Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
diwujudkan dalam kebijakan fiskal. Kebijakan ini memiliki dua instrumen pokok,
yaitu: perpajakan (tax policy) dan pengeluaran (expenditure policy). Dalam hal
jalannya perekonomian melalui pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (G) untuk
dampak terhadap permintaan agregat dari barang dan jasa di dalam perekonomian.
Tax atau pajak (T) dalam analisis ekonomi makro dipandang sebagai daya beli
tersebut tidak ada pemberian balas jasa secara langsung dari pemerintah. Pengeluaran
dan atas pengeluaran tersebut pemerintah akan memperoleh hasil secara langsung,
diperoleh pemerintah berupa prestasi kerja dari pegawai negeri tersebut. Government
pemerintah tidak memperoleh hasil secara langsung pada tahun anggaran pengeluaran
itu terjadi, misalnya pembayaran pensiun, beasiswa dan subsidi lainnya (Murni,
direncanakan yang lebih tinggi untuk pendapatan. Jika belanja pemerintah naik
E Y=E
E = C + I +G2
B
E2=Y2 ÄG
E = C + I +G1
ÄY
A
Kenaikan dalam belanja
E1=Y1
pemerintah menggeser
pengeluaran yang
direncanakan ke atas
450
Y
E1=Y1 E2=Y2
0
LM
r2
IS2
r1
IS1
Y
0 Y1 Y2
itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan
ke kanan. Pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2 dan tingkat bunga naik dari r1 ke r2.
Ketika pemerintah meningkatkan belanjanya atas barang dan jasa pengeluaran yang
produksi barang dan jasa yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat karena
penawaran keseimbangan uang riil adalah tetap tidak tergantung pada tingkat bunga
sehingga permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga ekuilibrium
Penurunan investasi ini sebagian mengurangi dampak ekspansif dari kenaikan belanja
ekuilibrium dalam perpotongan keynesian, jumlah ini lebih besar daripada kenaikan
pendapatan ekuilibrium dalam model IS-LM. Perbedaan itu dijelaskan oleh desakan
investasi (crowding out of invesment) yang diakibatkan oleh tingkat bunga yang lebih
tinggi.
tinggi seperti Gambar 2.2 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa pengurangan pajak
setiap tingkat pendapatan ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan pendapatan
dari titik A ke titik B. Pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2 dan tingkat bunga naik
dari r1 ke r2. Karena tingkat bunga yang lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan
dalam model IS-LM lebih kecil daripada kenaikan pendapatan dalam perpotongan
keynesian.
inflasi maka kebijakan fiskal yang kontraktif dapat diterapkan untuk menurunkan
E = C2 + I +G
B
ÄT
E2=Y2 E = C1 + I +G
ÄY
A
E1=Y1 Pemotongan pajak
menggeser pengeluaran
yang direncanakan ke
atas
450
Y
0 E1=Y1 E2=Y2
LM
r2
IS2
r1
IS1
Y
0 Y1 Y2
bergerak dari titik A ke titik B dan dapat menurunkan pendapatan dari Y1 ke Y2.
belanjanya atas barang dan jasa pengeluaran yang direncanakan akan turun.
jasa yang menyebabkan pendapatan total Y menurun dan dapat menahan inflasi dapat
income (Y–T) sebesar ÄT maka menurunkan konsumsi sebesar MPC x ÄT. Pada
rendah. Berdasarkan Gambar 2.4 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan
untuk setiap tingkat pendapatan ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan
bergerak dari titik A ke titik B. Pendapatan menurun dari Y1 ke Y2 dan tingkat bunga
turun dari r1 ke r2. Karena tingkat bunga yang lebih rendah daripada penurunan
perpotongan keynesian.
E Y=E
E = C + I +G1
A
E1=Y1 ÄG
E = C + I +G2
ÄY
B
Penurunan dalam belanja
E2=Y2
pemerintah menggeser
pengeluaran yang
direncanakan ke bawah
450
Y
E2=Y2 E1=Y1
0
LM
r1
IS1
r2
IS2
Y
0 Y2 Y1
sebagai akibat dari kenaikan G dapat ditentukan melalui teori multiplier government
Y C I G I Exogenous
Y C G
Y MPC Y G
Y MPCY G
(1 MPC )Y G
Y
1
G 1 MPC
Y G
1
1 MPC
Y G
1
1 MPC
1
Y G
1 0,6
Y G
1
0,4
Y 2,5G
E Y=E
E = C1 + I +G
A
ÄT
E1=Y1 E = C2 + I +G
ÄY
B
E2=Y2 Peningkatan pajak
menggeser pengeluaran
yang direncanakan ke
bawah
450
0 Y
E2=Y2 E1=Y2
LM
r1
IS1
r2
IS2
Y
0 Y2 Y1
pendapatan yang disebabkan oleh perubahan sebesar $1 dalam pajak. Tanda negatif
pajak adalah:
Y MPC
T 1 MPC
0,6
Y T
1 0,6
Y 1,5T
$1,50.
(atau menurunkan defisit pemerintah) selama periode inflasi tanpa harus ada tindakan
eksplisit oleh para pembuat kebijakan (Nanga, 2005). Dilihat dari komposisi
a. Kebijakan anggaran surplus adalah jika penerimaan pajak lebih besar daripada
c. Kebijakan anggaran defisit adalah jika penerimaan pajak lebih kecil daripada
T,G
T = f(Y)
T>G
Surplus
G0 G = G0
T<G T=G
Defisit Berimbang
Y
Gambar 2.5. Posisi Anggaran
Berdasarkan Gambar 2.5 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam analisis ini
diasumsikan bahwa pengeluaran pemerintah (G) sebagai peubah eksogen dalam arti
nilainya ditentukan oleh faktor lain di luar model. Hal ini berarti bahwa pengeluaran
itu kurva G merupakan garis sejajar dengan garis horizontal. Sedangkan pajak (T)
merupakan fungsi dari pendapatan artinya besar kecilnya pajak tergantung dengan
pendapatan.
tetapi untuk mengatasi pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih banyak
Siklus bisnis adalah suatu pola konjuntur yang berfluktuasi dari ekspansi
(pemulihan) dan kontraksi (resesi) dalam aktivitas perekonomian di sekitar jalur dari
trend pertumbuhan. Pada Gambar 2.6 di bawah ini terdapat empat tahapan dalam
ekonomi (recovery), pertumbuhan ekonomi terlihat mulai bergerak naik yang ditandai
kegiatan ekonomi tercapai setelah mengalami ekspansi pada saat ini kondisi upah dan
kesempatan kerja berada dalam kondisi yang ideal bagi suatu negara. Kondisi peak
ini terjadi selamanya tapi akan terjadi penurunan kembali, pertumbuhan ekonomi naik
berkurang. Laba juga turun sehingga perusahaan membayar lebih sedikit pajak
tidak akan berlangsung terus tapi akan terhenti pada titik terendah (trought). Pada saat
ini pertumbuhan ekonomi berada pada titik terendah kesempatan kerja sangat rendah
dan tingkat upah berada di bawah subsistem. Bila kegiatan perekonomian menurun
secara tajam dan mencapai titik terendah melebihi titik terendah yang biasa terjadi
C E
A
Output Riil
B
Waktu
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 2.6. Tahapan Siklus Bisnis
merupakan perkembangan ekonomi berada pada titik puncak (peak) pada siklus boom
aktivitas perekonomian relatif tinggi daripada trend, antara titik A dan titik B
meningkat dan output yang dihasilkan di bawah yang seharusnya dapat dicapai
dengan sumber daya dan teknologi yang ada maka untuk mengurangi pengangguran,
AEf
AE
Jurang deflasi
0 Y Yf Y
pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja
nasional yang potensial (Yf). Perbedaan antara AEf dan AE adalah jurang deflasi
titik terendah (trought). Antara titik B dan titik C perekonomian mengalami kenaikan
trend karena orang-orang bekerja lembur dan mesin-mesin digunakan lebih lama.
AE
AEf
Jurang inflasi
Y
0 Yf Y
ekonomi yang melebihi tingkat konsumsi tenaga kerja penuh dan berlaku inflasi.
barang dan jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan harga-
harga. Pengeluaran agregat aktual (Y) lebih besar dari pengeluaran agregat potensial
(Yf) hanya mungkin terjadi apabila harga-harga telah mengalami kenaikan yang
menyebabkan sejumlah barang tertentu sekarang mempunyai nilai yang lebih tinggi
daripada sewaktu kenaikan harga-harga belum berlaku. Perbedaan antara AE dan AEf
adalah jurang inflasi yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat di atas pengeluaran
agregat pada konsumsi tenaga kerja penuh yang menimbulkan kekurangan barang
perkembangan ekonomi berada di titik terendah (trought). Antara titik D dan titik E
Gelombang antara satu puncak dan puncak berikutnya atau satu titik terendah dengan
titik terendah berikutnya disebut periode satu siklus, misalnya gerakan dari periode
satu sampai dengan periode tiga merupakan periode satu siklus untuk titik puncak.
Gerakan dari periode dua sampai periode empat merupakan periode satu siklus untuk
titik terendah.
Setiap siklus memiliki 2 jenis titik balik (turning points) yaitu titik puncak
(peak) dan titik lembah (trough). Kedua titik balik ini menandakan sinyal apabila dari
arah pergerakan siklikal suatu indikator berubah dari periode ekspansi ke periode
kontraksi atau jika terjadi sebaliknya. Kedua titik balik ini hanya dapat ditentukan
menggunakan data time series yang merupakan deviasi dari trend-nya, Dapat
disimpulkan bahwa tahapan ini akan datang silih berganti sepanjang waktu dalam
perekonomian suatu negara. Hal yang dapat dilakukan dalam siklus bisnis adalah
mengelolah siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin dalam
arti selalu berupaya untuk memperkecil kepincangan (gap) antara output potensial
dan output riil, sehingga gelombang naik-turun siklus ekonomi semakin kecil.
kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Kebijakan yang digunakan adalah
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Pada jangka pendek kebijakan fiskal dan
bidang pendidikan.
pengamatan para ahli ekonomi, mereka menemukan beberapa variasi siklus sebagai
berikut:
a. Siklus jangka pendek (Kitchin cycle). Durasi siklus jangka pendek sekitar 40
bulan (antara 3 s/d 4 tahun), faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka
pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat. Pengaruh faktor
alam contohnya pengaruh musim, iklim dan cuaca yang terdapat di setiap
adalah berkisar 7 s/d 11 tahun, siklus ini diakibatkan oleh faktor eksternal
yaitu siklus matahari yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Siklus matahari ini
output nasional.
and innovation yaitu adanya ciptaan dan penemuan baru dalam kegiatan
2006).
penyebab terjadinya fluktuasi disebut sebagai teori business cycle eksogen. Teori
business cycle eksogen terdiri dari teori siklus bisnis riil (real business cycle), ilmu
bahkan pada jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini
uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi pergerakan variabel di sektor riil seperti
output dan kesempatan kerja (Mankiw, 2007). Untuk menjelaskan pergerakan sektor
riil termasuk investasi, teori ini menyatakan pergerakan tersebut disebabkan oleh
faktor alami di sektor itu sendiri seperti terjadinya technological shock yang membuat
kata lain semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-
permintaan akan uang. Meningkatnya permintaan akan uang ini akan direspon oleh
bank sentral dengan menambah money supply (Mankiw, 2007). Perubahan dalam
dalam pergerakan variabel-variabel di sektor riil. Siklus ini dipercaya terjadi dalam
setiap variabel di sektor riil dan dapat dilihat dengan menghilangkan faktor-faktor
market-clearing, model teori siklus bisnis riil tidak dapat menjelaskan fluktuasi
determinan primer pendapatan nasional dalam jangka pendek. Menurut logika output
perekonomian dapat berfluktuasi baik karena tingkat output alami (natural rate of
permintaan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi makro. Teori ini
sama dengan teori business cycle moneter, menyatakan bahwa guncangan permintaan
permintaan, khususnya uang terhadap fluktuasi ekonomi tetapi hanya dalam jangka
pendek. Dalam business cycle moneter dan Keynesian uang mempengaruhi output,
(G) dan pajak (T) yang dapat diubah-ubah oleh pemerintah dengan tujuan untuk
pemerintah terhadap barang dan jasa (Mankiw, 2007). Teori mengenai pengeluaran
pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu teori mikro dan teori makro
(Basri, 2005).
1) Teori Mikro
antara permintaan dan penawaran barang publik untuk menentukan jumlah barang
2) Teori Makro
pemerintah terhadap pendapatan nasional cukup besar. Hal ini dikarenakan pada
tahap ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana seperti
landas. Bersamaan dengan itu porsi investasi yang dilakukan swasta juga akan
meningkat. Tetapi besarnya peranan pemerintah adalah pada tahap ini tidak seimbang
dengan adanya banyak kegagalan pasar yang ditimbulkan oleh perkembangan pasar
total terhadap pendapatan nasional semakin besar tetapi rasio antara investasi
pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Teori Rostow dan
pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasari oleh
suatu teori tertentu. Selain tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi
dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.
b. Hukum Wagner
pandangannya tidak disebutkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan pertumbuhan
relatif ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud oleh Wagner adalah
antara industri dengan industri, hubungan industri dan masyarakat dan sebagainya
akan semakin kompleks. Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan
karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-
barang publik. Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut (Basri, 2005):
.......... .... k n
Pk PP1 Pk PP2 P PP
PPK 1 PPK 2 PPK n
Di mana:
Hukum Wagner dapat dijelaskan pada Gambar 2.9 di bawah ini di mana
waktu
0 1 2 3 4
yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar
pemungutan pajak akan semakin meningkat meskipun tarif pajak tetap (tidak
juga semakin meningkat. Jadi dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional
tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan
konsumsi menjadi berkurang. Efek ini disebut efek pengalihan (displacement effect)
Jika pada saat terjadinya gangguan sosial dalam perekonomian timbul efek
penggantian maka sesudah gangguan berakhir akan timbul efek lain yang disebut efek
kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah
Berdasarkan Gambar 2.10 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa dalam keadaan
naik sebagaimana ditunjukkan oleh garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang
maka pengeluaran pemerintah naik sebesar AC dan kemudian naik ditunjukkan pada
garis CD. Setelah perang selesai (pada tahun t + 1) pengeluaran pemerintah tidak
perang. Hal ini disebabkan karena setelah perang pemerintah memerlukan tambahan
perang, kenaikan tarif pajak dimaklumi masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak
naik dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa menimbulkan
Pengeluaran Pemerintah/GDP
D F
C
Pengeluaran
G Pemerintah
A B
Pengeluaran Swasta
Tahun
0 t t+1
b. Pajak (T)
Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kontra prestasi) langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Basri,
1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
4) Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan atas Hak Tanah
dan Bangunan.
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
Perubahan pada tingkat pajak akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima
bagian antara lain: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Perdagangan Internasional (bea masuk dan pajak
Fungsi Pajak
Pada hakikatnya fungsi pajak dapat dibedakan menjadi dua (Basri, 2005)
yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas negara. Fungsi ini
disebut dengan fungsi budgetair atau fungsi penerimaan. Oleh karena itu, suatu
pemungutan pajak yang baik sudah seharusnya memenuhi asas revenue productivity.
Oleh karena itu pulalah, dalam menentukan kebijakan pajak, berlaku second best
theory. Jika suatu pajak sulit untuk dipungut padahal potensinya sangat signifikan
taxation.
2. Fungsi Regulatory
Dalam kenyataannya pajak bukan hanya berfungsi untuk mengisi kas negara.
Pajak juga digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak seperti bea masuk,
khususnya untuk melindungi industri yang baru berdiri (infant industry) dan atau
industri-industri yang dinilai strategis oleh pemerintah. Selain itu, pajak juga dapat
ekspor yang tinggi guna membatasi atau mengurangi ekspor kelapa sawit. Pemerintah
juga mengenakan excise (cukai) terhadap barang dan jasa tertentu yang mempunyai
a. Prinsip Certainty
Prinsip ini menyatakan bahwa harus ada kepastian, baik bagi petugas pajak
maupun semua wajib pajak dan seluruh masyarakat. Prinsip kepastian antara lain
mencakup kepastian mengenai siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa-apa saja
yang dijadikan sebagai objek pajak, serta besarnya jumlah pajak yang harus dibayar
b. Prinsip Convenience
memudahkan wajib pajak, misalnya pada saat menerima gaji atau penghasilan lain
seperti saat menerima bunga deposito. Prinsip convenience bisa juga dilakukan
dengan cara membayar terlebih dahulu pajak yang terutang selama satu tahun pajak
secara berangsur-angsur setiap bulan. Dengan demikian, pada akhir tahun pajak wajib
pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajaknya dibandingkan dengan jika pajak
yang terutang selama satu tahun pajak tersebut dibayar sekaligus pada akhir tahun.
Prinsip efisiensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi fiskus pemungutan
pajak dikatakan efisien jika biaya pemungutan pajak yang dilakukan oleh kantor
pajak antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban pajak lebih kecil daripada
jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan. Dari sisi wajib pajak, sistem pemungutan
pajak dikatakan efisien jika biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk
d. Prinsip Simplicity
Peraturan yang sederhana pada umumnya akan lebih pasti, jelas dan mudah
dimengerti oleh wajib pajak. Oleh karena itu, dalam menyusun suatu Undang-Undang
tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin tinggi pendapatan semakin besar
pajak yang dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang diperoleh. Sistem pajak
dengan keuntungan yang diperoleh, ini berarti suatu persentasi dari keuntungan
(misalnya 30 persen) selalu merupakan pajak yang akan dibayar kepada pemerintah.
penurunan. Sebagai akibatnya pendapatan disposible akan menurun pada tingkat yang
lebih lambat dari penurunan dalam pendapatan nasional. Perubahan seperti ini
kenaikan pendapatan nasional dan pendapatan individu. Keadaan itu akan berlaku
karena pajak akan mengalami pertambahan yang lebih cepat dan mengurangi
rumah tangga tidak akan berkembang secepat seperti pertambahan pendapatan dan
A AE0(T)
C AE1(T)
ÄAE AE2
E0
ÄAE AE0
D
B AE1
450
Y
Yb Yd Y0 Yc Ya
Gambar 2.11. Sistem Pajak dan Kestabilan Ekonomi
AE0(T) dan yang bersistem pajak proporsional ditunjukkan oleh fungsi AE0. Kedua
kurva perbelanjaan agregat memotong garis 450 di titik E0. Berarti di kedua
perbelanjaan agregat sebanyak ÄAE akan menyebabkan dalam sistem pajak tetap
yang relatif sedikit yaitu menjadi Yc apabila perbelanjaan agregat meningkat. Dari
ekonomi dan pendapatan nasional akan menjadi semakin kecil dalam sistem pajak
dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau tingkat bunga untuk mencapai
terjaganya stabilitas ekonomi makro yaitu adanya stabilitas harga (rendahnya laju
terbukanya kesempatan kerja yang besar. Kebijakan moneter yang dikenal terdapat
dua macam yaitu kebijakan moneter kontraktif dan kebijakan moneter ekspansif.
2004).
Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
riil. Perbedaan ini adalah relevan ketika seluruh tingkat harga berubah. Tingkat bunga
nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan, tingkat
bunga yang investor bayar untuk meminjam uang. Tingkat bunga riil (real interest
2007). Menurut teori klasik tingkat bunga terjadi berdasarkan kekuatan permintaan
untuk menabung. Di lain pihak terdapat masyarakat yang memerlukan dana untuk
kegiatan investasi. Harga yang harus dibayar oleh pihak yang memerlukan dana
untuk penggunaan uang. Tingkat Bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per
unit waktu. Dengan kata lain masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam
uang. Biaya untuk meminjam uang diukur dalam rupiah per tahun untuk setiap rupiah
yang dipinjam atau dalam persen pertahun adalah tingkat bunga. Masyarakat mau
membayar bunga karena dana yang dipinjam membantu mereka untuk membeli
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan konsumsi mereka atau membuat
melakukan investasi juga makin kecil. Alasan seorang pengusaha akan menambah
besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang
bunga maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi sebab biaya
penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan
tidak ada dorongan untuk naik atau turun akan tercapai apabila keinginan menabung
Tingkat Bunga
Tabungan (S)
i1
i0
I1
I0
0 Loanable Fund
S0 S1
tingkat bunga (i) berada pada titik I0 di mana jumlah tabungan sama dengan investasi.
Apabila tingkat bunga di atas i0 maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha
untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan
dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun ke posisi i0, sebaliknya
apabila tingkat bunga di bawah i0 para pengusaha akan saling bersaing untuk
memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil dan persaingan ini akan
diharapkan naik, sehingga pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia
yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar pada tingkat bunga yang lebih
tinggi. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar di atas ditunjukkan dengan bergesernya
kurva permintaan investasi ke kanan atas dan keseimbangan tingkat bunga yang baru
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total
nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat
mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat
dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu
pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk
menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi PDB. Sebenarnya ada
banyak sekali faktor baik langsung maupun tidak langsung. Menurut teori Keynes,
PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat
faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan
ekspor neto (NX). Keempat faktor tersebut kembali dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendapatan, tingkat
perkapita saja tidak cukup, tetapi kenaikan output harus bersumber dari proses interen
perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat
penawaran agregat terdapat tiga model penawaran agregat yaitu model harga kaku,
model upah kaku dan model informasi tak sempurna. Ketiga model ini dapat
Y Y (P P e )
dikaitkan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.
Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan naik
melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga yang
Pada kurva penawaran agregat jangka pendek output menyimpang dari tingkat
alamiahnya Y jika tingkat harga P menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.
Sementara itu pada kondisi steady-state, tingkat inflasi adalah selisih antara tingkat
pertumbuhan uang [] dengan elastisitas permintaan uang terhadap output riil agregat
[1] dikali tingkat pertumbuhan output riil agregat [v]. Dengan mengambil logaritme
natural model permintaan uang model inflasi steady-state adalah sebagai berikut:
ln( Pt ) 1 v 2 ln( Rt )
dengan nol atau tingkat bunga nominal tidak berubah pada kondisi steady-state.
Selama tingkat bunga nominal masih berubah maka kondisi perekonomian belum
dalam penelitian ini adalah menggunakan model Franscisco de Castro (2003) sebagai
berikut:
åINF åT
åG
åPDB åR
Di mana:
åT : Shock Pajak
Ceteris paribus.
2. Shock kebijakan fiskal, shock tingkat bunga riil, shock inflasi berkontribusi