Professional Documents
Culture Documents
Produksi daging
dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas
ternak yang rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar
ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Sugeng, 2007).
Permintaan daging sapi yang tinggi merupakan peluang bagi usaha pengembangan sapi potong
lokal sehingga upaya pengembangan ternak sapi potong beriorentasi agribisnis dengan pola
kemitraan merupakan salah satu alternatife untuk meningkatkan populasi sapi.
Kemitraan adalah kerja sama antar pelaku agribisnis mulai dari proses praproduksi, produksi
hingga pemasaran yang dilandasi oleh azas saling membutuhkan dan menguntungkan bagi pihak
yang bermitra. Pemeliharaan sapi potong dengan pola seperti ini diharapkan dapat meningkatkan
produksi daging sapi nasional yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang terus meningkat.
Agribisnis sapi potong diartikan sebagai suatu kegiatan usaha yang menangani berbagai
aspek siklus produksi secara seimbang dalam suatu paket kebijakan yang mutu melalui
pengelolaan pengadaan, penyediaan, dan penyaluran sarana produksi, kegiatan budi daya
pengelolaan pemasaran dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (Stakeholders),
dengan tujuan unutuk mendapatkan keuntungan yang seimbang dan proporsinal bagi kedua belah
pihak (Petani peternak dan perusahaan swasta). Pemeliharaan sapi di Provinsi Riau yaitu usaha
pembibitan dengan tujuan menghasilkan anak sapi dan usaha pemeliharaan penggemukan
(fattening). Usaha pembibitan ini bertujuan untuk memproduksi anak hasil keturunan sapi untuk
dibesarkan baik untuk tujuan penggemukan maupun untuk tujuan pembibitan.
Biaya Tetap (Fixed Cost). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu kali periode dan tidak bergantung pada besar kecilnya skala produksi. Usahatani
penggemukan sapi potong yang termasuk biaya tetap yaitu biaya penyusutan kandang dan
peralatan (sekop, garpu dan sapu lidi). Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi
dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya
tergantung pada skala produksi yang terdiri dari biaya pembelian bibit sapi, biaya pakan
tambahan (ampas tahu), biaya obat-obatan dan biaya transportasi.
Total biaya produksi merupakan penjumlahan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel.
Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan.
Untuk mencapai efisiensi usaha yang tinggi, diperlukan pengelolaan usaha secara terintegrasi dari
hulu hingga hilir serta berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan, sehingga dapat memberikan
keuntungan yang layak secara berkelanjutan. Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya
pengembangan usaha yang dilandasi kerja sama antara perusahaan dan peternakan rakyat, dan
pada dasarnya merupakan kerja sama vertikal (vertical partnership). Kerja sama tersebut
mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat
(Mudikdjo dan Muladno 1999).
Alasan pentingnya peningkatan populasi sapi potong dalam upaya mencapai swasembada
daging antara lain adalah: 1) subsektor peternakan berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru
pada sektor pertanian, 2) rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus
bertambah, 3) tersebarnya sentra produksi sapi potong di berbagai daerah, sedangkan sentra
konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakkan perekonomian regional, dan 4)
mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai
sumber pendapatan yang keduanya berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan
(Kariyasa 2005).
1. Sekertariat
2. Kandang percontohan
6. Timbangan ternak
Pemeliharaan ternak sapi potong membutuhkan waktu yang cukup lama dan modal yang besar
sehingga banyak orang merasa enggan beternak sapi potong. Meski begitu, kendala ini bisa diatasi
dengan mengembangkan usaha penggemukan sapi yang hanya membutuhkan waktu selama 4
bulan. Usaha penggemukan sapi merupakan bagian dari rangkaian bisnis ternak sapi guna
mempercepat pemenuhan kebutuhan sapi potong.