You are on page 1of 88

PENGARUH ION LOGAM Cu(II) DAN Mg(II) TERHADAP AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN ANTOSIANIN DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH


RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)

EMMI ASTUTI
H31113306

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENGARUH ION LOGAM Cu(II) DAN Mg(II) TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN ANTOSIANIN DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains

Oleh

Emmi Astuti
H311 13 306

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
SKRIPSI

PENGARUH ION LOGAM Cu(II) DAN Mg(II) TERHADAP AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN ANTOSIANIN DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)

Disusun dan diajukan oleh


Emmi Astuti
H31113306

Skripsi ini diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama

Prof. Dr. Ahyar Ahmad Dr. Hj. Seniwati Dali, M.Si


NIP. 19671231 199103 1 020 NIP. 19581231 198803 2 00
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta, kakak, dan adik

Sahabat yang selalu mendukung, Rahma Syafirah, Karmila,


Sulfianti dan Yudith

Teman angkatan TITRASI 2013


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena

berkat Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini, mulai penulisan proposal penelitian hingga selesainya

penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menempuh

pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kimia S1, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Terkhusus kepada kedua orang tua penulis Asse dan Nursiah yang tak

henti-hentinya telah memberikan dorongan moril maupun materi, segala usaha

yang penulis lakukan dapat berjalan dengan lancar karena doa mereka, serta

saudara saya pula yang selalu memberikan semangat, dan omelan dari adikku

Asriani ketika saya merasa malas.

Tanpa pembimbing pula, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini,

kepada pembimbing saya ucapkan terima kasih, bapak Prof. Dr. Ahyar. Ahmad

walaupun sedang melaksankan tugasnya di luar negeri tetap meluangkan

waktunya untuk membimbing saya, serta kepada ibu Dr. Seniwati Dali, M.Si,

dengan rasa keibuannya seperti dibimbing oleh orang tua sendiri, penulis sangat

bersyukur atas bimbingan yang telah diberikan.

Tugas akhir ini dapat pula selesai dengan dukungan dari berbagai pihak

lain. Oleh karena itu, penulis menyampaikan dengan penuh rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda Dr. Indah Raya, M.Si selaku ketua jurusan kimia dan selaku

sekretaris jurusan kimia dan serta staf pegawai.

iv
2. Dosen-dosen kimia FMIPA unhas yang telah membimbing penulis melalui

kuliah dari awal semester hingga penulis menyelesaikan studi.

3. Analis Laboratorium Kak Anti, Kak Fibhy, Kak Linda, Ibu Tini, Pak

Sugeng, dan Pak Iqbal. Terkhusus untuk Kak Anti terima kasih atas segala

saran-saran dan bantuan serta motivasinya.

4. Rekan-rekan penelitian di Laboratorium Biokimia Yudith, Sri, Eka, Akbar,

Ody, Asrul, Rafsen, Ulfa, Samri, Kak Uni, Kak Amirah, Kak Destri, Kak

Maretrin, Kak Fani, Kak Ilham, Kak Khalil, Kak Hendra, dan Aulia.

5. Sahabat penulis, Syafirah, Mila, Anti, Yudith yang selalu memberikan

dorongan dikala dilanda rasa malas, memberikan dukungan untuk setiap

keputusan yang saya pilih.

6. Saudara-saudara seperjuangan “TITRASI 2013”, yang memberika semangat

bagi penulis untuk tetap ceria menjalani masa studi di departemen kimia,

FMIPA, Unhas.

7. Organisasi “HMK FMIPA Unhas” yang menjadi rumah kedua bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Makassar, Januari 2018

Penulis

v
ABSTRAK

Antosianin adalah salah satu pewarna alami yang banyak digunakan dalam
bahan pangan, karena warnanya yang dapat beragam mulai dari merah,biru dan
ungu. Penyimpanan antosianin dapat mengakibatkan antosianin terdegradasi, baik
adanya interaksi dengan suhu, cahaya, dan oksigen sehingga dapat mempengaruhi
stabilitas warna antosianin sendiri, bahkan dapat mengurangi kemampuan
antosianin sebagai antioksidan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
kopigmentasi, yaitu dengan mereaksikan antosianin dengan ion logam. Pada
penelitian ini logam yang digunakan adalah Cu2+ dan Mg2+. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa ekstrak etanol kulit buah rambutan diperoleh ekstrak
kental sebanyak 23,824 gram dengan kadar total antosianin 709,3866 mg/L
dengan aktivitas antioksidan 0,0046 µg/mL, ekstrak antosianin dengan
penambahan Cu2+ 50, 100 dan 150 ppm memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar
0,0055; 0,0065 dan 0,0078 µg/mL, sedangkan ekstrak antosianin dengan
penambahan Mg2+ 50, 100 dan 150 ppm memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar
0,0061; 0,0048 dan 0,0067 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ion
logam Cu2+ dan Mg2+ memperlihatkan perbedaan aktivitas antioksidan antosianin
yang tidak jauh berbeda.

Kata kunci: antioksidan, antosianin, magnesium, rambutan, tembaga.

vi
ABSTRACT

Anthocyanin is the one of natural dyes that often used in foodstuffe,


because anthocyanin can make a more color like red, blue and purple.
Anthocyanin storage can make anthocyanin is damage, because the interaction
with tempherature, light, and oxygen show that can given effect about the stability
anthocyanin color, and decrease the anthocyanin as an antioxidant. That problem
can be solved with copigmentation, that is an anthocyanin reaction with metal ion.
In this study can showed that ethanol extract from Rambutan peel and we obtained
23.824 gram with total anthocyanin content of 709.3866 mg/L with antioxidant
activity of 0.0046 μg/mL, and then the extract of anthocyanin with metal ion Cu2+
in concentration 50; 100 and 150 ppm had IC50 are 0.0055; 0.005; and 0.0078
μg/mL. While the extract of anthocyanin with metal ion Mg2+ in concentration 50;
100 and 150 ppm had IC50 are 0.0061; 0.0048 and 0.0067 μg/mL. This conclution
from the added of metal ion Cu2+ and Mg2+ showed that has not show much
different antioxidant activity.

Keywords: antioxidant, anthocyanin, copper, magnesium, rambutan.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA .................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5

2.1 Tinjauan Tentang Buah Rambuatan........................................ 5

2.1.1 Klasifikasi Buah Rambutan............................................... 5

2.1.2 Kandungan Kimia Buah Rambutan dan Manfaatnya …... 7

2.2 Tinjauan Tentang Antosianin ................................................... 8

2.3 Tinjauan Tentang Senyawa Antioksidan .................................. 10

viii
2.4 Uji Aktivitas Antioksidan ...……………………...................... 14

2.5 Kopigmentasi …………………………….…………………... 16

2.6 Logam Tembaga ...………….………………………………... 16

2.7 Logam Magnesium …………….……………...……………... 18

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 19

3.1 Bahan Penelitian ........................................................................ 19

3.2 Alat Penelitian........................................................................... 19

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................... 19

3.4 Metode Penelitian....................................................................... 20

3.4.1 Ekstraksi Kulit Buah Rambutan............................................ 20

3.4.2 Identifikasi Senyawa Pigmen Antosinin............................... 20

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Ion Logam............................................. 22

3.4.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH................ 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 25

4.1 Ekstraksi Antosianin dari Kulit Rambutan……………….…… 25

4.2 Identifikasi Senyawa Antosianin................................................ 25

4.3 Ekstrak Logam Cu dan Mg dengan Antosianin.......................... 30

4.4 Analisis Aktivitas Antioksidan …............................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 37

5.1 Kesimpulan……........................................................................... 37

5.2 Saran............................................................................................. 37

D AFTAR PUSTAKA.................................................................................... 38

LAMPIRAN................................................................................................... 43

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah Rambutan ............................................................................. 5

2. Struktur Kimia Antosianin ............................................................ 8

3. Reaksi Reduksi DPPH ................................................................... 15

4. Kemungkinan pengikatan sianidin dengan logam ......................... 16

5. Panjang gelombang maksimum ekstrak etanol kulit buah rambutan 26

6. Gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit


buah rambutan ................................................................................ 28

7. Spektrum IR antosianin ................................................................. 28

8. Pengaruh penambahan ion logam Cu dan Mg pada beberapa


konsentrasi terhadap absorbansi antosianin kulit buah rambutan . 31

9. Spektrum IR ekstrak antosianin sebelum dan sesudah


penambahan ion logam ................................................................. 32

10. Perkiraan kompleks sianidin dengan logam .................................. 32

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar antosianin dan subtituennya ........................................................ 9

2. Jenis antioksidan berdasarkan strukturnya ............................................. 12

3. Uji identifikasi warna antosianin ........................................................... 25

4. Perbandingan panjang gelombang maksimum antosianin dari


beberapa tumbuhan ................................................................................ 27

5. Bilangan gelombang antosianin dengan analisis FTIR .......................... 29

6. Kadar antosianin ekstrak etanol kulit buah rambutan ............................ 29

7. Aktivitas antioksidan kulit buah rambutan ............................................ 33

8. Aktivitas antioksidan kompleks Cu-antosianin ..................................... 33

9. Aktivitas antioksidan kompleks Mg-antosianin ..................................... 34

10. Aktivitas antioksidan asam askorbat sebagai control positif ................. 34

11. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan ......................................... 35

12. Nilai IC50 dan Tingkat Kekuatan Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit
Buah Rambutan dan Ekstrak Logam-Antosianin serta Pembanding
(Kontrol Positif) ...................................................................................... 35

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Bagan Kerja Ekstraksi Sampel ............................................................... 43

2. Bagan Kerja Pembuatan Ekstrak Ion Logam Cu-antosianin ................. 44

3. Bagan Kerja Pembuatan Ekstrak Ion Logam Mg-Antosianin ............... 45

4. Bagan Kerja Pengukuran dan Perhitungan Konsentrasi Total


Antosianin .............................................................................................. 46

5. Bagan Kerja Pengujian Aktivitas Antioksidan ...................................... 47

6. Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) Ekstrak Etanol Kulit Buah


Rambutan ............................................................................................... 48

7. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Ekstrak Etanol Kulit


Buah Rambutan ...................................................................................... 49

8. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Cu-antosianin Ekstrak


Etanol Kulit Buah Rambutan ................................................................. 50

9. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Mg-antosianin Ekstrak


Etanol Kulit Buah Rambutan ................................................................. 51

10. Perhitungan Kadar Antosianin ............................................................... 52

11. Perhitungan Pembuatan Ekstrak Ion Logam-Antosianin ....................... 52

12. Panjang Gelombang Kompleks Cu-antosianin ...................................... 55

13. Panjang Gelombang Kompleks Mg-antosianin ..................................... 57

14. Perhitungan Absorbansi Antosianin ...................................................... 59

15. Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) DPPH ..................................... 61

16. Perhitungan % Inhibisi dan Nilai IC50 Sampel ....................................... 62

17. Foto Kegiatan Penelitian ........................................................................ 73

xii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

FTIR = Fourrier Transfer Infra Red

DPPH = 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil

IC50 = 50% Inhibition Concentration

λ = panjang gelombang

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agribisnis dengan penghasilan terbesarnya

terpusat pada pertanian dan perkebunan dengan hasil buminya yang melimpah.

Salah satunya adalah buah rambutan, dengan rata-rata produksi per tahunnya dari

2009-2014 sebanyak 733.105,5 ton (Kementrian Pertanian, 2015). Tanaman ini

asli berasal dari Indonesia, dan mulai menyebar ke negara tropis lainnya seperti

Filipina dan negara-negara di Amerika Latin (Mahisworo dkk., 1991).

Rambutan diketahui memiliki berbagai macam aktivitas farmakologis

seperti antidiabetes, antihiperkolesterol, antimikroba, antioksidan,

antihiperurisema, dan antikanker (Sadino, 2017). Prasetio pada tahun 2014

memanfaatkan kulit buah rambutan sebagai pewarna alami tekstil, karena

mengandung pigmen antosianin.

Menurut Francis (1982), antosianin merupakan senyawa polar, sehingga

dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar, seperti air, etanol, dan

metanol. Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstraksi antosianin adalah

metanol atau etanol yang diasamkan dengan HCl. Akan tetapi, karena sifat toksik

dari metanol, biasanya dalam sistem pangan digunakan etanol yang diasamkan

dengan HCl. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syarifuddin (2011), Moulana

dkk. (2012), Hutapea dkk. (2014) dan Wulandari (2014) pelarut yang baik

digunakan untuk mengekstraksi antosianin adalah pelarut etanol.

Pigmen antosianin memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat bagi

kesehatan tubuh. Namun seiring dengan lamanya penyimpanan, antosianin dapat

1
mengalami kerusakan akibat adanya pengaruh lingkungan selama penyimpanan.

Salah satu cara agar dapat mengatasi masalah tersebut adalah melalui proses

dengan kopigmentasi antosianin dengan logam Cu(II) dan Mg(II)

(Brouillard, 1982).

Penambahan logam Cu(II) dapat meningkatkan absorbansi pigmen

antosianin ekstrak kulit kacang menurut penelitian yang dilakukan oleh Wang

dkk. (2013). Mazza dan Miniati (1993) telah melaporkan bahwa ion besi (Fe2+),

tembaga (Cu2+), dan aluminium (Al+3) dapat membentuk kompleks stabil dengan

antosianin. Takeda dkk. (1994); Kondo dkk. (1992) membuktikan bahwa

kompleks antara Mg2+ dan antosianin menghasilkan kompleks pigmen yang lebih

stabil.

Tembaga (Cu) merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh sebagai

bagian dari enzim. Cu terlibat dalam pembentukan energi di dalam mitokondria

melalui transport elektron protein. Cu yang berada dalam sel darah merah

sebagian besar berbentuk metaloenzim superoksida dismutase yang berfungsi

sebagai antioksidan serta membantu sintesis melanin dan katekolamin. Cu dalam

seruloplasmin berperan pada proses oksidasi besi sebelum ditransportasikan ke

dalam plasma (Anderson, 2004; Almatsier, 2009). Magnesium (Mg) berperan

untuk kelancaran kerja berbagai enzim. Magnesium diperlukan tubuh untuk

memproduksi 300 jenis enzim, pengiriman pesan melalui sistem syaraf, membuat

otot-otot tetap lentur dan rileks serta memelihara kekuatan tulang dan gigi

(Budiasih, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh penambahan ion logam Cu(II) dan Mg(II) terhadap aktivitas

antosianin dari ekstrak etanol kulit buah rambutan, sehingga menambah nilai

ekonomis kulit buah rambutan.

2
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi antosianin dari kulit buah rambutan

menggunakan pelarut etanol, hasil ekstraksi kemudian ditambahkan dengan logam

Cu dan Mg serta diuji aktivitasnya sebagai antioksidan terhadap senyawa DPPH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat ditarik beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1. berapa kadar total antosianin yang terdapat dalam kulit buah rambutan?,

2. bagaimana pengaruh ion logam Cu(II) dan Mg(II) terhadap aktivitas

antioksidan antosianin dari ekstrak etanol kulit buah rambutan?.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi

senyawa pigmen antosianin dari kulit buah rambutan dan mengetahui aktivitas

antioksidannya serta pengaruh penambahan ion logam Cu(II) dan Mg(II) terhadap

aktivitas antioksidan antosianin dari ekstrak etanol kulit buah rambutan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. menentukan kadar antosianin yang terdapat dalam kulit buah rambutan,

2. menentukan pengaruh penambahan ion logam Cu(II) dan Mg(II) terhadap

aktivitas antioksidan antosianin dari ekstrak etanol kulit buah rambutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penenlitian ini adalah memberikan informasi mengenai

potensi pigmen antosianin dari kulit buah rambutan guna menetralisir radikal

3
bebas. Serta penggunaan kulit buah rambutan untuk menambah nilai

ekonomisnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Buah Rambutan

2.1.1 Klasifikasi Buah Rambutan

Rambutan merupakan tanaman buah holtikultural berupa pohon, termasuk

ke dalam famili Sapindaceae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggris

disebut hairy fruit. Tanaman ini asli berasal dari Indonesia. Saat ini telah

menyebar luas ke daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara

Amerika Latin serta ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.

Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai

rambut. Rambutan banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan

sebagai tumbuhan liar terutama di luar Jawa (Mahisworo dkk., 1991).

Menurut Rukmana dkk. (2002) rambutan memiliki sistematika tanaman

sebagai berikut:

Kingdom : plantae

divisi : spermatopita

subdivisi : angiospermae

kelas : dicotyledonae

ordo : sapindales

famili : sapindacea Gambar 1. Buah rambutan (Wulandari, 2016)

genus : nephelium

spesies : Nephelium lappaceum

5
Survei yang dilakukan oleh BAPPENAS (2000) menunjukkan beberapa

varietas yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis

relatif tinggi diantaranya:

1. rambutan Rapiah dengan buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya

tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan

berambut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, dan

daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah

dipetik.

2. rambutan Aceh Lebak Bulus dengan pohon tinggi dan buah lebat

dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna

merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam, banyak air, dan daya

simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.

3. rambutan Cimacan, dengan buah yang kurang lebat, rata-rata hasil

90-170 ikat per pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai

merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair

tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.

4. rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di

Indonesia dengan buah cukup besar, kulit berwarna merah darah

sampai merah tua, rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis

dengan sedikit asam.

5. rambutan Sinyonya, dengan buah yang lebat dan banyak disukai

terutama orang Tionghoa, batang yang kuat cocok untuk diokulasi,

warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut

halus dan rapat,rasa buah manis-asam, banyak berair, dan lembek.

6
2.1.2 Kandungan Kimia Buah Rambutan dan Manfaatnya

Rambutan memiliki berbagai macam aktivitas farmakologis sebagai

antidiabetes, antihiperkolesterol, antimikroba, antioksidan, antihiperurisema, dan

antikanker. Senyawa aktif yang umumnya bertanggungjawab terhadap aktivitas

farmakologi yaitu kuersetin, geranin, flavonoid, dan saponin (Sadino, 2017).

Berdasarkan penelitian Kusumaningrum (2012), kulit buah rambutan mempunyai

kandungan senyawa tanin dan saponin yang merupakan metabolit yang paling

banyak. Thitilertdecha dkk. (2008), kulit rambutan mengandung senyawa

golongan tanin, polifenol dan saponin. Bijinyapun mengandung tanin, fenol dan

flavonoid (Yuda dkk., 2015). Serta daun mengandung saponin, terpenoid,

flavonoid, fenolik, dan tanin (Pratiwi, 2015).

Daun dan biji rambutan dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Fatisa, 2013). Ibrahim dkk. (2013)

memanfaatkan biji rambutan sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen pada

Ikan. Daun rambutan dimanfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan

mikroba Propionibacterium acnes, Salmonella thypimurium, Bacillus subtilis

(Putri, 2016; Pratiwi, 2015).

Azwar dkk. (2013) melaporkan kulit buah rambutan dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida,

Streptococcus sp. Ibrahim dkk. (2013) melaporkan kulit buah rambutan dapat

menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada konsentrasi 50-70% ekstrak

etanol dengan bahan aktif flavonoid. Selain itu juga mengandung pigmen yang

bermanfaat sebagai pewarna alami yang disebut dengan antosianin.

Hutapea dkk. (2014) dengan memanfaatkan pelarut etanol dapat mengekstrak

antosianin dengan konsentrasi 55,7659 mg/mL dan rendemen sebesar 0,2788%.

7
2.2 Tinjauan Tentang Antosianin

Antosianin ditemukan di alam pada berbagai tumbuhan baik pada

buah-buahan maupun sayuran. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang

memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Salah satu fungsi antosianin adalah

sebagai antioksidan di dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya

aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, antosianin juga

dapat merelaksasi pembuluh darah, melindungi lambung dari kerusakan,

menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan, serta berfungsi

sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindungi otak dari kerusakan. Antosianin

larut dalam pelarut polar seperti metanol, aseton, kloroform, dan air yang

diasamkan dengan asam klorida atau asam format. Antosianin memiliki warna

yang berbeda seperti merah, biru, dan ungu, mempunyai panjang gelombang

maksimum 490_550 nm (Hutapea dkk., 2014).

Secara kimia antosianin merupakan turunan struktur aromatik tunggal,

yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan

atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi dan glikosilasi (Harborne, 2005).

Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan

untuk bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa. Dalam media asam

antosianin berwarna merah, dan pada media basa berubah menjadi ungu dan

biru (Man, 1997).

R1
R2

+
HO O
R3

OH

OH

Gambar 2. Struktur kimia antosianin

8
Tabel 1. Daftar antosianin dan subtituennya
Antosianin R1 R2 R3
Sianidin -OH -OH -H
Delphinidin -OH -OH -OH
Pelargonidin -H -OH -H
Malvidin -OCH3 -OH -OCH3

Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH,

suhu, cahaya, dan oksigen (Basuki dkk., 2005). Menurut Clydesdale (1998) dan

Markakis (1982) pigmen antosinanin merupakan molekul yang tidak stabil jika

terjadi perubahan pada suhu, pH, oksigen, cahaya, dan gula. Faktor yang

mempengaruhi stabilitas antosianin:

a. Transformasi Struktur dan pH

Pada umumnya penambahan hidroksi akan menurunkan stabilitas,

sedangkan penambahan metil akan meningkatkan stabilitas (Harborne 2005).

Faktor pH ternyata tidak hanya mempengaruhi warna antosianin tapi juga

mempengaruhi stabilitasnya. Antosianin lebih stabil dalam larutan asam

dibandingkan dalam larutan basa (Markakis 1982).

b. Suhu

Suhu mempengaruhi kestabilan antosianin. Suhu yang panas dapat

menyebabkan kerusakan struktur antosianin, oleh karena itu proses pengolahan

pangan harus dilakukan pada suhu 50-60 oC yang merupakan suhu yang stabil

dalam proses pemanasan (Harborne, 1987).

c. Cahaya

Cahaya mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap

antosianin, yaitu berperan dalam pembentukan antosianin dan cahaya juga

berperan dalam laju degradasi warna antosianin, oleh karena itu antosianin harus

disimpan di tempat yang gelap dan suhu dingin (Harborne, 1987).

9
d. Oksigen

Oksigen dan suhu tampaknya mempercepat kerusakan antosianin.

Stabilitas warna antosianin selama pemprosesan jus buah menjadi rusak akibat

oksigen (Adil, 2010).

Harborne (2005), kerusakan antosianin terjadi tidak hanya selama

ekstraksi dari jaringan tumbuhan tetapi juga selama proses dan penyimpanan

jaringan makanan.

2.3 Tinjauan Tentang Senyawa Antioksidan

Antioksidan adalah substansi dalam bahan pangan dapat berbentuk nutrisi

maupun non-nutrisi, yang dapat mencegah atau memperlambat terjadinya

proses oksidasi di dalam tubuh. Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan

dan kosmetik serta berperan penting dalam mempertahankan mutu produk pangan

(Putranti, 2013).

Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa donor elektron dan

secara biologis antioksidan berperan mengatasi dampak negatif oksidan dalam

tubuh seperti kerusakan elemen vital sel tubuh. Keseimbangan oksidan dan

antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas

tubuh, terutama untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein

sel dan asam nukleat, serta mengontrol transduksi signal dan ekspresi gen dalam

sel imun. Produksi antioksidan di dalam tubuh manusia terjadi secara alami untuk

mengimbangi produksi radikal bebas. Antioksidan tersebut kemudian berfungsi

sebagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas (Winarsi, 2007).

Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron

tidak berpasangan pada orbital terluarnya, radikal bebas sangat reaktif dan tidak

stabil, sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya radikal bebas akan bereaksi

10
dengan atom atau molekul di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.

Reaksi ini berlangsung terus menerus dalam tubuh dan menimbulkan reaksi

berantai yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan

menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini,

serta penyakit degeneratif lainnya (Inggrid dan Santoso, 2014).


Menurut Sayuti dan Yenrina (2015), radikal bebas berasal dua sumber

yaitu dari sumber endogen dan eksogen:

1. Secara endogen

Secara endogen sumber radikal bebas yang berasal dari proses metabolik

yang normal dalam tubuh manusia, melalui proses diantaranya:

a. proses oksidasi makanan dalam menghasilkan energi di mitokondria yang

disebut dengan electron transport chain akan memproduksi radikal bebas

anion superoksida,

b. sel darah putih seperti neutrofil secara khusus memproduksi radikal bebas

yang digunakan dalam pertahanan untuk menghancurkan patogen,

c. sejumlah obat yang memiliki efek oksidasi pada sel dan menyebabkan

produksi radikal bebas,

d. proses oksidasi xanthin (senyawa yang ditemukan di sebagian besar

jaringan tubuh dan cairan bertindak sebagai enzim yang terlibat dalam

mengkatalis perubahan hypoxanthine kepada xanthine dan seterusnya

kepada uric acid yang menghasilkan hydrogen peroxide),

e. reaksi yang melibatkan besi dan logam lain,

f. olahraga dengan latihan yang lebih lama dan lebih intensif maka akan

mengonsumsi oksigen lebih banyak. Di lain pihak oksigen adalah penting

untuk memproduksi energi, akan tetapi terdapat juga oksigen yang

akhirnya akan membentuk radikal bebas.

11
2. Secara eksogen

Secara eksogen, sumber radikal bebas berasal dari bermacam-macam sumber

diantaranya adalah polutan, berbagai macam makanan dan minuman, radiasi, ozon

dan pestisida. Bagi perokok menghisap radikal bebas dari asap rokok sehingga

mempunyai resiko yang tinggi mengidap berbagai macam penyakit. Begitu pula

dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan bahan kimia yang bersifat volatil

seperti bensin, cairan pembersih atau lingkungan yaitu udara yang terkontaminasi

oleh asap kendaraan bermotor (sopir angkot, bus, truk, dan polisi lalu lintas).

Tempat diproduksi radikal bebas adalah di dalam sel oleh mitokondria,

membran plasma, lisosom, peroksisom, reticulum endoplasmit, dan inti sel. Tubuh

manusiapun mempunyai sistem antioksidan yang diproduksi secara kontinu untuk

menangkal atau meredam radikal bebas, seperti enzim superoksida dismutase

(SOD), katalase dan glutation peroksidase. Bila jumlah senyawa radikal bebas

melebihi jumlah antioksidan alami dalam tubuh maka radikal bebas akan

menyerang komponen lipid, protein dan DNA. Sehingga tubuh kita membutuhkan

asupan antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas

tersebut (Putranti, 2013).

Tabel 2. Jenis antioksidan berdasarkan struktur kimia (Winarsi, 2007)


Antioksidan Peranan Ciri-ciri
Mengandung
Superoksida Mengubah O2- mangan (MnSOD),
Dismutase (SOD) Menjadi H2O2 tembaga dan seng
(CuZnSOD)
Enzimatis Mengubah H2O2 Hemoprotein
Katalase
(Endogen) menjadi H20 terbentuk tetramerik
Selenoprotein
Glutathione Menghilangkan (mengandung Se2+)
peroksidase H2O2 dan lipid terutama berada di
(GSH.Px) peroksida sitosol dan
mitokondria

12
Antioksidan Peranan Ciri-ciri
Memutus
peroksidase
lipida Scavenger Vitamin yang larut
α-tokoferol
pada lipid dalam lemak
peroksidase, O2-
dan OH
Mengikat
Nonenzimatis Vitamin yang larut
β-karoten logam-logam
(eksogen) dalam lemak
transisi
Scavenger
langsung
terhadap O2- ,
OH dan H2O2 Vitamin yang larut
Asam askorbat
Berkontribusi dalam air
terhadap
degenerasi
vitamin E

Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan dibedakan atas tiga

golongan yaitu, antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier.

Antioksidan primer disebut juga dengan antioksidan endogenus (antioksidan yang

diperoleh/diproduksi di dalam tubuh). Mekanisme kerja antioksidan primer adalah

memutus reaksi berantai (polimerasi) sehingga radikal bebas yang terbentuk

menjadi lebih stabil. Contoh dari jenis antioksidan ini adalah enzim Superoksdia

Dismutase (SOD), katalase dan Glutation Peroksidase (GSH) (Putranti, 2013).

Antioksidan sekunder disebut juga dengan antioksidan eksogenus atau

antioksidan non-enzimatis yang diperoleh dari asupan makanan maupun

minuman. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara memotong reaksi oksidasi

berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkap radikal bebas

(Putranti, 2013). Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C,

β-karoten, isoflavon, bilirubin dan albumin (Inggrid dan Santoso, 2014).

13
2.4 Uji Aktivitas Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,

yaitu Hydrogen Atom Transfer Methods (HAT), contohnya Oxygen Radical

Absorbance Methods (ORAC) dan Lipid Peroxidation Inhibition Capcity Essay

(LPIC). Selanjutnya Electron Transfer Methods (ET) seperti metode Ferric

Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan 1,1-diphenyl-2picrylhydrazil (DPPH)

Free Radical Scavenging Assay. Golongan terakhir adalah metode lain seperti

Total Oxidant Scavenging Capacity (TOSC) dan Chemiluminescence

(Inggrid dan Santoso, 2014 ).

Oxygen Radical Absorbance Methods (ORAC) mengukur kemampuan

antioksidan dari makanan, vitamin, suplemen nutrisi atau bahan kimia lainnya

terhadap radikal bebas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan trolox (analog

vitamin E) sebagai standar untuk menentukan trolox ekuivalen (TE). Nilai ORAC

kemudian dihitung dari TE dan ditunjukkan sebagai satuan atau nilai ORAC.

Semakin tinggi nilai ORAC, semakin besar kekuatan antioksidannya

(Ikhlas, 2013).

Salah satu dari contoh Electron Transfer Methods (ET) adalah Ferric

Reducing Antioxidant Power (FRAP). Metode ini berprinsip pada kenaikan

serapan dari campuran reaksi. Peningkatan pada serapan menunjukkan

peningkatan pada aktivitas antioksidan. Dalam metode ini antioksidan membentuk

kompleks berwarna dengan kalium ferrisianida, asam trikloroasetat, dan besi(III)

klorida yang diukur pada panjang gelombang 700 nm. Peningkatan pada serapan

campuran reaksi menunjukkan kekuatan mereduksi dari sampel (Ikhlas, 2013).

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-

14
picrylhydrazil (DPPH). Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH adalah

metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan

banyak reagen seperti halnya metode lain (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Aktivitas penangkal radikal DPPH (%) dapat dihitung dengan rumus pada

persamaan (I):

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% Inhibisi = x 100 % (I)
Absorbansi blanko

Pada metode ini, larutan DPPH berperan sebagai radikal bebas yang akan

bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi

1,1-difenil-2- pikrilhidrazin yang bersifat non-radikal. Peningkatan jumlah

1,1-difenil-2- pikrilhidrazin akan ditandai dengan berubahnya warna ungu tua

menjadi warna merah muda atau kuning pucat dan bisa diamati dan dilihat

menggunakan spektrofotometer sehingga aktivitas hambatan radikal bebas oleh

sampel dapat ditentukan (Molyneux, 2004).

Peredaman warna DPPH terjadi disebabkan oleh adanya senyawa yang

bisa memberikan radikal hidrogen kepada radikal DPPH sehingga tereduksi

menjadi DPPH-H. Reaksi reduksi DPPH tersebut dapat dilihat pada Gambar 3:

N N
.
N. + RH N. + R

NO2 NO2 NO2 NO2

NO2 NO2
DPPH DPPH-H

Gambar 3. Reaksi Reduksi DPPH

15
Reduksi DPPH menjadi DPPH-H disebabkan adanya donor hidrogen dari

senyawa hidroksil. Semakin banyak gugus hidroksil bebas yang dapat

menyumbangkan hidrogen maka semakin banyak juga reduksi yang dapat

dilakukan terhadap DPPH (Sayuti dan Yenrina, 2015).

2.5 Kopigmentasi

Kopigmentasi intramolekuler merupakan mekanisme kopigmentasi

dimana kopigmen merupakan bagian dari molekul antosianin itu sendiri. Gugus

asil yang berupa komponen aromatik berinteraksi dengan kation flavilium yang

reaktif pada C-2 dan C-4 dengan reaktan nukleofilik. Kopigmentasi model ini

diaplikasikan pada ekstrak black carrot yang banyak mengandung antosianin yang

mengalami asilasi. Beberapa logam dapat membentuk kompleks dengan

antosianin adalah Sn, Cu, Fe, Al, Mg, dan K. Sianidin, delphinidin dan petunidin

memiliki lebih dari 1 grup hidroksil yang mampu mengkelat logam

(Brouillard, 1982).

M
O
O
+
HO O

OH
OH
Gambar 4. Kemungkinan pengikatan sianidin dengan logam
(Miguel, 2011)

2.6 Logam Tembaga

Cu atau tembaga merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang

berfungsi sebagai bagian dari enzim dalam tubuh. Tembaga terlibat dalam

pembentukan energi di dalam mitokondria melalui transport elektron protein.

16
Tembaga yang berada dalam sel darah merah sebagian besar berbentuk

metaloenzim superoksida dismutase yang berfungsi sebagai antioksidan serta

membantu sintesis melanin dan katekolamin. Tembaga dalam seruloplasmin

berperan pada proses oksidasi besi sebelum ditransportasikan ke dalam plasma

(Anderson, 2004).

Tembaga dalam enzim metaloprotein berperan pada proses sintesis protein

kompleks jaringan kolagen di dalam kerangka tubuh dan pembuluh darah serta

pada proses sintesis pembawa rangsangan saraf (neurotransmitter) seperti

noradrenalin dan neuropeptida seperti ensefalin (Almatsier, 2009). Beberapa

enzim yang mengandung tembaga lainnya adalah tirosinase untuk memproduksi

pigmen dalam epidermis, urikase pada metabolisme asam urat di dalam hati dan

ginjal, lisis oksidase dalam kondensasi asam amino, amino oksidase pada plasma

dan jaringan ikat, serta tiol oksidase dalam pembentukan ikatan disulfida

(Garrow & James 1993). Orang dewasa mengandung tembaga sekitar 100 mg

yang umumnya terikat terhadap sekitar 30 jenis enzim dan protein

(Buttriss & Hughes 2000).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk tembaga belum ditentukan di

Indonesia karena kekurangan tembaga karena makanan jarang terjadi. Jumlah

tembaga yang aman dikonsumsi yang ditentukan oleh Amerika Serikat adalah

sebesar 1,5-3 mg sehari (Almatsier, 2009). Keputusan Kepala Badan pengawas

Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok

Pengawasan Suplemen Makanan menyebutkan bahwa batas maksimum Cu yang

diizinkan terdapat dalam suplemen makanan sebanyak 3 mg/hari

(BPOM RI 2005).

17
2.7 Logam Magnesium

Magnesium merupakan hara makro esensial. Tanaman mengambil unsur

ini dalam bentuk ion Mg2+, terutama melalui intersepsi akar (Arios, 2005).

Magnesium merupakan kation terbanyak ke empat di dalam tubuh dan kation

terbanyak kedua di dalam intraseluler setelah potasium. Magnesium (Mg)

mempunyai peranan penting dalam struktur dan fungsi tubuh manusia.

Magnesium (Mg) berperan untuk kelancaran kerja berbagai enzim. Magnesium

diperlukan tubuh untuk memproduksi 300 jenis enzim, pengiriman pesan melalui

sistem syaraf, membuat otot-otot tetap lentur dan rileks serta memelihara kekuatan

tulang dan gigi (Budiasih, 2009).

Tubuh manusia dewasa mengandung kira-kira 25 gram magnesium

(Topf and Murray, 2003). Jumlah minimum magnesium yang direkomendasikan

setiap hari tersedia untuk orang dewasa adalah 0,25 mmol (6 mg)/kg berat badan

(Schlingmann dkk., 2004).

Peranan magnesium lainnya yaitu mengatur transpor aktif ion-ion seperti

potasium dan kalsium yang melalui membran sel. Hubungannya dengan sistem

transpor, magnesium mempengaruhi hubungan impuls syaraf, kontraksi otot, dan

ritme jantung yang normal. Signaling sel membutuhkan MgATP untuk proses

fosforilasi protein dan pembentukan molekul signaling sel (cAMP = cyclic

adenosine monophosphate). cAMP terlibat dalam sejumlah proses termasuk

sekresi hormon paratiroid (PTH). Kadar kalsium dan magnesium di dalam cairan

sel mempengaruhi perpindahan sejumlah tipe sel-sel yang berbeda-beda.

Perpindahan tersebut terutaman berhubungan dengan proses penyembuhan luka

(Barbagallo dkk., 2003).

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah

rambutan (Nephelium lappaceum) dari desa Paselloreng, Kecamatan Gilireng,

Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan; akuabides dari Science Building FMIPA

Universitas Hasanuddin, larutan KCl 0,2 N; larutan HCl 0,2 N; kalium asetat,

asam askorbat, metanol p.a merk merck, DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil),

[(CH3COO)2Cu.H2O], [(CH3COO)2Mg.4H2O], etanol p.a merk merck, , kertas

saring whatman no. 42, aluminium foil, dan tissue roll.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender, botol vial

gelap, pH meter, rotary vacum evaporator Hahnsin pada Laboratorium Biokimia

FMIPA Unhas, magnetic stirrer, pipet mikro, Spektroskopi FTIR Shimadzu 820

IPC pada Laboratorium Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Unhas, Spektronik 20 D+

Thermo Digital pada Laboratorium Biokimia FMIPA Unhas, dan alat-alat gelas

yang umum di laboratorium.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2017,

bertempat di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Kimia Terpadu, Jurusan

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

19
3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Ekstraksi Kulit Buah Rambutan (Putri dkk., 2015)

Sebanyak 120 g sampel kulit buah yang segar di haluskan, diekstraksi

dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan HCl 1% dengan

perbandingan volume etanol : HCl adalah 9:1 sebanyak 200 mL. Maserasi

dilakukan selama 24 jam kemudian disaring dan filtratnya ditampung. Ekstraksi

dilakukan sebanyak lima kali. Kemudian filtrat yang diperoleh diuapkan

menggunakan rotary vacum evaporator sehingga didapat ekstrak kental etanol

kemudian ditimbang beratnya.

3.4.2 Identifikasi Senyawa Pigmen Antosianin

3.4.2.1 Identifikasi Reaksi Warna (Harborne, 1996 dalam Lestario, 2011)

a. Reaksi Warna dengan HCl

Ekstrak kulit buah rambutan sebanyak 1 mL dipanaskan dengan HCl 2 M

sebanyak 1 mL selama ± 5 menit pada 100 oC. Hasil positif ditunjukkan dengan

warna merah.

b. Reaksi Warna dengan NaOH

Ekstrak kulit buah rambutan sebanyak 2 mL ditambahkan NaOH 2 M

tetes demi tetes. Hasil positif ditunjukkan warna merah berubah menjadi hijau

biru.

3.4.2.2 Analisis Panjang Gelombang Maksimum dengan Metode


Spektrofotometer UV-Vis

Ekstrak yang diperoleh kemudian diidentifikasi panjang gelombang

maksimumnya dengan menggunakan Spektroskopi UV-Vis. Panjang gelombang

maksimum yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan panjang gelombang

20
maksimum senyawa antosianin standar atau data yang ada.

3.4.2.3 Identifikasi Gugus Fungsi Menggunakan Spektroskopi FTIR

Ekstrak yang diperoleh kemudian diidentifikasi gugus fungsinya dengan

menggunakan spektroskopi FTIR, kemudian dibandingkan dengan gugus

fungsi yang diperoleh dari hasil analisis spektroskopi FTIR senyawa antosianin

standar atau data yang ada.

3.4.2.4 Penentuan Kadar Antosianin Total (Suzery dkk., 2010)

a. Pembuatan larutan pH 1,0 dan pH 4,5

i. Larutan pH 1,0

Sebanyak 1,490 g KCl dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur

100 mL hingga tanda batas. Dipipet sebanyak 2,5 mL lalu ditambahkan larutan

HCl 0,2 N hingga pH mencapai 1,0 ± 0,1.

ii. Larutan pH 4,5

Sebanyak 1,490 g KCl dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur

100 mL hingga tanda batas. Dipipet sebanyak 2,5 mL lalu ditambahkan larutan

HCl 0,2 N hingga pH 4,5 ± 0,1.

b. Pengukuran Konsentrasi Total Antosianin

Dua larutan sampel disiapkan dari ekstrak kental, pada sampel pertama

digunakan larutan pH 1,0 dan untuk sampel kedua digunakan larutan pH 4,5.

Masing-masing sampel dilarutkan dengan larutan buffer berdasarkan DF (Dilution

Factor). Sampel yang dilarutkan menggunakan larutan pH 1 dibiarkan selama 15

menit sebelum diukur, sedangkan untuk sampel yang dilarutkan dengan larutan

21
pH 4,5 siap diukur setelah dibiarkan bercampur selama 5 menit. Absorbansi dari

setiap larutan pada panjang gelombang maksimum dan 700 nm diukur dengan

larutan pH 1 dan larutan pH 4,5 sebagai blankonya. Kadar total antosianin dapat

dihitung dengan menggunakan rumus pada Persamaan (II) dan (III)

A = (Aλmax - A700) pH 1,0 - (Aλmax - A700) pH 4,5 (II)

Total Antosianin (mg/L) = A x BM x DF x 1000 /e x L (III)

Keterangan, BM = berat molekul Sianidin-3-glukosida (449,2 g/mol)

DF = faktor pengenceran

e = absorptivitas molar sianidin-3- glukosida (26.900 L/mol.cm)

L = tebal kuvet (1 cm)

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Logam (Abdilah, 2014)

3.4.3.1 Pembuatan Ekstrak Ion Logam Cu(II)-antosianin

Pembuatan ekstrak ion logam Cu(II)-antosianin dilakukan dengan

mengambil 40 mL ekstrak sampel ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan

HCl 1 N sampai pH menjadi 3 sambil diaduk dengan menggunakan magnetic

stirrer. Larutan dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer berbeda yang

mengandung Cu-asetat monohidrat masing-masing 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan

150 ppm, kemudian dipindahkan ke dalam botol vial gelap. Pengerjaan dilakukan

di tempat yang terlindung dari cahaya matahari.

3.4.3.2 Pembuatan Ekstrak Ion Logam Mg(II)-antosianin

Pembuatan ekstrak ion logam Mg(II)-antosianin dilakukan dengan

mengambil 40 mL ekstrak sampel ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan

HCl 1 N sampai pH menjadi 3 sambil diaduk dengan menggunakan magnetic

22
stirrer. Larutan dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer berbeda yang

mengandung Mg-asetat tetrahidrat masing-masing 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan

150 ppm, kemudian dipindahkan ke dalam botol vial gelap. Pengerjaan dilakukan

di tempat yang terlindung dari cahaya matahari.

3.4.4 Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Molyneux, 2004)

3.4.4 1. Pembuatan Larutan DPPH

Larutan DPPH 0,4 mM dibuat dengan cara menimbang 7,9 mg DPPH dan

dilarutkan dengan metanol hingga 50 mL dalam labu ukur.

3.4.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) DPPH

Larutan blanko dibuat dengan cara memipet 1000 μL larutan DPPH

kemudian dicukupkan volumenya hingga 5 mL dengan metanol dan diukur

panjang gelombang maksimumnya dengan rentang panjang gelombang

400-600 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

3.4.4.3 Pembuatan Larutan Vitamin C

Sebanyak 10 mg asam askorbat dilarutkan dalam 10 mL metanol p.a

sehingga diperoleh konsentrasi 10 ppm sebagai larutan induk. Dari larutan induk

dibuat seri konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006; 0,008 dan 0,01 ppm dengan memipet

berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL. Larutan DPPH ditambahkan sebanyak 1 mL

dan dicukupkan volumenya hingga 5 mL dengan metanol p.a.

3.4.4.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan

Larutan induk dari ekstrak antosianin dibuat dengan konsentrasi

1,45 ppm. Dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006; 0,008

23
dan 0,01 ppm dengan memipet larutan induk berturut-turut 0,068; 0,137; 0,21;

0,275 dan 0,344 mL. Larutan DPPH ditambahkan sebanyak 1,5 mL dan

dicukupkan volumenya hingga 5 mL dengan metanol, dan sebagai pembanding

digunakan ekstrak logam Cu-antosianin, ekstrak logam Mg-antosianin, dan

vitamin C. Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu

kamar dan pada ruangan yang terlindungi dari cahaya matahari. Absorbansi (A)

diukur pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis.

Selanjutnya dihitung persentase inhibisi (hambatan) dan IC50 (50% Inhibition

Concentration). Data nilai % inhibisi (persamaan IV) digunakan untuk

menghitung nilai IC50.

(Absorbansi Blanko - Absorbansi Sampel)


% Inhibisi = x 100% (IV)
Absoransi blanko

dibuat grafik hubungan antara persen inhibisi dan konsentrasi sampel melalui

Microsoft Excel dimana persen inhibisi terletak pada sumbu y dan konsentrasi

sampel pada sumbu x. IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi

linear sebagai berikut (Tamat dkk., 2007):

y = ax + b (V)

Keterangan, y = % inhibisi (nilai= 50)

x= nilai IC50 (ppm)

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rambutan merupakan buah asli Indonesia, yang produksi per tahunnya

terbilang cukup banyak, dan menghasilkan kulit buah yang banyak pula, sehingga

dipilih kulit buah rambutan untuk dimanfaatkan sebagai antioksidan. Pada

penelitian ini rambutan diperoleh dari desa Paselloreng, Kecamatan Gilireng,

Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, karena masa berbuahnya lama, buahnya

masih dapat ditemukan ketika musim rambutan berakhir.

4.1 Ekstraksi Antosianin dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum)

Pada penelitian ini, hasil ekstraksi dari 120 gram sampel kulit buah

rambutan diperoleh ekstrak kental yang berwarna merah darah sebanyak

23,824 gram.

4.2 Identifikasi Senyawa Antosianin

4.2.1 Identifikasi Warna

Pada Tabel 3 menunjukkan hasil identifikasi warna dari ekstrak etanol

kulit buah rambutan.

Tabel 3. Uji identifikasi warna antosianin


Pereaksi Warna Hasil identifikasi
HCl Merah anggur (wine) +
NaOH Hijau kebiruan +
Keterangan: + menujukkan adanya senyawa antosianin dalam ekstrak

Penelitian yang dilakukan oleh Lestario pada tahun 2011 menunjukkan

hasil yang sama, yaitu pada penambahan HCl menghasilkan warna merah

25
sedangkan dengan penambahan NaOH menghasilkan warna hijau kebiruan.

Sehingga ekstrak yang diperoleh mengandung antosianin. Salah satu faktor yang

mempengaruhi warna dari antosianin adalah kondisi asam dan basa. Sifat asam

akan menyebabkan warna antosianin menjadi merah, sedangkan sifat basa

menyebabkan antosianin menjadi biru kehijauan.

4.2.2 Identifikasi dengan Spektrofotometer Uv-Vis

Data hasil pengukuran spektrofotometer Uv-Vis pada ekstrak etanol kulit

buah rambutan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Panjang gelombang maksimum (λmaks) ekstrak etanol kulit buah


rambutan.

Panjang gelombang maksimum ekstrak etanol kulit buah rambutan yang

diperoleh adalah 506 nm. Harborne (1987), menyatakan bahwa absorbansi

maksimal yang dicapai antosianin adalah pada panjang gelombang 490-550 nm.

Sehingga hasil yang diperolah sesuai dengan ciri panjang gelombang maksimum

26
antosianin dan dapat dikatakan ekstrak kulit buah rambutan mengandung

antosianin.

Tabel 4. Perbandingan panjang gelombang maksimum antosianin dari beberapa


tumbuhan
No. Antosianin λmaks
1. Kulit Buah Rambutan 506
Kulit Buah Rambutan (Hutapea dkk.,
2. 507,5
2014)
Kulit Jantung Pisang Kepok (Lestario
3. 535
dkk., 2014)
4. Kulit Buah Manggis (Maulina, 2014) 532
Kulit Manggis
5. 525
(Supiyanti dkk., 2010)

Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah rambutan

memberikan serapan pada panjang gelombang 506 nm yang diduga senyawa

antosianin jenis sianidin yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh

Hutapea dkk. (2014). Hal ini diperkuat oleh Schou dan Svend (1927) dalam

Hutapea dkk. (2014), yang menyatakan bahwa serapan maksimum yang diberikan

oleh antosianin jenis sianidin yakni pada panjang gelombang 510,5 nm.

4.2.3 Identifikasi dengan FTIR

Hasil spektrum FTIR menunjukkan serapan tajam pada daerah bilangan

gelombang 3427,51 cm-1 yang menandakan adanya gugus fungsi –OH yang

didukung oleh munculnya serapan di daerah bilangan gelombang 1043,49 cm-1

untuk gugus fungsi C-O alkohol. Muncul pula bilangan gelombang dengan nilai

1618,28 cm-1 dan 1517,98 cm-1 dengan serapan yang tajam, yang

mengindikasikan adanya gugus fungsi C=C aromatik yang diperkuat dengan

adanya serapan pada bilangan gelombang 763,81 cm-1 untuk serapan ikatan C-H

27
aromatik serta pada serapan ikatan C=O ditunjukkan pada bilangan gelombang

1708,93 cm-1. Analisis ekstrak kental kulit buah rambutan dengan

Spektrofotometer FTIR memberikan spektrum seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit buah
rambutan

C=O C=C C-O alkohol


-OH

Gambar 7. Spektrum IR antosianin (Ahmed dkk, 2013)

Adapun bilangan gelombang dari ekstrak etanol kulit buah rambutan

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 5 yang

menunjukkan bahwa terdapat antosianin dalam ekstrak kental yang telah

dianalisis menggunakan FTIR.

28
Tabel 5. Bilangan gelombang antosianin dengan analisis FTIR
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus
No. Penelitian sebelumnya Pustaka
Penelitian Fungsi
(Maulina dkk., 2014) (Stuart, 2004)
1. 3427,51 3348,25 3500-3000 -OH
2. 1043,49 1044,35 1300-1000 C-O alkohol
-C=C-
3. 1618,28 1634,95 1650-1450
aromatik
4. 1708,93 1706,30 1700-1698 C=O

Berdasarkan hasil spektrum FTIR tersebut dapat disimpulkan bahwa

ekstrak kental yang diperoleh mengandung senyawa antosianin dengan

munculnya gugus-gugus fungsi yang terdapat pada antosianin. Namun spektrum

FTIR yang diperoleh masih muncul banyak serapan. Hal tersebut dikarenakan

ekstrak yang dianalisis adalah ekstrak kental tanpa memalui peroses pemurnian

terlebih dahulu, sehingga senyawa yang terdapat pada ekstrak tidak hanya

antosianin.

4.2.4. Penentuan Kadar Total Antosianin

Penentuan kadar antosianin dihitung menggunakan metode perbedaan pH

yaitu pada pH 1 dan pH 4,5. Pada pH 1 antosianin berbentuk senyawa oxonium

atau flavilium. Keadaan yang semakin asam mendekati pH 1 akan menyebabkan

semakin banyaknya antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau

oxonium yang berwarna (Suzeri, 2010). Adapun kadar antosianin ekstrak etanol

kulit buah rambutan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kadar antosianin ekstrak etanol kulit buah rambutan


Absorbansi
Kadar Total
pH 1 pH 4,5
Antosianin (mg/L)
λ 506 nm λ 700 nm λ 506 nm λ 700 nm
0,142 0,002 0,060 0,005 709,3866

29
Sampel diukur pada panjang gelombang maksimum dan panjang

gelombang 700 nm. Panjang gelombang maksimum ekstrak diperoleh sebesar

506 nm (Lampiran 6). Pengukuran pada panjang gelombang 700 nm untuk

mengoreksi endapan yang masih terdapat pada sampel, jika sampel jernih maka

memberikan nilai absorbansi sama dengan nol. Namun pada penelitian ini

memberikan nilai absorbansi tidak sama dengan nol, karena masih terdapat

partikel padatan dalam larutan.

Pada penentuan kadar antosianin, faktor pengenceran sampel harus

ditentukan terlebih dahulu dengan melarutkan sampel pada larutan KCl pH 1

sehingga diperoleh absorbansi kurang dari 1,2 atau pada spektrofotometer Uv-Vis

tidak mencapai limit deteksi. Faktor pengenceran yang diperoleh adalah 500 kali

pengenceran dengan absorbansi sebesar 0,142. Berdasarkan hasil perhitungan

pada lampiran 10, diperoleh kadar total antosianin sebesar 709,3866 mg/L.

Kadar antosianin total kulit buah rambutan yang diperoleh lebih besar bila

dibandingkan dengan kulit buah rambutan beberapa penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Siahaan (2014) konsentrasi antosianin yang diperoleh adalah

120,1601 mg/mL; oleh Hutapea dkk (2014) dengan konsentrasi 55,7659 mg/L;

dan oleh Lydia dkk (2001) dengan konsentrasi antosianin 4,1 x 10-3 mg/mL. Hal

tersebut kemungkinan disebabkan oleh kondisi suhu ekstraksi, perbedaan iklim,

dan jenis tanah tempat rambutan tumbuh.

4.3 Ekstrak Antosianin dengan Logam Cu dan Mg

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pada penambahan logam Cu mulai

mengalami peningkatan absorbansi pada konsentrasi 100 ppm sedangkan pada

penambahan logam Mg juga mengalami penambahan absorbansi pada konsentrasi

100 ppm, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan penambahan logam Cu.

Kenaikan absorbansi menunjukkan kenaikan intensitas warna ekstrak

(Hutapea dkk., 2014). Kenaikan intensitas warna pada ekstrak menunjukkan

30
ekstrak dapat lebih bertahan lama (tidak memudar) jika dibandingkan dengan

tanpa logam (Harborne, 1996). Penambahan logam Cu2+ memberikan perubahan

warna pada ekstrak dari merah menjadi amber (jingga) sedangkan penambahan

logam Mg2+ memberikan perubahan warna dari merah mejadi olive (hijau zaitun),

perubahan warna menandakan terbentuknya kompleks logam dengan antosianin.

Seperti yang dinyatakan oleh Wang dkk. (2013) bahwa penambahan logam Cu

dapat meningkatkan absorbansi pigmen antosianin. Takeda dkk (1994) serta

Kondo dkk. (1992) menyatakan bahwa kompleks Mg-antosianin menghasilkan

kompleks warna yang lebih stabil.

0.12
0.1
Absorbansi

0.08
0.06
0.04 Cu

0.02 Mg

0
01 50 100 150
konsentrasi (ppm)

Gambar 8. Pengaruh penambahan ion logam Cu dan Mg pada beberapa


konsentrasi terhadap absorbansi antosianin kulit buah rambutan

Berdasarkan analisis spektroskopi infra merah dari ekstrak antosianin kulit

buah rambutan sebelum dan sesudah penambahan logam memperlihatkan

gugus-gugus fungsi yang dapat dilihat pada Gambar 9. Terdapat perubahan

bilangan gelombang terutama pada gugus O-H dengan nilai bilangan gelombang

sebelum penambahan logam sebesar 3427,51 cm-1 dan setelah penambahan logam

Cu2+ mengalami perubahan menjadi 3392,79 cm-1, dengan penambahan logam

Mg2+ mengalami perubahan ke bilangan gelombang 3414.00 cm-1.

31
120
Antosianin

1708,93
Cu-Antosianin
80 3427,51

364,55
1728,22
Mg-Antosianin
40
3392,79

364,55

3414,00 1730,15
0
3000 2000 1000

Gambar 9. Spektrum IR ekstrak antosianin sebelum dan sesudah penambahan


logam

Pergeseran bilangan gelombang tersebut menunjukkan bahwa terjadi

proses pengikatan ion logam dengan ekstrak antosianin kulit buah rambutan. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Miguel (2011), bahwa antosianin dan logam

dapat terikat pada gugus hidroksil.

O O
Cu
HO O O OH
O O

OH HO
OH O O OH
Mg
HO O O OH
O O

OH HO
OH OH
Gambar 10. Perkiraan kompleks sianidin dengan logam (Ahmed dkk, 2013)

Berdasarkan fakta FTIR dapat dilihat perubahan intensitas spektrum pada

gugus karbonil sesudah penambahan ion logam Cu2+ dan Mg2+, hal tersebut

32
disebabkan dehidrogenasi pada gugus hidroksil setelah penambahan ion logam

Cu2+ dan Mg2+. Intensitas spektrum pada penambahan ion logam Mg2+ lebih

tinggi daripada Cu2+ disebabkan ion logam Mg2+ terikat lebih kuat pada gugus

karbonil. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori Hard Soft Acid Base (HSAB),

dimana Mg2+ merupakan asam keras, Cu2+ merupakan asam intermedit, dan OH-

merupakan basa keras (Pearson, 1963). Sehingga Mg2+ akan berikatan baik

dengan gugus OH- dibandingkan dengan Cu2+ yang menghasilkan ikatan yang

lebih lemah apabila berikatan dengan gugus OH-. Selain itu adanya bilangan

gelombang pada 364,55 cm-1, baik pada penambahan ion logam Cu2+ dan Mg2+,

menunjukkan ikatan M-O, menandakan terbentuknya kompleks Cu-Antosianin

dan Mg-Antosianin (Ahmed dan BenGuzzi, 2008).

4.4 Analisis Aktivitas Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode

DPPH. Uji aktivitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan senyawa dalam

menangkal radikal bebas, dalam penelitian ini dilakukan terhadap ekstrak etanol

kulit buah rambutan sebelum dan sesudah penambahan logam Cu2+ dan Mg2+.

Aktivitas antioksidan kulit buah rambutan dapat dilihat pada Tabel 7, Tabel 8,

dan Tabel 9, panjang gelombang maksimum DPPH adalah 515 nm

(Lampiran 13). Serta aktivitas antioksidan asam askorbat sebagai kontrol positif

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 7. Aktivitas antioksidan kulit buah rambutan


Sampel Konsentrasi % IC50
(ppm) Inhibisi (µg/mL)
0,002 21,138
0,004 45,799
Antosianin 0,006 67,479 0,0046
0,008 85,636
0,010 92,14

33
Tabel 8. Aktivitas antioksidan kompleks Cu-antosianin
Konsentrasi % IC50
No. Sampel (ppm) Inhibisi (µg/mL)
0,002 17,989
0,004 37,566
Cu-antosianin
1. 0,006 56,966 0,0055
50 ppm
0,008 74,426
0,010 82,363
0,002 14,625
0,004 31,292
Cu-antosianin
2. 0,006 47,789 0,0065
100 ppm
0,008 61,564
0,010 75,17
0,002 9,499
0,004 23,316
Cu-antosianin
3. 0,006 39,551 0,0078
150 ppm
0,008 51,986
0,010 65,557

Tabel 9. Aktivitas antioksidan kompleks Mg-antosianin


Konsentrasi % IC50
No. Sampel
(ppm) Inhibisi (µg/mL)
0,002 15,172
0,004 34,137
Mg-antosianin 0,006 51,206
1. 0,0061
50 ppm
0,008 64,31
0,010 79,137
0,002 23,63
0,004 41,952
Mg-antosianin
2. 0,006 65,582 0,0048
100 ppm
0,008 79,794
0,010 93,150
0,002 18,416
0,004 30,570
Mg-antosianin
3. 0,006 44,567 0,0067
150 ppm
0,008 58,563
0,010 71,455

34
Tabel 10. Aktivitas antioksidan asam askorbat sebagai kontrol positif
Konsentrasi % IC50
Sampel
(ppm) Inhibisi (µg/mL)
0,002 1,3947
0,004 1,6734
Asam
0,006 1,9525 0,2349
Askorbat
0,008 2,5104
0,010 3,0683

Menurut Molyneux (2004), tingkat kekuatan suatu senyawa dalam

menangkal radikal bebas bervariasi berdasarkan nilai IC50 senyawa tersebut yang

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan


No. Intensitas Nilai IC50 (µg/mL)
1. Sangat kuat <50
2. Kuat 50-100
3. Sedang 100-150
4. Lemah >150

Tabel 12. Nilai IC50 dan tingkat kekuatan antioksidan ekstrak etanol kulit buah
rambutan dan ekstrak logam-antosianin serta pembanding
(Kontrol Positif)
Sampel/
Nilai IC50 Intensitas
pembanding
Sampel
Antosianin 0,0046 μg/mL Sangat Kuat
Cu-Antosianin
0,0055 μg/mL Sangat Kuat
50 ppm
Cu-Antosianin
0,0065 μg/mL Sangat Kuat
100 ppm
Cu-Antosianin
0,0078 μg/mL Sangat Kuat
150 ppm
Mg-Antosianin
0,0061 μg/mL Sangat Kuat
50 ppm
Mg-Antosianin
0,0048 μg/mL Sangat Kuat
100 ppm
Mg-Antosianin
0,0067 μg/mL Sangat Kuat
150 ppm
Pembanding (Kontrol Positif)
Asam Askorbat 0,2349 μg/mL Sangat Kuat

35
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa antosianin kulit buah

rambutan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan

kontrol positif yaitu asam askorbat, yang umumnya banyak digunakan oleh

peneliti-peneliti karena mempunyai kemampuan meredam atau menangkal radikal

bebas yang sangat baik.

Nilai IC50 ekstrak kulit rambutan diperoleh 0,0046 μg/mL, nilai IC50

Cu-antosianin yang paling kuat adalah 50 ppm sedangkan untuk Mg adalah 100

ppm. Hasil ini diperoleh berdasarkan perhitungan regresi linear dari kurva

absorbansi sampel (Lampiran 14), sehingga tingkat kekuatan antioksidan dari

sampel dan pembanding dapat disajikan dalam Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12

terlihat bahwa antosianin tanpa penambahan logam dibandingkan dengan

penambahan ion logam Cu2+ dan Mg2+ memiliki aktivitas antioksidan yang tidak

jauh berbeda. Hal tersebut diakibatkan karena dengan penambahan logam

membuat antosianin makin stabil, senyawa yang stabil makin sulit untuk bereaksi

dengan senyawa lain (Takeda dkk., (1994); Kondo dkk., (1992).

Asam askorbat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dibanding

dengan sampel karena memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi. Asam askorbat

(vitamin C) sendiri disebut sebagai antioksidan, karena mendonorkan elektronnya,

vitamin ini mencegah senyawa lain agar tidak teroksidasi, sehingga akan

teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut (Padayatty, 2003). Sangat tingginya

aktivitas antioksidan sampel dibanding dengan vitamin C kemungkinan karena

sampel yang digunakan masih dalam bentuk ekstrak kental, belum dalam tahap

pemurnian, sehingga masih ada senyawa lain yang membantu proses antioksidan.

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kadar antosianin yang terdapat

dalam ekstrak etanol kulit buah rambutan sebesar 709,3866 mg/L. Antosianin dari

ekstrak etanol kulit buah rambutan memiliki nilai IC50 sebesar 0,0046 µg/mL.

Ekstrak antosianin dengan penambahan ion logam Cu(II) memiliki aktivitas yang

paling besar pada konsentrasi 50 ppm sebesar 0,0055 µg/mL, sedangkan dengan

penambahan ion logam Mg(II) pada konsentrasi 100 ppm sebesar 0,0048 µg/mL.

Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ion logam Cu(II) dan Mg(II)

memperlihatkan perbedaan aktivitas antioksidan antosianin yang tidak jauh

berbeda.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah hasil isolasi

senyawa antosianin dimurnikan dengan menggunakan tekhnik kolom untuk

mendapatkan antosianin murni. Aktivitas antioksidan juga perlu dilakukan setelah

beberapa hari penyimpanan setalah penambahan logam. Selain itu, perlu

dilakukan analisis senyawa metabolit lain misalnya mineral dan asam amino

sebagai tambahan informasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F., 2014, Karaterisasi, Uji Toksisitas dan Antioksidan Kompleks Logam
Cu(II), Zn(II) dan Co(II) Turunan Klorofil dari Ekstrak Fitoplankton,
Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas
Hasanuddin.
Adil, W. H., 2010, Karakteristik Plasma Nutfah Ubi Jalar Berdaging Umbi
Perdominan Ungu, Buletin Plasma Nutfah, 16(2): 85 – 89.
Ahmed, J. K., Salih, H. A. M., dan Hadi. H., 2013, anthocyanins in Red Beet
Juice Act as Scavengers for Heavy Metals Ions Such as Leed and
Cadmium, International Journal of Scince and Technology, 2(3): 256-
274.
Ahmed, A. A., dan BenGuzzi, S. A., 2008, Synthesis and Characterization of
Some Transition Complexes of Schif Base Derived From Benzidine and
Acetylacetone, Journal of Scince and Its Application, 2(1): 83-90.
Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anderson, J. J. B., 2004, Krause’s Food, Nutrition,& Diet Theraphy, Philadelphia.
Arios, J. R., 2005, Pengaruh Pemberian Pupuk Magnesium (Mg) terhadap Kadar
Klorofil Total Daun, dan Serapan Hara Mg Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogea L.) pada Podsolik Jasinga dan Latosol Darmaga, Skripsi
tidak diterbitkan, Fakultas Pertanian, IPB.
Azwar I. Y. T., Adiputra, Agus, S., dan Siti, H., 2013, Potensi Ekstrak Kulit Buah
dan Biji Rambutan (Nephelium lappaceum) Sebagai Senyawa Anti
Bakteri Patogen Pada Ikan. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan, 1(2): 135-144.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Peraturan
Perundang-undangan dibidang Suplemen Makanan, Cetakan Pertama,
BPOM RI, Jakarta.
BAPPENAS, 2000, Rambutan (Nephelium sp), Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Permasyarakatan dan Teknologi, Jakarta.
Barbagallo, M., Dominguez, L. J., and Galioto, A., 2003, Role of magnesium in
insulin action, diabetes and cardio-metabolic syndrome X,Molecular
Aspects of Medicine, 24(1): 39-52.
Basuki, N., Harijono, Kuswanto, dan Damanhuri, 2005, Studi Pewarisan
Antosianin pada Ubi Jalar. Agravita, 27(1): 63–68.
Brouillard, R., 1982, Chemical structure of anthrocyanins. Academic Press,
London.

Budiasih, S. K., 2009, Studi Bioanorganik: Mineral Runutan dalam Metabolisme


Tubuh, Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

Buttriss, J., and Hughes, J., 2000, An update on copper: contribution of MAFF-
funded research, Nutrition Bulletin, 25: 271-280.

38
Clydesdale, F. M., 1998, Food Storage Stability, CRC Press LCC, New York.

Fatisa, Y., 2013, Daya Antibakteri Ekstrak Kulit dan Biji Buah Pulasan
(Nephelium mutabile) terhadap Staphylococcus aeureus dan Escherichia
coli Secara In Vitro, Jurnal Peternakan, 10(1): 31-38.

Francis, F.J., 1982, Analysis of Anthocyanins, Academik Press, New York.

Garrow, J. S., dan James, W. P. T., 1993, Human Nutrition and Dietetics,
Churchill Livingstone, Edinburgh.

Harborne, 2005, Encyclopedia of Food and Color Additives, CRC Press Inc, New
York.

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Bandung, ITB.

Harborne, J. B., 1996, Metode Fitokimia, edisi ke-2, ITB, Bandung.

Hutapea, E. R. F., Siahaan, L. O., dan Tambun, R., 2014, Ekstraksi Pigmen
Antosianin dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum) dengan Pelarut
Metanol, Jurnal Teknik Kimia USU, 3(2): 34-40.

Ibrahim, A., Adiputra, Y. T., dan Siti, H., 2013, Potensi Ekstrak Kulit Buah dan
Biji Rambutan (Nephelium lappaceum) sebagai Senyawa Antibakteri
Patogen pada Ikan, Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan,
1(2): 135-144.

Ikhlas, N., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum
americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-Dofenil-1-Pikrilhidrazil),
Skripsi tidak diterbitkan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Inggrid, M., dan Santoso, H., 2014, Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif dari
Buah Kiwi (Actinidia deliciosa), Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, Univeritas Katolik Parahyangan.

Kementrian Pertanian, 2015, Statistik Produksi Holtikultura Tahun 2014,


Direktorat Jenderal Holtikultura, Jakarta.

Kondo, T., Yoshida, K., Nakagawa, A., Kawai, T., Tamura, H., dan Goto, T.,
1992, Structural basis of blue-color development in flower petals from
Commelina communis, Journal Nature, 358: 515-518.

Kusumaningrum, Y. N., 2012, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Rambutan


(Nephelium Lappaceum) terhadap Staphylococcus aureus dan
Eschrerichia coli, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Lestario, L. N., Rahayuni, E., dan Timotius, K. H., 2011, Kandungan Antosianin
dari Kulit Buah Jenitri (Elaeocarpus angutifolius Blume), Jurnal Agritek,
31(2): 93-101.

39
Lestario, L. N., Yoga, M. K. W. C., dan Kristijanto A. I., 2014, Stabilitas
Antosianin Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Terhadap
Cahaya Sebagai Pewarna Agar-Agar, Agritek, 34(4): 374-381.

Lydia., Widjanarko, S. B., dan Susanto, T., 2001, Ekstraksi Pigmen dari Kulit
Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var Binjai, Jurnal Teknologi
Pangan dan Gizi, 2(1): 1-16.

Mahisworo, Kusno. S., dan Agustinus A., 1991, Bertanam Rambutan, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Man, J. M., 1997, Kimia Makanan, ITB, Bandung.

Markakis, P., 1982, Anthocyanins as Food Additives, Academic Press, New York.

Maulina, A., Hardeli, dan Bahrizal, 2014, Preparasi DYE Sensitized Solar Cel
Mengggunakan Ekstrak Antosianin Kulit Buah Manggis (Gracinia
Mangostana L), Jurnal Saintek, 6(2): 158-167.

Mazza, G., and Miniati, E.,1993, Anthocyanins in fruits, vegetables, and grains.
CRC Press, Boca Raton, FL.

Miguel, M.G. 2011, Anthocyanins: Antioxidant and/or anti-inflammatory


activities, Journal of Applied Phamaceutical Science, 1(6): 07-15.

Moulana, R., Juanda, Syarifah, R., dan Ria, R., 2012, Efektifitas Penggunaan jenis
Pelarut dan Asam dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus sabradiffa L), Jurnal Teknologi Industri
Pertanian Indonesia, 4(3): 20-25.

Molyneux, P., 2004, The Use of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Journal Scince
Technologi, 26(2): 211-219.

Padayatty, S. J., Katz, A., Wang, Y., Eck, P., Kwon, O., Lee, J. H., Chen, S.,
Corpe, C., Dutta, S. K., dan Levine, M., 2003, Vitamin C as an
antioxidant: evaluation of its role in disease prevention, Journal Am Coll
Nutr, 22(1): 18-35.

Pearson, R. G., 1963, Physical and Inorganic Chemistry, Hard and Soft Acids and
Base, Journal of The American Chemical Society, 85(22): 3533-3539.

Prasetio, D., 2014, Studi Pemanfaatan Kulit Buah Rambutan (Naphelium


lappaceum, Liin) Sebagai Pewarna Alami Tekstil, Sripsi tidak ditrbitkan,
Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Kimia, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

40
Pratiwi, B. A., 2015. Isolasi Dan Skrining Fitokimia Bakteri Endofit Dari Daun
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang Berpotensi Sebagai
Antibakteri. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Program Studi Farmasi, Jakarta.

Putranti, 2013, Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut
Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara, Tesis tidak
diterbitkan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Putri, A. T., 2016, Pengaruh Ekstrak Etanolik Daun Rambutan (Nephelium


lappaceum L.) Sebagai Antiacne terhadap Aktivitas Bakteri
Propionibacterium acnes. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi
Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang.

Putri, N. K., Gunawan, I. W., dan Suarsa, I. W., 2015, Aktivitas Antioksidan
Antosianin Dalam Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Super Merah
(Hylocereus costaricensis) Dan Analisis Kadar Totalnya, Jurnal Kimia,
9(2): 243-251.

Rukmana, Rahmat,Y., dan Oesman, 2002, Rambutan Komoditas Unggulan dan


Prospek Agribisnis, Kanisius, Yogyakarta.

Sadino, A., 2017, Review: Aktivitas Farmakologis, Senyawa Aktif dan


Mekanisme Kerja Rambutan (Nephelium lappaceum L.), Jurnal
Farmaka, 15(3): 16-25.

Sayuti, M., dan Yenrina, R., 2015, Antioksidan Alami dan Sintetik, AU Press,
Padang.

Schlingmann, K. P., Konrad, M., and Seyberth, H.W., 2004, Genetics of


hereditary disorders of magnesium homeostasis. Pediatr Nephrol. 19(1):
13-25.

Schou dan Svend Aage, 1927, Light absorption of several anthocyanins, Helv.
Chi. Acta, 10: 907-915.

Siahaan, L. O., 2014, Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Rambutan


(Nephelium lappaceum) dengan Pelarut Etanol, Skripsi tidak diterbitkan,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Stuart, B., 2004, Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications, John


Wiley & Sons Ltd, Kanada.

41
Suzery, M., Lestari, S., dan Cahyono, B., 2010, Penentuan Total Antosianin Dari
Kelopak Bunga Rosela(Hibiscus sabdariffa L) dengan Metode Maserasi
dan Sokshletasi, Jurnal Sains dan Matematika, 18(1): 1-6.

Syarifuddin, M. U., 2011, Kapasitas Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak


Antosianin Kulit Kacang Gude Hitam (Cajanus cajan Linn) dengan
Variasi Pelarut, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Takeda, K., Yanagisawa, M., Kifune, T., Kinoshita, T., & Timberlake, C. F.,
1994, A blue pigment complex in flowers of Salvia patens,
Phytochemistry Journal, 35: 1167-1169.

Tamat, S. R., Wikanta, T., dan Maulina, L. S., 2007, Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva
reticulate Forsskal, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(1): 31-36.

Thitilertdecha, N., Teerawutgulrag, A., dan Rakariyatham, N., 2008. Antioxidant


and antibacterial activities of Nephelium lappaceum L. extracts. Food
Science and Technology, 1(17): 2029-2035.

Topf, J. M., and Murray, P. T., 2003, Hypomagnesemia and hypermagnesemia, Rev.
Endo. Metab. Disord, 4:195-206.

Wang, J., Shen, X., and Chen, Y., 2013, Effect of pH, temperature and iron on
the stability of anthocyanins from black-skinned peanuts (Arachis
hypogaea L.), African Journal Agricultural Research, 8(18): 2044-2047.

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami & Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Wulandari, E., 2016, Efek Kulit Buah Rambutan terhadap Kadar MDA dan SOD
Tikus ynag Diasapi Asap Rokok, Skripsi tidak Diterbitkan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang, Semarang.

Wulandari, L., 2014, Isolasi Senyawa Antosianin dari Bunga Mawar Merah (Rosa
hybrida I Hort)sebagai Sensitizer pad Dye Snsitized Solar Cell (DSSC,
Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Yuda, A. A. G. P., Rolan, R., dan Arsyik, I., 2015, Kandungan Metabolit
Sekunder dan Efek Penurunan Glukosa Darah Ekstrak Biji Rambutan
(Nephelium lappaceum L.) pada Mencit (Mus musculus), Jurnal Sains
dan Kesehatan, 1(3): 120-125.

42
Lampiran 1. Bagan Kerja Ekstraksi Sampel

120 g Sampel

- diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan pelarut

etanol 96 % dan HCl 1 % dengan perbandingan 9:1

sebanyak 200 mL.

- Dimaserasi selama 24 jam, sampai lima kali

Maserat

- Disaring dan filtratnya ditampung

- Filtrat diuapkan dengan rotary vacum evaporator

Hasil

- Ditimbang beratnya

Ekstrak kental

43
Lampiran 2. Bagan Kerja Pembuatan Ekstrak Ion Logam Cu-antosianin

1.
40 mL Ekstrak Sampel
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan HCl 1 N sampai pH menjadi 3 sambil diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer
- Dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer berbeda yang
mengandung Cu asetat masing-masing 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm
dan 150 ppm.
- Pengerjaan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya
matahari.

Kompleks
Cu-Antosianin

44
Lampiran 3. Bagan Kerja Pembuatan Ekstrak Ion Logam Mg-Antosianin

40 mL Ekstrak Sampel

- Dimasukkan ke dalam gelas kimia


- Ditambahkan HCl 1 N sampai pH menjadi 3 sambil diaduk
dengan menggunakan magnetic stirrer
- Dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer berbeda
yang mengandung Mg asetat tetrahidrat masing-masing
0 ppm, 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm.
- Pengerjaan dilakukan di tempat yang terlindung dari
cahaya matahari.

Kompleks
Mg-Antosianin

45
Lampiaran 4. Bagan Kerja Pengukuran dan Perhitungan Konsentrasi Total
Antosianin

2 Sampel Ekstrak
- Sampel pertama digunakan larutan pH 1,0 dan untuk sampel kedua
digunakan larutan pH 4,5.
- Masing-masing sampel dilarutkan dengan larutan buffer
berdasarkan DF (Dilution Factor).
- Sampel yang dilarutkan menggunakan buffer pH 1 dibiarkan selama
15 menit sebelum diukur,
- Sampel yang dilarutkan dengan buffer pH 4,5siap diukur setelah
dibiarkan bercampur selama 5 menit.
- Absorbansi dari setiap larutan pada panjang gelombang maksimum
dan 700 nm diukur dengan buffer pH 1 dan buffer pH 4,5 sebagai
blankonya.
Hasil

46
Lampiran 5. Bagan Kerja Pengujian Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Cu-Kulit Ekstrak Mg-Kulit


Buah Rambutan Ekstrak Kulit Buah Rambutan
Buah Rambutan

- Dibuat dalam 5 seri konsentrasi 0,002;


0,004; 0,006; 0,008 dan 0,01 ppm
dalam larutan metanol pa

Ekstrak dengan seri konsentrasi


- Ditambahkan 1,5 mL larutan DPPH
pada masing-masing konsentrasi
- Dicukupkan volumenya hingga 5 mL
dengan metanol pa

Sebagai pembanding
digunakan asam askorbat
(vitamin C) dengan seri
Blanko dibuat dari 5 mL
konsentrasi 0,002; 0,004;
metanol teknis
0,006; 0,008 dan 0,01ppm

kontrol Sampel uji Blanko

- Dikocok dan dibiarkan selama 30 menit


pada suhu kamar dan ruangan yang
gelap
- Diukur absorbansi dengan spektronik
20D+ pada panjang gelombang
maksimum

Data Absorbansi
- Dihitung persentase hambatan radikal

Data IC50

47
Lampiran 6. Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) Ekstrak Etanol Kulit Buah
Rambutan

48
Lampiran 7. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Ekstrak Etanol Kulit
Buah Rambutan

49
Lampiran 8. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Cu-antosianin Ekstrak
Etanol Kulit Buah Rambutan

50
Lampiran 9. Gugus-gugus Fungsi yang Terdapat dalam Mg-antosianin Ekstrak
Etanol Kulit Buah Rambutan

51
Lampiran 10. Perhitungan Kadar Antosianin

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,142 – 0,002) – (0,06 – 0,005)

A = 0,085

A x BM x FP x 1000
Kadar Antosianin (mg/L) =
εx1

0,085 x 449,2 g/mol x 500 x 1000


Kadar Antosianin =
26900 L/mol.cm x 1 cm

Kadar Antosianin = 709,3866 mg/L

Faktor pengenceran sebanyak 500x

52
Lampiran 11. Perhitungan Pembuatan Ekstrak Ion Logam-Antosianin

1. Ekstrak Logam Cu-Antosianin

a. Konsentrasi 50 ppm dalam 10 mL

mg Ar Cu
50 ppm = x
volume Mr (CH3COO)2Cu.H2O

mg 63,5
50 ppm = x
0,01 199,5

mg = 0,0016 gram

b. Konsentrasi 100 ppm

mg Ar Cu
100 ppm = x
volume Mr (CH3COO)2Cu.H2O

mg 63,5
100 ppm = x
0,01 199,5

mg = 0,0031 gram

c. Konsentrasi 150 ppm

mg Ar Cu
150 ppm = x
volume Mr (CH3COO)2Cu.H2O

mg 63,5
150 ppm = x
0,01 199,5

mg = 0,0047 gram

2. Ekstrak Logam Mg-Antosianin

a. Konsentrasi 50 ppm dalam 10 mL

mg Ar Mg
50 ppm = x
volume Mr (CH3 COO)2 Mg.4H2 O

mg 24,3
50 ppm = x
0,01 214,46

mg = 0,0044 gram

53
b. Konsentrasi 100 ppm

mg Ar Mg
100 ppm = x
volume Mr (CH3 COO)2 Mg.4H2 O

mg 24,3
100 ppm = x
0,01 214,46

mg = 0,0088 gram

c. Konsentrasi 150 ppm

mg Ar Mg
150 ppm = x
volume Mr (CH3 COO)2 Mg.4H2 O

mg 24,3
150 ppm = x
0,01 214,46

mg = 0,0132 gram

54
Lampiran 12. Panjang Gelombang Kompleks Cu-antosianin

1. 50 ppm

2. 100 ppm

55
3. 150 ppm

56
Lampiran 13. Panjang Gelombang Kompleks Mg-antosianin

1. 50 ppm

2. 100 ppm

57
3. 150 ppm

58
Lampiran 14. Perhitungan Absorbansi Antosianin

Absorbansi pada pH 1 Absorbansi pada pH 4,5


Sampel λmaks (nm)
λmaks 700 λmaks 700
Ekstrak kental 0,142 0,002 0,060 0,005 506
Ekstrak + Cu 50
0,151 0,011 0,061 0,006 505,4
ppm
Ekstrak + Cu
0,153 0,014 0,057 0,004 508,4
100 ppm
Ekstrak + Cu
0,152 0,006 0,056 0,004 506,6
150 ppm
Ekstrak + Mg
0,142 0,001 0,059 0,003 505,4
50 ppm
Ekstrak + Mg
0,153 0,006 0,053 0,003 506,6
100 ppm
Ekstrak + Mg
0,157 0,005 0,059 0,004 505,4
150 ppm

a. Ekstrak kental

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,142 – 0,002) – (0,060 – 0,005)

A = 0,085

b. Ekstrak + Cu 50 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,151 – 0,011) – (0,061 – 0,006)

A = 0,085

c. Ekstrak + Cu 100 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,153 – 0,014) – (0,057 – 0,004)

A = 0,086

d. Ekstrak + Cu 150 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

59
A = (0,152 – 0,006 ) – (0,056 – 0,004)

A = 0,094

e. Ekstrak + Mg 50 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,142 – 0,001) – (0,059 – 0,003)

A = 0,085

f. Ekstrak + Mg 100 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,153 – 0,006) – (0,053 – 0,003)

A = 0,097

g. Ekstrak +Mg 150 ppm

A = (Aλmaks – A700)pH 1 - (Aλmaks – A700) pH 4,5

A = (0,157 – 0,005) – (0,059 – 0,004)

A = 0,111

60
Lampiran 15. Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) DPPH

61
Lampiran 16. Perhitungan % Inhibisi dan Nilai IC50 Sampel

a. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Antosianin dari Ekstrak Etanol


Kulit Buah Rambutan
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,291 0,369
0,004 0,2 0,369
0,006 0,12 0,369
0,008 0,053 0,369
0,01 0,029 0,369

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,369 – 0,291
0,002 ppm = x 100% = 21,138 %
0,369

0,369 – 0,2
0,004 ppm = x 100% = 45,799 %
0,369

0,369 – 0,12
0,006 ppm = x 100% = 67,479 %
0,369

0,369 – 0,053
0,008 ppm = x 100% = 85,636 %
0,369

0,369 – 0,029
0,01 ppm = x 100% = 92,14 %
0,369

Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi


120
100 y = 9092.x + 7.886
R² = 0.964
% Inhibisi

80
60
40
20
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012

Konsentrasi (ppm)

62
Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 9092x + 7,886

50 = 9092x + 7,886

50 – 7,886
x=
9092
x = 0,0046

b. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Cu-Antosianin


50 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,465 0,567
0,004 0,354 0,567
0,006 0,244 0,567
0,008 0,145 0,567
0,01 0,1 0,567

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,567 – 0,465
0,002 ppm = x 100% = 17,989 %
0,567

0,567 – 0,354
0,004 ppm = x 100% = 37,566 %
0,567

0,567 – 0,244
0,006 ppm = x 100% = 56,966 %
0,567

0,567 – 0,145
0,008 ppm = x 100% = 74,426 %
0,567

0,567 – 0,1
0,01 ppm = x 100% = 82,363 %
0,567

63
Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi
100
90 y = 8280.x + 4.179
80 R² = 0.980
70
% Inhibisi

60
50
40
30
20
10
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012

Konsentrasi (ppm)

Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 8280x + 4,179

50 = 8280x + 4,179

50 – 7,886
x=
8280
x = 0,0055

c. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Cu-Antosianin


100 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,502 0,588
0,004 0,404 0,588
0,006 0,307 0,588
0,008 0,226 0,588
0,01 0,146 0,588

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,588 – 0,502
0,002 ppm = x 100% = 14,625 %
0,588

64
0,588 – 0,404
0,004 ppm = x 100% = 31,292 %
0,588

0,588 – 0,307
0,006 ppm = x 100% = 47,789 %
0,588

0,588 – 0,226
0,008 ppm = x 100% = 61,564 %
0,588

0,588 – 0,146
0,01 ppm = x 100% = 75,17 %
0,588

Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi


100

80 y = 7568x + 0.680
R² = 0.997
% Inhibisi

60

40

20

0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
Konsentrasi (ppm)

Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 7568x + 0,680

50 = 7568x + 0,680

50 – 0,68
x=
7568
x = 0,0065

65
d. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Cu-Antosianin
150 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,524 0,579
0,004 0,444 0,579
0,006 0,35 0,579
0,008 0,278 0,579
0,01 0,211 0,579

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,579 – 0,524
0,002 ppm = x 100% = 9,499 %
0,579

0,579 – 0,444
0,004 ppm = x 100% = 23,316 %
0,579

0,579 – 0,35
0,006 ppm = x 100% = 39,55 %
0,579

0,579 – 0,278
0,008 ppm = x 100% = 51,986 %
0,579

0,579 – 0,211
0,01 ppm = x 100% = 63,557 %
0,579

Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi


70
y = 6839.x - 3.454
60
R² = 0.996
50
% Inhibisi

40
30
20
10
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
Konsentrasi (ppm)

66
Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 6839.x – 3,454

50 = 6839.x – 3,454

50 + 3,454
x=
6839
x = 0,0078

e. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Mg-Antosianin


50 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,492 0,58
0,004 0,382 0,58
0,006 0,283 0,58
0,008 0,207 0,58
0,01 0,121 0,58

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,58 – 0,492
0,002 ppm = x 100% = 15,172 %
0,58

0,58 – 0,382
0,004 ppm = x 100% = 34,137 %
0,58

0,58 – 0,283
0,006 ppm = x 100% = 51,206 %
0,58

0,58 – 0,207
0,008 ppm = x 100% = 64,31 %
0,58

0,58 – 0,121
0,01 ppm = x 100% = 79,137 %
0,58

67
Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi
100
y = 7905.2x + 1.3621
80 R² = 0.994
% Inhibisi

60
40
20
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
konsentrasi (ppm)

Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 7905,2x + 1,3621

50 = 7905,2x + 1,3621

50 – 1,3621
x=
7905,2
x = 0,0061

f. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Mg-Antosianin


100 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,446 0,584
0,004 0,339 0,584
0,006 0,201 0,584
0,008 0,118 0,584
0,01 0,04 0,584

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

68
0,584 – 0,446
0,002 ppm = x 100% = 23,63 %
0,584

0,584 – 0,339
0,004 ppm = x 100% = 41,952%
0,584

0,584 – 0,201
0,006 ppm = x 100% =65,582 %
0,584

0,584 – 0,118
0,008 ppm = x 100% = 79,794 %
0,584

0,584 – 0,04
0,01 ppm = x 100% = 93,15%
0,584

Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi


120
y = 8844.x + 7.756
100 R² = 0.987
% Inhibisi

80
60
40
20
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
konsentrasi (ppm)

Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 8844.x + 7,756

50 = 8844.x + 7,756

50 – 7,756
x=
8844
x = 0,0047

69
g. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Kompleks Logam Mg-Antosianin
150 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,443 0,543
0,004 0,377 0,543
0,006 0,301 0,543
0,008 0,225 0,543
0,01 0,155 0,543

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,543 – 0,443
0,002 ppm = x 100% = 18,41%
0,543

0,543 – 0,377
0,004 ppm = x 100% = 30,57%
0,543

0,543 – 0,301
0,006 ppm = x 100% = 44,567 %
0,543

0,543 -0,225
0,008 ppm = x 100% = 58,563 %
0,543

0,543 – 0,155
0,01 ppm = x 100% = 71,454%
0,543

Kurva Konsentrasi vs % Inhibisi


80
70 y = 6703.x + 4.493
R² = 0.999
60
% Inhibisi

50
40
30
20
10
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
konsentrasi (ppm)

70
Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 6703.x + 4,493

50 = 6703.x + 4,493

50 – 4,493
x=
6703
x = 0,0067

h. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat


Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi Blanko
0,002 0,707 0,717
0,004 0,705 0,717
0,006 0,703 0,717
0,008 0,699 0,717
0,010 0,695 0,717

Absorbansi blanko - Absorbansi sampel


% inhibisi = Absorbansi blanko
x 100 %

0,717 – 0,707
0,002 ppm = x 100% = 1,3947%
0,717

0,717 – 0,705
0,004 ppm = x 100% = 1,6736%
0,717

0,717 – 0,703
0,006 ppm = x 100% = 1,9525%
0,717

0,717 – 0,699
0,008 ppm = x 100% = 2,5104%
0,717

0,717 – 0,695
0,010 ppm = x 100% = 3,0683%
0,717

71
kurva Konsentrasi vs % Inhibisi
3.5
3 y = 209.2x + 0.864
R² = 0.969
2.5
% Inhibisi

2
1.5
1
0.5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012

konsentrasi (ppm)

Perhitungan nilai IC50:

y = ax + b

y = 209,2x + 0,864

50 = 209,2x + 0,864

50 – 0,864
x =
209,2

x = 0,2349

72
Lampiran 17. Foto Kegiatan Penelitian

a. Kulit Buah Rambutan c. Maserasi Kulit Buah


Rambutan

Sampel + HCl

Sampel + NaOH

b. Filtrat maserasi kulit buah d. Uji kualitatif antosianin


rambutan

e. Antosianin pada pH 1 f. Antosianin pada pH 4,5

g. Mg-antosianin (dari kiri ke kanan 0, 50, 100, dan 150 ppm)

73
h. Cu-antosianin (dari kiri ke kanan 0, 50, 100, dan 150 ppm)

i. Pengukuran Aktivitas Antioksidan j. Pengukuran Aktivitas Antioksidan


Mg-antosianin Cu-antosianin

k. Pengukuran Aktivitas
Antioksidan Sampel

74

You might also like