You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi

tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan

terjadinya peningkatan penyakit, salah satunya yaitu penyakit kronis. Penyakit

kronis adalah gangguan atau penyakit yang berlangsung lama ( terbilang bulan

atau tahun), contohnya hipertensi, diabetes mellitus, epilepsi, TBC, AIDS,

leukemia, gagal ginjal dan sebagainya (Fitria, 2010).

Indonesia termasuk negara dengan tingkatpenderita gagal ginjal cukup

tinggi.Dari survey komunitas yangdilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(PERNEFRI) didapatkanbahwa 12.5% dari populasi sudahmengalami 2

penurunan fungsi ginjal,yang ditandai oleh adanyaproteinuria yang persisten

ataupenurunan laju filtasi glomerulus(LFG). Bila jumlah pendudukIndonesia saai

ini kurang lebih 240juta, maka berarti 30 juta pendudukIndonesia mengalami

penurunanfungsi ginjal. Hasil survey dariberbagai pusat dialysis

didapatkankejadian baru PGTK yangmemerlikan dialysis sebesar 30.7%perjuta

penduduk. Berarti setiap tahun terdapat 7.400 pasien baruPGTA (Setyaningsih

dkk, 2013).

Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang

melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup

normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam yang menyebabkan

ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2010). Penyakit
kronis memiliki ciri khas yang sama yaitu berhubungan dengan nyeri dimana

tingkat lanjutnya dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu yang

dapat membatasi partisipasi individu dalam aktivitas. Penyakit kronis

membutuhkan durasi yang lama dalam pengobatan dan sering tidak dapat

disembuhkan (Brunner & Suddarth, 2013)

Banyaknya masalah pada penyakit kronis ini tidak bisa ditangani

dengan masalah medis saja, pertimbangan masalah biologis, psikologis, spiritual

penting diketengahkan. Hidup secara permanen untuk waktu yang lama dengan

gejala-gejala dan kecacatan dapat mengarah pada perubahan peran, dapat

menyebabkan timbulnya kondisi kronis yang lain serta pasien dengan penyakit

kronis membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang dan rutin sehingga

dibutuhkan pengetahuan dan perencanaan dalam penatalaksanaan penyakit kronis

ini (Brunner & Suddarth, 2013).

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual yang

tidak terpenuhi akan berdampak ketingkat yang lebih serius yaitu distress

spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok

mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem

nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai

dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan

dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan

hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup,

adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda munculnya emosi

negative seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang
dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan

tekanan darah meningkat (Luluk Masluchah & Joko Sutrisno, 2010).

Dillard & Shen (dalam Feldman, 2012) mengatakan bahwa emosi dapat

dipandang sebagai hierarki, yang dibagi ke dalam kategori positif dan negatif serta

mengorganisasi ke dalam subkategori yang lebih sempit. Sebuah emosi positif

yang belum lama ini menarik banyak ketertarikan adalah rasa syukur (Barlett &

DeSteno dalam King, 2010).

Emosi sendiri merupakan suatu reaksi yang dimunculkan oleh

seseorang atas suatu kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan perasaan

gembira atau pun marah (Robbins & Judge, 2014). Seorang individu yang mampu

mengatur emosi dengan cara mengidentifikasi dan memodifikasi emosi yang

sedang dirasakan ketika berada dalam suatu kondisi atau situasi disebut dengan

regulasi emosi.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Fischer, Shaver, & carnochan

(dalam Feldman, 2012) bahwa emosi positif terdiri dari cinta (meliputi kesukaan,

kegila-gilaan) dan kegembiraan (meliputi kebahagiaan, kepuasan, dan

kebanggaan). Sedangkan emosi negatif terdiri dari kemarahan (kekesalan,

kebencian, kehinaan, dan kecemburuan), kesedihan (kesakitan, kenestapaan,

perasaan bersalah, dan kesepian), dan ketakutan (kengerian, kekhawatiran).

Emosi-emosi positif dapat berperan sebagai penanda kesejahteraan.

Ketika hidup orang ditandai dengan suka cita, bahagia, cinta, dan rasa tertarik

maka kemungkinan hal hal ini lebih berkuasa daripada emosi-emosi negatif

seperti kesedihan, marah, dan putus asa. Bahkan dibeberapa kasus, memunculkan
emosi-emosi positif dapat melawan serangkaian emosi negatif (Fredickson dalam

King, 2010).

Penelitian tentang tingkat kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik (pgk)

yang menjalani hemodialisis di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang

dilakukan oleh Jhoni Y. K. Jangkup (2015), hasil penelitian memperlihatkan 40

responden. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis kurang dari 6 bulan memiliki

tingkat kecemasan yang berat dibadingkan dengan Pasien PGK yang menjalani

hemodialisis lebih dari 6 bulan.

Seseorang yang mengalami penyakit terminal umumnya merasakan

ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap

integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian

sehingga mereka menjadi rentan terhadap distres spiritual. Terdapat juga klien

yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang membuat mereka mampu

untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut (Potter and Perry, 2005).

Menurut Madadeta (2015) dikutip dari Koizer, (2004) Keterkaitan

antara dimensi psikologis, sosial dan agama dalam kesehatan menjadi sesuatu

yang sangat penting pada penyakit kronis. Spiritualitas adalah salah satu aspek

kehidupan pasien sangat penting untuk dipenuhi dalam keperawatan kesehatan,

pentingnya spiritualitas merupakan kekuatan yang menyatukan, memberi makna

pada kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi, kepercayaan, dan keterkaitan

diantara individu

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh

setiap manusia terutama yang memiliki masalah kesehatan. Apabila seseorang

dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhanpun semakin dekat,


mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak

ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta

(Hamid, 2009).

Spiritulitas dapat meningkatkan kesehatan mental terhadap suatu

diagnosis penyakit kronis. Kekuatan spiritual seseorang yang rendah dapat

menimbulkan permasalahan psiko- sosial di bidang kesehatan. Penelitian Fanada

tahun 2012 menyatakan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

pendekatan spiritualitas yang baik dapat menurunkan kecemasan pasien di ruang

rawat inap dengan p<0,05. Nagai-Jaconsen & Burkhart (dalam Fanada, 2012)

mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan bentuk

pelaksanaan pelayanan keperawatan bagi penderita penyakit terminal. Spiritualitas

merupakan sumber daya penting untuk bertahan menjalankan penyakit pada

pasien kanker serviks.

Dunning (2003, dalam Shakula dan Rishi 2014) mengatakan ketika

spiritualitas merupakan bagian inti dari individu yang tidak terlihat dan

memberikan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan keterikatan dengan Yang

Maha Tinggi yaitu Tuhan. Spiritualitas berbeda dengan agama, spiritualitas

merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat universal dan pribadi sedangkan

agama merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan

masyarakat. Aspek spriritualitas adalah jiwa memberikan kehidupan bagi

seseorang. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari

kehidupan seseorang (McEwan, 2005 dalam Fanada, 2012).


Penelitian dengan judul Tingkat Spiritualitas Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik Dengan Hemodialisis Di Unit Hemodialisis Rs Pku Muhammadiyah

Yogyakarta yang dilakukan oleh Arni Yuliyanti (2010) bertujuan untuk

mengetahui tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal krokik di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 35 orang.

Didapatkan hasil bahwa tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal kronik

dengan hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

secara umum didapatkan hasil baik 14,3 %, cukup 77,1%, kurang 8,6%.

Aspek spiritual sangat penting dalam menunjang pengobatan aspek

lainnya tidak dapat di tawar-tawar lagi, karena berbagai hasil penelitian mutakhir

membuktikan bahwa pangaruh spiritual terhadap kesehatan dan kesembuhan

pasien sangat penting, karena itu sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dimengerti

karena pasien di rumah sakit terutama pasien rawat inap bukan hanya menderita

berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai tekanan dan

gangguan mental spiritual dari yang ringan sampai yang berat sebagai akibat

dari penyakit yang dideritanya (Hawari, 1997 dalam Priyanto, 2009).

Penyakit kronik, khususnya penyakit COPD, diabetes, kanker, gagal

ginjal, dan kardiovaskular adalah jenis penyakit yang tidak diperhatikan meskipun

ada kesadaran terhadap dampak serius yang disebabkan oleh beberapa penyakit

itu (Dunning, 2003). Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang

seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan

atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau

kehilangan individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka
dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distress

spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa

yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri

dan terisolasi dari orang lain (Potter & Perry, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap merupakan rumah sakit

type B milik Pemerintah Daerah yang berada di tingkat kabupaten/kota dan telah

terakreditasi. RSUD Cilacap ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 446/209/44.1 tanggal 27

Februari tahun 2008 tentang Perubahan Kelembagaan dan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Daerah (BLUD – RSUD). RSUD

Cilacap mempunyai bangsal terapi hemodialisa. Berdasarkan studi pendahuluan

yang penulis lakukan di RSUD Cilacap diketahui bahwa jumlah pasien gagal

ginjal kronik sampai dengan bulan juli tahun 2017 adalah sebanyak ± 120 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9

Februari 2019 dengan 5 penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialysis di RSUD Cilacap. Hasil studi pendahuluan dengan penderita gagal

ginjal didapatkan hasil 3 penderita gagal ginjal mengatakan merasa spiritualnya

sudah cukup ditandai dengan sering berdoa, sering membaca buku-buku

keagamaan dirumah serta ikhlas dengan penyakit yang dideritanya dan 2 penderita

gagal ginjal mengatakan spiritualnya belum terpenuhi secara maksimal pasien

mengatakan mengatakan bosan harus cuci darah terus menerus, merasa tidak ada

gunanya lagi untuk hidup dan tinggal menunggu waktu saja, berprilaku tertutup,

tidak tertarik untuk berkomunikasi terbuka dengan orang lain maupun perawat.
Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian mengenai hubungan tingkat

spiritual dengan regulasi emosi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap

sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah meningkatkan peran perawat dan

keluarga dalam perawatan pasien gagal ginjal kronik khususnya pada tingkat

spiritualitas pasien.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual yang

tidak terpenuhi akan berdampak ketingkat yang lebih serius yaitu distress

spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok

mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem

nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai

dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan

dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan

hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup,

adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda munculnya emosi

negative seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang

dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan

tekanan darah meningkat (Luluk Masluchah & Joko Sutrisno, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9

Februari 2019 dengan 5 penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialysis di RSUD Cilacap. Hasil studi pendahuluan dengan penderita gagal

ginjal didapatkan hasil 3 penderita gagal ginjal mengatakan merasa spiritualnya

sudah cukup ditandai dengan sering berdoa, sering membaca buku-buku


keagamaan dirumah serta ikhlas dengan penyakit yang dideritanya dan 2 penderita

gagal ginjal mengatakan spiritualnya belum terpenuhi secara maksimal pasien

mengatakan mengatakan bosan harus cuci darah terus menerus, merasa tidak ada

gunanya lagi untuk hidup dan tinggal menunggu waktu saja, berprilaku tertutup,

tidak tertarik untuk berkomunikasi terbuka dengan orang lain maupun perawat.

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian mengenai hubungan tingkat

spiritual dengan regulasi emosi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap

sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah meningkatkan peran perawat dan

keluarga dalam perawatan pasien gagal ginjal kronik khususnya pada tingkat

spiritualitas pasien.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi Tingkat Spiritual dengan Regulasi Emosi Pada Pasien Gagal

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di ruang Hemodialisa RSUD

Cilacap.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat spiritualitas pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di ruang hemodialisa

RSUD Cilacap.
b. Mengetahui gambaran regulasi emosi pada pasien yang mengalami gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di ruang hemodialisa RSUD

Cilacap.
c. Tingkat Spiritual dengan Regulasi Emosi Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik yang Menjalani Hemodialisis di ruang Hemodialisa RSUD

Cilacap.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Profesi
Memberikan informasi tentang hubungan tingkat spiritual dengan regulasi

emosi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.


2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak manajemen

RSUD Cilacap, untuk menyusun pelayanan yang optimal dan sebagai

referensi dan bahan analisis dalam mengembangkan pelayanan terhadap

spiritual pasien
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti merupakan sebuah pengalaman baru yang sangat berharga dan

dapat memperluas wawasan serta pengetahuan seputar masalah penelitian

ilmiah Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang spiritual pasien serta

sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi.


4. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat menambah referensi atau pustaka tentang kebutuhan

spiritual dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

E. KEASLIAN PENELITIAN
1. GAMBARAN EMOSI DAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU


Gambaran emosi dan tingkat kecemasan pada pasien hipertensi di

puskesmas bahu adalah penelitian yang dilakukan oleh Richard K. Kati

(2018), yang bertujuan untuk mengetahui gambaran emosi dan tingkat

kecemasan pada pasien hipertensi di Puskesmas Bahu. Kecemasan dan

manajemen emosi yang buruk dapat mencetuskan terjadinya hipertensi.

Hipertensi juga dapat menyebabkan kecemasan dan emosi menjadi tidak

terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran emosi dan


tingkat kecemasan pada pasien hipertensi di Puskesmas Bahu. Jenis penelitian

ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Hamilton Anxiety Rating Scale

digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan dan Positive Affect Negative

Affect Schedule digunakan untuk mengetahui gambaran emosi pasien

hipertensi. Subyek penelitian ialah seluruh pasien hipertensi yang datang

berkunjung ke Puskesmas Bahu pada periode Oktober sampai November

2017. Terdapat 78 responden dalam penelitian ini terdiri dari 49 orang

(62,8%) perempuan dan 29 orang (37,2%) laki-laki. Gambaran emosi yang

didapatkan ialah sebanyak 4 responden (5,1%) memiliki afek negatif yang

dominan sedangkan 74 responden (94,9%) memiliki afek positif yang

dominan. Gambaran tingkat kecemasan yang didapatkan ialah kecemasan

ringan sebanyak 23 orang (29,5%), kecemasan berat 21 orang (26,9%),

kecemasan sedang 20 orang (25,6%), tidak ada kecemasan sebanyak 10 orang

(12,8%), dan kecemasan berat sekali sebanyak 4 orang (5,1%). Sebagian

besar pasien dengan hipertensi di Puskesmas Bahu memiliki afek positif yang

dominan dan tersering disertai kecemasan ringan.


2. REGULASI EMOSI PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIS YANG

MENJALANI HEMODIALISIS
Penelitian ini dilakukan oleh Riniasih Tiofani Sidauruk (2018) bertujuan

memahami regulasi emosi penderita gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis. Pertanyaan penelitian adalah bagai mana proses regulasi emosi

penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif hypothecnical deductive dengan tiga

partisipan sesuai criteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan


dengan menggunakan wawancara semi terstruktur. Analisis data

menggunakan analisis isi kualitatif deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ketiga partisipan melakukan proses regulasi emosi reappraisal dengan

cara berfikir positif dan menerima apapun yang akan terjadi pada dirinya.

Dengan begitu, partisipan dapat dikatakan memiliki well being yang baik.
3. TINGKAT SPIRITUALITAS PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK DENGAN HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RS

PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


Penelitian dengan judul Tingkat Spiritualitas Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik Dengan Hemodialisis Di Unit Hemodialisis Rs Pku Muhammadiyah

Yogyakarta yang dilakukan oleh Arni Yuliyanti (2010) bertujuan untuk

mengetahui tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal krokik di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 35 orang.

Didapatkan hasil bahwa tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal kronik

dengan hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta secara umum didapatkan hasil baik 14,3 %, cukup 77,1%, kurang

8,6%.

You might also like