You are on page 1of 4

1.

Definisi Stress
Stress didefiniskan sebagai respons tubuh yang tidak spesifik terhadap berbagai
kejadian (George, 2017). Stress dapat didefinisikan juga sebagai transaksi holistic antara
individu dan potensi stress yang mengakibatkan respons stress dimana seseorang yang
memiliki potensi stress hanya akan menjadi stress ketika mereka menerima lebih dari
kemampuaan mereka untuk mengatasinya (Blonna, 2012).Stress merupakan bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi
keseharian seseorang (Hermien, 2018)
2. Penyebab Stress
Stressor merupakan faktor yang dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya
respon stress. Stres terjadi bila pikiran dan tubuh bereaksi terhadap sebuah situasi yang
nyata ataupun yang dibayangkan, stuasi yang menyebabkan timbulnya reaksi dan stress
disebut stressor(Sariçam, 2018). Brantley (1988) secara garis besar mengelompokkan
stressor menjadi dua yaitu :
1. Stressor Major
Merupakan stressor yang berasal dari kejadian secara langsung yang meliputi peristiwa
kematian pasangan atau orang yang disayangi. (Nasir, 2011)
2. Stressor mayor
Merupakan stressor yang berasal dari stimulus tentang masalah hidup sehari-hari,
misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu yang dapapt memicu
terjadiya stress. (Nasir, 2011)
Banyak situasi yang dapat menghasilkan stress dan memicu terjadinya respon stress terdiri
dari :
a. Emosi dan Intelektual
Emosi seseorang dapat bertindak sebagai stressor yakni stimulus yang kuat mampu
menjadi trigger dalam merespon stress. Emosi juga dapat menjadi hasil dari
bagaimana individu bereaksi terhadap stress, ancaman yang ditimbulkan oleh emosi
yang tidak menentu dan ketidakmamampuan untuk mengatasinya hal ini yang
memicu terjadinya respon stress. Selain emosi, intelektual juga berperan dalam
memicu terjadinya stress, hal ini berhubungan dengan bagaimana kecerdasan
seseorang melakukan penilaian terhadap setiap potensi stress. Kecerdasan mengacu
pada kapasitas untuk mengetahui dan memahami setiap informasi, ketidaktahuan
seringkali menjadi dasar rasa takut dan stress (Blonna, 2012)
b. Lingkungan dan Pekerjaan
Lingkungan dapat menjadi salah satu pemicu stress, lingkungan yang tidak sesuai
dengan keinginan kita, tidak adanya privasi, lingkungan udara, pencahayaan, suhu,
keamanan, dan beberapa faktor yang bersumber dari lingkungan, dapat menciptkan
konteks dimanastress dapat terjadi. , hal yang sama terjadi pada pekerjaan, dimana
lingkungan pekerjaan yang tidak aman, tidak nyaman, ribut, beberapa faktor inilah
yang dapat menyebabkan tekanan pada para pekerja, yang nantinya para pekerja akan
merasakan stress.(Blonna, 2012)
c. Sosial dan Spiritual
Dimensi sosial kesehatan berfokus pada bagaimana kualitas hubungan sosial
sesorang. Hubungan sosial ini dapat dipelajari pada tingkat individu, keluarga atau
masyarakat yang lebih luas. Sinergitas sosial dapat dilihat melalui interaksi dari
semua hubungan individu seseorang dalam berhubungan sosial. Secara bersamaan
kelompok sosial atau masyarakat dapat menciptakan sistem pendukung yang dapat
membantu mengurangi stress, namun seringkali bisa membuat seseorang menjadi
stress. Kehilangan sistem pendukung sosial dapat membuat seseorang kehilangan
kemampuan untuk melampaui tekanan yang ada, yang meruapakan awal dari
terjadinya stress. Selain Sosial nampaknya spiritualitas seseorang turut berperan
dalam membuat stress. Hal ini dikarenakan seseorang yang memilki tingkat
kerohanian yang rendah akan dapat mempengaruhi bagaimana ia melakukan
interaksi sosial dimana individu akan selalu kesepian dan merasakan keterasingan
sosial hal ini jika terjadi erus menerus maka merupakan sumber utama terjadinya
stress. (Blonna, 2012; Harrington, 2013)
d. Fisik
Interpretasi mengenai pikiran dipengaruhi oleh kesehatan fisik kita secara
keseluruhan, mekanisme yang terjadi akibat penyakit fisik bisa menjadi penyebab
dalam peningkatan stress oleh individu sehingga individu memerlukan penngetahuan
tentang bagaimana stress dapat mempengaruhi kesehatan fisik atau sebaliknya.
(Harrington, 2013)

3. Tahapan Stress
(Higuera, 2017) menjelaskan terdapat beberapa tahapan stress yang lebih dikenal
sebagai General Adaptation Syndrome (GAS). GAS memberikan pemahaman
bagaimana tahapan stress dan bagaimana respon tubuh dalam merespon tahapan stress.
GAS merupakan proses tiga tahapan yang menggambarkan perubahan fisiologis yang
dialami sesorang ketika sedang stress. Dimana tahapannya yakni :
a. Tahapan alarm stage.
Tahapan reaksi alarm mengacu pada gejala awal yang dialami tubuh ketika sedang
stress reaksi ini lebih sering dikenal dengan respon “flight or fight” yang merupakan
respon fisiologi terhadap stress. Reaksi alami ini mempersiapkan diri untuk
melarikan diri atau melindungi diri dari berbagai situasi yang berbahaya. Terdapat
beberapa mekanisme yang terjadi pada tahapan ini yakni stase alarm adalah
respons awal, singkat, dan adaptif (melawan atau lari) ke stressor. Selama tahap
alarm, ada tiga prinsip , yakni pada tahapan simpatatik dimana korteks otak dan
hypothalamus memberikan stimulus agar dapat melepaskan hormon katekolamin
adrenalin, dimana peningkatan kelenjar adrenalin mengakibatkan peningkatan
aktivitas denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
b. Tahapan resistensi
Setelah tahap awal dari suatu perisitiwa yang menegangkan dan memiliki respon
flight or fight, tubuh mulai memperbaiki dirinya sendiri. Tubuh akan melepaskan
jumlah kortisol yang lebih rendah, dan detak jantung serta tekanan darah akan
kembali normal. Walaupun dalam keadaan pemulihan tubuh selalu siap siaga
dalam beberapa waktu. Jika situasi sekitar menjadi tidak masalah bagi individu
maka tubuh akan terus memperbaiki diri sampai kadar hormon, detak jantung dan
tekanan darah mencapai keadaan pra-stress. Beberapa sistuasi penuh tekanan
berkelanjutan terus menerus untuk periode waktu yang lama , dan invidu tidak
dapat menyelesaikannya maka tubuh akan tetap berada dalam fase kewaspadaan
tinggi, sehingga tubuh akan beradaptasi dan belajar bagaimana hidup dengan
tingkat stress yang lebih tinggi. Tubuh terus menerus mengeluarkan hormon stress
dan tekanan darah akan tetap tinggi, jika tahapan resistensi berlanjut terlalu lama
dan tanpa jeda untuk mengimbangi efek stress , maka akan menyebabkan tubuh
berada pada tahapan kelelahan. Tanda-tanda tahap resistensi meliputi : sifat lekas
marah, frustasi dan konsentrasi yang buruk.
c. Tahap kelelahan
Tahap ini merupakan hasil dari stress yang berkepanjangan ataupun kronis.
Melawan stress dalam waktu yang lama dapat menguras sumber daya fisik,
emosional dan mental sampai pada titik tubuh tidak memiliki kekuatan untuk
melawan stress, tnada-tandanya yakni berupa : kelelahan , depresi, kegelisahan,
toleransi terhadap stress menurun. Efeknya akhirnya akan melemahkan kekuatan
fisik dan sistem kekebalan tubuh dan menempatkan individu pada resiko penyakit
yang berhubungan stress.

4. Dampak Stress
Respon terhadap stress dapat menyebabkan beberapa perubahan fisiologis akut dan
kronis pada tubuh, beberapa perubahan dapat membantu dalam melakukan tugas-tugas
atau melarikan diri dari bahaya, namun perubahan lainnya daapt menyebabkan
kerusakan pada tubuh sehingga mengakibatkan berbagai penyakit fisik dan psikologis.
Dampak dari stress bisa dilihat dari tipe stress yakni stress akut ataupun stress kronik
(Blonna, 2012; Harrington, 2013; Lindi, 2017):
1. Dampak Stress Akut
a. Masalah Fisik
Sistem endokrine berkontribusi dalam perubahan energi dengan mengeluarkan
hormon adrenal speerti adrenaline dan noradrenaline. Sistem kardiovaskuler
memompa oksigen dan energi melalui pembuluh darah dengan tekanan yang
lebih besar , memberikan supply disetiap area yang membutuhkan di otak agar
dapat berpikir secara kritis, dan mempengaruhi sistem otot untuk dapat beraksi
secara cepat. Sistem saraf berespon dengan cepat terhadap stimulus yang
diberikan. Otot berkontraksi dan siap untuk bergerak. Pupil berdilatasi , untuk
memperjelas area pergerakan, dalam keadaan ini kita siap untuk melawan atau
melarikan diri. Pada saat ancaman berhasil dilewati atau berhasil dihadapi maka
dampak yang akan dirasakan akan seminimal mungkin, namun jika periode ini
berlangsung lama maka akan merasakan kelelelahan.
b. Masalah Psikologi
Respon stress akut dapat dipicu oleh peristiwa traumatis sehingga ketika
persitiwa ini dianggap seebagai sebah stressor akan terdapat beberapa dampak
psikologi yang akan dirasakan misalnya kecemasan. Kecemasan merupakan
perasaan yang tidak jelas , yang sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui orang perorangan. Rasa cemas bisa terjadi akibat ancamaan terhadap
kesehatan biologis (tidak terpenuhinya kebutuhan air, makanan ataupun seks,
dan kemananan diri (yang tidak terpenuhi mislanya harga diri, status),
kekhawatiran ini seringkali disertai dengan rasa takut, keraguan, rasa bersalah,
dan obsesi. Masalah psikologi lainnya yang mungkin ditimbulkan adalah
serangan panik, dimana serangan ini muncul akibat rasa takut atau kekhawtiran
yang berkepanjangan , serangan panik ini biasanya ditandai dengan sesak napas
terngah-engah, pusing, perasaan tidak stabil, gemetaran, mual dan
muntah,selain itu bisa timbul pula stress akut disorder , yang merupakan
merupakan perkembangan dari rasa cemas, ketidakpuasan, dan gejala lain yang
terjadi dalam waktu satu bulan setelah mengalami stress yang traumatis, jika
gejala ini tidak tertangani dengan baik maka akan berlanjut pada fase yang
disebut dengan Post Traumatic Syndrom Disorders (PTSD).

2. Dampak Stress Kronik


a. Dampak FIsik
Dampak stress kronik dirasakan akibat tubuh yang dipaksa untuk bekerja dalam
waktu yang lama tanpa istrahat. Terdapat hubungan antara stress dan penyakit
psikogenik misalnya pada penyakit sistem endokrin, kardiovaskuler,
mukuloskeletal, sistem imun, dan sistem digestive. Pada beberapa kasus stress
kronik berperan dalan peningkatan tekanan darah yang terus menerus yang
mengakibatkan peningkatan terkena coronary heart disease. SSelain itu stress
kronik dapat memperparah dan atau dapat meningkatkan terjadinya beberapa
penyakit fisik misalnya, sakit kepala, rheumatoid athrtis, atshma allergic,
immune system disorder.
b. Dampak Psikologi
Selain dampak fisik, dampak psikologis juga dapat dirasakan pada individu
yang mengalami stress kronik. Stress kronik seringkali dijadikan faktor
penyebab terjadinya berbagai masalah psikologis berat, misalnya gangguan
kecemasam, kepanikan hingga phobia, gangguan mood (major depressive
disorder, dysthymic disorders, bipolar disorders), dan bunuh diri.

You might also like