You are on page 1of 18

Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No.

2 Februari Tahun 2017

LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT PERKOTAAN


Mita Rosaliza
mita.rosaliza@lecturer.unri.ac.id
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12.5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293
Abstract
Admitted or denied, the gap in life which leads to the strata in society can
be found in any society. The social strata and its consequence is the phenomenon
of urban society which is universal, including Bengkalis society. It can easily be
seen in the daily life of its people. Each person can place him/herself and be
placed by others in certain social strata. Social stratification is one of the elements
of social system analysis. Social stratification pattern develops and is realized in
various forms influenced by complexity of a society. In this analysis, the data
collected based on Rogers’ (1960) social stratification measurement method,
i.e objective and subjective measurement. Different criteria used may result on
different strata formed which can be seen on respondents’ frequency level on
each social strata. Objective criteria consists of the measurements on education,
income, power, prestige, type of house, number of children, resident-owned
status. Based on objective criteria, by using combined index, from 65 chosen
respondents, there are 30 respondents or 46.15% respondents placed in high
class and 35 respondents or 53.85% are placed in low class. Respondents who
subjectively identify themselves on high class are 12 people or 40 % and on low
class are 18 respondents from 30 highclass respondents or about 60%. Those
data conclude that social stratification in Bengkalis society is a heterogeneous
urban society. The form of social stratification is caused by economic factor,
because this factor exactly differentiates people from different kinds of jobs.
Keywords: Social stratification, Sosial status Sosial, high class, low class,,
Bengkalis

A. Pendahuluan menginginkan sesuatu dari apa saja


yang mereka telah lakukan. Dengan
Abraham Maslow (1908-1970), kata lain, manusia termotivasi dengan
seorang Psikolog Amerika,
apa yang akan mereka lakukan.
menyatakan bahwa manusia biasanya

93
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Seseorang bisa saja dengan mudah pemenuhan kebutuhan tersebut bisa


memotivasi dirinya dari pada orang lain, kita rasakan dalam kehidupan
tergantung dari sifat dan keadaan dari bermasyarakat.
pribadi orang tersebut.
Terdapatnya bentuk-bentuk
Maslow yang dikenal sebagai kesenjangan yang begitu berarti dalam
salah satu pengarah rancangan masyarakat merupakan suatu contoh
psikologi humanis mengusulkan nyata perbedaan cara pemenuhan
serangkaian peringkat kebutuhan kebutuhan hidup manusia. Manusia
untuk mencapai perfeksi, yaitu tidak bisa bertahan hidup jika
kebutuhan-kebutuhan psikologis, pemenuhan kebutuhan akan pangan
keamanan, hasrat dan cinta, diabaikan. Oleh karena itu, manusia
penghormatan, dan aktualisasi diri. melakukan berbagai macam usaha
Menurutnya, kepribadian bisa untuk memenuhi kebutuhan yang satu
mencapai peringkat teratas ketika ini dengan cara bekerja berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan primer ini kemampuan yang dimiliki dan akan
banyak mengalami interaksi satu mendapatkan imbalan berupa uang.
dengan yang lain dan dengan
aktualisasi diri seseorang akan bisa Heterogenitas suatu masyarakat
memanfaatkan faktor potensialnya identik dengan masyarakat kota,
secara sempurna. Masyarakat Kelurahan Kota
Bengkalis mewakili hal ini, karena
Gambar 1 dalam masayarakat yang heterogen
Tingkatan Kebutuhan Dasar Maslow
telah terdapat ciri dari masyarakat kota
seperti terdapatnya berbagai macam
bentuk aktivitas dan segala bentuk
kegiatan masyarakat yang beraneka
ragam dari segala aspek baik secara
agama, budaya, spesialisasi pekerjaan,
berbagai macam tujuan individu dan
masyarakat yang ingin di capai dan lain
Manusia sebagai pribadi yang sebagainya.
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup seperti yang telah diuraikan Kota sebagai suatu sistem jaringan
diatas, memiliki cara yang berbeda kehidupan manusia, menurut Bintarto
dalam proses pemenuhan kebutuhan (1989;36) ditandai dengan kepadatan
tersebut karena usaha dan motivasi penduduk yang tinggi dan diwarnai
dari dalam diri setiap manusia. Bukti dengan strata sosial-ekonomi yang
dari perbedaan mengenai cara heterogen dan coraknya yang

94
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

materialistis atau sebagai bentang kehidupan sehari-hari warganya.


budaya yang ditimbulkan olh unsur- Setiap warga dapat dikatakan
unsur yang cukup besar dengan corak berkemampuan untuk menempatkan
kehidupan yang bersifat heterogen dan diri dan ditempatkan oleh orang lain
materialistis dibandingkan dengan dalam suatu lapisan sosial tertentu.
daerah belakangnya
Kriteria penstratifikasian telah
Rumah merupakan suatu bentuk terjadi dalam masyarakat Bengkalis,
simbol status yang oleh Berger yang dahulunya masyarakat ini bersifat
menyatakan bahwa manusia senantiasa Homogen. Masyarakat yang hanya di
memperlihatkan kepada orang lain apa dominasi oleh suku melayu, Yang pada
yang telah diraihnya dengan memakai permulaan abad Ke 20, propinsi Riau
simbol status yang berfungsi untuk yang ada sekarang ini sebagian besar
memberitahukan status yang diduduki daerahnya termasuk kedalam Residen
oleh seseorang.(Kamanto,1993:118) Sumatra Timur (Oostkust van
Sumatra) Yang pada mulanya
Kesenjangan dalam Masyarakat
berpusat di Bengkalis yang terdiri dari
bukan hanya dapat dilihat dari bentuk
beberapa kerajaan melayu.(Asmuni,et
rumah, tetapi banyak kriteria lain yang
al,1987:18)
bisa digunakan dalam melihat
kesenjangan dalam masyarakat Bengkalis yang merupakan salah
tergantung dari apa saja yang dihargai satu kabupaten yang terdapat di
oleh orang tersebut, sesuatu yang propinsi Riau, boleh dikatakan telah
dihargai tersebut bisa berupa nilai berpijak kepada beberapa wilayah
ekonomi, pendidikan, kehormatan, kerajaan Melayu yang pernah berdiri
kekuasaan ataupun kekayaan dan lain di daerah ini dalam abad yang silam.(
sebagainya. Hamidy,1997:1)
Diakui atau disangkal, Kecamatan Bengkalis terdiri dari tiga
kesenjangan dalam kehidupan yang Kelurahan, yakni kelurahan Damun,
menjadikan bentuk yang berlapis-lapis Kelurahan Rimbasekampung dan
dalam masyarakat dapat kita temui Kelurahan Kota Bengkalis.
dalam masyarakat dimana saja. Masyarakat Bengkalis yang seperti
pelapisan sosial dan segala dikatakan oleh UU Hamidy, mayoritas
konsekuensinya merupakan suatu suku melayu dan stratifikasi sudah ada
gejala masyarakat perkotaan yang diciptakan oleh masyarakat terdahulu.
bersifat universal, termasuk di
masyarakat Bengkalis. Dan hal ini Fenomena-fenomena yang telah
terlihat dengan mudah bahkan dalam dikemukakan diatas, penulis merasa

95
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

tertarik untuk melakukan penelitian Menurut pengertian yang


mengenai pelapisan sosial atau digunakan di sini, konsep
penstrataan di pemukiman masyarakat stratifikasi berdasarkan atas
Kelurahan Kota Bengkalis Kecamatan empat postulat :
Bengkalis.
1. Posisi yang berbeda terdapat
B. KONSEP dalam berbagai struktur sosial
Stratifikasi sosial merupakan salah yang berbeda misalnya dalam
satu unsur dari struktur sosial dalam struktur keagamaan,
hidup bermasyarakat yang terdapat di pemerintahan, ekonomi.
dalam salah satu bagian dari kajian 2. Hadiah dari posisi ini terdiri dari
sistem sosial. Pola stratifikasi sosial berbagai berbagai jenis misalnya
berkembang dan terwujud dalam keuntungan finansial, kondisi kerja
beraneka bentuk yang dipengaruhi yang menguntungkan, dan nilai
oleh kompleksitas dari suatu kehormatan atau “pendapatan
masyarakat. Menurut Dictionary of psikhis”.
Sociology, Social Stratification is the 3. Kombinasi seluruh hadiah yang
arrangement of societal elements dilekatkan pada posisi tertentu
into groups on different horizontal merupakan nilai yang
levels. The establishment of status menyakitkan hati dari posisi itu
on terms of varying superiority and dan karena itu merupakan nilai
inferiority. (Fairchild,1961:293). yang menyakitkan hati dari
gengsinya.
Istilah stratifikasi dibatasi 4. Posisi sosial total adalah penyajian
maknanya pada sistem posisi yang terakhir dari gengsi, dirubah oleh
dinilai tak sama dalam semua penghargaan yang diberikan
masyarakat. Dalam hal ini tak ada orang lain sebagai hadiah bagi
maksud untuk mengacu pada metode kelakuan yang diharapkan sesuai
seleksi individu untuk menempati dengan status tertentu dipenuhi
posisi itu dan akibatnya tidak ada (Tumin,1970:59)
implikasi tentang tingkat kebebasan
gerakan dalam masyarakat Karl Marx salah seorang tokoh
bersangkutan, masalah seperti itu sosiologi dari perspektif radikal, yang
dianggap termasuk masalah mobilitas juga terkenal dengan teori kelasnya.
vertikal dan meski berkaitan dan Ia mengatakan bahwa teori stratifikasi
penting tetapi untuk sementara harus sosial yang berdimensi tunggal yang
disimpan sebagai masalah terpisah. hanya mendasarkan pada aspek
“.(Tumin,1970:59) ekonomi dan masyarakatnya di dalam

96
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

dua kelas yaitu kelas yang memiliki membentuk tiga pengelompokan


alat-alat produksi (kaum borjuasi) dan sosial. Dimensi privelese adalah
kelas buruh atau kelas golongan dasar dari pengelompokan kelas.
bawah (proletar). Dimensi prestise merupakan sumber
keanggotaan ke-lompok status dan
Menurut Marx, kelas dimensi kekuasaan adalah landasan
meru-pakan ciri mendasar dari dari partai politik. Dengan demikian
masyarakat, sehingga bilamana satu berbeda dengan Marx yang lebih
‘kelas’ berhasil meningkatkan posisi menekankan aspek ekonomi dan
sub-ordinasinya ke posisi dominan privelese sebagai dasar
di dalam masyarakat, maka pengelompokan sosial.
akibatnya adalah terjadinya
reorganisasi secara menyeluruh Adapun dari latar belakang
struktur sosialnya. Dalam sistem permasalahan, maka dapat dirumuskan
dikotomis ‘kelas’ bukanlah ‘saling permasalahan sebagai berikut yakni :
tergantung’ satu sama lain pada
posisi yang setara mela-inkan 1. Siapa yang berada di lapisan atas,
resiprositasnya itu bersifat a-simetris, dan siapa pula yang berada pada
karena resi-prositas itu. didasarkan lapisan bawah dalam masyarakat
pada perampasan ‘nilai lebih’ Bengkalis ?
(sur-plus value) dari satu ‘kelas’ 2. Bagaimanakah hubungan sosial
terhadap ‘kelas’ yang lain. antar orang yang berbeda
lapisannya?
Weber juga membicarakan 3. Adakah terjadi mobilitas keatas
tentang kelas yang berbeda dari dalam komunitas yang
pemikiran Marx, Weber yang berasal bersangkutan ?
dari pemikir perspektif tradisional. Ia
membedakan dasar ekonomi dengan C. Tujuan Penelitian
dasar kedudukan sosial akan tetapi Tujuan penelitian ini antara lain :
tetap menggunakan istilah kelas bagi 1. Mengetahui siapa saja yang
semua lapisan. Stratifikasi Max Weber berada pada lapisan atas, dan
mengacu kepada perbedaan tingkatan lapisan bawah.
antara kelompok sosial dilihat dari segi 2. Penelitian ini bertujuan untuk
pendapatan, gengsi dan faktor lain. mengetahui kriteria-kriteria apa
Weber mengasumsikan bahwa saja yang mempengaruhi
ada tiga dimensi stra-tifikasi sosial, stratifikasi sosial masyarakat
yakni dimensi privelese, prestise, Bengkalis.
dan ke-kuasaan. Ketiga asumsi ini

97
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

3. Untuk mengetahui bagaimana menyebar pada RW dan RT, adapun


hubungan sosial yang terjadi antar jumlah kepala keluarganya adalah
orang yang berbeda lapisan. 1291 KK ( Data 2013). Metode
pengambilan sampel yang digunakan
4. Untuk mengetahui apakah terjadi dalam penelitian ini adalah metode
perubahan status dalam simple Random Sampling atau Acak
masyarakat yang diteliti. Sederhana dengan menetapkan 5%
D. Metode Penelitian dari jumlah populasi yang berjumlah
sebanyak 1291 kepala keluarga dalam
1. Lokasi Penelitian Kelurahan Kota Bengkalis sehingga
Penelitian Stratifikasi Sosial ini diperoleh sampel sebanyak 65
dilakukan di Kelurahan Kota sampel.
Bengkalis, Kecamatan Bengkalis.
Lokasi ini dipilih secara sengaja, 3. Teknik pengumpulan data
dengan berbagai macam pertimbangan Pengumpulan data primer pada
antara lain karena tingginya penelitian ini dilakukan dengan teknik
pertumbuhan penduduk dengan wawancara, dengan menggunakan
pemukiman yang terjadi di daerah ini, pedoman wawancara.
yang ditandai dengan dekat dengan 4. Analisis data
berbagai pusat sarana dan prasarana Analisis data yang akan dilakukan
yang cukup lengkap untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah secara kuantitatif
Gambar 2 dengan dipaparkan secara deskriptif
Peta Kelurahan Kota Bengkalis yaitu memberikan gambaran mengenai
keadaan masyarakat yang sebenamya,
baik mengenai hubungan sosial
maupun mobilitas sosial ke atas.
Selain itu juga digunakan metoda
mengukur status sosial dalam
masyarakat Bengkalis, yakni dengan
Sumber : Kantor Lurah Kota Bengkalis, 2016
menggunakan metoda :
- Indeks tunggal
2. Populasi dan Sampel
Kriterium atau ukuran tunggal
Populasi dari penelitian ini adalah
status sosial yang telah digunakan.
semua masyarakat Bengkalis, yang
Misalkan indikator status sosial
berada pada kabupaten Bengkalis di
yang terbaik adalah pekerjaan.
kelurahan kota Bengkalis yang tinggal

98
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

- Indeks tunggal Untuk mengetahui derajat


Kriterium atau ukuran tunggal hubungan antara faktor satu dengan
status sosial yang telah digunakan. lainnya maka digunakan koefisien
Misalkan indikator status sosial kontingensi C yang merupakan
yang terbaik adalah pekerjaan. ukuran korelasi antara dua variabel
- Indeks Gabungan kategori yang disusun dalam tabel
Indeks ini dipakai dengan cara kontingensi yang berukuran baris X
memberikan jumlah angka yang kolom dengan rumus :
berbeda terhadap aspek-aspek
status yang berlainan yang X2 m −1 3)
C C max =
digunakan oleh peneliti. X 2 +n m
- Citra diri
Metode ini digunakan untuk (O-E)²
X² = E E 4)
mengukur status sosial seseorang E
dengan menanyakan kepada
Kaidah Pengujian : Tolak Ho jika X² > X² á (b-
seseorang, menurutnya kedalam 1) (k-1)
kelas sosial yang mana ia berada. Sumber : Sudjana, 1996 : 282
Metode ini adakalanya subjektif.
(Rogers,1960;106) C. Hasil
Bentuk stratifikasi sosial yang
Kemudian untuk melakukan membagi masyarakat ke dalam kelas-
pengujian hipotesis mengenai hubungan kelas atau lapisan dapat ditemui dalam
yang dapat mempengaruhi antara masyarakat kelurahan Kota Bengkalis,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan yang mana orang-orang yang
dan tingkat partisipasi dalam organisasi memasuki lapisan sosial tertentu
(kegiatan), jumlah anak dengan status berdasarkan dari kriteria-kriteria yang
sosial, maka pengujiannya dilakukan telah ditetapkan oleh penulis, yaitu
dengan mengunakan pengujian Chi dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat
Kuadrat yang rumusnya : pendidikan, tingkat kekuasaan, tingkat
kehormatan, jumlah anak, tipe rumah,
X 2 =∑
[ (O − E ) ]
2
1)
dan status penguasaan tempat tinggal..
E
Kriteria objektif terdiri atas ukuran
E dicari dengan rumus : tingkat pendidikan, ukuran tingkat
∑B x∑K pendapatan, ukuran kekuasaan,
E= 2) ukuran kehormatan, ukuran tipe rumah,
n jumlah anak, ukuran status penguasaan
Sumber : Faisal,1995: 254 tempat tinggal. Berdasarkan kriteria

99
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

objektif, dengan menggunakan indeks prestasinya dalam meningkatkan


gabungan, dari 65 responden yang ekonomi keluarga.
terpilih terdapat sebanyak 30
responden atau berkisar 46.15% Penjelasan tentang criteria objektif
responden yang tergolong pada pada lapisan atas, dijelaskan dalam
lapisan atas dan terdapat sebanyak 35 grafik dibawah dengan ketentuan, lima
responden atau sekitar 53,85% yang kolom pertama adalah merupakan
berada atau tergolong pada lapisan tingkat pendidikan, setelah itu 2 kolom
bawah. sesudahnya merupakan tingkat
pendapatan, berikut, 2 kolom sesudah
Gambar 3 tingkat pendapatan adalah tingkat
Piramida Tingkat Persentase Strata kekuasaan, 2 kolom berikutnya adalah
Secara Objektif
Di Kelurahan Kota Bengkalis tingkat kehormatan, 3 kolom lagi
jumlah anak, 4 kolom berikutnya
Lapisan Atas (46,15%) adalah tipe rumah dan 4 kolom terakhir
merupakan status penguasaan tempat
Lapisan Bawah (53,85%)
tinggal.
Sumber : Data hasil perhitungan, 2016
Grafik 1
Dari responden yang telah Frekuensi dan Persentase Responden
Lapisan Atas Kelurahan Kota Bengkalis
tergolong pada lapisan atas secara Menurut Kriteria Objektif
objektif , bila dilihat dari perolehan
statusnya, terlihat jelas pada grafik 100

90 90
83,33
dibawah ini, terdapat hanya satu orang 80

70
80

66,67

responden yang perolehan statusnya 60

50 50 50
46,67
53,33
60

secara asribed status, dimana 40

30
40
30
27
24
responden ini dapat berada pada 20

10
15 15 14 16 16,6715
20
12
18 20

9
5 6 6,67
3,33 2 0 3,33
lapisan atas saat ini lebih dikarenakan 0 0 0 0 0 1 1
ak

ra
LP

LA

2 .0 0 0

00
D

en

wa
PT

g
D

cil

cil

mi
r

as
g

iri
sa

sa

an

u ra
tS

an

ta
tS

an

nd
an
.0

.0

Ke

Ke

Se

Din
tS

tS

se
Be

Be
n

en
o
tm

Tm

or
00

00

se

gs
sa

rm
Tm

Tm

ad

m
2
2 .0

an
lu

para responden ini memperoleh harta


k

Pe
>

lk
Se
Td

Lu

M
<

Td
Rp

Rp
>

<

Frekuensi Persentase

warisan dari orang tuanya, khususnya


Sumber : Data Lapangan, 2016
dalam bentuk rumah yang didiami oleh
responden saat ini. Sedangkan yang
memperoleh statusnya secara Responden yang telah tergolong
achieved status pada lapisan atas lapisan atas secara subjektif di dapat
terdapat sebanyak 96,67% atau 29 bahwa jumlah responden yang
orang responden yang mana mengidentifikasi dirinya berada pada
responden dapat berada pada lapisan lapisan atas bisa dilihat pada table
atas dikarenakan usaha atau berikut ini :

100
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Tabel 1 mengidentifikasi dirinya dapat dilihat


Frekuensi Responden Lapisan Atas dalam table berikut ini :
Dirinci Menurut Kriteria Subjektif
Tabel 2
No Penilaian Status Frekuensi Persentase
1. Merasa Kelas Sosial Atas 12 40 Frekuensi Responden Lapisan Bawah
2. Merasa Kelas Sosial Bawah 18 60
Jumlah 30 100 Dirinci Menurut Kriteria Subjektif
Sumber : Data Lapangan,2016
No Penilaian Status Frekuensi Persentase
1. Merasa pada lapisan atas 6 17.14
Selanjutnya pada responden 2. Merasa pada lapisan bawah 29 82.86
lapisan bawah tidak satu orang pun Jumlah 35 100,00
Sumber : Data Lapangan, 2016
yang mendapatkan statusnya melalui
Ascribed, sedangkan 100% Di dalam penelitian ini, dari hasil
responden memperoleh statusnya data yang diperoleh, yang mana
berdasarkan kepada perolehan status hubungan sosial antar strata ini dapat
secara Achieved. diketahui dari tingkat partisipasi
Penjelasan tentang grafik dibawah responden, di dapat bahwa baik
ini, kolom yang terisi sama dengan responden yang telah tergolong pada
nama kolom pada lapisan atas berikut lapisan atas maupun bawah memiliki
dengan hasil yang didapat dari tingkat partisipasi yang rendah
penelitian dapat dilihat dengan jelas. terhadap kegiatan gotong royong. Hal
Grafik 2
ini dapat terlihat pada tabel 3 dibawah
Frekuensi dan Persentase Responden ini yang mana tingkat frekuensi
Lapisan Bawah Kelurahan Kota responden baik lapisan atas ataupun
Bengkalis Menurut Kriteria Objektif lapisan bawah, sama-sama memiliki
120
tingkat partisipasi yang rendah yang
100 100 100 ditandai dengan tingginya jumlah
80

60
62,86
74,29

60 60
frekuensi responden pada tingkat
40
35 35
45,71
40 partisipasi rendah dalam kegiatan
28,57
20

8,57 8,57
22 20

7
25,7126

9
25,71

9
21
14,2911,43
5
10
21
16 14,29
5
14 gotong royong.
3 3 4
0 0 0 0 0
00 0

B 0

a
Tm S D

gs s
ar

ar

M en i
T d > 2 ng
u LA

g
B l

or l
Tm LP

< 2.0 P T

an
Tm D

en

s e ra
m m
2. .00
00

w
rm k

an ina
ec

< Kec

ad oa n

Tabel 3
ir
tS

es

es

Pe an a

lk ta
Se Se
a

se
ur
an
tS

Lu t S

0.

nd
t

Rp sa n

Rp 00

D
tm

a
2
k

l
Td

Frekuensi Responden Lapisan Atas Dan


>

Frekuensi Persentase

Lapisan Bawah Menurut Tingkat


Sumber : Data Lapangan 2016
Partisipasi Dalam Kegiatan Gotong
Royong Kelurahan Kota Bengkalis
Sedangkan pada responden
lapisan bawah, penstrataannya secara Lapisan
Sosial
subjektif juga menghasilkan Tingkat
Lapisan Sosial Atas Lapisan Sosial Bawah

penstrataan yang berbeda dengan Partisipasi


Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
penstraan secara objektif, yang mana Tinggi
Rendah
10
20
33,33
66,67
11
24
31,43
68,57
secara responden lapisan-bawah yang Jumlah 30
Sumber : Data Lapangan, 2016
100,00 35 100,00

101
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Dari tabel 4 dibawah telah dapat responden dengan tingkat umur yang
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sebesar tersebutlah yang dominan
responden lapisan atas terhadap berstatus haji, yang mengaku rutin
kegiatan wirid lebih tinggi dari pada mengikuti kegiatan wirid.
responden lapisan bawah. Hal tersebut
dapat terlihat pada tingkat persentase Selanjutnya terlihat pada tablel 5
responden lapisan atas pada tingkat dibawah, terlihat dengan jelas, baik
partisipasi yang tinggi, lebih dari 50% lapisan atas maupun lapisan bawah,
dari pada tingkat partisipasi yang terdapat persentase yang cukup besar
rendah. tingkat partisipasi masyarakat, dalam
kegiatan silaturahmi “rombongan” ini
Tabel 4
Frekuensi Responden Lapisan Atas dan Tabel 5
Lapisan Bawah menurut Tingkat Frekuensi Responden Lapisan Atas dan
Partisipasi Dalam Kegiatan Wirid Lapisan Bawah Menurut Tingkat
Kelurahan Kota Bengkalis Partisipasi Dalam Kegiatan Silaturahmi
“Rombongan” Kelurahan Kota
Lapisan
Sosial
Lapisan Sosial Atas Lapisan Sosial Bawah
Bengkalis
Tingkat
Partisipasi Lapisan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sosial
Tinggi 18 60,00 17 48,57 Lapisan Sosial Atas Lapisan Sosial Bawah
Rendah 12 40,00 18 51,43 Tingkat
Jumlah 30 100,00 35 100,00 Partisipasi
Sumber : Data Lapangan, 2016
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 30 100.00 34 97.14
Rendah 0 0 1 2.86
Sekitar 18 orang responden Jumlah 30 100.00 35 100,00
Sumber : Data Lapangan, 2016
lapisan atas yang tingkat partisipasinya
tinggi, responden lapisan atas yang Hubungan tingkat pendapatan
mengaku secara rutin mengikuti dengan status merupakan suatu
kegiatan wirid yang diadakan di surau variable yang menurut beberapa teori
atau mesjid terdekat, bila dilihat dari merupakan variable yang saling
tingkat umurnya, rata-rata berada berhubungan satu sama lainnya.
diatas 40 tahun dan juga lebih banyak Tingkat pendapatan dari responden
yang berstatus haji. Dan mereka lapisan atas maupun lapisan bawah
mengikuti kegiatan wirid ini karena didapatlah suatu analisa yang
kebutuhan akan temannya dan sebagai dihubungkan dengan status sosial,
medianya adalah kegiatan wirid berikut adalah hasil penelitian:
Apakah tingkat umur mempengaruhi
tingkat partisipasi seseorang terhadap Tabel 6
kegiata wirid ini, tampaknya perlu Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan
penelitian lebih dalam lagi. Namun Penentuan Kelas Sosial Seseorang
demikian, di dalam penelitian ini, para Di Kelurahan Kota Bengkalis

102
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Dari hasil perhitungan chi kuadrat


berdasarkan tabel.7 diatas
menunjukkan bahwa hasil hitung chi
kuadrat X2 = 1,79 lebih kecil dari
Perhitungan uji chi kuadrat X2 pada harga kritik pada tabel 3,84
yaitu 3.09 , dalam hal ini X2 lebih kecil maka keputusannya pada hipotesis ini
dari harga kritik atau X2 tabel (df=1)= signifikan, dengan (H o) yang
3.84 maka signifikansinya adalah menyatakan bahwa tidak ada
menerima H0. Berarti hipotesa yang hubungan signifikan antara tingkat
menyatakan bahwa Tidak ada pendidikan dengan status sosial,
hubungan signifikan antara tingkat diterima.
pendapatan dengan penentuan status Tingkat partisipasi masyarakat
sosial seseorang terbukti dalam juga dapat dianalisa, yang dapat
penelitian ini . dihubungkan dengan penentuan status
Tabel 7 social seseorang. Seperti yang telah
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan dijelaskan bahwa lembaga yang
Penentuan Kelas Sosial Seseorang dianalisa dalam penelitian ini lebih dititik
Di Kelurahan Kota Bengkalis beratkan pada lembaga yang memiliki
Tkt pendapatan
Tkt pendidikan
Status Tinggi Rendah Jumlah
kegiatan
Status gotong Tinggi royong
Rendah dan lembaga
Jumlah
Sosial
Sosial Majelis
Kelas atas
Taklim 14
yang memiliki
16
kegiatan
30
Kelas atas 30 0 30
Kelas bawah 29 6 35 wirid dan kegiatan
Kelas bawah 9
23
26
42
silaturahmi
35
65
59 6 65
Sumber : Data Lapangan, 2016
“Rombongan”.
Sumber : Data Lapangan,2016 Jadi untuk melihat ada
tidaknya hubungan yang terdapat
Hubungan tingkat pendidikan antara tingkat partisipasi dalam
dengan penentuan status sosial lembaga dengan status sosial
seseorang, seperti teori yang digunakan seseorang. Untuk membuktikan hal
sama dengan teori yang terdapat pada tersebut dianalisa dari dua bentuk
pembahasan mengenai hubungan kegiatan tersebut dengan
antara tingkat pendapatan dengan menggunakan uji chi kuadrat.
penentuan status sosial seseorang Tabel 8
diatas, dimana dengan menggunakan Hubungan Tingkat Partisipasi Dalam
teori yang dikemukakan oleh Hunt dan Lembaga Masyarakat Dengan Status
Horton serta Rogers didalam Sosial Di Kelurahan Kota Bengkalis

penelitiannya dengan menggunakan Tingkat


partisipasi
Gotong royong Wirid Rombongan jumah

Kelas
kriteria pendidikan dalarn menentukan Sosial
Kelas atas
Tinggi rendah Tinggi rendah Tinggi rendah
10 20 18 12 30 0 90
status sosial seseorang. Dari penelitian Kelas bawah 11
21
24
44
17
35
18
30
34
64
1
1
105
195
Sumber : Data Lapangan, 2016
terdapat data diatas.

103
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Pada tabel diatas terlihat bahwa hasil Mobilitas sosial oleh Ransford,
uji chi kuadrat (X2 = 1,743) lebih kecil (dalam Jeff ies dan Ranrford,ed.
dari harga kritik atau X2 tabel = 11,1. ,1980:491) diartikan sebagai sosial
Dengan demikian, maka hasilnya dapat mobility refers to the movement of
dikatakan tidak signifikan, berarti individuals or group-up or down within
hipotesis nol (Ho) yang menyatakan a sosial hierarcy
tidak ada hubungan yang signifikan (Kamanto:1993;108) atau oleh Hunt
antara tingkat partisipasi dalam dan Horton (2000:36) diartikan
lembaga masyarakat dengan status sebagai suatu gerak perpindahan dari
sosial seseorang, diterima. Sedangkan suatu kelas sosial ke kelas sosial
hipotesis alternatid (H i ) yang lainnya.
menyatakan ada hubungan yang
signifikan anntara tingkat partisipasi Dalam penelitian ini didapat
dalam lembaga masyarakat dengan responden dari 65 responden yang
status sosial seseorang, ditolak. mengalami mobilitas sosial sebut saja
responden X memiliki tingkat
Jadi apa yang telah dikemukakan pendidikan dapat dikatakan lebih
oleh Hunt dan Horton (2000:20) tinggi dari pada tingkat pendidikan
bahwa semakin rendah kelas sosial ayahnya, karena responden X memiliki
seseorang semakin sedikit pula tingkat pendidikan yang tinggi yaitu
perkumpulan hubungan sosialnya, lulusan Perguruan tinggi di salah satu
tidaklah terbukti dalam penelitian ini, universitas di Riau dibandingkan
dimana perbedaan kelas sosial dalam dengan ayahnya yang hanya tamatan
masyarakat kelurahan Kota Bengkalis dari SLA.
tidaklah menjadi ukuran dalam melihat
tingkat kepartisipasian seseorang Perbedaan tingkat pendidikan
dalam sebuah lembaga masyarakat tersebut tentulah dapat menunjukkan
perbedaan pula di dalam memperoleh
Masyarakat kelurahan Kota pekerjaan yang menuntut adanya
Bengkalis merupakan masyarakat kemampuan ataupun skill dari
perkotaan yang memiliki sifat pelapisan inteligensia yang dimiliki seseorang
sosial yang terbuka, dimana setiap sehingga peluang untuk terjadinya
orang atau warga memiliki peluang mobilitas sosial ke atas saja diantara
yang sama untuk berpindah status, baik responden X dan ayahnya juga telah
keatas (sosial climbing) ataupun berbeda, karena pendidikan
kebawah (sosial sinking) dalam merupakan salah satu aspek yang
struktur kelas sosial. Perpindahan dapat mendukung terjadinya mobilitas
status ini disebut dengan mobilitas sosial ke atas yang lebih cenderung
sosial (sosial mobility). sebagai alat bagi masyarakat
104
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

perkotaan, apalagi seperti masyarakat memperoleh pendidikan yang tinggi,


kelurahan Kota Bengkalis yang memiliki rumah yang bagus misalnya,
memiliki sistem pelapisan sosial yang penentuannya ditentukan oleh mampu
terbuka. Dengan demikian tingkat tidaknya dalam hal ekonomi
pendidikan memiliki pengaruh yang (kekayaan), karena biasanya, mereka
cukup tinggi terhadap terjadinya yang berada pada strata atas memiliki
mobilitas ke atas, apalagi pada kekayaan atau pendapatan yang besar,
responden X sehingga memperoleh tingkat
pendidikan yang tinggi pula dari
E. Pembahasan tingkat pendidikan rerata yang ada dan
Lapisan-lapisan dalam memiliki rumah yang jauh lebih bagus
masyarakat suatu masyarakat sebagai dari anggota masyarakat lainnya
akibat dari adanya upaya untuk Stratifikasi sosial yang terdapat
mengelompokkan ataupun dalam masyarakat kelurahan Kota
menggolongkan seseorang ke dalam Bengkalis sebagai masyarakat kota
hierarki kelas sosial tertentu. Lapisan yang heterogen, bentuk stratifikasi
atas salah satu dari bagian penstrataan, sosial yang ada lebih tampak
juga anggotanya dikelompokkan disebabkan oleh faktor ekonomi.
kedalam kelas yaitu kelas atas. Karena faktor ekonomi atau kekayaan
Seseorang biasanya yang dapat masuk inilah secara ril yang dapat
ke dalam strata atau lapisan atas ini membedakan antara warga yang satu
dikarenakan orang tersebut memiliki dengan warga lainnya yang diperoleh
beberapa faktor yang bernilai dan dari berbagai macam jenis pekerjaan.
dihargai dalam masyarakat. Karena lokasi kelurahan Kota
Faktor kekayaan misalnya, Bengkalis berada dekat dengan lokasi
kekayaan sebagai faktor yang bernilai pusat pasar, lokasi pusat
dalam masyarakat sangat memiliki pemerintahan, pelayanan kesehatan,
pengaruh yang cukup signifikan atau dan lain sebagainya maka, jenis
dapat dijadikan sebagai unsur penting pekerjaan yang terbanyak ditemui
di dalam mengelompokkan status dalam masyarakat Kota Bengkalis
sosial seseorang, karena kekayaanlah adalah Pegawai Negri Sipil,
yang dapat membedakan kesempatan Pedagang.
atau peluang yang ada pada setiap Faktor ekonomi (pendapatan)
orang. Perbedaan peluang inilah yang atau kekayaan paling dominan
menimbulkan perbedaan pula di dalam mempengaruhi pnstrataan masyarakat,
hal memperoleh faktor--faktor bernilai secara subjektif, karena melalui faktor
lainnya, seperti pada peluang ekonomi seseorang bisa melihat
105
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

warga masyarakat lain layak Tabel 9


dimasukkan ke lapisan atas, karena Ciri-Ciri Responden Lapisan Atas dan
Lapisan Bawah
ada sesuatu yang dimiliki (barang), Menurut Kriteria Objektif
yang dapat dilihat secara empiris oleh STATUS
SOSIAL
masyarakat lain. Seperti contoh sesuai KRITERIA
LAPISAN ATAS LAPISAN BAWAH

dengan yang pernah diutarakan oleh SOSIAL


Pendidikan Pendidikan tergolong tinggi
yaitu tamatan PT/Akademi
Pendidikan
tergolong rendah yaitu
responden, orang yang menempati & SLA tamatan SLP dan SD,
walaupun masih terdapat
tamatan SLA
lapisan atas, adalah orang yang Pendapatan Tertinggi yaitu lebih dari
(>) Rp.2.000.000
Rendah yaitu kurang dari
(<) Rp.2.000.000
Kekuasaan Cenderung tinggi karena Sangat rendah dan
cenderung bisa memiliki alat-alat rumah dipegang oleh orang yang
memiliki jabatan dan lebih
bahkan tidak terdapat suatu
bentuk kekuasaan

tangga yang mahal, mobil, tipe rumah dominan responden yang


berprofesi sebagai Lurah,
Ketua RT

yang bagus. Kehormatan Besar lebih dikarenakan


sifat yang dimiliki
Sangat rendah karena tidak
memiliki jabatan dalam
responden dalam membantu masyarakat.
masyarakat.
Jumlah anak Banyak yang memiliki anak Banyak yang memiliki lebih
Untuk mengetahui strata yang ada, Tipe Rumah
≤ 2 orang anak
Kebanyakan memiliki
dari 2 orang anak
Kebanyakan memiliki

digunakan berdasarkan metode rumah permanen rumah bertipekan semi


permanent dan sementara
Status Penguasaan Tempat Lebih dominan berstatus Berstatus sewa dan milik
pengukuran stratifikasi sosial oleh Tinggal milik sendiri sendiri

Rogers (1960), yaitu pengukuran


Ukuran objektif yang berupa
objektif dan pengukuran subjektif.
tingkat pendapatan, dalam masyarakat
Berbeda kriteria yang digunakan maka
kelurahan Kota Bengkalis bisa
akan berbeda pula penstrataan yang
digunakan dan dapat menjadi unsur
terbentuk yang dapat terlihat pada
penting dalam menentukan status sosial
tingkat frekuensi respondennya pada
seseorang. Hal ini terlihat pada hasil
masing-ma sing lapisan sosial.
hipotesis yang telah di uji dengan
Orang-orang masuk kedalam menggunakan Chi Kuadrat di dapat
lapisan-lapisan yang telah digolong- bahwa ,Ho diterima dan di tolak Hi,
golongkan kedalam strata atas maupun yaitu tidak terdapat terdapat
strata bawah, merupakan orang-orang hubungan yang signifikan antara tingkat
yang telah memenuhi kriteria-kriteria pendapatan dengan status sosial
yang telah ditetapkan masyarakat seseorang.
dapat memasuki lapisan atas atau
Dari responden yang telah
malah sebaliknya.
tergolong pada lapisan atas secara
Responden-responden yang telah objektif ini, bila dilihat dari perolehan
dikelompokkan ke dalam masing- statusnya, terdapat hanya satu orang
masing lapisan memiliki ciri yang dapat responden yang perolehan statusnya
mengambarkan atau pun menjadi secara asribed status, dimana
pembeda antara lapisan atas dan responden ini dapat berada pada
lapisan bawah dalam masyarakat lapisan atas saat ini lebih dikarenakan
kelurahan Kota Bengkalis, antara lain: para responden ini memperoleh harta

106
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

warisan dari orang tuanya, khususnya organisasi sosial berbentuk kegiatan


dalam bentuk rumah yang didiami oleh rebana, gotong royong, arisan RW,
responden saat ini. Sedangkan yang organisasi pemuda dan pemudi yang
memperoleh statusnya secara diisi dengan kegiatan olah raga. Pada
achieved status pada lapisan atas kesuluruhan RW organisasinya justru
terdapat sebanyak 96,67% atau 29 lebih banyak berbentuk kegiatan
orang responden yang mana keagamaan yaitu seperti Wirid Yasin,
responden dapat berada pada lapisan ceramah agama. Pada RW 2 kegiatan
atas dikarenakan usaha atau organisasi yang bernafaskan islamnya
prestasinya dalam meningkatkan lebih terasa khususnya pada agama
ekonomi keluarga. islam, karena dalam RW ini jumlah
Penduduk yang beragama Islam lebih
Berbeda dengan kriteria objektif, banyak dibandingkan dengan
penstrataan yang terbentuk penduduk pada wilayah RW lainnya,
berdasarkau criteria subjektif, dimana adapun pada wilayah RW 1 dan 3,
responden yang telah tergolong pada organisasi yang ada tidak begitu
lapisan sosial tertentu distrata kembali menonjol hanya berupa kegiatan dari
berdasarkan kesadaran kelas yang rutinitas tugas RW dan RT pada
dimiliki responden (citra diri). masing-masing wilayah.
Di kelurahan Kota Bengkalis yang Namun baik dalam kegiatan
merupakan masyarakat perkotaan, gotong-royong atau kegiatan wirid,
untuk melihat hubungan sosial antar pada responden lapisan bawah,
strata ini, tampaknya juga dapat memiliki tingkat partisipasi yang rendah
diamati dalam suatu lembaga ataupun sedangkan pada responden lapisan
organisasi sosial yang ada. Organisasi atas tingkat partisipasinya dalam
ataupun lembaga sosial yang ada kegiatan gotong royong sangat rendah
dalam kelurahan Kota Bengkalis pun tapi tidak dalam kegiatan wirid yang
bermacam-macam, dimana setiap justru tinggi. Lain halnya dengan
bagian wilayah RW/RT, biasanya kegiatan silaturahmi “rombongan” baik
memiliki organisasi ataupun lembaga lapisan atas maupun lapisan bawah
sosial yang berbeda--beda. Beda meiliki tingkat partisipasinya sangat
wilayah RW/RT nya maka akan tinggi. Dengan berbedanya tingkat
berbeda pula organisasi atau lembaga partisipasi responden lapisan atas dan
sosial yang berkembang. lapisan bawah dalam kegiatan
Pada semua wilayah RW masyarakat tersebut maka hubungan
misalnya, yang berkembang adalah sosial yang terbentuk antar strata
tersebut dapat dikatakan berupa

107
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

hubungan yang cenderung bersifat dapat mencapai strata atas


impersonal atau dengan kata lain dikarenakan perjuangannya dalam
sesuai dengan gambaran hubungan berusaha untuk menaikkan jabatan
Gesellschaft yang dijelaskan Toennies dalam instansi tempat ia bekerja
(spesifitas, prestasi, universalisme, (responden X) ataupun dikarenakan
orientasi diri dan Netralitas arektif) pada prestasi kerja (responden X) dan
yang merupakan ciri dari masyarakat usaha sampingan yang dimilikinya.
perkotaan. Tetapi hal ini tidak berlaku
Di Kelurahan Kota Bengkalis
untuk kegiatan silaturahmi.
juga ditemukan Lateral Mobility
Adanya hipotesis yang yaitu seseorang yang pindah kerja
menjelaskan mengenai hubungan bukan karena pekerjaannya tetapi
tingkat partisipasi dengan status sosial perpindahan karena geografis. Hal ini
seseorang, tidak terbukti dalam disebabkan karena adanya suasana
penelitian ini. Hal ini terlihat dengan yang kurang nyaman lagi pada tempat
diterimanya Ho dan menolak Hi, pekerjaan sebelumnya, seperti yang
berarti dalam masyarakat kelurahan dialami oleh Y.
KotaBengkalis.tingkat partisipasi pada
F. SIMPULAN
sebuah kegiatan masyarakat
(organisasi) tidaklah dapat menjadi Dari apa yang telah dijelaskan
ukuran dalam menentukan status sosial diatas, maka dapat diambil beberapa
seseorang. kesimpulan yang dapat memberikan
gambaran tentang strata dalam
Masyarakat perkotaan cenderung
masyarakat kelurahan Kota Bengkalis,
memiliki sistem pelapisan sosial yang
yang diambil 65 sampel dari 1291
terbuka, demikian pula dengan
kepala keluarga, adapun
mobilitas sosial yang terdapat dalam
kesimpulannya antara lain :
kehidupan masyarakat kelurahan Kota
Bengkalis, yang mana setiap warga a. Apa yang dikatakan oleh Karl
masyarakat memiliki kesempatan Marx, tentang mono causalitas
untuk bergerak atau berpindah lapisan explanationnya, (Billah,1993
sosial yang satu ke lapisan sosial yang :30) tidak dapat dibuktikan dalam
lainnya, baik itu menuju apalagi ke atas. penelitian ini, seperti terlihat pada
Mobilitas sosial ke atas yang terdapat bab hubungan antar mengenai
dalam masyarakat kelurahan Kota tingkat pendapatan akan
Bengkalis, lebih di dasarkan atas berpengaruh terhadap penentuan
prestasi dari warga masyarakat itu status sosial seseorang, dalam hal
sendiri, seperti pada responden dalam ini hipotesa tersebut ditolak,
penelitian ini yang mana responden karena pendapatan bukanlah

108
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

satu-satunya faktor yang dapat gotong royong sangat rendah tapi


menentukan seseorang pada tidak dalam kegiatan wirid yang
lapisan atas. justru tinggi. Lain halnya dengan
b. Juga yang dikatakan Horton dan kegiatan silaturahmi “rombongan”
Hunt (1999) yang membicarakan baik lapisan atas maupun lapisan
masalah keterkaitan pendidikan bawah meiliki tingkat
dengan status sosial seseorang, partisipasinya sangat tinggi.
juga tidak terbukti dari hasil Dengan berbedanya tingkat
analisa 65 responden baik dari partisipasi responden lapisan atas
lapisan atas maupun lapisan dan lapisan bawah dalam kegiatan
bawah, responden yang masyarakat tersebut maka
berpendidikan tinggi juga dapat hubungan sosial yang terbentuk
ditemui dalam lapisan bawah, jadi antar strata tersebut dapat
dengan kata lain faktor pendidikan dikatakan berupa hubungan yang
bukanlah faktor penentu status cenderung bersifat impersonal
sosial seseorang, masih diperlukan atau dengan kata lain sesuai
faktor lain, selain pendidikan. dengan gambaran hubungan
n. Mengenai hubungan sosial yang Gesellschaft yang dijelaskan
terbentuk antar strata pada Toennies (spesifitas, prestasi,
Kelurahan Kota Bengkalis ini universalisme, orientasi diri dan
dapat dilihat dari keaktifan dalam Netralitas arektif) yang
mengikuti kegiatan yang terdapat merupakan ciri dari masyarakat
dalam masyarakat, semakin aktif perkotaan. Tetapi hal ini tidak
seseorang dalam mengikuti berlaku untuk kegiatan
kegiatan masyarakat yang ada, silaturahmi.
akan semakin besar terjadinya
kumungkinan terjadinya interaksi DAFTAR PUSTAKA
dan komunikasi antar starata maka Asmuni, Marleily R, et. al, 1987.
hubungan sosial yang terbentuk Sistem kepemimpinan di dalam
pun dapat berupa hubungan yang masyarakat pedesaan daerah
personal dan akrab. Riau, Departeman Pendidikan
o. Namun baik dalam kegiatan dan Kebudayaan proyek
gotong-royong atau kegiatan inventarisasi dan dokumentasi
wirid, pada responden lapisan kebudayaan daerah, Pekanbaru.
bawah, memiliki tingkat partisipasi Billah,M.M. 1993. Perspektif Kelas
yang rendah sedangkan pada Menengah Di Indonesia. PT.
responden lapisan atas tingkat Fikahati Aneska, Jakarta.
partisipasinya dalam kegiatan

109
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13, No. 2 Februari Tahun 2017

Bintarto, Prof. Drs. R, 1983. Interaksi dalam masyarakat pedesaan ,


Desa- Kota dan untuk kalangan sendiri
Permasalahannya, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta. Sudjana, Prof. DR, M.A, M.Sc.1996.
Metode Statistika. Penerbit
Faisal, Sanapiah. 1995. Format- Tarsito Bandung. Bandung.
Format Penelitian Sosial. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar
Sosiologi. Lembaga penerbit
Fairchild. Henry Pratt,1961. Fakultas Ekonomi Universitas
Dictionary of Sociology, Indonesia, Jakarta
Copyright by Philosophical
library,inc, United States of Tumin, Melvin, M. 1970. Readings
America. on social Stratification. Prentice
hall, inc. Englewood Cliffs,N.J.
Hamidy, UU,1997. Cakap rampai- United States of America
rampai budaya melayu di Riau,
Unilak press, Pekanbaru
Horton, Paul dan Chester l. Hunt,
1999. Sosiologi edisi 1&2.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rogers. Everett m, 1960. penterjemah
Alimandan. SU, Perubahan sosial

110

You might also like