Professional Documents
Culture Documents
Farhan Agoel Albazie, Nur Isnaini Rahmaningtyas, Rizki Putri Amaliastuti, Ade
Sababurrohmah, Reyhan Dzaky Darmawan, Dillon Amangda B.M, M. Yusuf
Ibrahim
Departemen Teknik Geofisika – Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Abstrak
Telah dilakukan pengolahan data seismik refraksi berdasarkan data akuisisi di Jl. Mojo
Kopek, Mulung, Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan tujuan untuk lebih
memahami proses pengolahan data pada Seismik Refleksi menggunakan software
VISTA. Data akuisisi berupa seismic trace Data ini berupa domain waktu. Dalam akuisisi
jumlah shot yang didapatkan adalah 103 dengan jumlah receiver yang digunakan adalah
18. Dari 103 shot yang ada akan dilakukan merge (penggabungan) didalam Wysegycat
dengan diurutkan shot pertama hingga terakhir. Setelah itu dilakukan pembuatan header
di tesseral sampai recgather with header dengan menggunakan matlab. Setelah
didapatkan file rec gather with header maka kita masuk ke dalam software VISTA, yang
kemudian dilakukan proses geometri labelling. Dan dilakukan proses filtering yaitu AGC
dan Ormsby.Langkah selanjutnya adalah memberi tanda dari trace yang menurut
kelompok kami merupakan noise ataupun trace yang tidak terekam yang ingin di killing
dan muting Setelah itu dilakukan Velan (Velocity Analysis) dan dilanjutkan dengan
picking data. Kemudian dilakukan koreksi NMO dan akan terlihat hasilnya. Maka dari
proses tersebut kita dapat melakukan interpretasi penampang bawah permukaan. dihasil
penampang ini kemungkinan merupakan batas reflektor, karena dilihat dari nilai
amplitude yang besar. kemungkinan pada penampang ini memiliki sebuah
ketidakmenerusan lapisan namun, dari data yang kami hasilkan penampang tersebut tidak
terlihat, karena penetrasi yang dihasilkan kurang dalam. Hal tersebut kemungkinan terjadi
karena adanya kesalahan saat pengukuran.
1. PENDAHULUAN
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan
laju perambatan gelombang di dalam bumi dari suatu sumber getaran yang diberikan
di permukaan bumi. Metode seismik terbagi menjadi dua yakni seismik refraksi yang
memanfaatkan prinsip pembiasan gelombang dan seismik refleksi yang memanfaatkan
prinsip pemantulan gelombang. Dalam pencarian prospek hidrokarbon metode seismik
refleksi, kerena metode ini dapat menjangkau lapisan dalam bumi bahkan sampai pada
bagian mantel bumi.
Metode seismik memiliki tiga tahapan utama dalam penerapannya, antara lain
akuisisi, pengolahan data, dan interpretasi. Ketiga tahapan ini masing-masing
memegang peranan yang sangat penting guna tercapainya tujuan eksplorasi. Akan
tetapi tahapan yang dijelaskan dalam penulisan laporan ini difokuskan pada
pengolahan data khususnya seismik refleksi, karena pada tahap inilah data hasil
akuisisi diolah sehingga menghasilkan suatu penampang bawah permukaan untuk
dapat diinterpretasi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Seismik Refleksi
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang
menggunakan gelombang akustik untuk mengetahui keadaan bawah permukaan bumi.
Gelombang seismik yang digunakan berasal dari sumber getaran (berupa dinamit,
vibroseis, palu hammer) yang melewati bawah permukaan kemudian di pantulkan oleh
bidang batas batuan sehingga dapat diterima oleh receiver (geophone dan hydrophone).
Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode geofisika lainnya,
misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi
adalah yang paling mudah memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau
model geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh lebih akurat.
Seismik refleksi terjadi akibat penjalaran gelombang seismik di bawah
permukaan, yangmana terjadinya adalah sebelum sudut kritisnya. Refleksi atau
pemantulan gelombang terjadi karena adanya reflektor yang menunjukkan adanya
kontras impedan (akustik impedan) antar lapisan bawah permukaan.
Gambar 2. 13 Proses Residual Statik dengan Pergeseran pada Data sehingga Menjadi Flat
2.11 Dip Move Out (DMO)
Proses DMO merupakan koreksi yang digunakan untuk membuat sinyal seismik
berada pada CDP yang sama, hal ini terjadi karena adanya lapisan miring yang ada pada
struktur bawah permukaan sehingga sinyal-sinyal seismik yang terpantul dari lapisan
miring ini akan berpindah ke arah atas dari CDP. Maka dengan koreksi DMO ini sinyal-
sinyal seismik yang berpindah ke arah atas ini dikembalikan pada CDP. Hal ini biasa
disebut juga dengan keadaan zerooffset. DMO pada dasarnya prosesnya sama seperti
NMO. Gambar berikut menunjukan hasil dari koreksi DMO, secara keseluruhan CDP
gather sebelum koreksi memperlihatkan bentuk trace yang kurang begitu teliti dan fokus
dan spektrum amplitudo tidak terlihat tajam serta jelas dan setelah dilakukan koreksi
DMO trace yang merupakan gelomabng refleksi atau data yang diharapkan terlihat
dengan semakin jelas dan tajam serta lebih fokus dengan amplitudo yang lebih tebal.
Hal ini diduga karena faktor moveout pada lapisan miring yang membuattitik reflektor
berpindah ke arah atas di geser kembali pada titik CDP yang sesuai dengan CMP.
Gambar 4.8 Tampilan data seismik yang sudah dilakukan filtering AGC dan
Ormsby
Terlihat perbedaan tampilan data sebelum dan sesudah dilakukan filtering. Pada data
sebelum dilakukan filtering tidak terlihat trace-trace yang detail. Sedangkan, tampilan
data yang sudah dilakukan filtering terlihat trace yang lebih detail dan jelas. Langkah
selanjutnya adalah melakukan proses muting dan killing karena terlihat banyak noise dan
data yang tidak terekam, sehingga hanya terlihat garis-garis lurus saja(tidak terlihat jejak
refleksi). Terdapat perbedaan pada kelompok kami, proses muting dan killing dilakukan
setelah filtering AGC dan Ormsby karena jika dilakukan sebelum filtering, trace yang
terlihat tidak jelas.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum seismik refleksi adalah kelompok
kami menggunakan filtering yaitu AGC (digunakan untuk meratakan nilai amplitude
yang ada) dan Ormsby(mengatur band pass filter) , proses filtering ini dilakukan pada
proses awal sebelum melakukan killing dan muting dengan alasan trace yang dihasilkan
dari akuisisi kelompok kami tidak terlihat, setelah hasil filtering tersebut trace yang
dihasilkan akan semakin detail yang kemudian bisa dilakukan proses killing dan muting.
Dari penampang yang dihasilkan kemungkinan terdapat adanya batas reflektor ditandai
dengan nilai amplitude yang besar. Dan kemungkinan lainnya adalah adanya
ketidakmenerusan pada lapisan yang ada namun, tidak terlihat jelas dikarenakan penetrasi
kedalaman yang didapatkan kurang. Data yang dihasilkan dalam trace-trace tersebut
banyak yang berupa noise ataupun data yang tidak terekam karena receiver yang mati
sehingga ketika dilakukan pengolahan kelompok kami mengalami kesulitan. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan adanya kesalahan dalam melakukan akuisisi data saat dilapangan.
Saran untuk praktikum selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal yaitu koordinasi yang
baik antar anggota kelompok, estimasi waktu, pengecekan alat-alat sebelum dilakukan
akuisisi agar menghasilkan data yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA