Professional Documents
Culture Documents
Ibnu Hajar berkata : "Hadits ini telah menerangkan bahwa shalat berjamaah adalah fardhu 'ain,
karena kalau shalat berjamaah itu hanya sunnah saja, Rasulullah j tidak akan berbuat keras
terhadap orang-orang yang meninggalkannya, dan kalau fardhu kifayah pastilah telah cukup
dengan pekerjaan beliau dan yang bersama beliau." Dan masih banyak lagi hadits tentang
peringatan keras Rasulullah j terhadap orang yang tidak hadir ke masjid untuk berjamaah bukan
karena meninggalkan shalat, namun disebabkan mereka shalat di rumah-rumah mereka.
Keterangan:
Para ulama’ berlainan pendapat tentang hukum sholat fardhu dengan berjama’ah. Namun ada
baiknya kita mencermati yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim al Jauziyah: "Siapa saja yang
merenungkan as-Sunnah dengan sebenarnya ia akan mendapat kejelasan bahwa mengerjakan
shalat berjama'ah di masjid adalah kewajiban yang telah ditetapkan, kecuali bagi orang yang
berhalangan yang membolehkan baginya meninggalkan shalat jum'at dan jama'ah.
Meninggalkan masjid tanpa udzur itu ibarat meninggalkan asal perintah berjama'ah dengan
tanpa udzur, hal ini telah disepakati oleh berbagai hadits dan atsar ... (kitab As-Shalah 461)
Adapun bagi kaum muslimah maka yang lebih utama baginya adalah shalat di rumahnya daripada
di masjid, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur`an: "Wa buyuutuhunna khairullahunna" (dan
rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka) dan juga hadits-hadits yang sangat banyak yang
menjelaskan keutamaan shalat di rumah bagi kaum muslimah. Tapi apabila kaum muslimah
meminta idzin untuk shalat di masjid maka tidak boleh dilarang bahkan harus diidzinkan. Tetapi
ketika dia keluar ke masjid harus memenuhi syarat-syaratnya yaitu menutupi auratnya secara
sempurna, tidak memakai wangi-wangian, tidak ditakutkan menimbulkan fitnah dan yang lainnya
yang telah dijelaskan para 'ulama.
1
2. FADHILAH (KEUTAMAAN) SHOLAT BERJAMA’AH
Hadits Abdulloh bin Umar rodliyallohu ‘anhu, Rosululloh j bersabda:
3. JIKA DATANG KE MASJID, SEDANG JAMA’AH TELAH SELESAI. APA YANG DILAKUKAN??
أن رسول هللا اقبل من نواحى المدينة يريد الصَلة فوجد الناس قد صلوا فمال إلى منزله
فجمع اهله فصلى بهم
“Bahwasanya Rosululloh j kembali dari ujung kota, beliau ingin mendirikan sholat berjama’ah. Lalu
beliau menjumpai manusia telah selesai sholat berjama’ah. Maka beliau pulang ke rumahya lalu
mengumpulkan keluarganya dan sholat (berjama’ah) dengan mereka.” (HR. Thobroni “al Kabir
dan al Ausath, juz 5/35”, dengan rowi yang tsiqot, dihasankan oleh Imam Albani)
Juga diriwayatkan Imam Ath-Thabari dalam "Mu'jam Al-Kabir” dengan sanad yang bagus dari
Ibnu Mas'ud rodliyallohu anhu. Yaitu “suatu saat Ibnu Mas'ud bersama dua temanya keluar dari
rumah menuju masjid untuk shalat jama'ah. Saat itu ia melihat orang-orang keluar masjid, mereka
sudah selesai melakukan shalat jama'ah. Maka Ibnu Mas'ud kembali ke rumah bersama dua
temannya. Ia shalat berjama'ah bersama mereka di rumah sekaligus sebagai imam”.
Keterangan: Semua dalil naqli di atas menguatkan pendapat jumhur ulama bahwa mengadakan
jama'ah untuk kedua kalinya di satu masjid itu makruh hukumnya, seperti yang paparkan oleh
Syaikh Al-Albani dalam bukunya Hukum sholat jama’ah kedua)
Yang dimaksud adalah larang mendahului, menyamai atau berlambat-lambat darinya, hadits Abu
Huroiroh, Rosululloh j bersabda:
ْ َ َو ِإذَا َر َك َع ف, َو َل ت َك ِبروا َحتَّى ي َك ِب َر, فَإِذَا َكب ََّر فَ َك ِبروا,ِإنَّ َما ج ِع َل ا َ ْ ِْل َمام ِليؤْ ت َ َّم ِب ِه
َو َل ت َْر َكعوا,ار َكعوا
َو َل, َوإِذَا َس َجدَ فَاسْجدوا, اَللَّه َّم َربَّنَا لَ َك ا َ ْل َح ْمد: فَقولوا,للَا ِل َم ْن َح ِمدَه َ َوإِذَا قَا َل,َحتَّى يَ ْر َك َع
َّ َ س ِم َع
... َتَسْجدوا َحتَّى يَسْجد
"Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Maka apabila ia telah bertakbir, bertakbirlah
kalian dan jangan bertakbir sebelum ia bertakbir. Apabila ia telah ruku', maka ruku'lah kalian dan
2
jangan ruku' sebelum ia ruku'. Apabila ia mengucapkan (sami'allaahu liman hamidah) maka
ucapkanlah (allaahumma rabbanaa lakal hamdu). Apabila ia telah sujud, sujudlah kalian dan
jangan sujud sebelum ia sujud. )HR. Abu Dawud)
Ket: Mengikuti imam artinya mengikuti gerakan imam baik takbirnya, rukuknya, sujudnya,
I’tidalnya, berdirinya serta duduknya. Dan bukan kaifiyah (tata cara gerakannya), sebab kaifiyah
yang wajib kita ikuti adalah yang berdasarkan atas dalil As Sunnah (mutaba’ah).
سنَّ ِة
ُّ فَإ ِ ْن َكانوا ِفي اَل,سنَّ ِة َ ِ فَإ ِ ْن َكانوا فِي ا َ ْل ِق َرا َءة,ِللَا
ُّ س َوا ًء فَأ َ ْعلَمه ْم بِال ِ يَؤ ُّم ا َ ْلقَ ْو َم أ َ ْق َرؤه ْم ِل ِكتَا
َّ َ ب
ِسنًّا ) َر َواه: َوفِي ِر َوا َية- س َوا ًء فَأ َ ْقدَمه ْم ِس ْل ًما َ فَإِ ْن َكانوا فِي ا َ ْل ِه ْج َر ِة,ً س َوا ًء فَأ َ ْقدَمه ْم ِه ْج َرة َ
( م ْس ِلم
"Yang mengimami kaum adalah orang yang paling pandai membaca al-Qur'an di antara mereka.
Jika dalam bacaan mereka sama, maka yang paling banyak mengetahui tentang Sunnah. Jika
dalam Sunnah mereka sama, maka yang paling dahulu berhijrah. Jika dalam hijrah mereka sama,
maka yang paling dahulu masuk Islam di antara mereka." Dalam suatu riwayat: "Yang paling tua."
(HR. Muslim)
Adapun Kalimat-kalimat perintah oleh imam dalam rangka menegkkan shof makmum, di
antaranya:
3
ِصَلَة
َّ ف ِم ْن ت َ َم ِام ال َّ س ُّووا صفوفَك ْم فَإ ِ َّن ت َ ْس ِويَةَ ال
ِ ص َ
“Luruskanlah shof-shof kalian, sesungguhnya meluruskan shof termasuk sempurnanya sholat
(berjama’ah) (HR. Muslim)
Nu’man bin Basyir rodliyallohu ‘anhu berkata: menegakkan shof maknanya “Meluruskan,
melekatkan kaki dengan keki serta pundak dengan pundak” (Riwayat Abu Dawud)
JIKA IMAM YANG MENINGGALKAN SALAH SATU SYARAT ATAU RUKUN SHOLAT
Dalam hal ini, maka batallah sholatnya dan sholat makmum di belakangnya. Namun jika makmum tidak
mengetahuinya, maka sholatnya tetap sah. Hadits dari Abu Huroiroh, Nabi bersabda:
Al ‘Aini berkata: “Maksudnya adalah tinggal sebentar di tempat sholatnya setelah mengucapkan
salam” (Umdatul Qori (V/138).
Hadits dari Aisyah, ia berkata: “Jika Nabi J telah mengucapkan salam, beliau duduk untuk sekedar
membaca:
َ صلَّى
صَلَة ً أ َ ْقبَ َل َعلَ ْينَا بِ َو ْج ِه ِه َ إِذَاJ ي
ُّ َِكانَ النَّب
Nabi J jika telah selesai sholat beliau menghadapkan wajahnya kepada kami (HR. Bukhori)
KESIMPULAN:
Sangat dianjurkan bagi imam, setelah salam tidak langsung berpaling, namun hendaknya ia
sejenak tetap di tempat duduknya untuk membaca dzikir yang sudah disebutkan di atas, kemudian
ia berpaling ke makmum.
(Disampaikan OLEH Ainur Rofiq, pada kajian Sabtu Masjid Baitus Salam,