You are on page 1of 14

Rumah Kita

ilmu yang bermanfaat adalah amalan yang baik :)

Beranda ▼

Minggu, 11 Januari 2015

makalah APD di Laboratorium

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
namun hal ini tidak lepas dari bimbingan Bapak dan Ibu Dosen. Melalui makalah ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan berbagai kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna untuk
menyempurnakan makalah kami.

                                                       Semarang, 22 September 2014

                                                                                                 
                                                                                                   Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................3
A.      Latar Belakang...............................................................................................3
B.      Rumusan Masalah..........................................................................................4
C.      Tujuan ...........................................................................................................4
D.     Sistematika....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5
A.      Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)............................................................5
B.      Jenis Bahaya dan Kecelakaan Dalam Laboratorium.....................................10
C.      Sumber-sumber Bahaya Dalam Laboratorium.............................................11
D.     Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia (P3K)……………………14
E.      Biological Safety Cabinetry..........................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................18
A.    Kesimpulan ...................................................................................................18
B.     Saran..............................................................................................................18
C.     Lampiran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui tujuan utama k3 adalah mencegah, mengurangi bahkan
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya k3 adalah
untuk mencegah terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan
peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan
norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yg menciptakam dan memelihara derajat
kesehatan kerja
Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Maka dari itu kita perlu pemahaman mengenai pengertian kecelakaan kerja,
jenis-jenis kecelakaan, sumber kecelakaan, dan penanganan kecelakaan kerja di laboratorium,
sehingga kita dapat mengaplikasikannya secara nyata saat bekerja di Laboratorium. 
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
     Apa yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD) dan apa saja Alat Pelindung Diri yang ada di

Laboratorium kimia?
     Masalah dan kecelakaan apa saja yang terjadi dalam laboratorium kimia saat praktikum?

Bagaimana upaya atau tindakan P3K untuk kecelakaan yang terjadi dalam praktikum di
     

laboratorium kimia?

C.     Tujuan
    Tujuan Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
semester I tahun 2014/2015.
     Tujuan Umum :
a.      Penulis ingin memperkenalkan apa itu APD dan bagaimana pentingnya.
b.          Sebagai wawasan tambahan informasi serta memperbanyak ilmu pengetahuan
khususnya untuk Teori K3.
c.       Untuk lebih memperdalam ilmu dalam Analis Kesehatan.

D.     Sistematika
Penulis membuat sistematika laporan sebagai berikut :
     Pada bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tenteng latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisannya.


        Pada bab dua adalah pembahasan . dalam bab ini menyebutkan isi dari rumusan masalah dan

manfaatnya.
        Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran yang mana merupakan akhir

penutup laporan serta lampiran.

BAB II
PEMBAHASAN

.     Alat Pelindung Diri (APD)


1.     Dasar Hukum
     Undang-undang No.1 tahun 1970.
1.      Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat untuk
memberikan APD
2.     Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD.
3.     Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai APD.Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD
secara cuma-Cuma.
     Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981   Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
          Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat

mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
        Permenakertrans  No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang

mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars
tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.

2.      Pengertian APD


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang
pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal
dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata
PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi
pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan
kimia.
3.      Jenis-jenis APD

Perlindungan Mata Dan Wajah


    

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan oleh
pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dan wajah
dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum
perlindungan mata terdiri dari Kacamata pelindung, Goggle,Pelindung wajah, Pelindung mata
special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari
radiasi dan bahaya laser).
Perlindungan Badan
    

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, merupakan suatu perlengkapan yang
wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Hal yang perlu diperhatikan ketika
menggunakan jas laboratorium yaitu kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam
kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum
mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,
lepaslah jas secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jumpsuits. Apron digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi, yang berbentuk seperti celemek terbuat dari karet atau plastik.Untuk apron yang
terbuat dari plastik, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-
bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat
mengakumulasi loncatan listrik statis. Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini
direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi Bahan dari peralatan perlindungan
badan ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan
bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.
Perlindungan Tangan
     

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila terpapar
bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi tidak hanya melindungi
tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi
perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan benda yang kasar atau
tajam, dan material yang panas atau dingin.  Sarung tangan harus secara periodik diganti
berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung
tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan,
diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis
sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini
adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi
dari bahan kimia. Jenis-Jenis Safety Glove antara lain : Sarung Tangan Metak Mesh, Sarung metal
mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong, Sarung tangan Kulit, Sarung
tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar, Sarung tangan
Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun,   Sarung tangan Padded
Cloth Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi, Sarung tangan
Heat resistant Mencegah terkena panas dan api, Sarung tangan karet Melindungi saat bekerja
disekitar arus listrik karena karet merupakan isolator (bukan penghantar listrik), Sarung tangan
Latex disposable Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali
pakai,Sarung tangan lead lined Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.

     Perlindungan Pernafasan


Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat
pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan
pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang
memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai
perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan
masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa
jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat
menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
4.      Masalah Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)

     Pekerja tidak mau memakai dengan alasan:


Ø  Tidak sadar/tidak mengerti
Ø  Panas
Ø  Sesak
Ø  Tidak enak dipakai
Ø  Tidak enak dipandang
Ø  Berat
Ø  Mengganggu pekerjaan
Ø  Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Ø  Tidak ada sanksi
Ø  Atasan juga tidak memakai

     Tidak disediakan oleh perusahaan


Ø  Ketidakmengertian
Ø  Pura-pura tidak mengerti
Ø  Alasan bahaya
Ø  Dianggap sia-sia

      Pengadaan oleh perusahaan


Ø  Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Ø  Asal beli (terutama memilih yang murah)

Beberapa Contoh Masalah APD antara lain :

     Respirator
Ø  Penutup muka yang buruk
Ø  Sumbatan kerusakan/cacat pada filter
Ø  Pemeliharaan yang tidak baik
Ø  Tali pengikat longgar/lepas
Ø  Tidak nyaman
Ø  Psikologis dan kecemasan
Ø  Meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati
Ø  Menghirup kembali udara yang dihembuskan
Ø  Kesulitan komunikasi

     Alat Pelindung Telinga


Ø  Resiko infeksi
Ø  Kesulitan komunikasi
Ø  Merasa terisolasi
Ø  Sakit kepala karena jepitan terlalu kuat
Ø  Tidak nyaman
Ø  Menguranggi kemampuan menduga jarak
Ø  Iritasi kulit

      Sarung Tangan


Ø  Mungin dapat menangkap bahan kimia
Ø  Mengurangi kepekaan tangan dan jari
Ø  Kebocoran dari lubang yang tidak diketahui
Ø  Mungkin menyebabkan dermatitis (keringat yang berlebihan)
Ø  Bahan kimia tertentu
     Alat Pelindung Mata

Ø  Dapat membatasi pandangan


Ø  Timbul kabut, noda dan goresan kecil
Ø  Tidak dapat melihat kerusakan secara visual
Ø  Beberapa kaca mata pengaman memungkinkan benda masuk dari samping

.  Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam Laboratorium


Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia adalah :
     Keracunan

Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti
ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat
fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih sering terjadi baik yang dapat
diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada
penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik
dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
     Iritasi

Iritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asamklorida, natrium
hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada kulit, saluran
pernapasan dan mata.
      Kebakaran dan Luka Bakar

Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut
organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol, dan sebagainya. Hal yang sama dapat
diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
     Luka Kulit

Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi pada tangan atau
mata karena pecahan kaca.
     Bahaya lainnya

Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran lingkungan. Jadi
jelas bahwa laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya
apapun sebenarnya dapat atau karena kecerobohan.
.  Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yakni :
    Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan cara

penyimpanannya. Contohnya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif, karsinogenik, dan
sebagainya.
    Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan

sebagainya.
   Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.

Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta keterkaitannya perlu
dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi
sehingga mampu mencegah atau menghindarinya. Selain itu, perlu pula dipahami tentang alat
pelindung diri serta cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.

.  Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia (P3K)


Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski kecelakaan kecil
dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek yang lebih besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia, bahan biologis,
radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan seperti
keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada
kecelakaan di Laboratorium kimia :
   Luka bakar akibat zat kimia

Terkena larutan asam


   Kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 

   Dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 

   Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3 K

   Kemudian cuci lagi dengan air 


   Keringkan dan olesi dengan salep levertran.

 Terkena logam natrium atau kalium

Logam
1. yang nempel segera diambil 
Kulit
2. dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 
Netralkan
3. dengan larutan 1% asam asetat 
Dikeringkan
4. dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas
yang telah dibasahi asam pikrat

Terkena bromin

Segera
1. dicuci dengan larutan amonia encer 
 Luka
2. tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.  

Terkena phospor  

Kulit
1. yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 
Kemudian
2. cuci dengan larutan 3% CuSO4.

   Luka bakar akibat benda panas

Diolesi
1. dengan salep minyak ikan atau levertran 
Mencelupkan
2. ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang.
   Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam
     Jika terkena percikan asam encer,

     Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus

     Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa


   Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus

   Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata

   Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.
     Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke tempat  yang
berudara segar.
     Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara menekan bagian dada

atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban.

     Shock yang Disebabkan Listrik


Apabila ada kecelakaan yang disebabkan karena aliran listrik, maka matikan arus listrik
sebelum berusaha menolong korban yang terkontak dengan arus listrik. Jika tidak memungkinkan
, lindungi tangan dengan sarung tangan karet atau material atau wol kering sebelum menyentuh
korban untuk penangan selanjutnya.
      Jika terjadi kecelakaan laboratorium

Segera menghubungi Badan Layanan/personel seperti :     


     Biological Safety Officer        

     Pejabat laboratorium

     Engineering/Water/Gas/Electrical

Dan hal yang tidak kalah penting dalam menangani kecelakaan di lab adalah mengetahui cara
penggunaan perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat laboratorium
dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa. Setiap orang yang bekerja di lab harus
mengetahui bagaimana menggunakan semua perlengkapan keselamatan kerja di lab.
Berikut beberapa peralatan darurat yang diperlukan pada saat kecelakaan dengan
mengutamakan kecepatan yaitu :
     Alarm Kebakaran (fire alarm)           

Sebagai tanda jika terjadi kebakaran di laboratorium.        


     Pendeteksi Asap (Smog detector)

Untuk mendeteksi jenis asap yang ada di laboratorium


     Kotak P3K (kid acid)    

Kotak yang berisi obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama seperti : Kain kasa, kapas,
plester, gunting, betadine, alkohol.

     Ventilasi (ventilation) 


Ventilasi ini ada 2 macam yaitu ventilasi sentral dan ventilasi lokal, digunakan untuk menjaga
sirkulasi udara.
     Alat dan bahan pemadam kebakaran (fire extinguisher)

Fire extinguisher digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Fire extinguisher ini
ada 4 macam berdasarkan zat yang ada di dalamnya dimana penggunaannya didasarkan pada
material penyebab kebakaran.
     Pancuran Keselamatan (shower)

Shower digunakan untuk mandi jika badan terkena tumpahan zat berbahaya.
     Pencuci mata (eye wash)

Pencuci mata digunakan apabila ada zat yang masuk ke mata.


     Pintu Darurat (emergency door)

Pintu darurat digunakan untuk evakuasi cepat dan aman menuju tempat aman atau ke luar
laboratorium jika terjadi kebakaran atau kecelakaan lainnya.
     Selimut Kebakaran

Selimut kebakaran merupakan selimut yang terbuat dari bahan yang tahan terhadap api. Selimut
ini digunakan apabila kita terjebak dalam kebakaran.
Bagaimana pun canggih dan hebatnya cara pertolongan pertama pada kecelakaan di
laboratorium, tetap saja pencegahannya lebih baik. Pencegahan kecelakaan harus dilakukan
sedini mungkin karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan perbaikan dan penggantian
akibat kecelakaan yang sudah terjadi apalagi kerugian akibat kebakaran dan kematian.
Pada dasarnya ada tiga prinsip untuk membuat suatu laboratorium bebas dan aman dari
kecelakaan (accident free operation), yaitu:
     Semua kecelakaan sekecil apapun yang mungkin terjadi, harus dapat dicegah sedini mungkin.

       Lingkungan kerja termasuk bangunan, alat, sistem, dan sarana laboratorium harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kecelakaan.
     Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus dilatih agar membiasakan diri bekerja secara

aman, bersih dan disiplin.


Merupakan Pengendalian bahaya mikrobiologi terbaik dengan perancangan Biological Safety
Cabinetry ( BSC ) yang sesuai. Kabinet kelas I digunakan pada tekanan negatif dengan kecepatan
aliran sekitar 75 kaki / menit. Udara dalam kamar dikeluarkan melalui High Effeciency Particulare
Air (HEPA) filter / filter efisiensi partikel udara. Bagian depan dari BSC kelas I dapat dibuka atau
tertutup dengan sarung tangan
.     Biological Safety Cabinetry
lengan panjang. BSC kelas II merupakan aliran udara vertikal dan udara dalam yang
disirkulasi ulang melalui filter HEPA. Kamar beroperasi pada tekanan negatif dengan ruang yang
sama ke depan kabinet kelas I, tetapi pemurnian dengan kontaminasi minimal dari kultur. Kelas I
dan II sama tingkatnya dengan keselamatan personel. Kabinet kelas III harus digunakan pada
sebagian besar agen yang virulen. Ruang tertutup seluruhnya. Isi harus diperlakukan dengan
sarung tangan lengan panjang yang sesuai. Seluruh bahan yang masuk kabinet BSC kelas III harus
sudah di autoklaf atau didekontaminasi. Kabinet Kelas I dan II biasa ditemukan di laboratorim
klinik. Kelas III BSC dibutuhkan pada fasilitas khusus yang mengkultur, seperti Mycobacterium
tuberculosis atau jamur sitemik dan HIV.
Tingkat Biosafety The Center for Disease Control (CDC) dan The National Institutes of
Health mempunyai sistem pengkodeaan dari peningkatan level keamanan dari laboratorium
mikrobiologi dan klinik. Tingkat biosafety (BSL) I yang dibuat untuk laboratorium yang
menggunakan bahan biasanya tidak infeksius terhadap manusia. Bekerja dengan menggunakan
benchtop yang terbuka. Praktek laboratorium yang baik meliputi penggunaan alat pipetasi,
pembersihan tumpahan, desinfetan harian, dan pembuangan limbah yang baik. Laboratorium
klinik seharusnya mengikuti BSL II. BSL II berbeda dengan BSL I pada akses ke tempat kerja yang
seharusnya dijaga ketat dari individu yang belum terlatih dan prosedur yang jelas seperti aerosol
yang menimbulkan infeksi dilakukan di BSC. BSL II efektif dalam pengendalian bahaya infeksi dari
agen yang ada dalam darah pada spesimen laboratorium klinik. Prosedur bakteriologik secara
rutin seperti meletakkan dan mempersiapkan hapusan untuk pengecatan diselenggarakan dalam
BSL II. Pemeriksaan parasit, penelitian bakteri, dan beberapa kultur virus dan jamur lebih aman bila
dengan tindakan pencegahan dalam BSL II. BSL III sesuai dengan laboratorium yang bekerja
dengan agen yang dapat menyebabkan penyakit yang fatal bila terhirup. Akses ke laboratorium
dan aliran dikendalikan secara cermat. Semua prosedur dilakukan dalam BSC atau alat yang
seusai. Pekerja harus memakai pakaian pelindung yang lengkap. Sebagian kecil laboratorium
klinik yang mengkultur jamur sistemik dan tuberkulosis butuh melanjutkan ke BSL III.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dibuat kesimpulan sebabai berikut.
Keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan
laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman, selamat, dan
produktif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak. Penanggung jawab laboratorium, stake holder laboratorium yang lain
seperti pemilik, karyawan yang bekerja didalamnya dan bahkan pelanggan harus mempunyai sikap
yang sama dalam pelaksanaan keamanan kerja di laboratorium kesehatan. Untuk menjamin
keselamatan diri di laboratorium, salah satu persyaratan adalah pada pemakaian alat pelindung
diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri
terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan
sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.
B.   Saran
     Petugas Kesehatan dan non kesehatan sebaiknya disiplin terhadap pemakaian alat pelindung diri
(APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh
diabaikan.
     Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan kualitas
kerja (perfomance) pada setiap taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya, agar nantinya
tidak terjadinya kecelakaan kerja.
Penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka kecelakaan
     

pada saat bekerja dan Penggunaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.

LAMPIRAN

 
  

DAFTAR PUSTAKA

     www.wikipedia,Ensiklopedia Indonesia.com


        Anonim. Alat Pelindung Diri.  Online pada        http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/alat

pelindung-diri/ diakses pada April 2010


      http://intipduniaku07.blogspot.com/2013/05/penyebab-kecelakaan-di-laboratorium.html

      http://hernichemistry.wordpress.com/2013/04/03/tindakan-p3k-dalam-kecelakaan-labor/

      http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/12/alat-pelindung-diri-apd-di-laboratorium.html

Wiwit Roaeni di 01.43

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda ›
Lihat versi web

Mengenai Saya
Wiwit Roaeni
Ikuti 0

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like