You are on page 1of 4

A.

Pengertian Nuzulul Qur’an (Turunnya Al-Qur’an )


Menurut Jumhurul Ulama’ arti Nuzulul Qur’an itu secara hakiki tidak cocok untuk Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang berada pada dzat-
Nya. Sebab , dengan memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang riel yang harus
diturunkan. Karena itu harus menggunakan arti majazi, yaitu menetapkan / memantapkan / memberitahukan /menyampaikan Al-Qur’an, baik
di sampaikan Al-Qur’an itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad SAW.

B. Tahap-tahap Al-Qur’an di turunakan


Yang dimaksud dengan “ tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-Qur’an, mulai dari sisi
Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan
secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya.
Allah SWT telah memberikan penghormatan kepada Al-Qur’an dengan membuat turnnya tiga tahap;
1. Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz (‫) اللوح المحفوظ‬
sebagaimana dalm firman allah:
.‫ يف لوح محفوظ‬. ‫بل هو قرأن مجيد‬
Artinya: bahkan yang di dustakan itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauhul Mahfudz ( QS. Al-Buruj 21).
Wujudnya Al-Qur’an di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam
Lauhul Mahfudz Al-Qur’an berupa kumpualn lengkap tidak terpisah-pisah.
Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi Lauhul Mahfudz itu sendiridan fungsinya sebagai tempat
catatan umum dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan Allah dari segala makhluq alam dan semua kejadian. Dan membuktikan
kebesaran kekuasaan Allah SWT dan keluasaan ilmunya serta kekuatan kehendak dan kebijaksanaa-Nya
2. Tahap Kedua Di Baitul Izzah (‫) بيت العزة‬
yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi. Berdasarkan firman allah:
َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َّ
‫ِإ ِِ ِِ ِِنا أنزلناه ِف ل ْيل ٍة ُم َب َارك ٍة‬
Artinya: sesungguhanya kami menurunkannya (al-qur’an )pada suatu malam yang diberkahi. (QS. Ad-dukhan: 3)
Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Qur’an tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu secara sekaligus turun seluruh isi al-qur’an dari
lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di sampaikan ke nabi Muhammad SAW
3. tahap ketiga.
Al-Qur’an turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad. Artinya, Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi
Muhammad, baik melalui perantara Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad SAW, maupun dari balik
tabir.
Dalilnya ayat Al-Qur’an antara lain:
‫ولقد أنزلناه إليك ايت بينت‬
Artinya: dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (Q.S. al-baqoroh:99)
‫ عىل قلبك لتكون من المنذربن‬. ‫نزل به الروح االمي‬
Artinya: ia (al-qur’an ) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara
orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S. asy-syu’ara: 193-194)

C. Sejarah turunnya al-qur’an kepada nabi Muhammad SAW.


1. Waktu turunya alqur’an
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap.
Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih tingggal di makkah
sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Qur’an adalah pada malam lailatul qadar, tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun
bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira’ di atas Jabal Nur. Ayat yang pertama kali
turun adalah 1-5 surah al-alaq:
‫ علم اإلنسان مالم يعلم‬. ‫ الذى علم بالقلم‬.‫ إقراء وربك اآلكرم‬.‫خلق اإلنسان من علق‬.‫إقراء با سم ربك الذى خلق‬
Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Maidah:3, pada waktu nabi sedang berwukuf di
Arafah melaukan Haji Wada’pada tanggal 9 Dzul hijjah 10 H, yaitu ayat:
‫ى‬
.‫نعمت ورضيت لكم االسالم دينا‬ ‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم‬
Artinya:
pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah ku-cukupkan nikmat-ku kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam sebagai
agamamu

2. periodesasi turunya alqur’an


Masa turunnya Al-Qur’an sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode, sebagai berikut:
a. Periode pertama adalah Makkah. Yaitu, Wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah tersebut di sebut surat/ ayat
makkiyah merupakan 19/30 dari Al-Qur’an, yang menurut Ahli Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90
surah yang mencakup 4.773 ayat. surat dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-padat ( Ijaz ), karena sasaran
pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab asli ( Suku Quraisy )yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab.
Mengenai isi surat/ayat Makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang Maha Esa secara
murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.
b. Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut surat/ayat Madaniyyah dan
merupakan 11/30 dari Al-Qur’an. Selam 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat. surat dan
ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ), karena sasarannya bukan hanya orang-orang
arab asli, melainkanjuga non arab dari berbagai bangsa yang telah mulai masuk islam dan sudah tentu mereka belum menguasai
bahasa arab. Mengenai isi surat/ayat Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan
suatu masyarakat / umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

D. Hikmah dan rahasia al-qur’an diturunkan berangsur-angsur


1) Memperkuat dan memperkokoh hati Nabi Muhammad SAW karena turunnya wahyu baru, membuat kegembiraan yang memenuhi hati nabi,
mempermudah dalam menghafal, memahami dan hikmahnya yang di dalamnya memperkuat perkara yang haq dan membatalkan perkara yang
batal.
2) Bertahap dalam mendidik umat yang sedang tumbuh baik dengan Ilmy maupun dengan Amaly, disamping mempermudah hafalan dan
pemahaman Al-Qur’an bagi orang arab agar kaum Muslimin menengok kepada kesalahan mereka yang perlu diperbaiki serta menunjukkan
kebenaran kepada mereka.
3) Bertahap dalam menanamkan keyakinan dan ibadah yang benar serta budi pekerti yang luhur.
4) Menunjukkan bahwa sumber Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT sendiri.
5) Turun berangsur-angsur dalam beberapa masa, sejalan dengan situasi, peristiwa dan kejadian kejadian.

E. Sejarah penulisan Al-Qur’an


Penulisan/penghimpunan Al-Qur’an mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1. penulisan Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW
Nabi menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis baca sebagai penulis Wahyu, antara lain empat sahabat nabi yang terkemuka,
Mu’awiyah, Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Ka’ab Dan Khalid Bin Walid.
Para penulis wahyu itu diperinatah Nabi untuk menuliskan setiap wahyu yang diterimanya dan meletakkan urut-urutanya sesuai dengan
petunjuk nabi berdasarkan petunjuk tuhan lewat Jibril. Dan kemudian Nabi bersabda:

‫ضعوا هذه السورة ف الموضع الذي يذكر فيه كذا ركذا‬


Artinya: “letakkan surat ini pada tempat yang disebutkan didalamnya ungkapan ini dan itu”
Kemudian ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis dihadapan Nabi di atas benda-benda yang bermacam-macam antara lain batu, tulang,
kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya. Semuanya itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan terpencar-pencar ayatnya belum
dihimpun dalam suatu Mushaf Al-Qur’an, dan diperkuat dengan naskah-naskah Al-Qur’an yang dibuat oleh para penulis untuk pribadi masing-
masing serta ditunjang oleh hafalan para sahabat yang Hafidz Al-Qur’an yang tidak sedikit jumlahnya, maka semuanya itu menjamin Al-Qur’an
tetap terpelihara secara lengkap dan murni.

2. Penulisan Al-Qur’an pada periode Khalifah Abu Bakar


Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah, terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari
agama islam (Murtad) dibawah pimpinan Musailamah. Gerakan ini segera di tindak Oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah
Khalid Bin Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah yang menimbulkan banyak korban di kalangan Islam termasuk 70 sahabat yang Hafidz Al-
Qur’an terbunuh sebagai Syuhada’
Peristiwa itu mendorong umar untuk menyarankan kepada Khalifah segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf, karena
kawatir kehilangan sebagian Al-Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghafalnya. Ide sahabat Umar di terima oleh Abu Bakar, kemudian ia
memerintahkan Kepada Zaid Bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf/suhuf
Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, ia berpegangan pada dua hal, ialah:
1. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis di hadapan nabi dan di simapn di rumah Nabi Muhammad SAW.
2. Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang Hafidz Al-Qur’an.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat itu benar-
benar ditulis dihadapan Nabi atas perintah/ petunjuknya. Tugas penulisan ini oleh zaid dapat di laksanakan dalam waktu kurang lebih 1 (satu)
tahun, yakni antara sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum Abu Bakar wafat.
Mushaf karya Zaid Bin Tsabit ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan kemudian Umar setelah Abu Bakar wafat,. Kemudian disimpan
hafsah setelah Umar mangkat atas pesan Umar, dengan pertimbangan bahwa Hafsah adalah istri nabi yang hafidz Al-Qur’an dan pandai baca
tulis.

3. Penulisan/ penghimpunan Al-Qur’an periode Khalifah Utsman Bin Affan


Pada masa pemerintahan Utsman, terjadilah perbedaan bacaan Al-Qur’an di kalangan umat islam dan kalau dibiarkan, bisa menggganggu
persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena itu sahabat Hudzaifah menyarankan kepada khalifah agar berusaha mengusahakan keseragaman
bacaaan Al-Qur’an.
Khalifah Utsman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk panitia terdiri dari empat orang, yakni: Zaid Bin Tsabit, Sai’id Bin
Al-Ash, Abdullah Bin Al-Zubair Dan Abdurrahman Bin Harits Bin Hisyam. Panitia ini diketuai oleh Zaid dan bertugas menyalin Al-Qur’an yang
disimapn oleh Hafsah, sebab suhuf Hafsah ini di pandang sebagai naskah Al-Qur’an standart.
Panitia Zaid diperintah menyalin suhuf Hafsah dalam jumlah beberapa buah untuk dikirimkan ke beberapa daerah Islam disertai intruksi
bahwa semua suhuf yang berbeda dengan Mushaf Utsman yang terkirim itu harus di musnahkan / dibakar.
Setelah panitia Zaid berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang dipinjamnya dikembalikan ke Hafsah. Marwan Bin Al-Hakam
seoarang Khalifah Bani Umayyah, pernah meminta Hafsah agar suhufnya dibakar, tetappi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah hafsah wafat,
suhufnya di ambil oleh Marwan dan kemudian dibakarnya. Tindakannya terpaksa dilakukan, demi untuk menagamankan keseragaman mushaf
Al-Qur’an yang telah diusahakan oleh Khlaifah Utsman, dan lagi untuk menghindari keragu-raguan umat Islam di masa yang akan dating
terhadap mushaf Al-Qur’an, jika masih terdapat dua macam naskah (Suhuf Hafsah dan Mushaf Utsman).

Pengertian Asbabun Nuzul


Menurut bahasa Asbabun nuzul berasal dari dua kata yaitu asbabun dan nuzul. Asbabun artinya sebab atau karena, sedangkan nuzul artinya
turun. Jadi asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. Adapun menurut istilah syara’ Asbabun nuzul adalah Suatu hal yang
karenanya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan suatu hukum pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebab turunnya suatu ayat itu berkisar pada dua hal yaitu:
1) apabila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai peristiwa tersebut, seperti kisah turunnya surat Al-Lahab.
2) apabila Rasulullah SAW ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat al-Qur’an untuk menerangkan hukumnya. seperti ketika khaulah
binti sa’labah dikenakan zihar oleh suaminya Aus bin tsamit, hingga Khaulah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai hukumnya, maka
turunlah surat Al-Mujadalah ayat 3.
Namun tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena adanya suatu peristiwa atau karena suatu pertanyaan. Ada diantara ayat al-Qur’an yang
diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab. Seperti kewajiban muslim, mengenai akidah dan syari’at Allah SWT dalam kehidupan umat
manusia.

Manfaat/Fungsi Mengetahui Asbabun Nuzul Yaitu:


1) Dapat membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, dan menghilangkan keraguan tentangnya.
2) Dapat mengetahui hikmah rahasia yang terkandung dalam pengsyari’atan hukum dalam suatu ayat Al-Qur’an.
3) Asbabun Nuzul sangat bermanfaat bagi orang mukmin dan yang bukan mukmin. Adapun bagi orang mukmin akan semakin kuat
keimanannya dan jelas baginya hikmah disyari’atkannya suatu hukum oleh Allah SWT. Sedangkan bagi yang bukan mukmin dapat mengetahui
lewat Asbabun Nuzul ini, bahwa syari’at islam itu sesungguhnya mendatangkan manfaat dan menolak kemudharatan bagi pemeluknya.
4) Menentukan hukum dengan sebab.
5) Mengetahui orang atau kelompok yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan apabila terdapat keragu-raguan. karena
jika kita tidak mengetahui Asbabun Nuzul bisa jadi kita mentakhsiskan ayat yang seharusnya ‘amm atau sebaliknya.
6) dapat memudahkan dalam memahami Al-Qur’an serta menguatkan ingatan terhadap hukum dari suatu ayat, dengan karena mengetahui
sebab dan akibatnya, kapan dan kepada siapa ayat tersebut diturunkan, dan sebagainya.
Artikel terkait : Pengertian, Fungsi Dan Macam-Macam Asbabun Nuzul

 Haram Hukumnya Memakan Dan Meminum Dengan Tangan KiriNormal 0 false ...

 Cara Meningkatkan Dan Memperkuat Iman Kepada Allah SWTIman merupakan bagian yang sangat ...
Macam-Macam Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul ada 2 macam yaitu

1. Dalam bentuk peristiwa

Asbabun Nuzul dalam bentuk peristiwa ada 3 yaitu:


1) Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan antara segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khasraj. Peristiwa itu timbul
dari intik-intik yang ditiupkan orang-orang yahudi sehingga mereka bertetiak-teriak “senjata-senjata”. Peristiwa tersebut menyebabkan
turunnya ayat Al-Qur’an surah Ali-imran ayat 100:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orng yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman".(QS.Ali'Imran: 100)
2) Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti: peristiwa seseorang yang mengimami sholat sedang dalam keadaan mabuk sehingga salah
membaca surah Al-kafirun. dari peristiwa tersebut maka menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 43:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlahkamu menghampiri sholat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan...." (QS.An-nisa’: 43)
3) Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian Umar Bin Khattab dengan ketentuan ayat Al-Qur'an. Seperti
beberapa harapan umar bin khatab yang dikemukakan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian turun ayat yang dikandungnya sesuai dengan
harapan-harapan Umar tersebut. Seperti yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Umar berkata :" Aku sepakat dengan Tuhanku
dalam 3 hal: Aku katakan kepada Rasul, bagaimana sekiranya kalau kita jadikan makam Ibrahim sebagai tempat sholat". Maka turunlah ayat Al-
Qur’an surah Al-Baqarah ayat 125:
Artinya: "Dan jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat sholat".(QS.Al-Baqarah:125)

2. Dalam Bentuk Pertanyaan

Asbabun Nuzul dalam bentuk pertanyaan ada 3 yaitu:


1) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah berlalu, seperti pertanyaan tentang Zulkarnain, maka turunlah ayat Al-Qur’an
surah Al-Kahfi ayat 82:
Artinya: "Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang Zulkarnain, Katakanlah :"Aku akan bacakan cerita tentangnya".(QS. Al-
Kahfi:82)
2) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada saat itu, seperti pertanyaan tentang ruh maka turunlah ayat
al-Qur’an surah Al-Isra' ayat 85:

Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberikan
pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’:85)

3) Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti pertanyaan tentang hari kiamat maka turunlah ayat Al-Qur’an surah
An-Nazi'aat ayat 42:

Artinya: "Mereka bertanya tentang hari kiamat, bila terjadinya..."(QS. An-Nazi’at:42).

You might also like