Professional Documents
Culture Documents
DIAJUKAN OLEH:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
pengolahan air limbah, dalam Pasal 6 dan Pasal 7 KepMen LH No.113 tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara menyebutkan bahwa “Setiap penanggung jawab usaha
dan atau kegiatan pertambangan wajib melakukan pengolahan air limbah yang
berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan
pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan
tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan” (Pasal 6) dan
“Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan melalui kolam
pengendapan (pond)” (Pasal 7). Masih dalam sumber yang sama, berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.113 tahun 2003, menyatakan apabila
hasil kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) atau hasil
kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dari usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara
mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka diberlakukan baku mutu air limbah
sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup atau UKL dan UPL.
2
Dalam tahapan-tahapan kegiatan pertambangan, ada berbagai kegiatan
yang memberikan keuntungan serta kerugian, baik bagi pihak perusahaan,
masyarakat sekitar, pemerintah atau bahkan alam. Kegiatan yang dimaksud
misalnya seperti proses pengolahan limbah sebagai hasil eksploitasi tambang
batubara. Pengolahan limbah akan mengeluarkan biaya yang besar bagi
perusahaan, namun di sisi lain hal ini akan memunculkan image yang baik bagi
perusahaan yang mampu mengolah limbahnya agar sesuai dengan baku mutu
lingkungan. Tetapi apabila perusahaan tidak bisa mengolah limbahnya dengan
baik, maka lingkungan serta masyarakat sekitar akan dirugikan oleh hal tersebut.
Akibat kesalahan pengolahan limbah ini membuat lingkungan tercemar, kesehatan
dan aktivitas masyarakat terganggu, serta hal ini akan menimbulkan berbagai
tuntutan oleh pihak-pihak yang dirugikan yang nantinya juga akan merugikan
perusahaan.
2. Tujuan
3
2. Menganalisis fakta terkait dengan lingkungan sebagai akibat aktivitas
perusahaan tambang batubara PT Mitrabara Adiperdana di Malinau,
Kalimantan Utara.
3. Menganalisis faktor etika yang terjadi berkaitan dengan dampak lingkungan
sebagai akibat aktivitas perusahaan tambang batubara PT Mitrabara
Adiperdana di Malinau, Kalimantan Utara.
4
BAB II
KASUS
KASUS
(http://bulungan.prokal.co/read/news/8598-4-perusahaan-batu-bara-disanksi.html)
Pemprov
Kaltara melalui
Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mieral (ESDM)
mengambil sikap
tegas terhadap
empat perusahaan
tambang batu bara
yang beroperasi di Kabupaten Malinau, karena dianggap lalai dan aktivitas
penambangan menyebabkan pencemaran lingkungan.
5
dampaknya, PDAM di Malinau sempat tidak beroperasi karena tidak mampu
mengolah air yang sudah tercemar. Sehingga, berdampak pada distribusi air bersih
masyarakat.
“Karena itu, Pemprov Kaltara melaui ESDM dan Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) menurunkan tim untuk melakukan inspeksi dan melihat kondisi
sebenarnya,” ujarnya, Kamis (20/7).
Dalam penambangan batu bara, lanjutnya, ada aturan pokok dan ada
aturan tambahan. Dia menegaskan aturan pokok harus dilaksanakan perusahaan
seperti memiliki kolam pengendapan pengolahan limbah.
6
“Apa mereka mau kalau PT Mitrabara Adiperdana yang melakukan
kesalahan, tapi yang tanggung jawab BDMS,” sambungnya.
“Jadi, perusahaan jangan main-main. Saya minta lakukan saja apa yang
direkomedasikan. Supaya masyarakat tahu kalau ada upaya penanganan,”
tegasnya.
7
a. Dinas ESDM Menyampaikan teguran keras atas kelalaian dan
ketikpatuhan dalam melaksanakan ketentuan undang-undang
pertambangan, lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Menyelesaikan permasalahan untuk tidak meminjamkan setting pond
(kolam pengendapan) ke PT Mitrabara Adiperdana (MA) dan
menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu 15 hari kerja. Jika tidak IUP
Operasi Produksi akan dicabut.
8
a. Dinas ESDM menghentikan sementara sebagian kegiatan pertambangan
yaitu pada Pit Langap dalam jangka waktu paling lama 60 hari kerja. Jika
dalam waktu tersebut tidak mengindahkan rekomendasi masalah yang
menjadi temuan, maka izin akan dicabut permanen.
9
Judul : Tambang Batubara Sokongan Jepang Menghancurkan
Lingkungan Hidup di Malinau, Kalimantan Utara
(https://www.jatam.org/2017/11/21/tambang-batu-bara-sokongan-jepang-
menghancurkan-lingkungan-hidup-di-malinau/)
10
rumah masing-masing, sedangkan sebagian lagi membeli air jika tidak mampu
membuat sumur. Ironisnya, ada juga warga yang tidak mampu membuat
sumur maupun membeli air. Sehingga terpaksa menggunakan air sungai
yang tidak layak tersebut.
c. Debu yang dihasilkan sepanjang aktivitas penambangan perusahaan
menjadi salah satu keluhan utama yang dirasakan oleh warga. Akibatnya,
banyak anak-anak kecil terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Salah satu warga setempat mengatakan debu terlihat jelas baik dari kaca-
kaca di rumah warga maupun di sepanjang jalan.
d. Aktivitas penambangan berdampak besar terhadap hewan-hewan yang
ada di hutan-hutan yang berada dalam konsesi perusahaan. Burung
enggang sudah jarang terlihat, tidak seperti 10 tahun yang lalu masih
berkeliaran hingga ke desa-desa.
11
Sejak adanya aktivitas pertambangan batubara di Kabupaten Malinau,
warga setempat telah menerima berbagai daya rusak akibat hancurnya ruang
hidup mereka. Aktivitas pertambangan begitu dekat dengan pemukiman
warga serta dua sungai utama yang menjadi sumber air utama warga di
Kabupaten Malinau, yakni Sungai Sesayap dan Sungai Malinau.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Perusahaan melakukan penawaran umum saham sebesar 245.454.400 saham
yang terdiri dari 122.727.200 saham baru dan 122.727.200 saham divestasi milik
PT Wahana Sentosa Cemerlang dengan nilai nominal sebesar Rp100 (angka
penuh) per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran
sebesar Rp1.300 (angka penuh) per saham.
14
Peningkatan produksi ini juga akan membutuhkan pengolahan limbah
yang lebih ekstra dari yang biasanya, karena peningkatan yang terjadi cukup
drastis. Kolam pengendapan untuk limbah juga dibutuhkan yang lebih besar, jika
kolam biasanya hanya cukup untuk menampung limbah seperti produksi
umumnya. PT Mitrabara Adiperdana kurang memperhatikan terkait pengolahan
limbah akibat peningkatan produksi ini. Akibatnya limbah dari aktivitas
pertambangannya dititipkan ke kolam pengendapan milik PT Baradinamika Muda
Sukses, yang merupakan anak perusahaannya. Daya tampung limbah di kolam
pengendapan yang tidak sesuai dengan limbah yang dihasilkan membuat kolam
pengendapan limbah tersebut jebol dan akhirnya mencemari sungai. Akibat hal ini
lingkungan dan masyarakat terkena dampaknya serta dirugikan.
15
tercemar ini untuk kebutuhan sehari-harinya. Sehingga banyak dari mereka yang
menderita gatal-gatal dan diare. Tak hanya warga, pihak PDAM juga meresahkan
hal tersebut. PDAM di Malinau sempat tidak beroperasi karena tidak mampu
mengolah air yang sudah tercemar. Sehingga, berdampak pada distribusi air bersih
masyarakat.
Analisis Etika
1. Stakeholder dalam Kasus
a. Peringkat Stakeholder berdasarkan Besarnya Kerugian
1) Lingkungan
2) Masyarakat sekitar
16
kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak sanggup untuk membuat sumur
dan membeli air terpaksa tetap menggunakan air ini untuk kebutuhan
sehari-hari. Masyarakat yang memilih tetap menggunakan air sungai ini
terjangkit berbagai macam penyakit, mulai dari diare, gatal-gatal, dll.
Selain permasalahan air, masyarakat juga dihadapkan dengan
permasalahan terkait kesehatannya. Debu akibat aktivitas pertambangan,
rentan menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan (INSPA)
utamanya pada anak-anak.
3) PT Mitraba Adiperdana
5) PDAM Malinau
Air sungai yang keruh dan kotor juga membuat PDAM di Malinau
berhenti beroperasi untuk sementara waktu, karena mereka tidak mampu
17
mengolah air yang sudah tercemar. Hal ini mengakibatkan PDAM
Malinau tidak bisa mendistribusikan air bersih ke masyarakat.
18
2) Pemerintah
2. Budaya Organisasi
19
menyatukan organisasi. Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah suatu nilai, norma, asumsi dan
persepsi yang ada dan sah dalam suatu organisasi dan dianut oleh para anggotanya
sebagaipedoman dalam bertindak atau berbuat sesuatu.
a) Identitas anggota;
b) Penekanan kelompok;
c) Fokus pada manusia;
d) Integrasi unit-unit;
e) Pengawasan;
f) Toleransi terhadap resiko;
g) Kriteria penghargaan;
h) Toleransi terhadap konflik;
i) Orientasi kepada hasil akhir;
j) Mengutamakan sistem terbuka;
Dari semua unsur budaya organisasi di atas, perusahaan akan berada dalam
satu kesatuan, dan dengan karakter-karakter ini akan menghasilkan gambaran
yang utuh tentang budaya organisasi. Namun hal ini berbeda dengan yang terjadi
pada PT Mitrabara Adiperdana Tbk. Perusahaan lebih fokus pada budaya
organisasi yang berorientasi pada hasil akhir dengan terjadinya peningkatan pada
penjualan dan laba sebagai akibat peningkatan produksi yang dilakukan. Di sisi
lain perusahaan kurang melakukan pengawasan terhadap proses pengolahan
limbah sehingga perlu meminjam kolam pengendapan milik anak perusahaannya
dan pada akhirnya kolam tersebut jebol. Ditambah lagi tidak adanya upaya
perbaikan yang signifikan dan ganti rugi yang diberikan kepada para stakeholder
yang terkena dampak negatif.
20
tepatnya untuk melangsungkan kehidupan. Apabila tempat untuk melangsungkan
kehidupan ini sudah dirusak, maka makhluk yang tinggal di tempat tersebut tak
mampu melangsungkan kehidupannya dan pada akhirnya akan mati/punah.
Debu dari aktivitas tambang akan membuat kualitas udara menjadi terus
memburuk. Masyarakat, khususnya anak-anak yang tinggal di daerah dekat
pertambangan, akan rawan sekali menderita penyakit INSPA karena udara yang
mereka hirup mengandung debu-debu dari aktivitas pertambangan. Hal ini akan
meningkatkan jumlah penderita penyakit saluran infeksi pernapasan (INSPA).
21
manusia.” Oleh karena itu, lingkungan semestinya perlu dijaga dan dilestarikan
sebaik mungkin, karena ini merupakan tempat makhluk hidup melangsungkan
kehidupannya. Selain itu kelestarian ini perlu dipertahankan karena generasi
mendatang juga mempunyai hak atas lingkungan yang baik, sesuai dengan
pernyataan John Rawls bahwa “generasi selanjutnya tidak menerima yang lebih
buruk dari yang kita terima dari generasi sebelumnya”, sebagaimana hal ini
tercantum dalam buku Etika Bisnis karya Velasquez.
22
kolam pengendapannya sendiri sesuai dengan Pasal 7 KepMen LH No.113
tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara. Sehingga dapat dikatakan perusahaan juga
melanggar kewajiabnnya dalam menjaga lingkungan yang telah
dimanfaatkannya.
3. Prinsip Etika Keadilan, kasus ini membuat ketidakadilan bagi lingkungan
dan stakeholder lain yang menerima dampak negatifnya. Di samping itu,
lingkungan yang rusak memberikan ketidakadilan pada generasi yang akan
datang. John Rawls mengatakan bahwa “generasi selanjutnya tidak menerima
yang lebih buruk dari yang kita terima dari generasi sebelumnya”,
sebagaimana hal ini tercantum dalam buku Etika Bisnis karya Velasquez.
4. Prinsip Etika Memberi Perhatian, PT Mitrabara Adiperdana Tbk. tidak
memperhatikan lingkungan dan stakeholder lain yang menerima kerugian
akibat aktivitas pertambangannya karena pada kenyataannya mereka belum
melakukan perbaikan yang signifikan dan ganti rugi kepada stakeholder
sebagai bentuk tanggungjawabnya. Justru mereka membantah dan menyatakan
bahwa pencemaran sungai yang terjadi bukan akibat aktivitas
pertambangannya.
Pelanggaran etika yang terjadi ini justru akan memberikan dampak buruk
bagi citra dan reputasi perusahaan, baik saat ini maupun untuk masa mendatang.
Selain itu, keuangan perusahaan juga akan terpengaruh apabila kasus ini berlanjut
terus-menerus.
23
BAB IV
PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan
Batu Bara http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/sda/KepmenLH113-
2003BMALBatubara.pdf
25
Marimin, Agus. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Surakarta”
http://eprints.iain-surakarta.ac.id/45/1/2011TS0006.pdf
Velasques, Manuel G. 20--. Etika Bisnis: Konsep dan Kasus Edisi 5. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta
26