You are on page 1of 5

 Geodesi merupakan jasa layanan engineering

Dalam bidang geodesi tidak membutuhkan proyeksi bola, untuk memberikan jasa layanan engineering tidak
boleh menggunakan bidang lengkung, harus menggunakan bidang datar. Untuk membuat suatu topografi
yang sebenarnya harus diproyeksi, namun bumi mengacu pada ellipsoid. Maka dari itu digunakan Jaring
Kontrol Horizontal (JKH) . Jadi bidang geodesi adalah jasa atau layanan yang menjelaskan kepada orang
lain tentang sistem koordinat ruang yang menggunakan approximasi bola yang dinamakan sistem model
geografik yang kemudian diadopsi untuk pembuatan aplikasi online, sebagai contoh google map. Sebagai
contoh dalam bidang lain, sipil,arsitektur dalam perencanaannya misal RTRW, skalanya harus skala besar
dan dalam penyajiannya tidak boleh mengadopsi proyeksi bola, harus diproyeksi

 Undang-Undang Informasi Geospasial (UUIG)

Dalam layanan jasa harus menggunakan payung hukum. Di dalam payung hukum UUIG, proses pembuatan
undang-undang mengikat semua orang yang menggunakan jasa geospasial. Dalam UUIG terdapat dua jenis
informasi yaitu Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik ( IGT). Geodesi
berperan penting dalam pembuatan IGD. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial, berikut definisi IGD dan IGT:
a) Informasi Geospasial Dasar yang selanjutnya disingkat IGD adalah IG yang berisi tentang objek
yang dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak
berubah dalam waktu yang relatif lama.
b) Informasi Geospasial Tematik yang selanjutnya disingkat IGT adalah IG yang menggambarkan
satu atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD.
 Peta Dasar dan Peta tematik

Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di
permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan Skala, penomoran, proyeksi, dan
georeferensi tertentu. Sedangkan peta tematik adalah peta yang menggambarkan tema tertentu yang
digunakan untuk pembuatan Peta Rencana Tata Ruang (RTRW). Berbagai informasi didapatkan dari
sebuah peta. Jadi dalam peta dasar ada syarat sah yang harus dipenuhi . Peta dasar berupa raster syarat
sahnya sebagai berikut:
1. Proyeksinya orthogonal karena ada proyeksi sentral sehingga ada distorsi.
2. Harus dalam bidang datar
3. Mempunyai skala
4. Legenda
5. Informasi datum
6. Identitas pembuat

Peta dasar berupa vektor atau peta garis karena menggunakan simbolisasi akan mengalami kesulitan dalam
menjelaskan informasi pembaca peta karena harus melihat legendanya, akan lebih mudah dipahami dari
berbagai kalangan jika peta dilengkapi dengan peta foto Dalam pembuatan peta foto dibutuhkn Ground
Contril Point (GCP), GCP disebut dengan kerangka peta maka dari itu harus diatur dalam Undang-Undang
yaitu JKH dan JKV.

 JKH dan JKV

JKV acuannya menggunakan ellipsoid sedangkan JKV menggunakan geoid. Geoid merupakan bidang
ekuipotensial yg merepresentasikan permukaan air laut selama 18.6 tahun dengan sistem tinggi orthometrik,
ada beberapa sistem tinggi yaitu geometrik, orthometrik, normal . Konsep tinggi orthometrik sebagai
contoh digunakan dalam DED, di dalam DED harus ada beda tinggi kaitannya dengan garis kontur, DED
mikrohidro prinsipnya menggunakan turbin untuk memutar yang terus dialiri oleh air. Jadi besarnya listrik
tergantung dari debit dan elevasi. Power tergantung tingkat derasnya air, semakin tinggi beda elevasi
semakin tinggi powernya dan volume air yang mengalir banyak. Sebagai contoh DED bendungan untuk
mengetahui besarnya bendung untuk berapa meter. Semua gambar teknis disebut DED, dalam perencanaan
teknis seperti bending, panjang pipa acuannya menggunakan peta dasar. Jadi DED adalah peta dasar real
yang digunakan di lapangan yang digunakan dalam perencanaan orang sipil, arsitektur. Untuk itu
penyajiannya harus dalam skala besar, tidak boleh dalam bidang lengkung dan harus mudah diidentifikasi
di lapangan. Identifikasi beda tinggi dengan garis kontur terlebih dahulu harus dibuat JKV JKH. Jadi peran
Sinstem referensi tidak hanya penentuan koordinat, namun harus menyediakan jasa dan layanan kepada
pihak lain.

 Membahas Jurnal di FIG

(Menyinggung jurnal pak airs FIG 2009 tentang cors , cors 2012 monitoring dam)

UUIG mengatur peta dasar, dalam pembuatan peta dasar dibutuhkan JKH JKV, dapat dipasang secara in
situ, ada juga remote ditempatkan di tempat yg aman berupa JKH CORS, JKV MSL dengan pasang surut ,
dalam mengukur pasut dg menaruh palm untuk mengetahui fluktuasi air laut, missal t1 fluktuasi t1, t2, t24
kemudian di rata2. Kemudian dipasang titik control P untuk pendinisian tinggi dan dasar laut, di setiap
pelabuhan ada, dalam JKV disebut TTG. TTG dalam JKV (ditulis). Jadi ketinggian dari TTG didapatkan
dari MSL (18,6 tahun). Dalam penggunaannya TTG sering dtemui di pelabuhan, acuan pembuatan jalan.
Jadi jika menggunakan JKV berate ellipsoid, apakah ellipsoid berhimpit dengan pusat masa bumi, kalau
berimpit disebut datum absolut sigma L mendekatai 0. Jika tidak berimpit memerlukan transformasi.
 Membahas Presisi dan nutasi (mencari sumber)

Dalam pendefinisian dan realisasi sistem koordinat ada beberapa orientasi bumi yang perlu
diperhatikan, yaitu per sumbu rotasi bumi dalam ruang inersia (Presesi dan Nutasi). Bumi berotasi dan
berevolusi, keadaan bumi hari ini dan besok akan berbeda karena pergeseran. Kalau dilihat dalam ruang
inersia, sumbu rotasi bumi dan bidang ekuator bumi tidaklah tetap, melainkan bergerak yang sifatnya
rotasional. Pergerakan sumbu rotasi bumi dalam ruang ini merupakan respon dari ketidak simetrian dan
non-rigiditas dari bumi terhadap gaya tarik bulan, matahari, dan planet-planet; dan juga dari moda rotasi
bumi yang bebas itu sendiri. Pergerakan total dari surnbu rotasi bumi dalam ruang ini mempunyai dua
komponen utama, yaitu:

a) komponen sekular (dinamakan Presesi), dan


b) komponen periodik (dinamakan Nutasi).
Gerakan presesi dari sumbu rotasi Bumi disebabkan oleh gaya gravitasi benda-benda langit pada tonjolan
ekuator Bumi. Komponen pergerakan sumbu rotasi Bumi yang bersifat periodik, yaitu nutasi, mempunyai
beberapa periode, mulai dari 4 hari, setengah bulan, satu bulan, setengah tahun, satu tahun, sampai 18,6
tahun
 EGM 2008

Bidang referensi dalam engineering didekati dengan JKH dan JKV. Pengukuran JKV. JKV mengikat ke
TTG. Dalam membuat TTG tergantung pada ordenya, dapat dilihat pada Kerangka Acuan Kerja (KAK)
apakah absolut atau relaif, dg melihat EGM 2008 relatif, tingginya tidak boleh absolut. Untuk pembuatan
TTG disarankan untuk mengikat ke jaring kontrolnya PUPR.

 Kriteria JKV per orde

Jaring Kontrol Vertikal Jaring Kontrol Vertiksl (JKV) mempunyai datum vertikal yang realisasinya
dilaksanakan dengan penetapan tinggi ortometrik pada suatu titik TTG. Penetapan tinggi ortometrik
TTG awal ini harus diikatkan dengan stasiun pasut yang diamati selama kurun waktu sekurang-
kurangnya 18,6 tahun untuk memperoleh tinggi TTG terhadap Mean Sea Level, (MSL). Datum Vertikal
yang ditetapkan adalah Bidang yang mempunyai potensial yang sama (ekipotensial) yang melalui MSL
pada stasiun pasut di titik datum atau juga sering disebut Geoid. Untuk mendapatkan Tinggi
Orthometris (H) ada dua cara yaitu dengan pengukuran sipat datar dan dengan pengukuran GPS (h) di
gabungkan dengan Geoid (N) dengan hubungan H = N + h . Jaring Kontrol Vertikal Nasional digunakan
sebagai kerangka acuan posisi vertikal bagi Informasi Geospasial. Jaring Kontrol Vertika Nasional
berupa titik-titik kontrol geodesi vertikal, dalam bentuk Titik Tinggi Geodesi, yang mengacu pada
satu sistem referensi tinggi yang berlaku secara nasional. Ada beberapa bentuk klasifikasi dari
JKV

Gambar 3. Gambar Topografi, Ellipsoid dan Geoid dalm pengukuran tinggi orthometrik

 Klasifikasi JKV

Pengertian klasifikasi disini adalah pengelompokkan atau penjenjangan JKV yang didasarkan
pada tingkat presisi dan akurasi hasil survei. Fakta empiris yang diterapkan untukdasar klasifikasi
ialah bahwa ketelitian pengukuran beda tinggi dengan metode sipatdatar memanjang sebanding
dengan akar jarak pengukuran. Kelas JKV ditentukan oleh faktor-faktor desain jaringan,
pelaksanaan pengukuran, peralatan yang digunakan, teknik reduksi dan hasil hitung perataan
terkendala minimal (minimally constraint).

 JKV orde 0
Penempatan kelas JKV pada akhirnya didasarkan pada hasil hitung perataan jaring
terkendala minimal. Kriteria untuk penempatan kelas adalah besarnya kesalahan Orde 0
jaringnya continue, CORS di Indonesia standarisasinya seperti apa, terkait dengan kepentingan
nasional, prosesingnya, software pengolahnya scientific , data dari cors berupa data biner,
konversi RINEX, bagaimana mengubah resolusi biner ke RINEX. Setiap produk receiver harus
dibuat sama formatnya agar dapat diolah di software. Membuka web UNAVCO, layanan
konversi data biner selanjutnya membuka layanan cors BIG inacors. Jasa tentang penentuan
posisi, untuk ijin tambang harus memperhatikan kepentingan jaring kontrol (in situ,
remote/CORS cukup komersial)
 Perbedaan semua orde JKH

 Peran bidang referensi


Bidang referensi sangat penting untuk keprluan maping, keluaran dari geodesi adalah jasa, jasa
harus mempunya payung hukum UUIG yang mengatur tentang IGD dan IGT. Engineering harus
berbasis peta dasar, peta dasar harus sesuai JKH JKV.
 Membahs tugas, minggu 1, latar belakang tugas hanya ingin menjelaskan bahwa SRPP itu
tergantung datum yang ditulis, jadi manakala pekerjaan yang terkait dari datum yang dulu pernah
ada, contoh pertamina menggunakan Bessel 41 sampai sekarang, pengukuran GNSS dengan WGS
94, sehinggga harus ditransformasi. Datum horizontal dahulu belum ada gayaberat absolut dan
relative menganggap bahwa sigma L nya 0, setiap jarring dilakukan pengukuran gaya berat untuk
menentukan tinggi.

You might also like