You are on page 1of 24

KARAKTERISTIK ALIRAN LUMPUR(SULRRY) PADA PIPA 12,7 mm

Ridwan ST, MT *), Sunyoto ST,MT *) Muhammad Alhabah**)


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
Depok, Indonesia

Abstraksi

Fluida lumpur mempunyai banyak jenis yang terdiri dari banyak campuran
material dimana ditunjukan sebagai fluida non-Newtonion atau fluida viscoelastic.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji sifat-sifat kekentalan aliran dan membuat
kurva aliran untuk lumpur dengan menggunakan pipa bulat. Diameter tabung adalah
12.7 mm. tegangan geser dan gradient kecepatan didapatkan dengan perhitungan, dari
data pengukuran variasi kecepatan aliran pada masing-masing gradient tekanannya.
Nilai power low eksponen di dapat untuk masing-masing perubahan konsentrasi
larutan lumpur. Hasil menunjukan kekentalan sesaat dari larutan lumpurtidak
proposional dengan tegangan geser dan gradient kecepatan tetapi berhubungan dengan
model power law.

PENDAHULUAN memindahkannya. Banyak faktor


Aliran dalam suatu pipa yang akan mempengaruhi kekentalan
berfungsi untuk memindahkan fluida dari suatu fluida, antara lain
dari suatu tempat ke tempat yang lain. temperatur, kandungan zat dalam
Pada umumnya fluida yang akan di fluida tersebut dan lain sebagainya.
pindahkan memiliki nilai kekentalan Fluida secara umum dapat
yang berbeda-beda. Nilai kekentalan dibedakan menjadi dua bagian yaitu
ini sangat penting untuk diketahui fluida Newtonion dan fluida Non-
agar dapat menentukan kebutuhan Newtonion yang mempunyai sifat
energi yang diperlukan. Disamping itu yang sangat berbeda. Untuk fluida
pula kekentalan fluida ini akan Newtonion viskositasnya tidak
menentukan sember energi yang akan mengalami perubahan ketika ada gaya
digunakan pompa untuk yang bekerja padanya, viskositas

1
fluida ini akan mengalami perubahan mula-mula benda itu akan
jika terjadi perubahan temperatur. berdeformasi (biasanya sangat kecil),
Mud Slurry (lumpur) tetapi tidak akan terus menerus
merupakan salah satu contoh fluida berdeformasi (mengalir). Namun,
Non-Newtonion fluida ini akan cairan seperti air, minyak, dan udara
mengental seiring dengan waktu. Pada memenuhi definisi dari sebuah fluida.
kasus lumpur slurry lumpur Secara umum fluida dibagi menjadi
bercampur dengan clay sehingga tidak dua, yaitu statika fluida dan dinamika
begitu mudah untuk dialirkan karena fluida. Statika fluida adalah fluida
lumpur ini akan cendrung mengendap yang tidak bergerak (diam), dinamika
sehingga membentuk padatan/sludge fluida adalah fluida yang bergerak.
yang tidak bisa dialirkan sama sekali. Dalam penerapannya, fluida tidak
Kondisi ini dipersulit dengan terlepas dari viskositas.
kandungan padatan yang lebih tinggi
pada material yang telah terakumulasi Macam-macam Aliran Fluida
dibanding dengan lumpur segar pada Mekanika fluida adalah ilmu
pusat semburan
yang mempelajari tentang tipe-tipe aliran

fluida dalam medium yang berbeda-


LANDASAN TEORI
beda. Aliran fluida terbagi atas beberapa
Definisi Fluida
kategori, dibagi berdasarkan sifat-sifat
Fluida secara khusus
yang paling dominan dari aliran tersebut,
didefinisikan sebagai zat yang
atau berdasarkan jenis dari fluida yang
berdeformasi terus menerus selama
dipengaruhi suatu tegangan geser. terkait.
Sebuah tegangan geser terbentuk
Berdasarkan pergerakannya aliran fluida
apabila sebuah gaya tangensial
terdiri dari :
bekerja pada sebuah permukaan.
Apabila benda-benda padat biasanya
seperti baja atau logam-logam lainnya
dikenai oleh suatu tegangan geser,

2
• Steady Flow lintasannya. Ini terjadi apabila

Steady flow merupakan suatu luas penampang medium fluida

aliran fluida dimana juga berubah.

kecepatannya tidak terpengaruh

oleh perubahan waktu, sehingga liran Laminer

kecepatan konstan pada setiap Aliran laminar didefinisikan

titik pada aliran tersebut. sebagai aliran dengan fluida yang

• Non Steady Flow bergerak dalam lapisan-lapisan,

Non steady flow terjadi apabila atau lamina-lamina dengan satu

ada suatu perubahan kecepatan lapisan meluncur secara merata.

pada aliran tersebut terhadap Dalan aliran laminar ini

perubahan waktu. viskositas berfungsi untuk

• Uniform Flow meredam kecenderungan-

Uniform flow merupakam aliran kecenderungan terjadinya

fluida yang terjadi besar dan arah gerakan relative antara lapisan.

dari vektor-vektor kecepatan Sehingga aliran laminar

tidak berubah dari suatu titik ke memenuhi pasti hukum

titik berikutnya dalam aliran viskositas Newton, yaitu:

fluida tersebut.

• du
Non Uniform Flow τ =µ
dy
Aliran ini terjadi jika besar dan
dimana :
arah vektor-vektor kecepatan
τ = tegangan geser
fluida selalu berubah terhadap
dialiri fluida (Pa)

3
µ = viskositas Dalam keadaan aliran turbulen

dinamik fluida (Pa.det) maka turbulensi yang terjadi

du/dy = gradient mengakibatkan tegangan geser

kecepatan (1/det) yang merata diseluruh fluida

sehingga menghasilkan kerugian-

kerugian aliran.

Gambar 2.1
Distribusi kecepatan aliran laminar
pada pipa tertutup
• Aliran Turbulen

Aliran turbulen didefinisikan


Gambar 2.2
sebagai aliran yang dimana
Distribusi kecepatan aliran turbulen
pergerakan partikel-partikel Dalam pipa tertutup pada arah aksial
fluida sangat tidak menentu
• Aliran Transisi
karena mengalami pencampuran
Aliran transisi merupakan aliran
serta putaran partikel antar
peralihan dari aliran laminar ke
lapisan, yang mengakibatkan
aliran turbulen.
saling tukar momentum dari satu
Aliran berdasarkan bisa tidaknya
bagian fluida kebagian fluida
dicompres
yang lain dalam skala yang besar.

4
• Compressible flow, dimana di titik-titik yang bersesuaian

aliran ini merupakan aliran yang mempunyai perbandingan

mampu mampat. konstan.

• Incompressible flow, aliran tidak Persamaan-persamaan ang berkaitan

mampu mampat. dengan aliran fluida

ƒ Persamaan kontinuitas

Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds digunakan ρ . A.V = m = kons tan ............(2.10)

untuk menentukan sifat pokok aliran, dimana:

apakah aliran tersebut laminar, transisi ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

atau turbulen. Osborne Reynolds telah A = luas penampang yang dilalui

mempelajari untuk mencoba fluida (m2)

menentukan bila dua situasi aliran yang V = kecepatan aliran fluida (m/s)

berbeda akan serupa secara dinamik bila Karena pada aliran incompressible tidak

memenuhi: ada perubahan aliran massa jenis maka

1. Kedua aliran tersebut serupa berlaku:

secara geometrik, yakni ukuran-

ukuran linier yang bersesuaian A.V = Q = kons tan ...................(2.11)

mempunyai perbandingan yang dimana:

konstan. Q = debit aliran (laju volumetrik)

2. Garis-garis aliran yang

bersesuaian adalah serupa secara

geometrik, atau tekanan-tekanan

5
ƒ Persamaan Bernoulli D = diameter pipa (m)

⎛P⎞ ⎛V2 ⎞ V = kecepatan rata-rata aliran


⎜⎜ ⎟⎟+⎜⎜ ⎟⎟+g.z =kons
tan ...... (2.12)
⎝ρ⎠ ⎝ 2 ⎠ (m/detik)

dimana : g = percepatan gravitasi (m/s2)

P = tekanan pada suatu titik f = friction factor (tidak

aliran fluida (N/m2) berdimensi)

ρ = massa jenis fluida (kg/m3) untuk mencari f (factor gesekan)

V = kecepatan fluida (m/s) ƒ Aliran laminar

g = percepatan grafitasi (m/s2)

z = tinggi suatu titik dari 64


f = ..............................(2.14)
NR
permukaan (m)
ƒ Aliran turbulen

Aliran di Dalam pipa

Dalam aliran takmampu mampat 0,316


f = ………………(2.15)
R1 / 4
(incompressible) stedi didalam pipa,
Pada analisa simulasi atau
dinyatakan dalam kerugian tinggi-tekan
eksperimen aliran fluida didalam pipa
atau penurunan tekanan (pressure drop).
ketika berada disekitar pintu masuk
Untuk perhitungan didalam pipa pada
kecepatan aliran diandaikan seragam
umumnya dipakai persamaan Darcy
atau belum berkembang penuh. Untuk
Weisbach.
mencari aliran berkembang penuh dapat
2
L V
hf = f ⋅ ⋅ (m) ........................ (2.13) dicari dengan rumus sebagai berikut:
D 2⋅ g

dimana : Le
= 0,06. Re Untuk
D
L = panjang pipa (m)
aliran laminar ....................... (2.16)

6
Le 1 plastik dan pipa fiber glass). Pada
= 4,4. Re 6 Untukaliranturbulen ...... (2.17)
D
pengilangan umumnya pipa bertekanan
Jenis pipa
rendah dan pipa dibawah 2” sajalah yang
Dari sekian banyak pembuatan
menggunakan sambungan lurus.
pipa secara umum dapat dikelompokan

menjadi dua bagian


SIFAT-SIFAT FLUIDA
1. Jenis pipa tanpa sambungan Ada beberapa sifat-sifat fluida
(pembuatan pipa tanpa yang perlu diketahui antara lain:
1. Density
sambungan pengelasan)
Semua fluida memiliki sifat
2. Jenis pipa dengan sambungan density ini, yang dimaksud
(pembuatan pipa dengan dengan densitas adalah jumlah
zat yang terkandung di dalam
pengelasan)
suatu unit volume, densitas dapat
dinyatakan dalam tiga bentuk

Sambungan Perpipaan yaitu :


a. Densitas massa
Sambungan perpipaan dapat
Perbandingan jumlah massa
dikelompokan sebagai berikut: dengan jumlah volume.

1. Sambungan dengan Dapat dirumuskan dalam


persamaan sebagai berikut :
menggunakan pengelasan
m
ρ= ………………( 2.13)
2. Sambungan dengan v
Dimana m adalah massa dan
menggunakan ulir
v adalah volume, unit density
Selain sambungan seperti diatas,
kg
adalah dan dimensi dari
terdapat pula penyambungan khusus m3
densitas ini adalan ML-3.
yang menggunakan pengeleman
harga standarnya pada
(perekat) serta pekeleman (untuk pipa tekanan p = 1.013 x 105 N/m2

7
dan temperatur T = 288.15 K dapat dinyatakan dalam bentuk Cw yang
untuk air adalah 1000 kg / m3 artinya persentase konsentrasi padatan
b. Berat spesifik yaitu perbandingan presentase antara
Berat spesifik adalah nilai padatan dengan air sebagai pelarut.
densitas massa dikalikan
dengan gravitasi, dapat 2. Viskositas
dirumuskan dengan Viskositas (kekentalan)
persamaan : adalah sifat fluida yang
mendasari diberikannya tahanan
γ = ρ .g ………………...(2.14) terhadap tegangan geser oleh
Satuan dari berat spesifik ini fluida tersebut. Hukum viskositas
N Newton menyatakan bahwa
adalah , dan dimensi dari
m3 untuk laju aliran maka viskositas
berat spesifik ini adalah ML- berbanding lurus dengan
3 -2
T dimana nilai γ air adalah tegangan geser ini berlaku pada
3 3
9.81 x 10 N/m . fluida Newtonian.
c. Densitas relatif Pada dasarnya viskositas
Densitas relatif disebut juga ini disebabkan karena kohesi dan
spesific grafity (s.g) yaitu pertukaran momentum molekuler
perbandingan antara densitas diantara lapisan layer fluida pada
massa dengan berat spesifik saat fluida tersebut
suatu zat terhadap densitas mengalir.viskositas fluida ini
massa atau berat spesifik dari dipengaruhi oleh banyak hal
suatu zat standar, dimana antara lain temperatur,
yang dianggap memiliki nilai konsentrasi larutan, bentuk
zat standar adalah air pada partikel dan sebagainya.
0
temperatur 4 C. densitas Viskositas dinyatakan dalam dua
relatif ini tidak memiliki bentuk, yakni :
satuan. 1. Viskositas dinamik (µ)
Pada fluida Non-Newtonian Viskositas dinamik adalah
khususnya slurry density dari fluida perbandingan tegangan geser

8
dengan laju perubahannya, kekentalan (viscosity) merupakan fungsi
besarnya nilai viskositas daripada waktu. Fluida Non-Newtonian
dinamik tergantung dari ini tidak mengikuti hukum Newton
faktor-faktor diatas tersebut, tentang aliran. Sebagai contoh dari fluida
untuk viskositas dinamik air Non-Newtonian ini antara lain : cat,
pada temperatur standar minyak pelumas, lumpur, darah, obat-
lingkungan (27oC) adalah 8.6 obatan cair, bubur kertas, dsb.
x 10 -4 kg/m.s
Berikut ini ada beberapa model
2. Viskositas kinematik pendekatan untuk fluida Non-Newtonian
Viskositas kinematik :
merupakan perbandingan a. Bingham plastic
viskositas dinamik terhadap Bingham plastic adalah suatu
kerapatan(density) massa model pendekatan fluida Non-Newtonian
jenis dari fluida tersebut. dimana viscositasnya akan sangat
Viskositas kinematik ini tergantung pada shear stress dari fluida
terdapat dalam beberapa tersebut, dimana semakin lama
penerapan antara lain dalam viscositasnya akan menjadi konstan.
bilangan Reynolds yang Persamaan untuk model Bingham
merupakan bilangan tak pastic ini ditunjukan oleh persamaan
berdimensi.nilai viskositas berikut ini:
kinematik air pada ∂u
τ =τ y + µp ………………….(2.2)
temperatur standar (27oC) ∂y

adalah 8.7 x 10-7 m2/s.

Fluida Non-Newtonian

Fluida Non-Newtonian adalah fluida


yangtidak tahan terhadap tegangan geser
(shear stress), gradient kecepatan (shear
rate) dan temperatur. Dengan kata lain

9
Gambar 2.1. Distribusi Kecepatan
Bingham plastic fluid pada pipa

b. Pseudoplastic Gambar 2.2. Distribusi Kecepatan


Pseudoplastis adalah suatu model pseudoplastis fluid pada pipa
pendekatan fluida Non-Newtonian c. Dilatant
dimana viscositasnya cendrung menurun Dilatan adalah suatu model
tetapi shear stress dari fluida ini akan pendekatan fluida Non-Newtonian
semakin meningkat.contoh fluida ini dimana viscositas dan shear stress dari
adalah vinil acetate/vinylpyrrolidone co- fluida ini akan cendrung mengalami
polymer ( PVP/PA). peningkatan.contoh dari fluida jenis ini
Persamaan untuk model ini adalah pasta
ditunjukan sebagai berikut ini : Persamaan untuk model ini

⎛ ∂u ⎞
n
ditunjukan sebagai berikut ini :
τ = K ⎜⎜ ⎟⎟ , n<…..............(2.3)
⎝ ∂y ⎠
n
⎛ ∂u ⎞
τ = K ⎜⎜ ⎟⎟ , n>1..............(2.4)
⎝ ∂y ⎠

10
Penggolongan lainnya untuk fluida Non-
Newtonnion adalah :
a. Thixotropic (Shear thining),
fluida dimana viscositasnya
seolah-olah semakin lama
semakin berkurang meskipun
laju gesernya tetap. Apabila Gambar.2.3 Kurva aliran hubungan

terdapat gaya yang bekerja antara shear stress dan gradien kecepatan

pada fluida ini maka


Kurva dibawah ini akan
viscositasnya akan menurun
menunjukan hubungan tegangan geser
contoh fluida ini adalah cat,
(shear stress) dengan gradien kecepatan
campuran tanah liat (clay)
(shear rate) pada fluida thixotropic dan
dan berbagai jenis jel.
rheotropic
b. Rheopectic (shear
thickening), adalah fluida
Persamaan – persamaan Fluida
yang viscositasnya seolah-
olah makin lama makin
1. Laju Aliran Volume
besar. Sebagai contoh adalah
Laju aliran volume disebut juga
minyak pelumas dimana
dengan debit aliran (Q) yaitu
viscositasnya akan
jumlah volume aliran per satuan
bertambah besar saat minyak
waktu. Debit aliran dapat
pelumas tersebut mengalami
dituliskan dalam persamaan :
guncangan. Dalam hal ini
Q = A.V……………………(2.16)
fluida rheopectic jika ada
Dimana Q adalah debit aliran
suatu gaya yang bekerja
dalam satuan m3/s, A adalah luas
padanya maka viscositas
penampang pipa dalam satuan m2
fluida ini akan bertambah.
dan V adalah kecepatan aliran
dalam satuan m/s. Selain
persamaan diatas debit aliran
juga dapat di hitung dengan
persamaan

11
v Dimana :
:Q = ………………..(2.17)
t V = kecepatan rata-rata
Dimana Q adalah debit aliran aliran [m/s]
3
[m /s], v adalah volume aliran vc = kecepatan aliran pada
3
[m ] dan t adalah satuan waktu titik pusat pipa [m/s]
[s] v = kecepata aliran dalam
2. Distribusi kecepatan jarak r atau y [m/s]
Distribusi kecepatan merupakan r = kecepatan aliran v dari
distribusi aliran dalam pipa titik pusat diameter dalam pipa [m]
terhadap jarak aliran terhadap y = jarak kecepatan aliran v
permukaan pipa. Distribusi aliran dari permukaan dalam pipa [m]
ini berbeda antara aliran laminer R = jari-jari pipa [m]
dan aliran turbulen. Distribusi Untuk aliran turbulen, maka berlaku
aliran digunakan untuk melihat persamaan :
profol aliran kecepatan dalam
pipa V 49
= …………………(2.20)
vc 60

m
v ⎛ y⎞
= ⎜ ⎟ ………..…….(2.21)
vc ⎝ R ⎠
Dimana :
V = kecepatan rata-rata
Gambar 2.6 Kecepatan aliran laminer[7] aliran [m/s]
vc = kecepatan aliran pada
titik pusat pipa [m/s]
Untuk aliran laminer maka kecepatan v = kecepata aliran dalam
berlaku : jarak r atau y [m/s]

1 y = jarak kecepatan aliran v


V = vc …………..………….….(2.18)
2 dari permukaan dalam pipa [m]

⎛ r2 ⎞ ⎛ ( R − y )2 ⎞ R = jari-jari pipa [m]


v = vc⎜⎜1 − 2 ⎟⎟ = vc⎜⎜1 − ⎟ (2.19)

⎝ R ⎠ ⎝ R ⎠

12
1 melaui pipa uji dan perbedaan head (∆h)
m = untuk Re lebih kecil
7 akan terbaca pada manometer.
5
dari 10

ALAT PENGUJIAN

RANCANGAN ALAT UJI


Pada penelitian ini alat uji dirancang
sendiri berdasarkan dasar teori dang
Gambar 3.1 Setup alat penelitian
pengalaman dari dosen pembimbing.
Alat uji ini dirancang sebagai alat uji
PERALATAN PENDUKUNG
dengan skala laboratorium, yaitu
Pada alat uji ini terdapat beberapa
penggunaan alat yang hanya ditunjukan
komponen yang digunakan antara lain:
untuk penelitian dan pengambilan data
Pompa Slurry
dari sample fluida yang akan dilakukan
Pompa yang digukanan apa alat
penelitian.
uji ini adalah pompa slurry jenis
Rancangan alat uji seperti terlihat
reciprocating (pompa piston) dengan
pada gambar 3.1 dimana fluida yang aka
putaran motor sebesar 1450 RPM
di uji di tempatkan pada penampungan
dengan kapasitas pompa sebesar ½ hp
fluida (tank) kemudian dari
dimana pompa ini memiliki section head
penampungan ini akan ada dua saluran
sejauh 15 meter dan section lift sebesar
keluar dimana saluran atas akan
10 meter. Daya yang dibutuhkan
terhubung dengan pompa dan saluran
sebesar 370 watt dengan aliran listrik 1
yang bawah berfungsi sebagai by-pass.
phase.sistem pelumasannya
Pada saat katup by-pass terbuka penuh
menggunakan oli dengan SAE 30
maka maka aliran dari pompa akan
sebanyak 0.1 liter pada crank case.
kembali lagi menuju penampungan
sehingga tidak akan ada fluida yang
menuju ke pipa uji. Sesaat setelah katup
by-pass mulai di tutup dan katup utama
dibuka maka fluida akan mengalir

13
Valve
Untuk mengatur jumlah debit
yang akan mengalir maka digukanalah
valve, jenis valve yang digunakan adalah
close valve tujuannya agar dapat diatur
Gambar 3.3 Prinsip Kerja Pompa Slurry variasi pembukaan yang sangat banyak,
pada valve ini terdapat busur derajat
Manometer yang fungsinya untuk menentukan
Manometer berfungsi untuk berapa derajat pembukaan dari valve
mengukur perbedaan tekanan dalam tersebut
sebuah pipa jika terdapat fluida yang
mengalir di dalamnya.pada alat uji ini
manometer yang digunakan adalah
manometer jenis pipa kapiler tetapi
terdapat setting bottle. Tujuan
dipasangnya setting bottle karena fluida
Non-newtonion pada umumnya
memiliki sifat histerisis yaitu suatu sifat Gambar 3.5 Katup utama

yang sangat cepat berubah baik karena


waktu maupun karena tegangan geser Pipa Penyalur

yang diterimanya. Pipa ini terdiri dari pipa PVC


dengan ukuran 1 inch. Dimana pipa ini
di instalasi sesuai dengan gambar
rancangan yang telah disetujui oleh
dosen pembimbing. Panjang keseluruhan
pipa ini kurang lebih 6 meter

KONDISI DALAM PENGUJIAN


Sebelum pengambilan data
Gambar 3.4 Manometer dilakukan fluida yang terdapat di dalam

14
bak penampung diaduk terlebih dahulu
tujuannya agar konsentrasi campuran TAHAP PENGUJIAN
antara air dan Lumpur bercampur. Pada Tahap pengujian dalam pengambilan
saat mulai pompa mulai dihidupkan data adalah sebagi berikut :
semua katup dibuka penuh tujuannya 1. Masukan fluida uji (Lumpur) ke
untuk mengindari tekanan yang terlalu dalam bak penampungan,
tinggi menuju ke pipa uji, jika tekanan pastikan seberapa besar volume
ini masuk ke pipa uji kemungkinan akan Lumpur tersebut
terjadi kerusakan pada pipa uji. 2. Tambahkan air sebagai pelarut
sesuai dengan konsentrasi yang
PROSEDUR PENGAMBILAN DATA dikehendaki
Fluida yang berupa slurry ditempatkan 3. Aduk rata campuran antara
pada tangki bawah kemudian Lumpur dan air sehingga
dipompakan menggunakan pompa konsentrasi anatara lumpur dan
khusus yaitu pompa slurry, sehingga air menjadi merata
fluida akan mengalir menuju papa 4. Menghidupkan pompa, dengan
dengan diameter 1 inch kemudian semua katup dalam keadaan
menuju ke pipa selanjutnya menuju pipa terbuka hal ini bertujuan untuk
bulat ( circular pipe ) dengan diameter ½ menstabilkan aliran pada saat
inch, dimana kedua manometer terdapat pengambilan data
pada pipa bulat ini dengan jarak 5. Menutup perlahan katup by-pass
1000mm anatara manometer pertama sehingga didapat aliran
dan manometer kedua. Manometer yang maksimum pada pipa uji dengan
digunakan harus dilengkapi dengan cara memperhatikan ketinggian
setting bottle hal ini disebabkan karena maksimum dari manometer.
fluida Non-Newtonian ini memeliki 6. Menutup katup utama sehingga
suatu sifat histeris maka setting bottle aliran dalam pipa uji menjadi
ini bertujuan menstabilkan sifat kosong
histerisis ini guna mendapatkan data 7. Mulai membuka katup utama
yang lebih akurat.variasi sebesar 30o dan membaca
perbedaan ketinggian pada

15
manometer pertama dan 11. Setelah semuanya selesai rapikan
manometer kedua, kemudian semua peralatan yang digunakan
pada pembuangan di pipa uji dan tutup semua katup agar tidak
diukur debit alirannya dengan ada padatan yang masuk ke
cara fluida yang keluar dari pipa dalam pipa penyalur hal ini dapar
uji ditampung dengan gelas ukur menyebabkan terjadinya
dengan jumlah volume tertentu pengendapan dalam pipa
dalam satuan waktu, kemudian penyalur dan apabila alat
timbang berat fuida tadi untuk disirkulasikan lagi dapat
mengetahui massa jenis dari menyebabkan pecahnya
fluida tersebut. sambungan pipa karena tekanan
8. Lakukan langkah ke 7 dengan yang besar dari pompa.
pembukaan katup utama
diperbesar 5o sampai dengan PENGOLAHAN DATA DAN
o
pembukaan penuh sebesar 90 . ANALISA DATA
dan cata semua hasil yang PERHITUNGAN DATA
didapat untuk melakukan Dari percobaan yang telah
pengolahan data serta analisa dilakukan, didapatkan data mentah
hasil. berupa perbedaan tekanan manometer
9. Setelah semua data di dapat (∆h), debit aliran dari variasi pembukaan
maka kita tambahkan air untuk katup utama dan konsentrasi campuran
membuat perbedaan konsentrasi antara padatan dengan pelarut. Massa
antara padatan dengan air. Dan jenis campuran diketahui dengan cara
lakukan langkah ke dua sampai mengukur berat dari fluida tesebut
langkah ke delapan berdasarkan jumlah volume dari fluida
10. Pengujian dilakukan berulang- tersebut, sedangkan kecepatan aliran
ulang untuk mendapatkan data didapat dari debit aliran di bagi dengan
yang benar dan berusaha agar luas penampang pipa, debit sendiri
penyimpangan data sekecil didapat dengan menampung fluida yang
mungkin. keluar dari pipa uji dengan gelas ukur

16
dibagi dengan waktu yang dibutuhkan
untuk memenuhi volume tertentu.
Sedangkan untuk mendapatkan
volumeLumpur
x100% ….(4.1) konsentrasi 45%, campuran yang
vol.lumpur + vol.air
dipergunakan adalah 30 liter Lumpur
percobaan pada penelitian ini
ditambahkan 35 liter air sebagai pelarut
menggunakan dua variasi padatan yaitu
maka dari perhitungan
pembukaan
valve h1 h2 ∆h t
30
[derajat] [mm] [mm] [mm] [s] x100% = 45%
40 35 24 11 12.4
30 + 35
45 46 32 14 8.2 Untuk konsentrasi 45% maka jumlah
50 54 36 18 8
55 63 42 21 7.5
lumpur yang digunakan agak banyak,
60 76 42 24 7.2 tujuannya agar volume campuran di bak
65 56 38 28 6.3
70 62 32 30 6.1
penampung melebihi saluran isap pompa
75 74 40 34 5.6
80 78 40 38 5.2
85 82 42 40 4.8
Konsentrasi Padatan 45%
20%dan 45% Penelitian selanjutnya dengan
untuk mendapatkan padatan 20%, konsentrasi padatan 45%, dimana
v A Q ∆P komposisi yang digunakan adalah 30
[m/s] [m^2] [m^3/s] [Pa]
liter Lumpur dan 35 liter pelarut, setelah
0.493923 0.000127 6.25369E-05 149.5206299

0.741884 0.000127 9.39319E-05 199.36


komposisi yang dibuat tepat sirkulasikan
0.929854 0.000127 0.000117731 249.2018898 campuran tersebut sesuai dengan
1.117825 0.000127 0.000141531 299.0412598
prosedur pengujian.
1.413779 0.000127 0.000179002 348.8806299

1.634744 0.000127 0.000206979 398.7225197

1.859709 0.000127 0.000235463 422.808189 Data tabel 4.1 Hasil penelitian


2.043681 0.000127 0.000258756 478.1858268
konsentrasi padatan 45%
2.291642 0.000127 0.000290151 538.1644094

2.411622 0.000127 0.000305342 558.7048819


campuran yang digunakan adalah 10 Data tabel 4.2 Hasil perhitungan debit,
liter Lumpur ditambahkan 10 liter ∆P, luas penampang dan
kecepatan untuk padatan 45%
pelarut, dari perhitungan yang ada maka
didapatkan konsentrasi padatan (Cw)
10
X 100 % = 20%
35 + 10

17
Pada data diatas terlihat debit aliran untuk mendapatkan hsil grafik yang
bertambah besar sesuai dengan lebih baik maka sebaiknya nilai gradient
pembukaan katup demikian juga dengan kecepatan pada grafik dimulai dari skala
kecepatan aliran, kerugian tekanan pada 300/s sampai dengan 1550 Pa.
pipa uji juga mengalami pertambahan sedangakan untuk nilai tegangan geser
seiring dengan bertambah besarnya dimulai dar 0.5 pa sampai denga 2.5 Pa
pembukaan katup.selanjutnya dilakukan sehingga didapatkan grafik yang
perhitungan tegangan geser dalam pipa profosional.
uji dan gradient kecepatan pada pipa uji
du/dx log du/dx τ log τ
sesuai dengan persamaan yang terdapat [1/s] [Pa]

pada dasar teori 311.1324 2.492945 0.59341 -0.22665


467.3284 2.669622 0.79121 -0.10171
585.7351 2.767701 0.98902 -0.00479
704.1418 2.84766 1.18682 0.074385
890.5693 2.949668 1.38462 0.141331
Data tabel 4.3 Hasil perhitungan
Tegangan geser dan 1029.76 3.012736 1.58243 0.199325

Gradient kecepatan pada 1171.47 3.068731 1.67802 0.224797


konsentrasi padatan 45% 1287.358 3.109699 1.8978 0.27825
1443.554 3.159433 2.13584 0.329569

Nilai aliran untuk air terdapat pada tabel 1519.132 3.181596 2.21736 0.345836

4.4 maka untuk kurva aliran untuk


3
kurva aliran padatan 45%
konsentrasi padatan 45 % adalah sebagai 2.5

2
shear stress [Pa]

newtonian
du/dx µ du/dx air µ air 1.5 air

[1/s] [pa.s] [1/s] [pa.s] konsentrasi


1 padatan 45%
80 0.003 444.2554 0.00094
387.9708 0.0021 554.244 0.00094 0.5

684.7174 0.002 877.3704 0.00094 0


0 500 1000 1500 2000 2500
825.0677 0.0019 1100.09 0.00094 shear rate, du/dx[1/s]

1100.93 0.0018 1329.2 0.00094


1365.456 0.00175 1547.564 0.00094
1496.459 0.00172 1743.349 0.00094 Gambar 4.1 Hubungan antara
1784.388 0.00163 250.4482 0.00094 shear stress dan shear rate
180 0.00094 pada konsentrasi padatan 45%
berikut, nilai tegangan geser dimasukan
pada sumbu axis dan nilai gradient Data tabel 4.4 Hubungan apparent
viscosity dan gradient
kecepatan di plot pada sumbu ordinat

18
kecepatan untuk air dan pada dasar teori. Factor gesekan
padatan 45%
mengikuti persamaan fanning.
Dari data diatas dapat dibuat grafik
hubungan antara apparent viscosity
dengan gradient kecepatan antara air Pembukaan h1 h2 ∆h t
dengan padatan 45% sebagai berikut : (30-90) [mm] [mm] [mm] [s]
30 78 66 12 14
0.0035
apparent viscosity vs shear rate
35 78 64 14 12.3
0.003
40 76 55 21 12.2
45 84 56 28 12
apparent viscosity[pa.s]

0.0025

0.002 50 76 42 34 11.7
0.0015 55 64 62 2 11.5
0.001 60 71 66 5 11.3
0.0005 air
65 76 66 10 11

0
padatan 45% 70 79 57 16 10.9
0 500 1000 1500 2000
shear rate[1/s] 75 84 64 20 10.8
80 80 56 24 10.7
Gambar 4.3 Hubungan antara apparent 85 82 50 32 9.6
viscosity dan shear rate 90 84 46 38 8.7
pada konsentrasi padatan 45%

pada grafik diatas terlihat dengan


bertambahnya gradient kecepatan maka
apparent viscosity ( kekentalan sesaat)
pada konsentrasi 45% semakin menurun
dan mendekati viskositas dari fluida
Newtonian (air)
hubungan antara koefisien gesek
dengan bilangan Reynolds(generatif
Reynolds) dapat ditampilkan pada grafik
4.5 berikut ini

Pada tabel diatas ditampilkan hubungan


antara factor gesekan dan bilangan
Reynolds, perhitungan untuk tabel diatas
berdasarkan pada persmaan 2.9 dan 2.10

19
padatan
Data tabel 4.5 Hubungan factor gesek
laminer Turbulent water 45%

Re f Re f Re f Re f
terhadap bilangan Reynolds pada
3
600 0.106 2000 0.0473 954.2633 0.06766 1550 0.06545 kurva aliran

2.5
2200 0.02908 30000 0.02404 1212.679 0.05612 1850 0.06543

1337.983 0.0487 2050 0.0672 2


shear stress[Pa]

1577.469 0.04158 2450 0.06173


1.5

1813.816 0.0371 3050 0.05674


1 Newton
1854.978 0.03581 3850 0.05567 water
Padatan 20%
0.5
2309.132 0.04578 4350 0.05467 Padatan 45%

2391.08 0.0427 5225 0.05267 0


0 500 1000 1500 2000 2500

2715.473 0.04414 7050 0.05067 shear rate[1/s]

3329.123 0.04195 7900 0.04857

4513.37 0.03995 800 0.09975


Gambar 4.6 Kurva aliran berbagai
6035.937 0.037 1200 0.076
variasi konsentrasi padatan
6985.161 0.034 1000 0.0889

4524.102 0.033

10500.57 0.03283 entrasi padatan 45%


15000 0.0278
Data yang didapat sama seperti
17000 0.02708

20000 0.0265
data pada konsentrasi 45% yaitu
perbedaan ketinggian head pada
manometer, debit aliran dan massa jenis
dari konsentrasi padatan 20 %.
Konsentrasi Padatan 20%
Data tabel 4.6 Hasil penelitian
Penelitian selanjutnya dengan
konsentrasi padatan 20%
konsentrasi padatan 20%, dimana
Setelah didapatkan data seperti
komposisi yang digunakan adalah 10
diatas maka dilakukan perhitngan
liter Lumpur dan 10 liter pelarut, setelah
kecepatan aliran, debit aliran, luas
komposisi yang dibuat tepat sirkulasikan
penampang pipa uji dan ∆P untuk
campuran tersebut sesuai dengan
konsentrasi padatan 20% sesuai dengan
prosedur pengujian.
persamaan yang ada.

20
jika nilai kemantapan aliran (power law
ANALISA DATA index) n = 1 maka fluida tersebut adalah
Dari beberapa kali percobaan Newtonian sedangkan jika diatas 1(n>1)
dengan berbagai konsentrasi padatan maka fluida tersebut digolongkan
maka didapatkan beberapa data beserta kedalam jenis dilatant, apabila nilai
grafik dengan analisa sebagai berikut : kemantapan aliran (power law index)n
Pada konsentrasi padatan 20% <1 maka fluida tersebut merupakan jenis
Kurva aliran mendekati garis Newton ini pseudoplastis. Jadi untuk konsentrasi
berarti bahwa dengan campuran pelarut kepadatan 20% fluida ini masih
sebanyak 80% sifat dari konsentrasi memiliki kecendrungan ke jenis
larutan lebih kepada fluida Newtonian, Newtonian akan tetapi dengan
hal ini menunjukan kekentalan pada konsentrasi 45% keatas fluida ini sudah
konsentrasi ini sangat dipengaruhi oleh tergolong jenis Non-Newtonian
pelarut dalam hal ini air sehingga pada Pseudoplastis.
grafik hubungan antara apparent apparent viscosity
0.0035
[pa.s]
water
viscosity dengan gradient kecepatan 0.003
padatan 20%

0.0025
padatan 45%

cendrung mendekati kekentalan daripada


0.002

air. 0.0015

0.001

Pada konsentrasi 45% 0.0005

Pada konsentrasi ini terlihat pada kurva


0
0 500 1000 1500 2000 2500
shear rate, du/dx [1/s]

alirannya berada diatas garis Newton hal Gambar 4.7 Kurva apparent viscosity
ini membuktikan bahwa pada dan shear rate
Pada berbagai variasi konsentrasi
konsentrasi ini campuran antara air dan padatan
Lumpur merupakan jenis fluida Non-
Newtonian dengan sifat Pseudoplastis Hubungan antara apparent

atau plastis semu. Dilihat dari kurva viscosity (kekentalan sesaat) dengan

aliran dalam skala log-log maka pada shear rate (gradient kecepatan) pada

konsentrasi ini nilai kemantapan aliran konsentrasi padatan 20% kekentalan

(power law index) berdada antara 0.91 sesaatnya hampir mendekati air akan

sampai 0.96. dari penjelasan sebelumnya tetapi jika gradient kecepatannya


bertambah maka apperent viscosity akan

21
berimpit dengan air dan kemungkinan 1
hubungan koef.gesek terhadap bilangan
Reynold laminer (f=64/Re0

akan di bawah air sedangkan untuk turbulen


(0.3164*Re*1/4)
padatan 20%

apparent viscosity untuk 45% memiliki


padatan 45%
f water

0.1

kekentalan lebih tinggi dari air,


walaupun gradient kecepatannya
bertambah kekentalan sesaatnya tetap 0.01
100 1000 10000 100000
berada di atas air. Jadi untuk konsentrasi
Re

padatan 20% masih mendekati sifat Gambar 4.8 Kurva friction factor dan
bilangan Reynolds
Newtonian tetapi pada saan konsentrasi Pada berbagai variasi konsentrasi
padatan diatas 45% fluida ini memiliki padatan

sifat Thixotropic (shear thining) yaitu


Pada grafik diatas terlihat nilai factor
fluida yang viscositasnya seolah-olah
gesekan untuk padatan 45% keatas
makin lama viscositasnya semakin
berada diatas faktor gesekan untuk
menurun.
konsentrasi padatan 20% dimana
Pada konsentrasi padatan diatas
konsentrasi padatan 20% memiliki sifat
45% gesekan fluida terhadap dinding
yang hampir sama dengan sifat air.
pipa uji lebih besar di bandingkan pada
padatan dibawah 20%. Untuk padatan
KESIMPULAN
dibawah 20% factor gesekan antara
fluida dengan dinding pipa masih
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
mendekati factor gesekan pada air
beberapa hal antara lain :
murni.
1. Kekentalan (viscositas) dari
Hubungan antara generatif
suatu fluida sangat tergantung
Reynolds dan factor gesekan pada
dari beberapa faktor antara lain
konsentrasi padatan 45% dan 20%
partikel penyusunya dalam
daperlihatkan pada grafik di bawah ini
penelitian ini dengan merubah
diasumsikan untuk konsentrasi padatan
konsentrasi padatan maka terlihat
45% sedangkan untuk padatan di bawah
perubahan baik pada kurva aliran
20% memiliki sifat hampir sama dengan
dan apparent viscosity terhadap
padatan 20% karena padatan ini
gradient kecepatan (shear rate)
memiliki kecendrungan ke sifat air.

22
2. Pada umumnya lumpur memiliki 1. Energi yang digunakan pada
sifat pseudoplastis atau plastis penelitian seluruhnya merupakan
semu dan shear thining daya yang dihasilkan oleh
(thixotropic) dimana fluida ini pompa, dalam hal ini aliran
akan mengalami penurunan merupakan aliran paksa. Untuk
kekentalan seiring bertambahnya mendapatkan hasil yang lebih
kecepatan akurat sebaiknya digunakan juga
3. Nilai koefisien gesek lumpur aliran alami yaitu fluida dialirkan
lebih tinggi daripada koefisien dari penampungan yang
gesek pelarut air murni hali ini diletakan diatas dan dialirkan
terlihat jelas pada konsentrasi secara gravitasi
padatan diatas 45% dibandingkan 2. Penambahan additif pada aliran
dengan padatan dibawah 20%. juga sangat berpengaruh pada
Hal ini juga menunjukan bahwa viscositas, data yang dihasilkan
konsentari campuran (pada akan jauh lebih baik jika
padatan 20%) faktor pelarut jauh penambahan berbagai macam
lebih dominan dibandingkan additif dapat dilakukan.
dengan lumpur. 3. Alat uji ini mampu untuk
4. Lumpur sangatlah susah untuk menguji jenis fluida Newtonian
dialirkan dengan sistem open maupun Non-Newtonian, oleh
duct (parit) oleh karena itu untuk karena itu sebaiknya selain
mengalirkan lumpur ini harus lumpur dilakukan penelitian
menggunakan pipa atau sistem fluida lain pada alat ini
close duct

DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Dari penelitian ini ada beberapa
1. Reuben M. Olson & Steven J.
saran yang dapat digunakan untuk
Wright, Dasar - Dasar Mekanika
penelitian selanjutnya, antara lain adalah
Fluida Teknik, Jakarta: Gramedia
sebagai berikut :
Pustaka Utama. 1993.

23
2. Victor L. Streeter & E. Benjamin
Wylie. Mekanika Fluida, Jakarta:
Erlangga. 1993.
3. Bruce R. Munson & Donald F.
young Mekanika Fluida, Jilid 1,
Jakarta: Erlangga 2005.
4. Bruce R. Munson & Donald F.
young Mekanika Fluida, Jilid 2,
Jakarta: Erlangga 2005.
5. Raswani, Perencanaan dan
Penggambaran Sistem Perpipaan,
Universitas Indonesia. Jakarta, 1987.
6. http://www.petra.ac.id/~puslit/journa
ls/articles.php?PublishedID=MES06
080206

24

You might also like