Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
ENDARTI RATNASARI
NIM : B.010.014.005
Syukur alhamdulilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan proposal “hubungan
ketersediaan fasilitas terhadap keberhasilan asi eksklusif pada ibu bekerja di rs.pku
muhamadiyah gombong”.
Dalam penyusunan proposal ini penulis sangat menyadari bahwa bimbingan, motivasi,
arahan dan bantuan dari semua pihaklah yang dapat membantu menyelesaikan proposal
karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada TITIS SENSUSSIANA,S.Kep,M.,Kep selaku
dosen pengampu mata kuliah metlin biostat.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas beliau yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapan untuk kesempurnaan
proposal ini.
penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sebanyak 80%. Hal ini tentunya
sangat memprihatinkan dikarenakan responden adalah orang yang memiliki
pengetahuan tentang kesehatan khususnya mengenai ASI Eksklusif.
Menurut penelitian Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP
IDAI), pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dirasa sangat lama untuk
ibu yang bekerja karena mereka harus menyelesaikan cutinya sesudah tiga
bulan dan kembali beraktivitas. Hal ini diiringi oleh jumlah pekerja
perempuan Indonesia yang terus menanjak, yaitu bertambah 2,12 juta dalam
empat tahun. Selain masalah waktu, kebijakan perusahaan dan minimnya
fasilitas menyusui di tempat kerja juga mempengaruhi. Menurut penelitian
terbaru dari Program Magister Kedokteran Kerja Departemen Kedokteran
Komunitas FKUI, persentase pekerja sektor formal di Jakarta yang memberi
ASI Eksklusif hanya 32%. Selain rendahnya pemberian ASI Eksklusif, hasil
penelitian lainnya adalah sekitar 45% pekerja perempuan sektor formal
berhenti menyusui sebelum empat bulan dan mulai memberikan susu formula
atau makanan pendamping ASI kepada anaknya. Alasan mereka kebanyakan
adalah cemas atau repot harus kembali bekerja dan merasa tidak nyaman
meninggalkan pekerjaan (www.lapor. ukp.go.id , 2013).
Bagi ibu bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap
harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja (Ambarwati &
Wulandari, 2008).
Banyak tantangan ibu bekerja dalam menyusui yang tentunya
berkemungkinan akan menyebabkan kegagalan dalam memberikan ASI
Eksklusif, diataranya adalah mobilitas kerja yang tinggi, dinas keluar kota
atau keluar negeri, jarak kantor dengan rumah yang jauh, dan tidak ada ruang
menyusui di kantor (Wageindicator Foundation, 2014).
Data Riset Fasilitas Kesehatan Dasar 2011 mengungkapkan bahwa
baru sekitar 40% Rumah Sakit yang melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan bayi sebagai penerapan 10 Langkah Keberhasilan Menyusui (Detikhealth,
2012).
4
pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung
campuran dari berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah
dicerna bayi. ASI saja, tanpa tambahan makanan lain merupakan cara terbaik
untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama. Sesudah 6 bulan,
beberapa makanan lain harus ditambahkan pada bayi. Sedangkan pemberian
ASI bagi ibu dapat memulihkan diri dari proses persalinan. Pemberian ASI
selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan
memperlambat perdarahan karena hisapan pada puting susu merangsang
dikeluarkanya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim
(Sulistyawati, 2009).
Bagi bayi, ASI punya banyak manfaat. Di antaranya merupakan
nutrisi paling sempurna karena komposisi zat-zat gizinya lengkap dan
seimbang, mengandung zat kekebalan yang membantu meningkatkan daya
tahan tubuhnya, menghindari bahaya diare dan infeksi saluran napas, ASI
steril dan tersedia setiap saat, sehingga sangat praktis dan ekonomis,
mempererat ikatan emosional antara anak dengan ibu, sehingga sangat positif
dampaknya bagi perkembangan psikologisnya. Penelitian juga membuktikan,
bayi-bayi yang memperoleh ASI umumnya terhindar dari risiko obesitas.
Sedangkan manfaat ASI bagi ibu adalah memberi kepuasan batin,
ketenangan, serta kebahagiaan emosional, mempercepat kontraksi rahim,
sehingga dalam waktu singkat rahim kembali ke ukuran normal. Ini
menyebabkan menurunnya risiko perdarahan rahim di masa nifas, serta
memperkecil risiko kanker payudara (Parenting Indonesia, 2014).
Kolostrum adalah ASI yang diberikan pada hari pertama sampai hari
ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matur, bentuknya
sedikit kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. Kasiat
kolostrum adalah sebagai pembersih selaput usus BBL (Bayi Baru Lahir)
sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. Mengandung
kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi. Kolostrum juga mengandung zat
11
tekanan BH. Sindrom ASI kurang. Tanda ASI kurang biasanya berat badan
bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB (Berat Badan)
lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali, dan ngompol rata-rata kurang
dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan berwarna kuning. Ibu
hamil. Dalam hal ini tidak ada bahaya bagi ibu dan janinnya. Bila ibu
meneruskan menyusui bayinya, ibu harus makan lebih banyak lagi. Bayi
bingung puting. Adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat
susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusui pada ibu. Bayi
prematur dan BBLR. Pada kondisi ini refleks menghisap bayi masih lemah.
Oleh karenanya bayi harus sering dan lebih cepat dilatih menyusu
(Ambarwati & Wulandari, 2008).
Menurut penjelasan atas PP RI No.33 tahun 2012, kondisi medis ibu
yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif karena harus mendapat
pengobatan antara lain yang pertama adalah ibu yang terinfeksi Human
Immunodeficiency V irus . Dalam kondisi tersebut, pengganti pemberian ASI
harus memenuhi kriteria, yaitu dapat diterima, layak, terjangkau,
berkelanjutan, dan aman ( acceptable, feasible, affordable, sustainable,
and safe ). Kondisi tersebut bisa berubah jika secara teknologi ASI Eksklusif
dari ibu terinfeksi Human Immunodeficiency V irus dinyatakan aman bagi
bayi dan demi kepentingan terbaik bayi. Kondisi tersebut juga dapat
diberlakukan bagi penyakit menular lainnya. Yang kedua ibu yang
menderita penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat
bayi, misalnya sepsis yang menyebabkan demam tinggi hingga tidak
sadarkan diri dan infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di
payudara; kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut bayi
sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas.
Dalam ajaran agama Islam, seseorang ibu yang baru melahirkan anak
disarankan untuk menyambut kelahiran bayi, salah satunya adalah dengan
mentahnik. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan bahwa tahnik
adalah mengunyah sesuatu kemudian meletakkan/ memasukkannya ke mulut
bayi lalu menggosok-gosokkan ke langit-langit mulutnya Dilakukan .
13
demikian kepada bayi agar supaya ia terlatih terhadap makanan dan untuk
menguatkannya. Dan yang patut dilakukan ketika mentahnik hendaklah mulut
(bayi tersebut) dibuka sehingga (sesuatu yang telah dikunyah) masuk ke
dalam perutnya. Dan yang lebih utama (ketika) mentahnik ialah dengan
kurma kering ( tamr). Jika tidak mudah mendapatkan kurma kering (
tamr) maka dengan kurma basah ( ruthab ) . Dan kalau tidak ada kurma
dengan sesuatu yang manis dan tentunya madu lebih utama dari yang lainnya
(kecuali kurma)(Bahraen, 2012).
Berdasarkan penelitian para dokter, tahnik memiliki pengaruh
terhadap kesehatan bayi. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau
menyebutkan bahwa tahnik dengan ukuran apa pun merupakan mukjizat Nabi
dalam bidang kedoktean selama empat belas abad agar umat manusia
mengenal tujuan dan hikmah baiknya. Para dokter telah membuktikan bahwa
semua bayi, terutama yang baru dilahirkan dan masih menyusui, memiliki
risiko terancam kematian apabila mengalami penurunan kadar gula dalam
darah (karena kelaparan, masa transisi dari menerima asupan makanan secara
langsung dari ibu melalui plasenta menjadi harus meminta dulu untuk
mendapat ASI). Kejadian ini dapat dicegah dengan tahnik, karena tahnik pada
dasarnya memberi zat gula yang sangat dibutuhkan pada bayi yang baru lahir
(Fathi, 2011).
ASI Eksklusif memang memiliki pengertian hanya ASI sampai 6
bulan, air putih bahkan madu pun tidak diperkenankan. Mengenai tahnik,
sama dengan obat-obatan. Ia diijinkan karena proses tahnik memiliki banyak
manfaat dibandingkan mudharatnya (Assunah, 2010). Menurut Dwi Sunar
Prasetyono (2009) sesungguhnya yang dimaksud dengan pemberian ASI
Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat.
14
memberikan ASI Eksklusif. Dari aspek psikologis ada berbagai alasan yang
digunakan oleh para ibu untuk menolak pemberian ASI Eksklusif, misalnya
takut kariernya terganggu dan kuatir badanya tidak bagus lagi. Pada
kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar. Jika ditinjau dari sisi psikologis,
ASI justru menciptakan hubungan keterikatan emosional antara ibu dan anak.
Sedangkan dari aspek sosiologis agar pemberian ASI Eksklusif dapat berjalan
dengan lancar, harus ada upaya khusus dan tidak boleh malas. Ibu harus
menyisihkan waktunya untuk memeras ASI atau menyusui anaknya. Di
rumah, perlu adanya dukungan dari suami, orang tua, saudara, dan anak yang
lebih besar. Suami turut berperan dalam mendukung atau membantu
pekerjaan istri di rumah, misalnya ketika pagi hari istrinya harus menyusui,
suami dapat memandikan anak pertama mereka. Selama ibu menyusui, suami
harus mengambil alih tugas-tugas domestik lainnya (Yuliarti, 2010).
Dukungan sosial dari atasan di tempat kerja, rekan kerja, dan kondisi
pekerjaan juga sangat penting. Bagi ibu yang menyusui, biasanya perusahaan
akan memberikan toleransi. Seseorang pimpinan perusahaan hendaknya dapat
memahami jika stafnya yang ingin meminta izin untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya. Jika sakit saja kantor masih memberikan toleransi,
apalagi dalam soal pemberian ASI. Pihak perusahaan hendaknya memberikan
toleransi berupa pemberian izin selama 1-2 jam agar stafnya dapat pulang
sekedar menyusui bayinya atau memerah ASI jika memang persediaan telah
habis. Jika diperlukan, perusahaan dapat membangun tempat penitipan bayi
yang sekaligus menjadi tempat bagi ibu untuk menyusui anaknya (Yuliarti,
2010).
Menyusui sambil bekerja sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan
dan sifatnya fleksibel sekali. Begitu pula dengan rekan kerja. Saat ini
pemberian ASI makin dimudahkan dengan adanya teknologi penyimpanan
dan pemerasan ASI, serta adanya pengetahuan tentang ASI yang semakin
baik (Yuliarti, 2010).
16
4) Pompa ASI
Pompa adalah alat atau mesin untuk memindahkan atau
menaikkan cairan atau gas dengan cara mengisap dan
memancarkannya (Kamus Bahasa Indonesia, 2014).
Pompa ASI adalah alat atau mesin untuk memindahkan ASI
dengan cara
menghisap.
5) Botol ASI
Botol adalah wadah untuk benda cair, yang berleher sempit dan
biasanya dibuat dari kaca atau plastik (Kamus Bahasa Indonesia,
2014).
Botol ASI adalah wadah untuk ASI, yang berleher sempit dan
biasanya dibuat dari kaca atau plastik.
6) Sterilizer botol ASI.
Sterilisasi adalah perlakuan untuk menjadikan suatu bahan atau
benda bebas dari mikroorganisme dengan cara pemanasan,
penyinaran, atau dengan zat kimia untuk mematikan
mikroorganisme hidup maupun sporanya (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014).
Sterilizer adalah alat yang digunakan untuk menjadikan suatu
bahan atau benda bebas dari mikroorganisme dengan cara
pemanasan, penyinaran, atau dengan zat kimia untuk mematikan
mikroorganisme hidup maupun sporanya.
Sterilizer botol ASI adalah alat yang digunakan untuk
menjadikan
botol ASI bebas dari mikroorganisme dengan cara pemanasan,
penyinaran, atau dengan zat kimia untuk mematikan
mikroorganisme hidup maupun sporanya.
2.4.3. Peralatan pendukung
1) Meja tulis, kursi dengan sandaran untuk ibu memerah ASI.
2) Kit konseling menyusui yang terdiri dari model payudara, boneka,
cangkir minum ASI, spuit 5cc, spuit 10 cc, dan spuit 20 cc.
20
3) Media KIA tentang ASI dan inisiasi menyusui dini yang terdiri
dari poster, foto, leaflet, booklet, dan buku konseling menyusui.
4) Lemari penyimpan alat.
5) Dispenser dingin dan panas, alat cuci botol, tempat sampah dan
penutup
6) Penyejuk ruangan (AC/Kipas angin).
7) Nursing apron/kain pembatas/ pakai krey untuk memerah ASI,
waslap untuk kompres payudara, tisu/lap tangan dan bantal untuk
menopang saat menyusui.
Bila peralatan pendukung tidak atau belum dapat disediakan,
sekurang-kurangnya yang harus disediakan adalah:
1) Meja
Adalah perkakas (perabot) rumah yg mempunyai bidang datar
sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya
(bermacam-macam bentuk dan gunanya) (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014).
2) Wastafel
Adalah tempat membersihkan diri (cuci muka, cuci tangan, gosok
gigi, bercukur), letaknya menempel pada dinding (di luar atau di
dalam kamar mandi), dilengkapi dengan keran air, cermin, dan
rak untuk menaruh sabun, pasta gigi, atau alat-alat kecantikan
(Kamus Bahasa Indonesia, 2014).
3) Sabun cuci tangan
Adalah bahan yang dapat berbuih, digunakan untuk mencuci
tangan, biasanya berupa campuran alkali, garam, dan natrium
(Kamus Bahasa Indonesia, 2014).
2.4.4. Penanggungjawab Ruangan ASI
Penanggungjawab ruang ASI dapat merangkap sebagai
konselor menyusui. Dalam memberikan konseling menyusui, tenaga
terlatih pemberian ASI juga menyampaikan manfaat pemberian ASI
Eksklusif antara lain berupa peningkatan kesehatan ibu dan anak,
21
Ruang ASI:
1. Lemari pendingin (refrigerator) untuk menyimpan ASI.
2. Gel pendingin (ice pack).
3. Tas untuk membawa ASI perahan (cooler bag).
4. Pompa ASI
5. Botol ASI
6. Sterilizer botol
ASI. Peralatan
pendukung:
1. Kursi dan meja.
2. Wastafel.
3. Sabun cuci tangan.
Penanggung jawab ruang ASI
Konselor menyusui
ASI Eksklusif:
Pemberian ASI saja
selama 6 bulan
1. Kue “t 1 k No
R sion i . ad min
u er d A a al
a yang Kuesion a d S
n terdi er k a k
g ri yang ad S o
A da terdiri a” k r
SI ri dari dib o 0
a 1 2 eri r
d perta pertanya sk 1
al nyaa an or 2.
a n yang 0. T
h ya telah Sk i
ru ng diberi or d
an tela skor. ter a 1
Jawaban .
ga h en k A
n dibe “ada da a d No
y ri ” h d a min
a skor diberi 0 a S al
n . skor 1 da S k
g Jawa dan n k
ban jawaban sk o o
dil “a “tida or r r
en 3. da k ada” ter 0 >
gk ” diberi tin 1
ap dibe skor 0. ggi 2.
i ri Skor 2 Ti
d skor terend da
e 1 ah 0 k No
n dan dan skor ad min
g jawa tertinggi a al
a ban 2 S
n “ti Kuesion k
pr da er o
as k yang 1 r
ar ada” terdiri . 0
an dibe dari A
a 2 d
ri a
m skor pertanya
S
en 0. an
yu Sko yang k
su r telah o
i 2. tere diberi r
da skor.
n
nda
h0 Jawaban >
m dan “ada 1
e skor ” 2
m terti diberi .
er skor 1 T
nggi i
ah 1 dan d
A jawaban a
27
28
4. Kuesion sk a o an 1a a N
C er or d r ya . S S
o yang 0. a t ng A k k o
ol menyimpan, terdiri Sk ” e tela d o
atau dari or r h a r o m
er
membawa 2 ter d e dibe S0 r
B
ag ASI perahan. hidup
pertanya en i n ri k > in
/ 5. maupunan da b d skor o 1
tas sporanya.
yang h e a . r 2 al
A telah
diberi
0
da
r
i
h Jawa
0 ban
> T. N
SI
skor. n s d “a 1 i
per
Jawaban sk k a da 2 d o
ah . 1a
an “ada or o n ” T . k
a ” ter r s dibe i a m
d diberi tin 1 k ri d Ad
a skor 1 ggi d o skor a da in
l dan 2 a r 1 k a S
a jawaban Ku n te dan a S k al
h “tida esi j rt jawa d o
ke k ada” on a in ban a k r N
ma 7. diberi er w g “ti So 0
sa skor 0. ya a gi da k r o
n Skor ng b 2 k o>
ata terend ter a K ada” r m
1
u ah 0 dir n u diber 0
2
wa dan skor i “ e i . in
da tertinggi d t si skor T
h 2 a i o 0. i al
ber Kuesion ri d n Sko d
be er 2 a er r a N
ntu yang per k y tere k
k terdiri tan a nda 1 o
p dari ya a n h0 . a
er Ad
2 an d g dan da
m
se pertanya y a te skor a S
gi an a ” r terti in
Sk
da yang n d di nggi
n ko
telah g i ri 2 r al
diberi tel b d o
0
se skor. ah e a r
ba Jawaban di r r >
gai “ada be i i
ny 1
” ri s 2 2
a, diberi sk k .
dip skor 1 or. o p T
ak 6. dan Ja r er i
ai jawaban wa 0 ta d 1
“tida ba . n a .
k ada” n S y k
unt diberi “ k a a A
uk d d
27
27
8. Kuesion k s d 4, 1a N
M er ad k a Jawa . d o
ej penyanggany yang a” o n ban Aa m
a a terdiri dib r. ja “ d Si
ad (bermacam- dari eri Uw y a kn
ala macam 2 sk na a” S oa
h bentuk pertanya or t b dibe k rl
pe gunanya) an 0. ua ri 0
o
rk (Kamus yang Sk kn skor r
ak Bahasa telah or “ 0
dan >
as Indonesia, diberi ter p t
jawa 1
(p 2014). skor. en e i
ban 2
er 9. Jawaban da r d .
ab “ada h t a “ti
da T
ot ” 0 a k i
) diberi da n ” k”
d
ru skor 1 n y d dibe a
m dan sk a i ri k
ah jawaban or a b skor a N
“tida ter n e 1. d o
y k ada” tin n ri Sk a m
g diberi ggi o s or S i
skor 0. 2 m k tere k n
m Skor e o nda o a
h 0 1
e terend r r r
. l
m ah 0 1 0 dan 0
pu dan skor , . skor
terti E
ny tertinggi J U k
ai 2 a n nggi
4 s
bi wt k
da Ku a u l
ng Kuesion esi b k u
da er on a p s
tar yang er n e i
se terdiri te rt 1
f
ba dari rd “ a .
S
ga 10. 2 iri y n A
i pertanya a y d k
dar
da ” a a o
an i 4
un d a S r
yang pe 4
m telah rta i n 2.
k
eja diberi ny b n o N
ny skor. aa e o r o
a Jawaban n r m > m
da “ada ya i e 1 i
n ” ng s r 2 n
be diberi tel k 2 . a
rk skor 1 ah o , T l
ak dan di r 3 i
i jawaban be 1 d d
a a
se “tida ri n k
28
=
( z ሻ
—
( z ሻ . ( z
ሻ
z z z z
{. ( ሻ }. . (
— —
Keterangan :
r = Koefisien
korelasi(validitas)
X = Skor pada subyek item n
Y = Skor total subyek
xy = Skor pada subyek item n dikalikan skor total
n = Banyaknya subyek
Keputusan Uji:
Bila hitung (r pearson) > r tabel; maka Ho ditolak, artinya
pertanyaan valid.
Bila hitung (r pearson) d” r tabel; maka Ho gagal ditolak, artinya
pertanyaan tidak valid.
Setelah dilakukan uji validitas ternyata ada 4 pertanyaan yang
tidak valid yaitu pertanyaan C8, C9, C10 dan D9, kemudian keempat
pertanyaan tersebut di hapus dan di analisis kembali sehingga tersisa
20 pertanyaan (Lampiran 11). Khusus pertanyaan F tidak dilakukan
uji validitas karena tidak dapat diuji dan tidak berpengaruh terhadap
hasil penelitian.
3.8.2. Uji Reliabilitas
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh
suatu pertanyaan, dikatakan reliabel jika jawaban sesorang terhadap
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas
dilakukan setelah semua pertanyaan valid semua. Untuk mengetahui
31
reliabilitas, dilakukan pembandingan antara r hasil dengan r tabel
31
atau konstanta (0,6). Dalam uji reabilitas sebagai nilai r hasil adalah
nilai alpha (Riyanto, 2009).
Keputusan Uji:
Bila r A lpha > r konstanta/ tabel; maka pertanyaan tersebut reliabel.
Bila r A lpha d” r konstanta/ tabel; maka pertanyaan tersebut tidak
reliabel.
Prinsip ujinya adalah dilakukan untuk masing-masing
pertanyaan dari variabel, dilakukan terhadap seluruh pertanyaan dari
variabel dan antara pertanyaan variabel satu dengan variabel lain
tidak boleh dilakukan uji validitas dan reliabilitas secara bersama-
sama (Riyanto, 2009).
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh bahwa semua data reliabel
sehingga tidak diperlikan analisis ulang (lampiran 11).
= ( ሻ
33
Keterangan:
X2 = Nilai chi-square
Fo = frekuensi yang diobservasi Fe =
frekuensi yang diharapkan Rumus
mencari frekuensi teoritis (fe):
∑ kሻ ( ∑ ሻ
e = (
∑ T
Keterangan:
fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
∑fk = jumlah frekuensi pada kolom
∑fb = jumlah frekuensi pada baris
∑T = jumlah keseluruhan baris atau kolom
Rumus x 2 tabel:
k = (k ͳሻ ( ͳሻ
— —
Keterangan:
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
2) Independent
Peneliti tidak memaksa responden untuk ikut manjadi partisipan dalam
penelitian ini jika responden tidak bersedia. Dalam lembar permintaan
menjadi responden, peneliti menjelaskan bahwa responden berhak
menolak untuk menjadi objek penelitian dan boleh tidak mengisi
kuesioner.
3) Informed Consent
Sebelum mengisi kuesioner, responden menandatangani lembar
informed consent yang telah peneliti sediakan sebagai bukti bahwa
responden bersedia menjadi objek penelitian dan bersedia memberikan
data yang sebenarnya.
4) A nonimity
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya mencantumkan
nomer responden di dalam data rekapitulasi kuesioner. Nama dan
identitas lain tidak dicantumkan.
35