You are on page 1of 8

Referat

HERPES ZOSTER OTIKUS

Oleh:

Sari Wahyu
NIM. 1708435972

Pembimbing:

dr. Yolazenia, M.Biomed, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2018

0
HERPES ZOSTER OTIKUS

I. DEFINISI
Menurut James Ramsay Hunt yang telah mempelajari penyakit tersebut
secara terperinci, herpes zoster otikus atau yang lebih dikenal dengan ramsay hunt
syndrome adalah kumpulan gejala yang terdiri dari erupsi herpetik pada telinga
luar (pada meatus akustikus eksternus dan periaurikula) dan palatum molle, nyeri
yang hebat serta parese nervus fasialis ipsilateral.1

II. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian herpes zoster otikus pada pria dan wanita hampir sama,
namun jarang ditemukan pada anak – anak. Sekitar 12% dari semua kasus parese
nervus fasialis perifer disebabkan oleh virus varisella zoster. Herpes zoster otikus
adalah penyebab parese nervus fasialis terbanyak setelah Bell’s palsy dan gejala
yang ditimbulkan lebih parah dari Bell’s palsy dan prognosisnya lebih buruk.1,2,3
Herpes zoster otikus biasanya terjadi pada individu yang sistem imunnya
tidak bekerja dengan baik, misalnya pada lanjut usia atau mereka yang mendapat
terapi imunosupresan, individu dengan stress psikologis, atau faktor-faktor
lainnya. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% per
tahun dan di Inggris 0,34% per tahun, sedangkan di Indonesia sekitar 1% per
tahun. 2,3

III. ETIOLOGI
Herpes zoster otikus disebabkan oleh infeksi virus varisella zoster yang
merupakan penyebab utama dari penyakit varisela atau cacar air. Infeksi primer
dari virus varisella zoster ini dapat sembuh sempurna, namun virus tetap dapat
mengalami masa dormansi di neuron.4
Herpes zoster otikus terjadi akibat reaktivasi dari infeksi virus varisella
zoster sebelumnya yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu penuaan, infeksi virus
varisella zoster intrauterin, dan pada pasien yang terinfeksi virus varisella zoster
dibawah usia 18 bulan.4

1
IV. PATOGENESIS
Saat terinfeksi varisela, virus varisella zoster melewati lesi masuk ke
permukaan kulit dan mukosa menuju ujung – ujung saraf sensoris dan
ditransportasikan oleh serat – serat saraf ke ganglion sensoris. Di ganglion, virus
menetap dan menjadi infeksi laten sepanjang hidup. Selama virus laten di
ganglion, tidak tampak gejala infeksi. 2,5
Pada ganglion genikuli terdapat serabut motorik, sensoris dan
parasimpatetik N. VII yang tersebar menginervasi kelenjar air mata, kelenjar
submandibula, kelenjar sublingual, lidah, palatum, faring, meatus akustikus
eksternus, stapedius, m. digastrikus posterior, m. stylohyoideus, dan otot – otot
ekspresi wajah. Serabut – serabut yang mempersarafi bagian – bagian tersebut
menjadi alat transportasi bagi virus varisella zoster yang telah teraktivasi.
Mekanisme yang menyebabkan reaktivasi virus varisella zoster masih belum jelas,
namun sering berhubungan dengan individu dengan daya tahan tubuh yang
menurun, stress emosional, keganasan, radiasi, kemoterapi dan infeksi HIV
mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya reaktivasi. 2,5

V. DIAGNOSIS
a. Gejala dan manifestasi klinis2,6
Setelah terjadinya reaktivasi, herpes zoster otikus dapat menyerang telinga
luar, kulit preaurikular, meatus akustikus eksternus, telinga tengah, telinga dalam
(jika sudah menyerang N.VIII), dinding lateral hidung, palatum mole,
anterolateral lidah dan percabangan N. VII.
Sesudah masa inkubasi yang berlangsung 4 – 20 hari, muncul gejala prodormal
berupa :

 Demam
 Malaise
 Mual
 Muntah

2
 Nyeri kepala
Selanjutnya dapat muncul gejala berupa :
 Erupsi atau vesikel pada meatus akustikus eksternus, periaurikular, serta
pada palatum molle pada sisi yang terkena
 Rasa nyeri seperti terbakar pada telinga atau kulit disekitarnya
 Wajah mencong ke satu sisi
 Telinga berdenging
 Sulit membedakan rasa pada lidah
 Berkurangnya pendengaran pada sisi yang terkena

Gambar 1. Gambaran klinis herpes zoster otikus7

b. Pemeriksaan fisik2

Pada pemeriksaan didapatkan :


 Tampak lesi kulit yang vesikuler di daerah muka, liang telinga dan
daun telinga.

3
 Bintik – bintik merah juga dapat terlihat pada kulit di belakang
telinga, dinding lateral hidung, palatum molle, dan lidah bagian
anterolateral.
 Vertigo
 Tuli sensorineural
 Parese saraf fasialis
 Hilangnya kemampuan untuk mengerutkan alis ipsilateral
 ketidakmampuan menutup mata pada bagian ipsilateral sehingga
pasien akan mengeluhkan kekeringan pada kornea dan iritasi
 Gangguan pengecapan
c. Pemeriksaan penunjang8
 Tzank Smear
merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
mutinucleated giant cells pada spesimen lesi.4
 Pemeriksaan DNA PCR (polymerase chain reaction)
PCR (polymerase chain reaction) adalah teknik yang dapat
dilakukan di laboratorium khusus yang sering digunakan dan dapat
untuk mendeteksi DNA virus varisella zoster secara cepat dan
sensitif.4
 Kultur jaringan
Kultur jaringan dapat mengidentifikasi virus herpes zoster yang
diperoleh dari jaringan. Namun pemeriksaan ini membutuhkan
waktu beberapa hari dan dapat diperoleh hasil negatif palsu
dikarenakan sulitnya mendapatkan virus yang viabel dari lesi
kulit.4
 CT scan
CT scan dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya parese
fasialis.
 Audiometri nada murni

VI. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding pada herpes zoster otikus ini adalah:8
 Otitis eksterna

4
 Bell’s palsy
 Herpes simpleks

VII. PENATALAKSANAAN9
Penatalaksanaan untuk herpes zoster otikus umumnya bersifat
simptomatik. Pasien yang ditatalaksana dengan kombinasi antivirus dan
kortikosteroid memberikan hasil yang lebih baik ( dalam hal kecepatan hilangnya
vesikel dan erupsi, berkurangnya nyeri dan dapat kembalinya pasien menjalani
aktivitas sehari – hari) dibandingkan pasien yang hanya ditatalaksana dengan
kortikosteroid atau antivirus saja.
 Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan
vertigo yang terjadi karena adanya inflamasi pada serabut saraf N. VII.
Kortikosteroid tidak dianjurkan pada pasien herpes zoster otikus dengan
penyakit keganasan atau menjalani kemoterapi karena dapat memicu
Disseminated Herpes Zoster.
Preparat yang diberikan:
 Prednison: 1 mg/kgBB/ hari yang dibagi menjadi 3 dosis, selama
10 – 14 hari. Dapat dilakukan tapering off mulai dari minggu
kedua.

 Antivirus
Antivirus telah terbukti dapat mengurangi keparahan dan durasi gejala
yang ditimbulkan oleh herpes zoster otikus.
 Asiklovir: 800 mg secara peroral 5 kali sehari selama 7-10 hari,
atau 10 mg per kg, intravena setiap 8 jam selama 7-10 hari.
 Famsiklovir: 500 mg secara oral 3 kali sehari selama 7 hari
 Valasiklovir: 1 gram secara oral 3 kali sehari selama 7 hari
Jika didapatkan infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.

VIII. KOMPLIKASI9
 Apabila penegakan diagnosis dan tatalaksana tidak cepat
dilakukan, dapat terjadi parese nervus fasialis dan gangguan
pendengaran yang permanen.

5
 Jika tatalaksana tidak adekuat, sangat memungkinkan terjadinya
postherpetic neuralgia berkepanjangan.
 Kerusakan mata dan serangan vertigo dapat muncul sebagai
komplikasi herpes zoster otikus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sakthivel P, Singh CA, Panda S, Suresh K, Anbarasan S. Ramsay Hunt


Syndrome-A Diagnostic Dilemma. Journal of Otolaryngology-ENT
Research. 2017;8. Available from:
http://medcraveonline.com/JOENTR/JOENTR-08-00234.php [Cited July
5th 2018].

2. Rasmussen ER, Lykke E, Toft JG, Mey K. Ramsay Hunt Syndrome


Revisited-Emphasis on Ramsay Hunt Syndrome with Multiple Cranial
Nerve Involvement. Virology Discovery. 2014;2. Available from:
http://www.hoajonline.com/virology/2052-6202/2/1 [Cited July 5th 2018].

3. Bloem C, Dronen SC. Herpes Zoster Oticus Overview of Herpes Zoster


Oticus. 2015. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1952189-overview [Cited July 5th
2018].

4. Weinbaum C. Varicella Zoster Virus. CDC. 2012;22:353-76. Available


from:
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
[Cited July 5th 2018].

6
5. Muengtaweepongsa S, N singh N. Ramsay Hunt Syndrome. 2017.
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1166804-
overview#a5 [Cited July 10th 2018].

6. Waldman RA, Waldman CW, Waldman SD. Ramsay Hunt Syndrome Type
2: A Review of an Unwelcome Neurodermatologic Disease. Journal of
Otolaryngology and Rhinology. 2015;1. Available from:
https://www.clinmedjournals.org/articles/jor/journal-of-otolaryngology-
and-rhinology-jor-1-003.pdf [Cited July 5th 2018].

7. Monsanto RDC, Bittencourt AG, Neto NJB, Beilke SCA, Lorenzetti FTM,
Salomone R. Treatment and Prognosis of Facial Palsy on Ramsay Hunt
Syndrome: Results Based on a Review of the Literature. Int Arch
Otorhinolaryngol. 2016;20:394-400. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5063726/ [Cited July 5th
2018].

8. Sweeney CJ, Gilden DH. Ramsay Hunt Syndrome. J Neurol Neurosurg


Psychiatry. 2001;7:149-54. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1737523/ [Cited July 5th
2018].

9. Vineet DA, Mithra R, Baskaran P, Mishra S. Oro-Facial Herpes Zoster: A


Case Report with a Detailed Review of Literature. Oral Max Path J.
2013;4:346-354. Available from:
http://www.ompj.org/files/02d054f332250213245db8c97f2218fe-
Vineet.pdf [Cited July 11th 2018].

You might also like