You are on page 1of 8

KONSELING GIZI PADA REMAJA OBESITAS

Afriska Lestantina, Anang Wahyudi, Emy Yuliantini

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu Jurusan Gizi


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu
afriskalestantina@gmail.com

Absract: Obesity is a condition of excessive weight due to excessive accumulation of fat


in the body. The prevalence of obesity aged ≥ 15 years in 2015 in Bengkulu city is 308
people (3.15%), the prevalence increases compared with the previous year. The purpose
of this research is to know the influence of nutrition counseling to knowledge, energy
intake, fat intake, and fiber intake in obese teenager at vocational high school 01
bengkulu city in 2017. This research is pre-experiment research with pretest-postest one-
group design. The number of respondents obtained as many as 17 samples with Simple
Random Sampling technique. Knowledge data were obtained from questionnaire
statements, energy intake data, fat intake and fiber intake, obtained from 24-hour recall
form. The data obtained were analyzed using the dependent T-test and Wilcoxon test. The
results showed that there was influence of nutritional counseling to knowledge, there was
influence of nutritional counseling to energy intake, and there influence of nutrition
counseling to fat intake, whereas in fiber intake there was no effect of nutrition
counseling to fiber intake, mean post intervention was lower than pre intervention.
Respondents need to pay attention and increase the consumption of foods high in fiber
and lower consumption of foods high in energy and high fat and increase physical
activity. As a follow up of nutrition counseling activities, schools are expected to provide
facilities and infrastructure for adolescents to conduct nutritional counseling.
Keywords: Nutrition Counseling, Knowledge, Energy Intake, Fat intake, Fiber intake

Abstrak: Obesitas merupakan suatu kondisi berat badan berlebihan akibat akumulasi
lemak berlebihan dalam tubuh. Prevalensi obesitas berumur ≥ 15 tahun pada tahun 2015
di Kota Bengkulu yaitu 308 orang (3,15%), prevalensi meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konseling gizi
terhadap pengetahuan, asupan energi, asupan lemak, dan asupan serat pada remaja
obesitas di SMKN 01 Kota Bengkulu Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian
pra-eksperimen dengan design one-grup pretest-postest. Jumlah responden yang
diperoleh sebanyak 17 sampel dengan teknik Simple Random Sampling. Data
pengetahuan diperoleh dari kuisioner pernyataan, data asupan energi, asupan lemak dan
asupan serat, diperoleh dari form recall 24 jam. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji T-test dependen dan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan ada
pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan ada pengaruh konseling gizi terhadap
asupan energi dan ada pengaruh konseling gizi terhadap asupan lemak, sedangkan pada
asupan serat tidak ada pengaruh konseling gizi terhadap asupan serat, rata-rata sesudah
intervensi lebih rendah dibandingkan sebelum intervensi. Responden perlu
memperhatikan dan meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi serat serta menurunkan
konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak serta meningkatkan aktivitas fisik.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan konseling gizi, sekolah diharapkan dapat menyediakan
sarana dan prasarana untuk remaja melakukan Konseling gizi.
Kata kunci : Konseling Gizi, Pengetahuan, Asupan Energi, Asupan Lemak, Asupan
Serat

Remaja adalah suatu tahap antara masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun
kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa pada laki-laki dan 10 tahun pada

071
072 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 071-101

perempuan (Ariani, 2017). Perubahan fisik tahun 2014 yaitu 0,4% (Dinas Kesehatan
karena pertumbuhan yang terjadi akan Provinsi Bengkulu, 2015). Prevalensi
mempengaruhi status kesehatan dan gizi obesitas berumur ≥ 15 tahun pada tahun
remaja (Hasdianah,dkk., 2014). 2015 di Kota Bengkulu yaitu 308 orang
Obesitas merupakan salah satu 3,15% (Dinas Kesehatan Kota Bengkulu,
masalah kesehatan yang banyak terjadi di 2015). Prevalensi obesitas pada remaja
zaman modern ini. Kegemukan (obesitas) cukup tinggi dan mengalami peningkatan
merupakan akibat dari konsumsi energi dari tahun-tahun sebelumnya. Asupan
yang berlebihan, dimana energi yang energi, asupan lemak, asupan serat dan
berlebihan tersebut disimpan di dalam pengetahuan merupakan faktor-faktor
tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya penyebab terjadinya obesitas pada remaja,
dari waktu ke waktu badan menjadi dan konseling gizi merupakan salah satu
bertambah berat (Muchtadi, 2001 dalam upaya untuk merubah pengetahuan,
Wahyuni, 2013). perilaku, dan sikap remaja obesitas. Tujuan
Pada anak sekolah, dan remaja penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
kejadian kegemukan dan obesitas konseling gizi terhadap pengetahuan,
merupakan masalah yang serius karena asupan energi, asupan lemak, dan asupan
akan berlanjut hingga usia dewasa (Rosita serat pada remaja obesitas.
dalam Lestari, 2015). Faktor-faktor
penyebab terjadinya obesitas pada remaja BAHAN DAN CARA KERJA
yaitu ketidakseimbangan antara asupan Desain pada penelitian ini adalah Pra
energi dan pemakainan energi. Remaja Eksperimen dengan rancangan one group
cenderung menyukai makanan yang tinggi pre and posttest design. Tempat penelitian
lemak, peningkatan asupan lemak serta ini dilakukan di SMKN 01 Kota Bengkulu,
pengurangan aktivitas fisik adalah dua hal waktu penelitian ini adalah pada tanggal 1
yang menyebabkan perkembangan – 24 Mei 2017. Intervensi dilakukan
obesitas. Asupan serat yang rendah pada dengan memberikan konseling gizi
remaja juga merupakan salah satu faktor sebanyak 2 kali dalam seminggu (10-15
yang menyebabkan terjadinya obesitas menit) selama 3 minggu.
(Katsilambros et al, 2014). Tingkat Populasi penelitian yaitu seluruh
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh pelajar kelas X (sepuluh) yang kategori
terhadap sikap dan perilaku dalam status gizinya adalah obesitas di SMKN 01
pemilihan makanan yang pada akhirnya Kota Bengkulu dengan jumlah 25 orang.
akan berpengaruh pada keadaan gizi Dari 25 populasi diambil sampel sebanyak
individu yang bersangkutan, semakin 17 orang dengan menggunakan teknik
tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang pengambilan sampel simple random
diharapkan semakin baik pula keadaan sampling.
gizinya (Amelia, 2008). Obesitas pada Sumber data yang diperoleh
remaja dapat menimbulkan beberapa langsung meliputi identitas sampel dan
dampak, antara lain intoleransi glukosa, pengetahuan dikumpulkan melalui
dislipidemia, gangguan pernafasan dan pengisian kuesioner, data asupan serat,
dampak psikologis, diketahui prevalensi asupan energi dan lemak dikumpulkan
obesitas pada remaja umur 13-15 tahun dengan cara wawancara menggunakan
sama yaitu sebesar 2,5%, sedangkan Formulir Food Recall 24 jam, data berat
remaja umur 16 – 18 tahun riskesdas tahun badan dikumpulkan dengan menggunakan
2013 sebanyak 1,6%, dan tahun 2010 yaitu timbangan berat badan dan data tinggi
sebesar 1,4%. Prevalensi obesitas berumur badan dikumpulkan dengan menggunakan
≥ 15 tahun pada tahun 2015 di Provinsi mikrotois. Data sekunder yang diperoleh
Bengkulu yaitu sebesar 3%, dan pada yaitu data prevalensi obesitas Kota
Lestantina, dkk, Konseling Gizi Pada Remaja Obesitas… 073

Bengkulu dan data prevalensi obesitas Sebelum 17 4,82 1,46 2 7 0,


00
Provinsi Bengkulu. 0
Analisis data yang digunakan adalah Sesudah 8,70 1,04 7 10
analisa univariat dan analisa bivariat
variabel pengetahuan, asupan energi, dan
Tabel 3 menunjukan bahwa sebelum
asupan lemak dengan uji wilcoxon dan
diberikan konseling gizi rata-rata
asupan serat dengan uji t-test dependent.
pengetahuan 4,82 dan meningkat menjadi
HASIL 8,70 sesudah konseling gizi. Hasil uji
statistik Wilcoxon pada pengetahuan
Analisis Univariat didapatkan p value (0.000) < 0.05 ini
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan umur
berarti adanya perbedaan yang bermakna
antara pengetahuan sebelum dan sesudah
Variabel n Mean Median Min Maks diberikan konseling gizi.
Umur 17 15,88 16 15 17 Tabel 4. Asupan Energi Sebelum Dan Sesudah
Konseling Gizi Siswa Obesitas
Pada tabel 1 diperoleh karakteristik Variabel n Mean SD Min Maks p
umur responden, dapat diketahui bahwa Asupan
Energi
rata-rata umur responden adalah 15,88, (Kkal)
usia minimum 15 tahun dan usia 1325,2383
maksimum 17 tahun. -Sebelum 17 2051,5 571,71 6,4 0,000
1121,35 236
3.5
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis -Sesudah 1560,5 374,05 0
Kelamin
Tabel 4 menunjukan bahwa sebelum
Jenis Kelamin n % konseling gizi rata-rata asupan energi
Laki-Laki 3 17,6 2051,5 Kkal dan menurun menjadi 1560,5
Perempuan 14 82,4
Total 17 100 Kkal sesudah konseling gizi. Hasil uji
statistik Wilcoxon pada asupan energi
Pada tabel 2 diperoleh hasil sebelum konseling gizi dan asupan energi
sebanyak 3 orang (17,6%) berjenis kelamin sesudah konseling gizi didapatkan p value
laki-laki, dan sebanyak 14 orang (82,4%) (0.000) < 0.05 ini berarti adanya perbedaan
berjenis kelamin perempuan. yang bermakna antara asupan energi
sebelum dan sesudah diberikan konseling
Analisis Bivariat gizi.
Analisa bivariat dilakukan untuk Tabel 5. Asupan Lemak Sebelum Dan Sesudah
melihat pengaruh konseling gizi terhadap Konseling Gizi Siswa Obesitas
variabel pengetahuan, asupan energi, Min Maks
Variabel n Mean SD p
asupan lemak, dan asupan serat, dengan Asupan
menggunakan uji statistik wilcoxon untuk Lemak (g)
variabel pengetahuan, asupan energi, dan 29 153,8 0,04
-Sebelum 17 75,14 35,06 2
asupan lemak, sedangkan t-test dependent 29,50 100,5
untuk variabel asupan serat dengan hasil -Sesudah 57,95 19,99 0
sebagai berikut:
Tabel 3. Pengetahuan Gizi Sebelum Dan Sesudah Tabel 5 menunjukan bahwa
Konseling Gizi Siswa Obesitas sebelum konseling gizi rata-rata asupan
Variabel n Mea SD Min Ma p lemak 75,14 gram dan menurun 57,95
n ks gram sesudah konseling gizi. Hasil uji
Pengetahu statistik Wilcoxon pada asupan lemak
an sebelum konseling gizi dan sesudah
074 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 071-101

konseling gizi didapatkan p value (0.042) menunjukkan bahwa ada pengaruh


< 0.05 ini berarti adanya perbedaan yang pemberian intervensi konseling gizi selama
bermakna antara asupan lemak sebelum 3 minggu dengan kunjungan 2 kali dalam
dan sesudah diberikan konseling gizi. seminggu terhadap perubahan pengetahuan
Tabel 6. Asupan Serat Sebelum Dan Sesudah responden. Hasil pengetahuan sesudah
Konseling Gizi Siswa Obesitas diberikan konseling gizi dari 17 responden
Variabel n Mean SD Min Maks p hanya 5 responden yang memperoleh skor
Asupan 10. Pada hasil pengetahuan sesudah
Serat (g) konseling gizi, responden paling banyak
-Sebelum 17 7,97 3,13 3,9 14,1 0,087
-Sesudah 6,49 2,30 2,3 9,8 menjawab salah pada soal kuesioner no 6,
yaitu tentang dampak obesitas pada
Tabel 6 menunjukan bahwa remaja, hal ini dikarenakan pada media
sebelum konseling gizi rata-rata asupan konseling gizi leaflet dampak obesitas
serat 7,97 gram dan menurun menjadi 6,49 tidak dijelaskan secara rinci.
gram sesudah konseling gizi. Hasil uji Hasil Penelitian ini sejalan dengan
statistik t-test dependent pada asupan serat penelitian Nurmasyita, dkk (2014),
sebelum konseling gizi dan sesudah menunjukan bahwa terdapat perbedaan
konseling gizi didapatkan p value (0.087) rerata pengetahuan gizi yang bermakna
> 0.05 ini berarti tidak adanya perbedaan sebelum dan sesudah intervensi pendidikan
yang bermakna antara asupan serat gizi selama 3 bulan pada kelompok
sebelum dan sesudah diberikan konseling perlakuan. Penelitian Mahdali, dkk (2013),
gizi. menunjukan hasil bahwa untuk kelompok
perlakuan ada pengaruh edukasi gizi
PEMBAHASAN terhadap peningkatan pengetahuan remaja
obesitas. Hasil Penelitian Thasim, dkk
Pengaruh Konseling Gizi Terhadap
Pengetahuan
(2013), menunjukan hasil yang sama
bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dan sesudah edukasi berupa
pengetahuan responden meningkat sesudah peningkatan pengetahuan responden yang
diberi konseling gizi, dilihat dari nilai rata- artinya edukasi yang telah diberikan
rata sesudah konseling gizi yang lebih memiliki pengaruh terhadap perubahan
tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan responden.
sebelum konseling gizi. Konseling gizi Masalah gizi timbul sering karena
dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu disebabkan ketidaktahuan seseorang dan
selama 3 minggu. Variabel pengetahuan kurangnya informasi mengenai gizi.
diukur sebanyak 1 kali sebelum diberikan Pengetahuan atau kognitif merupakan
konseling gizi dan 1 kali setelah konseling domain yang sangat penting dalam
gizi dilakukan dengan mengisi lembar membentuk tindakan seseorang. Untuk
kuesioner yang diberikan kepada membuat seseorang berperilaku baru,
responden pada minggu ketiga setelah orang itu harus tahu terlebih dahulu
selesai diberikan konseling gizi. mengenai masalah tersebut sehingga
Berdasarkan uji statistik menunjukkan menimbulkan pengetahuan baru dan
terdapat perbedaan pengetahuan responden selanjutnya akan menimbulkan perubahan
sesudah diberikan konseling gizi, sikap. Semakin banyak pengetahuan
ditunjukkan dengan nilai p value 0,000 gizinya semakin diperhitungkan jenis dan
(p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya kualitas makanan yang dipilih untuk
perbedaan yang signifikan terhadap dikonsumsi, sehingga akan mempengaruhi
pengetahuan sebelum dan sesudah diberi status gizi (Notoatmodjo, 2007).
konseling. Hasil penelitian ini Pendidikan kesehatan merupakan salah
Lestantina, dkk, Konseling Gizi Pada Remaja Obesitas … 075

satu proses untuk meningkatkan tidak menunjukkan pengaruh signifikan,


pengetahuan seseorang, pengetahuan dapat namun rata-rata asupan energi responden
meningkat karena informasi dari orang sudah masuk dalam kategori cukup.
lain, media massa elektronik seperti koran, Asupan energi responden diperoleh
leaflet, majalah, televisi dan radio dari hasil wawancara menggunakan
(Soekidjo, 2010 dalam Mahdali 2013). formulir food recall 24 jam dan dapat
Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Asupan diketahui bahwa asupan energi responden
Energi yang tinggi dikarenakan responden
mengkonsumsi jajanan yang tinggi energi
Hasil penelitian menunjukan ada secara berlebihan seperti gorengan, bakso,
perbedaan antara asupan energi sebelum dan minuman manis. Faktor-faktor yang
dan sesudah konseling dilakukan, pada mempengaruhi konsumsi energi adalah
pengukuran sesudah diberikan konseling ketersediaan makanan, sosial ekonomi, dan
asupan energi responden mengalami pengetahuan tentang gizi yang kemudian
penurunan. Berdasarkan uji statistik menjadikan perilaku seseorang dalam
menunjukkan terdapat perbedaan asupan pemilihan makanan. Pendidikan gizi
energi responden sebelum dan sesudah merupakan suatu upaya mendidik remaja
konseling gizi, ditunjukkan dengan nilai p untuk merubah perilaku konsumsi sesuai
value 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan kaidah-kaidah gizi, yang pelaksanaannya
adanya perbedaan yang signifikan terhadap sudah direncanakan dengan tujuan untuk
asupan energi sebelum dan sesudah diberi mempengaruhi perilaku sehingga remaja
konseling. Hasil penelitian ini melakukan informasi yang diberikan dalam
menunjukkan bahwa ada pengaruh proses (Kusharto dan Supariasa 2014).
pemberian intervensi konseling gizi
terhadap perubahan asupan energi Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Asupan
responden. Adanya penurunan asupan Lemak
energi pada responden dikarenakan Perubahan rata-rata asupan lemak
responden sudah mulai termotivasi untuk antara sebelum dan sesudah konseling gizi
merubah perilaku dan pola makan yang memiliki perbedaan yang signifikan p
berlebihan, respoden mulai mengurangi 0,042 (p<0,05). Hasil ini menunjukan
dan membatasi jumlah konsumsi makanan/ bahwa terdapat pengaruh konseling gizi
jajanan yang tinggi energi. terhadap asupan lemak responden. Asupan
Penelitian ini sejalan dengan lemak responden menurun karena setelah
penelitian yang dilakukan Nurmasyita, dkk diberikan konseling gizi, pengetahuan
(2014), bahwa sesudah intervensi remaja mengenai makanan-makanan yang
pendidikan gizi terdapat perbedaan rata- mengandung lemak tinggi meningkat
rata tingkat konsumsi energi pada sehingga remaja lebih selektif dalam
kelompok perlakuan dan kontrol (p < memilih makanan, dan mulai mengurangi
0,05). Penelitian Widhayati (2009), asupan makanan yang tinggi lemak.
menunjukan hasil bahwa ada penurunan Penelitian ini sejalan dengan
tingkat konsumsi energi (TKE) sesudah penelitian Lestari (2015), menunjukan
pendidikan gizi pada grup penyuluhan hasil bahwa perubahan rata-rata asupan
kelompok (p=0,026). Tetapi tidak sejalan lemak jenuh antara sebelum dan sesudah
dengan penelitian Thasim, dkk (2013), intervensi memiliki perbedaan yang
yang menunjukan hasil bahwa tidak ada signifikan (p<0,05). Hasil penelitian
pengaruh antara edukasi dengan perubahan Nurmasyita, dkk (2014), menunjukan hasil
asupan energi responden, namun ada bahwa terdapat perbedaan rata-rata
penurunan jumlah responden yang persentase asupan lemak yang bermakna
memiliki asupan energi berlebih dari sebelum dan sesudah intervensi pendidikan
21,8% menjadi 9,1%. Meskipun edukasi gizi pada kelompok perlakuan. Penelitian
076 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 071-101

Thasim, dkk (2013), juga sejalan diberi konseling, dilihat dari nilai rata-rata
menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh asupan serat sesudah diberikan konseling
edukasi dengan perubahan asupan lemak gizi yang lebih rendah dibandingkan
responden dengan penurunan jumlah dengan nilai rata-rata sebelum diberikan
responden yang memiliki asupan lemak konseling gizi. Berdasarkan uji statistik
berlebih dari 80% menjadi 49,1%. menunjukkan tidak terdapat perbedaan
Lemak merupakan penghasil kalori yang bermakna pada asupan serat
terbesar dibanding protein dan karbohidrat, responden sebelum dan sesudah konseling
dari satu gram lemak sama dengan gizi, ditunjukkan dengan nilai p 0,087
sembilan kalori. Pada saat yang bersamaan, (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada
asupan lemak lebih efisien dimetabolisme pengaruh konseling gizi terhadap asupan
dan disimpan di dalam tubuh daripada serat responden.
karbohidrat. Pada akhirnya, walaupun Terjadinya penurunan asupan serat
makanan yang sangat berlemak responden disebabkan oleh beberapa
menyediakan jumlah kalori yang cukup faktor, seperti sulit untuk merubah perilaku
tinggi, dalam kondisi bersamaan dengan konsumsi responden untuk meningkatkan
perasaan senang dan gembira yang terus- asupan tinggi serat, hal itu dikarenakan
menerus, makanan ini tidak memberikan sebagian besar responden tidak menyukai
perasaan kenyang. Hal ini yang sayuran karena rasa yang tidak enak,
menyebabkan makanan-makanan ini seperti pahit, asam, tidak memiliki rasa,
dikonsumsi secara berlebihan sehingga lunak, dan membosankan. Kecenderungan
meningkatkan asupan energi yang remaja lebih menyukai makanan yang
mengakibatkan obesitas dengan cara manis dan banyak mengandung garam
mempengaruhi keseimbangan total energi tinggi, seperti snack, kue kering, dan fast
tubuh (Katsilambros et al, 2014). food. Peran orang tua juga sangat
Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Asupan berpengaruh terhadap asupan serat
Serat responden, karena responden
mengkonsumsi makanan yang disediakan
Makanan yang mengandung serat oleh orangtuanya. Sayur dan buah
terkadang dilupakan oleh para remaja. Pola membutuhkan persiapan sebelum
makan kebanyakan remaja sekarang ialah dikonsumsi, sementara itu remaja,
tinggi kalori namun rendah serat. Hal ini khususnya remaja laki-laki memiliki
ternyata dapat memicu terjadinya kejadian keterampilan yang terbatas untuk
status gizi lebih. Peranan serat dalam mempersiapkan dan mengolah makanan
mencegah gizi lebih antara lain melalui sumber serat, khususnya sayuran. Selain
waktu yang lebih lama dalam mencerna itu, ketersediaan makanan yang
dan perasaan kenyang yang ditimbulkan mengandung serat di kantin sekolah juga
lebih lama setelah mengonsumsinya. Hal sangat rendah (Santoso, 2011).
ini akan membuat seseorang tidak Penelitian ini sejalan dengan
banyak mengonsumsi makanan sehingga penelitian Lestari (2015), menunjukan
berat badan terkontrol namun pencernaan hasil bahwa sebelum diberikan intervensi
tetap lancar. Makanan yang banyak berupa konseling gizi sebaya, asupan serat
mengandung serat diantaranya adalah seluruh penelitian tidak memiliki beda
sayuran, buah-buahan, serealia, dan agar- (p>0,05). Hasil penelitian Nurmasyita, dkk
agar. Pada remaja ketidaksukaan akan (2014), menunjukan hasil bahwa
sayuran dan buah merupakan faktor utama persentase asupan serat sebelum dan
rendahnya asupan serat (Brown, 2005 sesudah intervensi pendidikan gizi 3 bulan
dalam Rahayuningtiyas, 2012). pada kelompok perlakuan mengalami
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan sebesar 1,04 gr tetapi uji
asupan serat responden menurun sesudah
Lestantina, dkk, Konseling Gizi Pada Remaja Obesitas … 077

statistik diperoleh nilai p = 0,243 ini berarti konseling, ada pengaruh konseling gizi
tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap pengetahuan pada remaja obesitas
sebelum dan sesudah pendidikan gizi. (p=0,000), ada pengaruh konseling gizi
Penelitian Thasim, dkk (2013), terhadap asupan energi pada remaja
menunjukan hasil yang sama bahwa obesitas (p=0,000), ada pengaruh
asupan serat responden sebelum dan konseling gizi terhadap asupan lemak pada
sesudah pemberian edukasi gizi terlihat ada remaja obesitas (p=0,042), dan tidak ada
kenaikan asupan serat sebanyak 0,66 gram, pengaruh konseling gizi terhadap asupan
namun hasil uji statistik menunjukkan serat pada remaja obesitas (p=0,087).
bahwa tidak ada pengaruh antara edukasi Remaja obesitas sangat perlu
gizi dengan perubahan asupan serat memperhatikan dan meningkatkan
responden (p>0,05). Namun tidak sejalan konsumsi makanan yang tinggi serat serta
dengan penelitian Yulianto, dkk (2007), menurunkan konsumsi makanan tinggi
hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai energi dan tinggi lemak, dan juga harus
delta rerata asupan serat pada kedua meningkatkan aktivitas fisik seperti
kelompok terdapat perbedaan yang melakukan olahraga secara rutin. Sekolah
bermakna (p<0,05). Hal ini juga diharapkan dapat menyediakan sarana
menggambarkan bahwa intervensi yang dan prasarana untuk remaja melakukan
dilakukan memberikan efek terhadap konseling gizi, dan motivasi dari guru
peningkatan asupan serat pada responden. kepada siswa untuk selektif dalam memilih
makanan, serta perlu juga ada perbaikan
KESIMPULAN menu pada kantin sekolah untuk
Rata-rata pengetahuan pada remaja menyediakan menu dan jajanan yang kaya
obesitas meningkat setelah diberi serat seperti puding, rujak buah dan
konseling, sedangkan asupan energi, sebagainya sehingga mendukung
asupan lemak dan asupan serat menurun pencegahan terhadap kejadian obesitas.
dibandingkan dengan sebelum diberikan
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2014. Profil
DAFTAR RUJUKAN Dinas Kesehatan provinsi Bengkulu tahun
Amelia, Friska. 2008. Konsumsi Pangan, 2014. Bengkulu.
Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik Dan Hasdianah, H.R, H. Sandu Siyoto dan Yuly
Status Gizi Pada Remaja Di Kota Sungai Peristyowati. 2014. Pemanfaatan Gizi, Diet,
Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Katsilambros, Nikolaos, Charilaos
Bogor. Bogor. Dimosthenopoulus, Meropi Kontogianni,
Ariani, Ayu Putri. 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta: Evangelia Manglara, dan Kalliopi Anna
Nuha Medika. Poulia. 2010. Clinical nutritation in pratice.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Blackwell Publishing Ltd. Terjemahan dr.
Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Aryandhito Widhi Nugroho. 2014. Asuhan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Gizi Clinik. Jakarta: EGC.
Balitbang Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Kusharto, Clara M, I Dewa Nyoman Supariasa.
Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan 2014. Survei Konsumsi Gizi.Yogyakarta.
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Graha Ilmu
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2012. Statistik untuk Lestari, Eni. 2015. Pengaruh Konseling Gizi
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sebaya Terhadap Asupan Serat dan Lemak
Salemba Medika. Jenuh Pada Remaja Obesitas di Semarang.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2015. Profil Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun Kedokteran Universitas Diponegoro.
2015. Bengkulu. Mahdali, Mohamad Ikbal, Rahayu Indriasari dan
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2015. Profil Ridwan Thaha. 2013. Efek Edukasi Gizi
Dinas Kesehatan provinsi Bengkulu tahun Terhadap Pengetahuan, Sikap Serta
2015. Bengkulu. Perubahan Perilaku Remaja Obesitas di
Kota Gorontalo.
078 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 071-101

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan
Perilaku. Jakarta: PT Rieneka Cipta. Asupan Zat Gizi Pada Anak Gizi Lebih Di
Nurmasyita, Bagoes Widjanarko dan Ani SDN Sudirman I Makassar Tahun 2013.
Margawati. 2014. Pengaruh intervensi Wahyuni, Sri. 2013. Hubungan Konsumsi Fast
pendidikan gizi terhadap peningkatan Food Dengan Obesitas Pada Remajad di
pengetahuan gizi, perubahan asupan zat gizi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda
dan indeks massa tubuh remaja kelebihan Aceh. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
berat badan. Jurnal Gizi Indonesia (ISBN : Kesehatan U’budiyah Program Studi
1858-4942). Diploma IV kebidanan. Banda Aceh.
Rahayuningtiyas F. 2012. Hubungan antara Widhayati, Retno Endah. 2009. Efek Pendidikan
Asupan Serat dan Faktor Lainnya dengan Gizi Terhadap Perubahan Konsumsi Energi
Statis Gizi Lebih pada Siswa SMPN 115 dan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja
Jakarta Selatan Tahun 2012. Skripsi. Kelebihan Berat Badan. Tesis. Universitas
Universitas Indonesia. Depok. Diponegoro. Semarang.
Santoso, AMP. 2011. Serat Pangan (Dietry Fiber) Yulianto, Hamam Hadi dan R. Dwi Budiningsari.
dan Manfaatnya bagi Kesehatan. Fakultas 2007. Pengaruh Penyuluhan Manfaat Sayur
Teknologi Pertanian. Unwidha Klaten. Dan Buah Terhadap Asupan Zat Gizi
Mastra No.75 Th XXIII Maret 35. ISSN Remaja Obesitas Siswa/Siswi SLTP Di Kota
0215-9511 Palembang. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Thasim, Sukmawati, Aminuddin Syam dan Ulfah Vol.4. no.2
Najamuddin. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi

You might also like