. integra (nangka) termasuk Pedoman agroforestri dalam
ke dalam kategori tidak sesuai (N) pengelolaan Hutan Desa:
dengan faktor pembatas alami yang sulit pembelajaran dari Jambi. Bogor:
dirubah, seperti kemiringan lahan dan Agroforestri Centre (ICRAF)

25
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

Southeast Asia Regional Program. A.S.F. (2014). Soil organic matter


pools in a tropical savanna under
Asmarhansyah, A., Badayos, R.B.,
agroforestri system in Northeastern
Sanchez, P.B., Cruz, P.C.S., &
Brazil. Revista Arvore, Vicosa-M.G,
Florece, L.M. (2017). Land
38(4), 711-723. Retrieved from
suitability evaluation of abandoned
http://dx.doi.org/10.1590/S0100-
tin-mining areas for agricultural
67622014000400014.
development in Bangka Island,
Indonesia. Journal of Degraded Leroy, C., Sabatir, S., Wahyuni, N.S.,
Mining Land, 4(4). Barczi, J.F., Dauzat, J., Laurans, M.,
https://doi.org/10.15243/jdmlm.2017 & Auclair, D. (2009). Virtual trees
.044.907. and light capture: A method for
optimizing agroforestry stand design.
Boitt, M.K., Mundia, C.N., Pellikka,
Agroforestri System, 77(1), 37-47.
P.K.E., & Kapoi, J.K. (2015). Land
suitability assessment for effective Markum, A.P., Hadi, Suyono, & Muktar.
crop production, a case study of Taiti (2013). Kesesuaian karakteristik
Hills, Kenya. Journal of Agricultural agroforestri untuk pengelolaan DAS
Informatics, 6(2), 23-31. terpadu di DAS Renggung Pulau
http://doi.org/10.17700/jai.2015.6.2. Lombok In Utomo (Eds.), Prosiding
185. Seminar Nasional Pengelolaan DAS
terpadu untuk Kesejahteraan
Butarbutar, T. (2015). Reinforcing
Masyarakat, 150-162.
agroforestri to meet the need for
timber, fruits and food into HTR Rachmawaty, R., Siregar, N.C., & Rauf,
scheme-based on land suitability and A. (2016). Kesesuaian lahan tanaman
necessary policy: A case study in jati: Studi kasus di Arboretum Kwala
Riau. Proceedings International Bekala, Universitas Sumatera Utara.
Conference of Indonesia Forestry Jurnal Penelitian Dipterokarpa, 2(2),
Researchers III, Bogor21-22 October 73-82.
2015. Bogor: Forestry Research, Rahim, S.M.A., Hasnain, S., & Shamsi,
Development and Innovation R.A. (2010). Land suitability
Agency, 158-169. classification of choice of tree
Fiqa, A.P., & Laksono, R.A. (2014). species in District Rahim Yar Khan,
Pengembangan sistem agroforestri Punjab, Pakistan. African Journal of
berbasis indigenous species dan Agricultural Research, 5(23), 3219-
kesesuaian lahan di wilayah 3229.
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. http:www.academicjournals.org/AJA
Makalah disajikan dalam Seminar R.
Nasional Agroforestri, Malang: Ritung, S., Wahyuanto., Agus, F., &
Lembaga Ilmu Pengetahuan Hidayat, H. (2007). Panduan evaluasi
Indonesia. kesesuain lahan dengan contoh peta
Grant, J.C., Moffatt, T., Sethy, M., arahan penggunaan lahan Kabupaten
Grieve, B., & Convery, K. (2012). Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah
Site suitability and land availability dan Agroforestri Centre (ICRAF),
for Endospermum medullosum Bogor. Indonesia.
plantation on Espiritu Santo, Walangitan, H.D. (2014). Perencanaan
Vanuatu. International Forestry rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
Review, 14(4), 424-432. berbasis kemampuan lahan di daerah
Leite, L.F.C., Iwata, B.F., & Araujo, tangkapan air (DTA) Danau

26
Analisis Kesesuaian Lahan Sembilan Jenis Tanaman
untuk Agroforestri Di Nambo, Jawa Barat
Tigor Butarbutar, Ismatul Hakim, Niken Sakuntaladewi,
Hariatno Dwiprabowo, Lukas Rumboko dan Setiasih Irawanti
Tondano. Jurnal Wasian, 1(2), 45-56. paeoniifolius (Dennst.) Nicolson),
dan ubi kayu (Manihot esculenta
Wang, L., Zhong, C., Gao, P., Xi, W., &
Crantz) pada agroforestri Perbukitan
Zhang, S. (2015). Soil infiltration
Menoreh. Vegetalika, 4(1).
characteristics in agroforestri system
and their relationship with the Winarno, J., Rachmadhika, Y., &
temporal distribution of rainfall on Supriyadi. (2010). Evaluasi
the loess plateu in China. PLoSone, kesesuaian “beberapa jenis tanaman
10(4). Retrieved 7 September 2017 dalam sistem wanatani di wilayah
from Desa Ngadipuro, Kecamatan
https://doi.org/10.1371/journal.pone. Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
0124767. Sains Tanah-Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi, 7(2), 97-107.
Wicaksono, H., Putra, E.T.S., &
Muhartini, S. (2015). Kesesuaian
tanaman ganyong (Canna indica L.),
suweg (Amorphophallus

27
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 17-28

Lampiran (Appendix) 1. Kesesuaian lahan aktual dan potensial per jenis dan alternatif kombinasi
campuran (Actual and potential land suitability for each species and
alternative for mixed combination)

Jenis Kesesuaian lahan (Land suitability) Faktor pembatas Kombinasi campuan


(Species) Aktual (Actual)* Potensial (Potential) (Limitation factor) (Mixed combination)
Tapak (Site) Tapak (Site) Tapak (Site) Tapak (Site)
A. Campuran A. Campuran A. mangium Campuran A. Campuran
mangium (Mixed) mangium (Mixed) (Mixed) mangium (Mixed)
1.Jati S3 S3 - - Lereng Lereng 1+
(Slope), (Slope), (2/4/5/6/7/8)+9
curah curah
hujan hujan
(rianfall) (rainfall)
2.Mahoni S3 S3 - - Lereng Lereng 2+
(Slope) (Slope) (4/5/6/7/8)+9
3.Nangka N N - - Lereng Lereng
(Slope) (Slope)
4. Rambutan S3 S3 - - Lereng Lereng 4+
(Slope) (Slope) (2/5/6/7/8)+9
5.Pinang S3 S3 - - Lereng Lereng 5+
(Slope) (Slope) (2/4/6/7/8)+9
6.Pisang S3 S3 - - Lereng Lereng 6+
(Slope) (Slope) (2/4/5/7/8)+9
7.Jagung S3 S3 - - Lereng Lereng 7+
(Slope) (Slope) (2/4/5/6/8)+9
8.Cabe S3 S3 - - Lereng Lereng 8+
merah (Slope) (Slope) (2/4/5/6/7/8)+9
9. Rumput S3 S3 - - Lereng Lereng (2/4/5/6/7)
gajah (Slope) (Slope)
Keterangan (Remarks): * = Sesuai hasil analisis kesesuaian lahan di Tabel 4 (Based on land suitability on
Table 4)

28

You might also like